Anda di halaman 1dari 17

NAMA: NABILA BUDIA PUTRI

KELOMPOK: 7 (ASMA)

KAKAK PEMBIMBING: DESI WULAN SARI

DOSEN AGAMA: RENO ANDIKA M.Pd.

Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan pemahaman Anda tentang materi yang dibahas dalam bab
ini!

TUGAS LATIHAN 1

1. Jelaskan dimensi perilaku tauhid dalam kehidupan manusia sebagai bukti iman?
Jawaban:
Dimensi perilaku tauhid dalam kehidupan manusia sebagai bukti iman adalah sikap dan
tindakan yang mencerminkan pengakuan, pengagungan, dan pengabdian kepada Allah SWT
sebagai Tuhan yang Esa, Pencipta, Penguasa, dan Pengatur segala sesuatu. Perilaku tauhid ini
harus sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, serta menghindari segala
bentuk syirik, bid’ah, dan khurafat. Perilaku tauhid dapat dibagi menjadi empat dimensi, yaitu
rububiyah, uluhiyah, mulkiyah, dan asma wa sifat.

2. Jelaskan pengertian perilaku tauhid rububiyah, yauhis mulkiyah, tauhid uluhiyah, tauhid
asma’ wa al-shifatullah beserta ciri-ciri dan contohnya masing-masing, berdasarkan analisis
dalil ayat al-Qur’an masing-masing?
Jawaban:
Pengertian perilaku tauhid rububiyah, yauhis mulkiyah, tauhid uluhiyah, tauhid asma’ wa al-
shifatullah beserta ciri-ciri dan contohnya masing-masing adalah sebagai berikut:
- Perilaku tauhid rububiyah adalah meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-
satunya Rabb (Pencipta, Pemberi Rezeki, dan Pengatur) segala makhluk dan alam
semesta. Ciri-ciri perilaku tauhid rububiyah antara lain adalah bersyukur atas nikmat dan
karunia Allah, bersabar dan ridha atas ujian dan cobaan Allah, bertawakkal dan berdoa
hanya kepada Allah, mengikuti hukum dan ketentuan Allah, dan tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatu apa pun dalam hal penciptaan dan pengaturan. Contoh perilaku
tauhid rububiyah adalah ketika seseorang mengucapkan alhamdulillah setelah makan,
minum, atau mendapatkan sesuatu yang baik, atau ketika seseorang mengucapkan “laa
haula wa laa quwwata illa billah” ketika menghadapi kesulitan atau bahaya. Dalil Al-
Qur’an yang menerangkan tentang tauhid rububiyah antara lain adalah surat Al-Fatihah
ayat 2, surat Al-An’am ayat 102, dan surat Yunus ayat 3.
- Perilaku tauhid yauhis mulkiyah adalah meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT
adalah satu-satunya Malik (Pemilik dan Penguasa) segala makhluk dan alam semesta.
Ciri-ciri perilaku tauhid yauhis mulkiyah antara lain adalah menghormati dan mematuhi
perintah dan larangan Allah, tidak menentang atau melawan kehendak dan ketetapan
Allah, tidak berbuat zhalim atau aniaya terhadap makhluk Allah, dan tidak mengklaim
atau menguasai sesuatu yang bukan haknya. Contoh perilaku tauhid yauhis mulkiyah
adalah ketika seseorang mengucapkan masya Allah ketika melihat sesuatu yang indah
atau mengagumkan, atau ketika seseorang mengucapkan "inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un” ketika mendengar kabar kematian atau musibah. Dalil Al-Qur’an yang
menerangkan tentang tauhid yauhis mulkiyah antara lain adalah surat Al-Mulk ayat 1,
surat Al-Fathir ayat 13, dan surat Al-Hadid ayat 5.

- Perilaku tauhid uluhiyah adalah meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-
satunya Ilah (Tuhan yang berhak disembah) dan tidak ada tuhan selain-Nya. Ciri-ciri
perilaku tauhid uluhiyah antara lain adalah mengesakan Allah dalam segala bentuk
ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain, mengikhlaskan niat dan amal
hanya karena Allah, mencintai dan mengagungkan Allah melebihi segala sesuatu, dan
tidak menyembah atau meminta bantuan kepada selain Allah. Contoh perilaku tauhid
uluhiyah adalah ketika seseorang mengucapkan “laa ilaha illa” Allah ketika memasuki
Islam, atau ketika seseorang mengucapkan bismillah sebelum melakukan sesuatu. Dalil
Al-Qur’an yang menerangkan tentang tauhid uluhiyah antara lain adalah surat Al-Ikhlas
ayat 1-4⁷, surat Al-Baqarah ayat 163⁸, dan surat Al-Anbiya ayat 25⁹.

- Perilaku tauhid asma’ wa al-shifatullah adalah meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT
memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna, mulia, dan khusus bagi-Nya. Ciri-ciri
perilaku tauhid asma’ wa al-shifatullah antara lain adalah memahami dan mengamalkan
makna nama-nama dan sifat-sifat Allah, memanggil dan berdoa kepada Allah dengan
nama-nama dan sifat-sifat-Nya, tidak menyerupakan atau menyamakan Allah dengan
makhluk-Nya, dan tidak meniadakan atau menambahkan nama-nama dan sifat-sifat Allah.
Contoh perilaku tauhid asma’ wa al-shifatullah adalah ketika seseorang mengucapkan "ya
Rahman ya Rahim” ketika memohon rahmat dan kasih sayang Allah, atau ketika
seseorang mengucapkan “subhanallah” ketika menyaksikan kebesaran dan keagungan
Allah. Dalil Al-Qur’an yang menerangkan tentang tauhid asma’ wa al-shifatullah antara
lain adalah surat Al-Hashr ayat 22-24, surat Al-A’raf ayat 180, dan surat Asy-Syura ayat
11
3. Jelaskan fungsi beriman kepada malaikat sesuai dengan tugas malaikat masing-masing dalam
kehidupan, berdasarkan analisis dalil ayat al-Qur’an?
Jawaban:
Fungsi beriman kepada malaikat sesuai dengan tugas malaikat masing-masing dalam
kehidupan adalah sebagai berikut:

- Beriman kepada malaikat dapat meningkatkan pengetahuan manusia tentang hal-hal yang
bersifat nonmateri atau metafisika, seperti roh, jin, dan akhirat. Manusia dapat mengetahui
bahwa ada makhluk lain yang diciptakan oleh Allah dan memiliki peran dalam menjalankan
ketentuan-Nya.
- Beriman kepada malaikat dapat menumbuhkan rasa kemanusiaan dan kerendahan hati
manusia, karena manusia menyadari bahwa malaikat adalah makhluk yang lebih mulia, taat,
dan patuh kepada Allah daripada manusia. Manusia dapat belajar dari sifat-sifat malaikat yang
selalu beribadah, bersyukur, dan memuji Allah.
- Beriman kepada malaikat dapat memotivasi manusia untuk berbuat baik dan menjauhi
kejahatan, karena manusia menyadari bahwa ada malaikat yang mencatat amal perbuatan
manusia, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Manusia dapat merasakan pengawasan
dan pertanggungjawaban atas segala tindakannya di dunia dan di akhirat.
- Beriman kepada malaikat dapat menguatkan iman dan harapan manusia, karena manusia
menyadari bahwa ada malaikat yang membantu, melindungi, dan memberi rahmat kepada
manusia yang beriman. Manusia dapat merasakan perlindungan dan pertolongan Allah
melalui malaikat-malaikat-Nya.

Dalil ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi beriman kepada malaikat adalah sebagai
berikut:

- Surat al-Baqarah ayat 285: “Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata): ‘Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya’. Dan
mereka berkata: ‘Kami dengar dan kami taat. (Kami mohon) ampunan Engkau, ya Tuhan
kami, dan hanya kepada Engkaulah tempat kembali.’”
- Surat al-An’am ayat 61: “Dan Dialah yang memegang kendali atas dirimu pada waktu
malam dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia
bangkitkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditetapkan.
Kemudian hanya kepada-Nya-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.”
- Surat al-Anfal ayat 9: “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu: 'Sesungguhnya Aku akan menolong kamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut.'"
- Surat al-Mu'minun ayat 92: "Dia Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dan yang
terbuka, Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar."

4. Jelaskan cara mengimani Al-Qur’an dalam kehidupan, berdasarkan analisis dalil ayat al-
Qur’an?
Jawaban:
Cara mengimani Al-Qur’an dalam kehidupan, berdasarkan analisis dalil ayat al-Qur’an,
adalah sebagai berikut:

 Meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril. Al-Qur’an adalah kitab suci
yang membawa kebenaran, petunjuk, rahmat, dan hikmah bagi seluruh manusia.
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 185: ‫َش ْهُر َر َم َضاَن اَّلِذ ْٓي ُاْنِز َل ِفْيِه اْلُق ْر ٰا ُن ُه ًدى‬
‫ِّللَّناِس َو َبِّيٰن ٍت ِّم َن اْلُهٰد ى َو اْلُفْر َقاِن ۚ َفَم ْن َش ِهَد ِم ْنُك ُم الَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُهۖ َوَم ْن َك اَن َم ِرْيًض ا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّي اٍم‬
‫ُاَخ َر ۗ ُيِرْيُد ُهّٰللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل ُيِرْيُد ِبُك ُم اْلُعْس َر َوِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َو ِلُتَكِّبُروا َهّٰللا َع ٰل ى َم ا َهٰد ىُك ْم َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬
Artinya: Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-
Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur.
 Membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an dengan penuh penghayatan,
pengertian, dan keikhlasan. Al-Qur’an adalah sumber ilmu dan hikmah yang dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Allah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 9:

‫ِاَّن ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا َن َيْهِد ْي ِلَّلِتْي ِهَي َاْقَوُم َو ُيَبِّش ُر اْلُم ْؤ ِمِنْيَن اَّلِذ ْيَن َيْع َم ُلْو َن الّٰص ِلٰح ِت َاَّن َلُهْم َاْج ًرا َك ِبْيًرا‬
Artinya: Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
 Meneladani dan mencontoh akhlak, perilaku, dan sunnah Nabi Muhammad SAW
yang merupakan penerima dan penjaga Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW adalah
suri tauladan yang terbaik bagi umat manusia, yang telah menjalankan dan
menyampaikan Al-Qur’an dengan sempurna.
Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 21:
‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َرُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهّٰللا َو اْلَيْو َم اٰاْل ِخ َر َو َذ َك َر َهّٰللا َك ِثْيًرا‬
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
 Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, kriteria, dan ukuran dalam menilai segala
sesuatu yang ada di dunia ini. Al-Qur’an adalah furqan atau pembeda antara yang hak
dan yang batil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram.
Allah berfirman dalam surat al-Furqan ayat 1:
‫َتٰب َرَك اَّلِذ ْي َنَّز َل اْلُفْر َقاَن َع ٰل ى َع ْبِدٖه ِلَيُك ْو َن ِلْلٰع َلِم ْيَن َنِذ ْيًرا‬
Artinya: Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada
hamba-Nya (Muhammad) agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam.

5. Jelaskan fungsi beriman kepada Al-Qur’an dalam kehidupan, berdasarkan analisis dalil ayat
al- Qur’an?
Jawaban:
Fungsi beriman kepada Al-Qur’an dalam kehidupan, berdasarkan analisis dalil ayat al-
Qur’an, adalah sebagai berikut:
- Beriman kepada Al-Qur’an dapat membuat manusia mendapatkan petunjuk jalan yang
lurus yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Al-Qur’an adalah sumber hukum, ajaran, dan
nilai-nilai yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 2
: ‫ٰذ ِلَك اْلِكٰت ُب اَل َر ْيَب ۛ ِفْيِهۛ ُهًدى ِّلْلُم َّتِقْيَن‬
Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.
- Beriman kepada Al-Qur’an dapat membuat manusia mengakui dan mengagumi mukjizat
Nabi Muhammad SAW yang merupakan penerima dan penjaga Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun melalui malaikat
Jibril. Al-Qur’an memiliki keindahan bahasa, ketinggian makna, dan keajaiban ilmu yang
tidak dapat ditandingi oleh manusia.
Allah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 88
: ‫ُقْل َلِئِن اْج َتَم َعِت اِاْل ْنُس َو اْلِج ُّن َع ٰل ى َاْن َيْاُتْو ا ِبِم ْثِل ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا ِن اَل َيْاُتْو َن ِبِم ْثِلٖه َو َلْو َك اَن َبْعُضُهْم ِلَبْع ٍض َظِهْيًرا‬
Artinya: Katakanlah: ”Sekalipun manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-
Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
- Beriman kepada Al-Qur’an dapat membuat manusia meneladani dan mencontoh akhlak,
perilaku, dan sunnah Nabi Muhammad SAW yang merupakan penerjemah dan pelaksana
Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang terbaik bagi umat manusia,
yang telah menjalankan dan menyampaikan Al-Qur’an dengan sempurna. Allah berfirman
dalam surat al-Ahzab ayat 21:
‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َرُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهّٰللا َو اْلَيْو َم اٰاْل ِخ َر َو َذ َك َر َهّٰللا َك ِثْيًرا‬
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.
- Beriman kepada Al-Qur’an dapat membuat manusia menjadikan Al-Qur'an sebagai
pedoman, kriteria, dan ukuran dalam menilai segala sesuatu yang ada di dunia ini. Al-
Qur'an adalah furqan atau pembeda antara yang hak dan yang batil, yang baik dan yang
buruk, yang halal dan yang haram. Allah berfirman dalam surat al-Furqan ayat 1:
‫َتٰب َرَك اَّلِذ ْي َنَّز َل اْلُفْر َقاَن َع ٰل ى َع ْبِدٖه ِلَيُك ْو َن ِلْلٰع َلِم ْيَن َنِذ ْيًرا‬
Artinya: Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya
(Muhammad) agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.

6. Jelaskan pengertian Nabi dan pengertian Rasul, beserta perbedaan Nabi Muhammad SAW.
Dengan Nabi-dan Rasul sebelumnya?
Jawaban:
Pengertian Nabi adalah seseorang yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk dirinya
sendiri, sehingga tanpa ada kewajiban baginya untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada
orang lain. Pengertian Rasul adalah seseorang yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT,
tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga harus disampaikan kepada umatnya. Perbedaan
Nabi Muhammad SAW dengan Nabi dan Rasul sebelumnya adalah sebagai berikut:
 Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT
untuk seluruh umat manusia, sedangkan Nabi dan Rasul sebelumnya hanya diutus
untuk bangsa atau kaum tertentu.
 Nabi Muhammad SAW membawa syariat Islam yang sempurna dan universal, yang
menggantikan dan menyempurnakan syariat-syariat yang dibawa oleh Nabi dan Rasul
sebelumnya. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah syariat
yang sesuai dengan fitrah manusia dan tidak mengandung kesempitan atau kesulitan.
 Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin, teladan, dan pembimbing bagi seluruh
umat Islam, yang memiliki sifat-sifat mulia dan akhlak yang tinggi. Nabi Muhammad
SAW juga memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Allah SWT, seperti menjadi
syafaat bagi umatnya, 00lmenjadi saksi atas seluruh manusia, dan mendapatkan
karamah-karamah yang luar biasa.

7. Jelaskan eksistensi Nabi dan Rasul dalam kehidupan manusia, berdasarkan analisis dalil ayat
al-Qur’an’?
Jawaban:

Eksistensi Nabi dan Rasul dalam kehidupan manusia adalah sebagai bukti dari rahmat dan
keadilan Allah SWT yang mengutus mereka untuk membimbing, mengajarkan, dan
menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Beriman kepada Nabi dan Rasul adalah
salah satu rukun iman yang wajib bagi setiap muslim, sebagaimana ditegaskan dalam
beberapa ayat al-Qur’an, antara lain:

 Surat al-Baqarah ayat 285: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang
diturunkan kepadanya (Alquran) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari
rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah
kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
 Surat an-Nisa ayat 163-165: “Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu
(Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi
setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, lsmail, Ishak,
Ya’qub dan anak cucunya; ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami telah
memberikan Kitab Zabur kepada Daud. Dan ada beberapa rasul yang telah Kami
kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak
Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.
Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu
diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
 Surat al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Dari ayat-ayat tersebut, dapat dianalisis bahwa Nabi dan Rasul memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia, yaitu:

 Mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu dan
menyampaikannya kepada manusia dengan cara yang terbaik, sehingga manusia
dapat mengenal Allah SWT, ajaran-ajaran-Nya, dan tujuan hidup mereka di dunia dan
akhirat.
 Mereka adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat mulia, akhlak terpuji, dan
keteladanan yang sempurna, sehingga manusia dapat meniru dan mengikuti mereka
dalam segala hal yang baik, baik dalam ibadah, muamalah, maupun akhlak.
 Mereka adalah orang-orang yang membawa kabar gembira dan peringatan kepada
manusia, sehingga manusia dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan
akhirat, serta terhindar dari kesesatan dan siksaan.

Oleh karena itu, eksistensi Nabi dan Rasul dalam kehidupan manusia adalah sebuah nikmat dan
karunia yang besar dari Allah SWT, yang harus disyukuri dan dihargai oleh setiap muslim dengan cara
beriman kepada mereka, mengikuti ajaran-ajaran mereka, dan mencintai mereka lebih dari segala
sesuatu.

8. Jelaskan fungsi Nabi dan Rasul dalam kehidupan manusia, berdasarkan analisis dalil ayat al-
Qur’an?
Jawaban:
Nabi dan Rasul adalah utusan Allah swt yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya kepada
umat manusia. Mereka memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik
di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan analisis dalil ayat al-Qur’an, fungsi Nabi dan Rasul
dalam kehidupan manusia antara lain adalah:
 Menjadi saksi atas umat manusia. Allah swt berfirman:
“Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah: 143).
Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi dan Rasul akan memberikan kesaksian di hadapan Allah
swt tentang apa yang telah mereka sampaikan dan apa yang telah dilakukan oleh umat
manusia. Mereka akan menjadi bukti kebenaran dan keadilan Allah swt dalam mengadili
manusia di hari kiamat.
 Menyampaikan risalah Allah swt kepada umat manusia.
Allah swt berfirman: “Sesungguhnya Kami mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-
bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. Al-Hadid: 25).
Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi dan Rasul bertugas untuk menyampaikan wahyu Allah swt
yang berisi ajaran-ajaran, hukum-hukum, dan tuntunan-tuntunan bagi manusia agar mereka
dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah swt. Mereka juga membawa bukti-bukti yang
nyata, seperti mukjizat, untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman dan menantang
orang-orang yang mendustakan mereka.
 Menyeru umat manusia kepada jalan Allah swt.
Allah swt berfirman: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa
kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan kepada mereka dengan izin Allah.” (QS.
Ibrahim: 4).
Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi dan Rasul berfungsi untuk menyeru umat manusia kepada
jalan Allah swt dengan bahasa yang mereka mengerti. Mereka memberikan penjelasan yang
jelas dan mudah dipahami tentang ajaran-ajaran Allah swt dan mengajak mereka untuk
beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Mereka juga memberikan contoh dan teladan yang
baik dalam beribadah dan berakhlak.
 Mengajarkan al-Kitab dan hikmah kepada umat manusia. Allah swt berfirman:
“Sebagaimana Kami telah mengutus di antara kamu seorang rasul dari kamu, yang
membacakan ayat-ayat Kami kepadamu dan mensucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu
al-Kitab dan al-Hikmah serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS.
Al-Baqarah: 151). Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi dan Rasul berfungsi untuk mengajarkan
al-Kitab, yaitu kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt kepada mereka, seperti al-Qur’an,
Taurat, Zabur, dan Injil. Mereka juga mengajarkan al-Hikmah, yaitu ilmu-ilmu yang berasal
dari Allah swt yang dapat memberikan petunjuk dan kebijaksanaan dalam menghadapi
berbagai persoalan hidup. Mereka juga mengajarkan hal-hal yang belum diketahui oleh umat
manusia, seperti hal-hal ghaib, akhirat, dan lain-lain.
 Menyucikan jiwa umat manusia. Allah swt berfirman:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada
mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan rasul itu) mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2). Ayat ini
menunjukkan bahwa Nabi dan Rasul berfungsi untuk menyucikan jiwa umat manusia dari
segala macam penyakit hati, seperti kekufuran, kemunafikan, kesyirikan, kezaliman, dan lain-
lain. Mereka membersihkan jiwa umat manusia dengan mengajarkan mereka untuk beriman
dan bertaqwa kepada Allah swt, serta mengamalkan ajaran-ajaran Allah swt dengan ikhlas dan
tulus. Mereka juga mengeluarkan umat manusia dari kesesatan dan kegelapan menuju cahaya
dan hidayah Allah swt.
 Memberikan kabar gembira dan peringatan kepada umat manusia. Allah swt berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus engkau Muhammad melainkan sebagai pembawa kabar gembira
dan pemberi peringatan.” (QS. Al-Furqan: 56). Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi dan Rasul
berfungsi untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada umat manusia. Kabar
gembira adalah tentang janji-janji Allah swt bagi orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, seperti ampunan, rahmat, ridha, dan surga. Peringatan adalah tentang ancaman-
ancaman Allah swt bagi orang-orang yang kafir dan berbuat maksiat, seperti azab, murka, dan
neraka. Dengan demikian, Nabi dan Rasul menggugah hati umat manusia untuk bersegera
bertaubat dan berlomba-lomba dalam kebaikan, serta menjauhi dosa dan kemungkaran.

9. Jelaskan pengertian hari akhirat dalam konsep rukun iman. Berdasarkan analisis dalil ayat al-
Qur’an?
Jawaban:
Hari akhirat adalah hari berakhirnya kehidupan di dunia dan awal kehidupan di akhirat, yang
merupakan kehidupan yang abadi dan sesuai dengan amal perbuatan manusia di dunia. Hari
akhirat juga disebut dengan hari kiamat, hari kebangkitan, hari perhitungan, hari pembalasan,
atau hari pengadilan. Hari akhirat adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh
setiap muslim.
Berdasarkan analisis dalil ayat al-Qur’an, beriman kepada hari akhirat berarti membenarkan
dengan sepenuh hati bahwa:
o Hari akhirat pasti akan terjadi, tidak ada keraguan tentang hal itu, dan tidak ada yang
mengetahui kapan terjadinya selain Allah SWT. Ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat al-Hajj ayat 7 dan surat al-A’raf ayat 187.
o Allah SWT akan membangkitkan semua orang yang ada di dalam kubur dan
mengumpulkan mereka di padang mahsyar untuk dihisab dan diberi balasan sesuai
dengan amal perbuatan mereka di dunia. Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
az-Zumar ayat 68, surat al-Qari’ah ayat 4-5, dan surat al-Jatsiyah ayat 28.
o Allah SWT akan menetapkan surga dan neraka sebagai tempat tinggal abadi bagi orang-
orang yang beriman dan beramal saleh atau orang-orang yang kafir dan berbuat maksiat.
Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 25 dan surat al-Baqarah
ayat 39.

10. Jelaskan eksistensi keimanan kepada hari akhirat dalam kehidupan manusia, berdasarkan
analisis dalil ayat al-Qur’an?
Jawaban:
Eksistensi keimanan kepada hari akhirat dalam kehidupan manusia adalah sebagai berikut:
o Keimanan kepada hari akhirat merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini
oleh setiap muslim, karena masalah kebangkitan di negeri akhirat merupakan
landasan berdirinya aqidah setelah masalah keesaan Allah SWT.
o Keimanan kepada hari akhirat mencakup segala hal yang berkaitan dengan kehidupan
setelah mati, pembalasan atas segala perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia,
dan kehidupan di akhirat yang abadi.
o Keimanan kepada hari akhirat memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk
moral dan etika hidup umat Muslim, serta memberikan mereka motivasi untuk
berbuat baik dan menjalani kehidupan yang benar.
o Keimanan kepada hari akhirat juga mempengaruhi cara pandang umat Muslim
terhadap kehidupan di dunia. Mereka menyadari bahwa kehidupan di dunia hanyalah
sementara dan persiapan untuk kehidupan di akhirat yang abadi sangatlah penting.
o Keimanan kepada hari akhirat juga menumbuhkan rasa takut dan harap kepada Allah
SWT, karena mereka mengimani adanya siksa dan nikmat yang kekal di akhirat, yang
bergantung pada ridha dan murka Allah SWT.

Berdasarkan analisis dalil ayat al-Qur’an, beberapa ayat yang menunjukkan eksistensi
keimanan kepada hari akhirat dalam kehidupan manusia adalah sebagai berikut:

o Surat al-Baqarah ayat 62: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang


Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka
yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka
akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka,
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Ayat ini menunjukkan bahwa keimanan
kepada hari akhirat adalah syarat untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT dan
terbebas dari kekhawatiran dan kesedihan.
o Surat al-Kahfi ayat 46: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia,
tetapi amal-amal yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan.” Ayat ini menunjukkan bahwa keimanan
kepada hari akhirat adalah motivasi untuk beramal saleh dan mengharapkan pahala
yang lebih baik di akhirat daripada harta dan anak-anak di dunia.
o Surat al-Isra ayat 21: “Lihatlah bagaimana Kami lebihkan sebahagian mereka atas
sebahagian yang lain (dalam hal harta dan kedudukan), dan sesungguhnya akhirat
itu lebih besar tingkatannya dan lebih besar pula keutamaannya.” Ayat ini
menunjukkan bahwa keimanan kepada hari akhirat adalah cara pandang yang
menganggap akhirat lebih utama dan lebih tinggi daripada dunia, dan tidak
terpengaruh oleh perbedaan harta dan kedudukan di dunia.
o Surat al-Ankabut ayat 64: “Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau
dan main-main, dan sesungguhnya kampung akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan, kalau mereka mengetahui.” Ayat ini menunjukkan bahwa keimanan
kepada hari akhirat adalah kesadaran bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara
dan tidak nyata, dan kehidupan akhirat itulah yang abadi dan hakiki, yang harus
dipersiapkan dengan baik.
o Surat al-Mu’minun ayat 115: “Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” Ayat ini menunjukkan bahwa keimanan kepada hari akhirat adalah rasa takut
dan harap kepada Allah SWT, yang menciptakan manusia dengan tujuan dan hikmah,
dan akan mengembalikan mereka kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan
segala perbuatan mereka.

11. Jelaskan fungsi mengimani hari akhirat dalam kehidupan manusia?


Jawaban:
Beriman kepada hari akhirat memiliki banyak hikmah dan manfaat, di antaranya adalah:
o Menjadi motivasi bagi manusia untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran,
karena mereka menyadari bahwa semua perbuatan mereka akan dimintai
pertanggungjawaban dan mendapat balasan yang adil dari Allah SWT.
o Menumbuhkan rasa takut dan harap kepada Allah SWT, karena mereka mengimani
adanya siksa dan nikmat yang kekal di akhirat, yang bergantung pada ridha dan
murka Allah SWT.
o Menjaga akhlak dan budi pekerti yang baik, karena mereka mengikuti ajaran dan
teladan Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suri tanda bagi umat manusia dan
pembawa kabar gembira dan peringatan tentang hari akhirat.
o Menjalin persaudaraan dan solidaritas antara sesama muslim, karena mereka merasa
bersaudara dalam iman dan saling membantu dalam kebaikan dan taqwa, serta saling
mendoakan dan mengingatkan tentang hari akhirat.

12. Jelaskan perbedaan Qadha dan Qadar, berdasarkan pengertian dan contoh masing-masing,
lengkapi dengan analisis dalil ayat al-Qur’an dan Hadis?
Jawaban:
Pengertian Qadha dan Qadar
Menurut istilah, Qadha adalah ketetapan Allah SWT yang tercatat di Lauh al-Mahfuz sejak
zaman azali. Ketetapan ini sesuai dengan kehendak Allah dan berlaku untuk seluruh makhluk
hidup yang ada di alam semesta. Sedangkan Qadar adalah ketetapan atau keputusan Allah
yang memiliki sifat Maha Kuasa (Qadir) atas semua ciptaan-Nya, baik itu berupa takdir baik
maupun takdir buruk. Qadar adalah perwujudan atau realisasi dari Qadha. Saat ketetapan itu
sudah terwujud dan menjadi kenyataan, maka itu disebut sebagai Qadar.
Perbedaan Qadha dan Qadar
Berdasarkan pengertian, Qadha adalah ketetapan yang masih bersifat rencana, sedangkan
Qadar adalah ketetapan yang sudah menjadi kenyataan2. Berdasarkan ketetapan, Qadha
masih bisa diubah oleh manusia dengan cara berikhtiar dan berusaha dengan sungguh-
sungguh dalam mencapai keinginannya1. Berbeda dengan Qadar yang merupakan ketetapan
dari Allah yang sudah tidak dapat diubah2. Berdasarkan contoh, Qadha adalah Allah telah
menetapkan bahwa seseorang akan menjadi dokter, sedangkan Qadar adalah seseorang
tersebut berhasil menjadi dokter setelah menempuh pendidikan dan mengikuti ujian2.
Berdasarkan dalil, Qadha didasarkan pada firman Allah:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar:
49)
Sedangkan Qadar didasarkan pada firman Allah:
“Dan tiap-tiap sesuatu Kami ciptakan dengan qadar.” (QS. Al-Qamar: 49)
Analisis Dalil Qadha dan Qadar
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT telah menetapkan segala sesuatu dengan ukuran
dan takdir yang pasti. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi secara kebetulan atau tanpa sebab.
Semua sudah direncanakan dan ditentukan oleh Allah SWT sejak zaman azali. Allah SWT
mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi pada makhluk-Nya, baik yang terlihat maupun
yang tersembunyi, baik yang besar maupun yang kecil, baik yang baik maupun yang buruk.
Allah SWT juga memiliki kekuasaan untuk menciptakan, meniadaan, atau mengubah sesuatu
sesuai dengan kehendak-Nya. Manusia sebagai makhluk yang lemah dan terbatas hanya bisa
berusaha dan berdoa untuk mendapatkan yang terbaik dari Allah SWT. Manusia tidak boleh
putus asa atau mengeluh atas takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, tetapi harus
bersabar dan bersyukur. Manusia juga harus percaya bahwa Allah SWT tidak akan
memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kebaikan makhluk-Nya.

Selain ayat di atas, ada juga dalil-dalil lain yang berkaitan dengan Qadha dan Qadar,
seperti:
 “Dan tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya melainkan dengan hak dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia benar-benar kafir kepada pertemuan dengan Tuhannya.” (QS.
Ar-Rum: 8)
 “Dan tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS.
Al-Hadid: 22)
 “Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir segala sesuatu dengan kadar.” (HR.
Muslim)
 “Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk sebelum menciptakan langit dan
bumi sebanyak lima puluh ribu tahun, dan Arsy-Nya ada di atas air. Dia menulis
dalam kitab-Nya yang ada di sisi-Nya: Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan
murka-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
13. Jelaskan eksistensi beriman kepada Kepada Qadha dan Qadar Baik/Buruk dalam kehidupan.
Berdasarkan analisis dalil ayat al-Qur’an dan Hadis?
Jawaban:
Beriman kepada qadha dan qadar adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh
setiap muslim. Qadha dan qadar adalah ketetapan Allah SWT yang berlaku untuk seluruh
makhluk-Nya, baik yang baik maupun yang buruk. Qadha adalah ketetapan Allah yang
tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah realisasi dari qadha itu
sendiri.

Eksistensi beriman kepada qadha dan qadar dalam kehidupan sangat penting, karena hal ini
menunjukkan sikap tunduk dan pasrah kepada kehendak Allah SWT. Beriman kepada qadha
dan qadar juga memiliki banyak hikmah, di antaranya adalah:

- Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT yang diberikan kepada
kita, baik yang berupa materi maupun non-materi.
- Meningkatkan rasa sabar dan ikhlas dalam menghadapi cobaan dan musibah yang
menimpa kita, karena kita yakin bahwa itu adalah ujian dari Allah SWT yang
mengandung hikmah dan kebaikan.
- Meningkatkan rasa tawakal dan berserah diri kepada Allah SWT dalam segala urusan,
karena kita yakin bahwa Allah SWT adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
- Meningkatkan rasa optimis dan bersemangat dalam berusaha dan berikhtiar, karena kita
yakin bahwa Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka mau
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra’d [13]: 11).
- Meningkatkan rasa takut dan khusyu’ kepada Allah SWT, karena kita yakin bahwa Allah
SWT Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi dan terlihat, dan Allah SWT
Maha Adil dalam memberikan balasan kepada setiap amal perbuatan kita.
- Meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang kepada Allah SWT, karena kita yakin bahwa
Allah SWT Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan
bertakwa.

Dalil ayat al-Qur’an dan hadis yang menerangkan tentang qadha dan qadar antara lain adalah:

- QS. Al-Hadid [57]: 22: “Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu
sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum
kejadiannya.”
- QS. Al-Qamar [54]: 49: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran.”
- QS. At-Takwir [81]: 29: “Dan tiadalah kamu dapat menghendaki sesuatu, melainkan
apabila Allah menghendakinya, Tuhan seluruh alam.”
- HR. Muslim dari Abdullah bin Umar RA: “Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan
takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan
bumi.”
- HR. Muslim dari Ubadah bin Shamit RA: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Iman adalah engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,
dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.’”
- HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah RA: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidaklah seorang hamba
beriman hingga ia beriman kepada qadar, baik yang menyenangkan maupun yang
menyusahkan, dan hingga ia mengetahui bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput
darinya, dan apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.’”

14. Jelaskan fungsi beriman kepada Kepada Qadha dan Qadar Baik/Buruk dalam kehidupan,
berdasarkan analisis dalil ayat al-Qur’an dan Hadis?
Jawaban:
Beriman kepada Qada dan Qadar adalah salah satu rukun iman dalam Islam yang menjelaskan
bagaimana manusia harus berpercaya terhadap ketetapan dan ketentuan Allah SWT dalam
kehidupan mereka. Berikut adalah beberapa fungsi beriman kepada Qada dan Qadar
berdasarkan analisis ayat al-Qur’an dan Hadis:
1. Menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi: Beriman kepada Qada dan Qadar
mengakan manusia untuk berusaha dan berikhtiar dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT[1].
2. Terhindar dari sifat sombong: Dengan memahami beriman kepada Qada dan Qadar,
manusia dapat menghindari sifat sombong dan berkat pada Allah SWT[1].
3. Melatih baik sangka: Beriman kepada Qada dan Qadar membuat manusia semakin berbaik
sangka atau husnuzan kepada Allah SWT[1].
4. Melatih kesabaran: Dengan memahami beriman kepada Qada dan Qadar, manusia dapat
menghasilkan kesabaran yang baik dan mengakan perilaku yang sesuai dengan kehendak-
Nya[1].
5. Menghindari sifat sombong: Beriman kepada Qada dan Qadar mengakan manusia untuk
menghindari sifat sombong dan berkat pada Allah SWT[5].

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, beriman kepada Qada dan Qadar dapat membantu
manusia menjelaskan berbagai kejadian dan situasi yang dihadapi. Misalnya, dengan
memahami beriman kepada Qada dan Qadar, manusia dapat rendah hati bahwa segala sesuatu
yang terjadi itu semua berkat kehendak Allah dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT[3]. Selain itu, beriman kepada Qada dan Qadar juga dapat
membantu manusia menghasilkan kesabaran yang baik dan mengakan perilaku yang sesuai
dengan kehendak-Nya

TUGAS LATIHAN 2

Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan pemahaman anda tentang materi yang dibahas dalam bab
ini?

1. Jelaskan pengertian aqidah, pengertian tauhid beserta lawannya, pengertian syirik dan
pembagannya beserta contohnya, pengertian iman beserta lawannya, berdasarkan analisia arti
dalil ayatnya masing-masing?
Jawaban:

2. Jelaskan pengertian ‘aqidah Islamiyah,?


3. Jelaskan pembagian rukun iman berdasarkan al-Qur’an, dan pembagian rukun iman
berdasarkan Hadis?
4. Jelaskan analisis kausalitas rukun iman, dan kegunaannya dalam memperkuat iman?
5. Jelaskan konsep Tuhan menurut Islam, nama Tuhan menurut Islam Apa bedanya nama Tuhan
menurut Islam dengan nama Tuhan pada agama lain, berdasarkan anaisis dalil ayat al-
Qur’annya??
6. Jelaskan, apakah Tuhan itu satu atau banyak, menurut Islam? Berdasarkan analisis dalil ayat
al- Qur’an?
7. Jelaskan alasan perlunya kita mengenal Eksitensi Allah SWT. (Ma’rifatullah)?
8. Jelaskan manfaat mengenal Allah melalui pengkajian terhadap penciptaan alam semesta dan
proses penciptaan alam semesta menurut al-Qur’an dan menurut ilmu pengetahuan? Setelah
kita mengkaji penciptaan alam semesta, apa pengaruhnya terhadap keimanan kita?
9. Jelaskan manfaat mengenal Allah SWT melalui pengkajian terhadap penciptaan manusia,
proses penciptaan manusia menurut al-Qur’an? Setelah kita mengkaji penciptaan manusia apa
pengaruhnya terhadap keimanan kita?
10. Jelaskan hubungan keimanan dan ketaqwaan, berdasarkan analisis dalil ayatnya?

Anda mungkin juga menyukai