BAB I
PENDAHULUAN
Alquran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Tidak diturunkan hanya untuk umat atau suatu masa tertentu, tetapi untuk
seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang masa. Karena universalitas Alquran
melingkupi seluruh aspek kehidupan umat manusia dan ditujukan kepada seluruh
pranata sosial. Baik mereka yang tradisional atau primitive maupun yang memiliki
lindungan Alquran.
dalam hidup. Manusia dianjurkan agar selalu ingat negeri yang kekal abadi yaitu
akhirat, tetapi jangan sampai melalaikan kehidupan dunia. Persoalan dunia harus
manusia jauh lebih mulia dari pada segala persepsi tentang manusia dari dulu
hingga kini. Manusia sesungguhnya adalah tiupan ruh Allah, ruh ciptaan Allah
1
2
sendiri. Dengan tiupan inilah maka manusia diangkat Allah menjadi khalifah di
ketergantungan kepada tiupan ruh Allah yang mulia itu. Perasaan ini menjelma
menjadi Akidah untuk percaya kepada Allah. Akidah inilah yang menjadi sumber
makhluk tidak boleh meminta pujian dari makhluk lainnya, tetapi jika seorang
makhluk dipuji oleh makhluk lainnya tanpa diharapkannya maka dia harus
menyerahkan pujian tersebut kepada yang berhak yaitu Allah swt.. Jika seseorang
hamba diberikan Allah swt. suatu nikmat kemudian nikmat tersebut diambil
Agama Allah hanya satu, yaitu Islam. Islam membawa manusia kepada
penyerahan diri kepada Allah, satu-satunya Tuhan yang berhak disembah
dan ditaati. Inilah dia tauhid yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.
Keesaan Allah di dalam Alquran yang merupakan inti ajaran Islam,
mentauhidkan Allah, sehingga Islam adalah agama Tauhid. Para Nabi
1
Husin Naparin, Nalar Al-Qur’an: Refleksi Nilai-Nilai Teologis dan Antropologis,
(Jakarta: El-Kahfi, 2004), cet. 1, h. 119.
3
Semua utusan Allah swt., diutus untuk menegakkan ajaran Allah swt. yaitu
mengesakan Allah swt. serta mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Percaya Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir serta kitab
Alquran yang diturunkan kepadanya. Serta wajib kita percaya adanya Nabi
dan Rasul sebelumnya serta kitab-kitab sebelum Alquran. Yang sudah
dinyatakan dengan jelas di dalam Alquran adanya. Firman Allah swt.:
diturunkan Allah swt. kepada utusan-Nya. Wahyu Allah swt. tersebut adalah
kitab-kitab yang menjadi pegangan para utusan Allah swt. untuk menyampaikan
ajaran-Nya.
Semua kitab yang diturunkan Allah swt. mengandung perintah dan ajaran
yang hampir serupa hanya berbeda beberapa hukum syari’atnya. Dalam
semua kitab yang diturunkan Allah swt. yang disampaikan para utusan-Nya
mengandung ajaran Tauhid yaitu perintah mengesakan Allah dan jangan
menyekutukannya. Firman Allah swt.:
الر ِح ْي ُم
َّ ُ ََّّل ا ِٰلهَ ا ََِّّل ُه َو ال َّر ْح ٰمن اح ٌد
ِ َوا ِٰل ُه ُك ْم ا ِٰلهٌ َّو
Artinya:
2
Ibid, h. 122-123.
3
Ibid, h. 18.
4
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 163).4
Semua ajaran yang mengandung pada setiap kitab-kitab Allah swt. yang
serupa adalah mengesakan Allah yaitu tidak menyekutukan Allah swt. dengan
yang lain. Dan ajaran yang berbeda adalah beberapa hukum syari’at seperti tata
kehidupan di dunia yang fana’ ini, dunia hanya tempat sementara dan akhiratlah
dunia yang dikekalkan, dunia adalah tempat bercocok tanam dan akhiratlah
tempat untuk memanennya, dan dunia ini juga hanya tempat mengharapkan
rahmat dan ridho Allah swt. agar mendapatkan rahmat dan ridho-Nya di akhirat
kelak.
akan bisa dilalui dengan keimanan yang kuat kepada Allah swt.. Allah swt.
4
Ibid, h. 124.
5
Husin Naparin, Fikrah: Refleksi Nilai-Nilai Islam Dalam Kehidupan 2, (Jakarta: El-
Kahfi, 2003), cet. 1, h. 44.
5
kematian di dunia dengan ujian tersebut akan menjadikan manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Allah swt. dengan sebaik-baiknya. Allah swt. tidak akan
Bahagia, cinta, senang, tawa, canda, kasih sayang, sedih, sengsara, derita,
dan lain sebagainya kembalikan semuanya kepada Allah swt. agar selalu dalam
rahmat dan ridho-Nya Allah swt. serta selalu dalam keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt. "Sesungguhnya Allah-lah tempat kami kembali". Kami dan
Akidah sebagai akar dari segala amal dan perbuatan, amal akan baik jika
Akidahnya benar dan segala perbuatan akan menjadi baik jika Akidahnya benar.
Akidah juga sebagai bangunan dan syari’at sebagai atapnya, jika bangunannya
roboh maka atapnya pun ikut roboh. Seperti itulah jika amal dan perbuatan tidak
ada pondasi Akidah yang benar maka amal dan perbuatan tersebut akan roboh
(musnah).
harus berpondasi dengan Akidah yang benar. Buktinya dengan selalu meesakan
dunia selalu berada di jalan Allah swt. dan selalu diridhoi-Nya serta dicintai-Nya.
Allah swt. sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Surah al-Ikhlas ini adalah surah yang
menjadi dasar untuk mengenal Allah Swt sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Satu-
beranak dan tidak pula diperanakan serta kerabat, dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Allah swt. sebagai Tuhan satu-satunya wajib ditaati dan disembah.
Oleh karena itulah, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji pada
penelitian ini adalah apa materi pendidikan Akidah Islam yang mengandung pada
surah al-Ikhlas?
C. Tujuan Penelitian
D. Definisi Operasional
1. Akidah
Akidah menjadi akar atau dasar dari keimanan seorang yang beragama
rahmat dari Allah swt., dengan menjauhkan diri dari segala bentuk kesyikiran
bahwa Allah swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa yaitu satu-satunya tiada
ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid
2. Surah Al-Ikhlas
penelitian ini ialah keimanan yang kuat kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa pada
surah al-Ikhlas surah ke 112 di dalam mushaf Alquran standar dan menempati
8
E. Kegunaan Penelitian
pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis, di antaranya sebagai berikut:
F. Tinjauan Pustaka
9
hadis melalui metode bermain jawaban pada siswa kelas III Madrasah
kegiatan pembelajaran mata pelajaran Alquran Hadis pada siswa kelas III
3. Tafsir surah al-Ikhlas dalam tafsir Ruh Al-Ma’ani, Al-Jami Ahkam Al-
Ikhlas, metode dan corak tafsir ketiga mufassir dalam kitab tafsirnya, dan
penelitian.
10
pelaku yang melakukan perilaku tercela tidak merasa takut, sedih, atau menyesal.
G. Metode Penelitian
diperlukan dicari dan diperoleh melalui kajian terhadap sejumlah literatur yang
perpustakaan.7
2. Objek Penelitian
6
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), jilid I, h. 9.
7
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h.
33.
11
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kitab para mufasir yaitu kitab-kitab
a) Data
1) Data Pokok
2) Data Penunjang
b) Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah beberapa kitab tafsir, baik
yang berbahasa Arab maupun yang sudah diterjemahkan dalam bentuk soft
file maupun hard file dan sejumlah data yang diperoleh atau didapat dari
yang bisa diterapkan dalam proses pendidikan. Juga sumber data yang
Jalaluddin Al-Sayuti.
(c) Tafsir Ibnu Katsir oleh al-Imam Abu Fida’ Isma’il Ibnu Katsir
(d) Tanwirul Miqbas min Tafsir ibni Abbas oleh Majdid Diin bin
(e) Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayi Al Quran oleh Abu Ja’afar bin
Jarir Al-Thabari.
(b) Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi oleh Ali Anwar
Yusuf.
Husin Naparin.
Naisaburi.
bentuk terjemah bahasa Indonesia dan sebagian lagi dalam bentuk asli atau
8. Matrik Data
Teknik Instrumen
No. Data Sumber Data Pengumpulan Pengumpulan
Data Data
1 Data pokok tentang
Alquran Surah
materi pendidikan
Al-Ikhlas Teknik
Akidah Islam
tunggal Terlampir
2 Data penunjang tentang Tafsir, Hadis,
dokumentasi
materi pendidikan dan buku-buku
Akidah Islam yang relevan
H. Sistematika Penulisan
membaca skripsi ini, maka skripsi ini penulis susun sebagai berikut:
penulisan.
15
materi pendidikan Akidah Islam, landasan dasar pendidikan Akidah Islam, tujuan
Bab III tentang materi pendidikan akidah islam dalam penafsiran terhadap
surah al-ikhlas, yang berisi tentang penafsiran umum surah Al-Ikhlas menurut
beberapa ahli tafsir, asbabun nuzul dan beberapa riwayat tentang Surah Al-Ikhlas,
BAB II
dalam penelitian ini, oleh karena itu dibahasnya pengertian dibawah ini.
Dalam bahasa Arab kata pendidikan biasanya diwakili oleh kata tarbiyah,
ta’dib, ta’lim, tadris, tadzkiyah, tadzkirah, tahzib, mau’idzah, dan taqlim yang
1
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. 3, ed. 4, h. 9.
2
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),
cet. 10, h. 2.
16
17
tingkah laku (behavior) yang baik agar bisa bermanfaat bagi kehidupan dirinya,
Islam. Pengertian Akidah (Akidah dalam bahasa Arab) secara etimologi adalah
keyakinan yang menjadi pegangan hidup bagi setiap pemeluk agama Islam. Oleh
karena itu, Akidah selalu ditautkan dengan rukun iman atau arkan al-iman yang
Secara etimologis, akidah berasal dari kata ‘aqada yang mengandung arti
ikatan atau keterkaitan, atau dua utas tali dalam satu buhul yang tersambung.
Akidah berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua
berarti keimanan atau keyakinan seseorang terhadap Allah swt. yang menciptakan
alam semesta beserta seluruh isinya dengan segala sifat dan perbuatan-Nya.
sebagai akidahnya berarti ia sudah terikat oleh segala aturan atau hukum yang
para sahabatnya, tatkala seorang laki-laki yang kemudian ternyata Malaikat Jibril
3
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati Akhlak Mulia Pondasi
Membangun Karakter Bangsa, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2011), cet. 3, h. 71.
4
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 2007), cet. 1, h. 2.
5
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2003), cet. 1, h. 110-111.
18
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Pada suatu hari ketika Nabi Muhammad
saw. tengah bersama sahabatnya, datang seseorang yang bertanya, “Apakah iman
Akidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh. Manusia dalam hidup ini
terpola ke dalam ikatan dan perjanjian baik dengan Allah swt., dengan sesama
manusia maupun dengan alam lainnya. Jika seseorang terikat dengan kekafiran
disebut akidah kafir; jika terikat dengan kemusyrikan disebut akidah musyrik; jika
yang diberikan kepada peserta didik atau anak didik berupa pengetahuan,
pembinaan, nasihat dan lain-lain agar memiliki Akidah yang benar dan melakukan
6
Ibid, h. 153-154.
7
Deden Makboluh, Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), cet. 1, h. 85.
19
Alquran adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama.
Menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenaranya oleh penelitian ilmiah,
Alquran adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar
dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai
Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di
dunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak. Alquran yang menjadi sumber nilai
dan norma umat Islam itu terbagi ke dalam 30 juz (bagian), 114 surah (surat:bab)
lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf (atau lebih tepat dikatakan
325.345 suku kata kalau dilihat dari sudut pandang bahasa Indonesia).8
Dalam Islam, akidah adalah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi
ialah Alquran. Iman adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu
dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh
8
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), ed. 1,
cet. 12, h. 93.
20
bertolak sejak penyiaran Islam pertama di masa Rasulullah saw. hingga kini.
kepercayaan itu, yang pula merupakan seruan utama setiap Rasul yang diutus
Alhadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang telah
disebut dalam Alquran di atas, dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah
dengan sunnah beliau. Karena itu, sunnah Rasul yang kini terdapat dalam Alhadis
Dasar dari semua tentang Islam adalah Alquran dan hadis Nabi
Muhammad saw. serta ulama-ulama yang menerangkan Alquran dan hadis Nabi
Artinya kuat atau lemahnya Akidah akan bergantung pada perlakuan yang datang
kepadanya. Apabila Akidah dibina dengan baik, maka ia akan kuat dan sebaliknya
bila dibiarkan kering, maka dengan sendirinya Akidah tidak dapat menopang
keislaman seseorang.11
9
Nazaruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Alma’arif, 1973), cet. 1, h. 153.
10
Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 110.
11
Ali Anwar Yusuf, op.cit., h. 107-108.
21
dibina dengan baik, dan sebaliknya seseorang yang senantiasa malas akan
beribadah dan suka berbuat inkar kepada Allah swt., dan sesama makhluk
sesuatu yang bersifat teoritis. Kemudian tuntunan pertama kalinya adalah segala
sesuatu yang dipercayai dengan suatu keimanan, tidak boleh dicampuri oleh
apapun yang diperintahkan oleh Allah swt. melalui utusan-Nya dan kitab-Nya
pengetahuan dasar bagi umat Islam sebagai umat yang beriman kepada Allah swt.
Nya. Sehingga materi pendidikan Akidah Islam pada surah Al-Ikhlas diharapkan
12
Ibid.
22
Sebagai akibat Akidah yang bersifat dinamis, maka diperlukan suatu upaya
pembinaan Akidah yang bersifat dinamis pula, agar ia tetap kokoh. Bentuk
berdasarkan Akidah, akan lahir akhlak. Oleh karena itu, iman tidak hanya ada di
dalam hati, tetapi ditampilkan dalam bentuk perbuatan. Oleh karena itu, Akidah,
korelatif, serasi, dan seimbang, tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang
lainnya.13
Karena itulah, agar segala perbuatan manusia yang zahir maupun bathin
harus didasari dengan Akidah. Segala amal ibadah manusia kepada Allah swt. dan
perbuatan baik kepada makhluk Allah swt. akan diterima-Nya dengan dasar
Dan Akidah yang benar akan menjadikan seseorang memiliki iman yang
baik dan akan memperoleh kelezatan iman. Sebagaimana riwayat dari Anas r.a.
13
Ibid.
23
dorongan utama untuk berbuat baik dan maslahat, baik bagi manusia sendiri
maupun bagi makhluk lainnya. Dorongan Akidah ini akan sanggup meniadakan
segala pamrih yang bersifat duniawi dan balas jasa dari kebaikan yang ditanamkan
keyakinannya bahwa Allah swt. menyuruhnya untuk berbuat baik, sehingga apa
pun yang diperolehnya akibat dari perbuatan baiknya itu akan diterima dengan
penuh kesadaran dan lapang dada. Dari perilaku ini lahirlah sikap ikhlas yang
Karena Akidah yang baik sehingga menimbulkan sifat ikhlas dalam segala
amal perbuatan yang dikerjakan karena Allah swt.. Dan setiap perbuatan baik
dilakukan secara tetap, jangan dilakukan secara berlebihan, yang nantinya akan
merasa kelelahan, sehingga timbullah rasa malas. Riwayat dari Aisyah r.a.:
14
Al-Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Lathif Al-Zabidi, Al-Tajrid Al-Shahih li Ahadist
Al-Jami’ Al-Shahih. Diterjemahkan oleh Cecep Syamsul Hari dan Tholib Anis, Ringkasan Shahih
Al-Bukhari, (Bandung: Mizan, 2008), h. 13.
15
Ibid.
24
: ْ ( َم ْن ٰهذَ ِه) قَالَت: قَا َل،ٌام َرأَة َ أ ِّ َّن النَّ ِب َّي ﷺ َد َخ َل
ْ علَ ْي َها َو ِع ْن َد َها
ِ فَ َو هللا،علَ ْي ُك ْم ِب َما ت ُ ِط ْيقُ ْو َن
َ ، ( َم ْه: قَا َل،ص ََلتِ َها َ ت َ ْذك ُُر ِم ْن،ُفُ ََلنَة
.ُاحبُه
ِ ص َ علَ ْي ِه
َ َاو َم ُّ َان أ َ َح
َ ب ال ِ ِّد ْي ِن ِإلَ ْي ِه َما د َ َوك.)ََّل َي َم ُّل هللاُ َحتٰى ت َ َملُّ ْوا
Artinya:
"Ketika saya sedang duduk dengan seorang perempuan Nabi Muhammad
saw. datang dengan bertanya kepadaku, "Saipa dia?" Aku jawab, "Si
Fulanah" dan aku ceritakan pada Nabi saw. bahwa dia beribadah dengan
berlebihahan. Nabi saw. bersabda dengan memperlihatkan
ketidaksetujuannya, "Perbuatan baik yang dilakukan secara berlebihan
tidak akan membuat Allah lelah (untuk memberikan pahala) namun
engkaulah yang akan lelah dan perbuatan baik ibadah yang paling dicintai
Allah swt. adalah yang dikerjakan secara tetap.".16
Dan tujuan memiliki Akidah yang baik dan benar adalah agar mendapatkan
dekat ataupun jauh dari rahmat Allah swt., bahkan serendah-rendahnya iman
kepada Allah swt., akan tetap mendapatkan rahmat-Nya dan dikeluarkannya dari
siksa neraka. Riwayat dari Anas r.a. dari Nabi saw. bersabda:
ش ِع ْي َرة ِم ْن َ َوفِ ْي قَ ْل ِب ِه َو ْز ُن،ُ ََّل ا ِٰلهَ ا ََِّّل هللا: ج ِم َن النَّ ِار َم ْن قَا َل ُ َي ْخ ُر
َوفِ ْي قَ ْلبِ ِه َو ْز ُن بُ َّرة،ُ ََّل ا ِٰلهَ ا ََِّّل هللا: ج ِم َن النَّ ِار َم ْن قَا َل ُ َويَ ْخ ُر،َخ ْير
ُ َوفِ ْي قَ ْل ِب ِه َو ْزن،ُ ََّل اِ ٰلهَ ا ََِّّل هللا: ج ِم َن النَّ ِار َم ْن قَا َل ُ َويَ ْخ ُر،ِم ْن َخ ْير
.ذَ َّرة ِم ْن َخ ْير
Artinya:
"Siapa pun yang berikrar, "Tidak ada Tuhan selain Allah" (tidak ada
sesuatu pun yang patut disembah selain Allah swt.) dan di dalam hatinya
terdapat iman meskipun sebesar benih gandum, akan dikeluarkan dari
neraka. Siapa pun yang berikrar, "Tidak ada Tuhan selain Allah" (tidak ada
sesuatu pun yang patut disembah selain Allah swt.) dan di dalam hatinya
terdapat iman meskipun sebesar bulir padi, akan dikeluarkan dari neraka.
Siapa pun yang berikrar, "Tidak ada Tuhan selain Allah" (tidak ada sesuatu
16
Al-Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Lathif Al-Zabidi, op.cit., h. 22.
25
pun yang patut disembah selain Allah swt.) dan di dalam hatinya terdapat
iman meskipun sebesar atom, akan dikeluarkan dari neraka."17
Islam yang baik dan benar agar memiliki iman yang sebenar-benarnya kepada
Allah swt. untuk menyelamatkan umat manusia dari jalan yang sesat dan dari
Akidah Islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa
yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan, dan wujud-Nya.
Kemahaesaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan, dan wujud-Nya itu disebut tauhid.
Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima causa (sebab utama) seluruh
sebagai berikut. Kalau orang telah menerima tauhid sebagai prima causa yakni
asal yang pertama, asal dari segala-segalanya dalam keyakinan Islam, maka rukun
iman yang lain hanyalah akibat logis (masuk akal) saja penerimaan tauhid
tersebut. Kalau orang yakin bahwa (1) Allah mempunyai kehendak, sebagai
bagian dari sifat-Nya, maka orang yakin pula adanya (para) (2) Malaikat yang
menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh Malaikat Jibril kepada para
Rasul-Nya, yang kini dihimpun dalam (3) Kitab-Kitab Suci. Namun, perlu segera
dicatat dan ingat bahwa kitab suci yang masih murni dan asli memuat kehendak
17
Ibid.
26
Konsekuensi logisnya adalah kita meyakini pula adanya para (4) Rasul yang
dijadikan pedoman dalam hidup dan kehidupan. Hidup dan kehidupan ini pasti
akan berakhir pada suatu ketika, sebagaimana dinyatakan dengan tegas oleh kitab-
kitab suci dan para rasul itu. Akibat logisnya adalah kita yakin adanya (5) Hari
Akhir, tatkala seluruh hidup dan kehidupan seperti yang ada sekarang ini akan
berakhir. Pada waktu itu kelak Allah Yang Maha Esa dalam perbuatan-Nya itu
tidak fana (sementara) seperti yang kita lihat dan alami sekarang. Untuk
mendiami alam baka itu kelak, manusia yang pernah hidup di dunia ini, akan
(Akidah), tingkah laku (syari’ah) dan sikap (akhlak)-nya selama hidup di dunia
yang fana ini. Yakin akan adanya hidup lain selain kehidupan sekarang, dan
keyakinan akan adanya (6) Qadha dan Qadar yang berlaku dalam hidup dan
kehidupan manusia di dunia yang fana ini yang membawa akibat pada kehidupan
18
Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 199-201.
27
dalam hadis Shahih Muslim. Diriwayatkan oleh Umar bin Khattab ia berkata:
ش ِد ْي ُد َ علَ ْينَا َر ُج ٌل َ س ْو ِل هللاِ ﷺ ذَاتَ يَ ْو َم ِا ْذ َطلَ َع ُ بَ ْينَ َما نَ ْحنُ ِع ْن َد َر
ُسفَ ِر َو ََّليَ ْع ِرفُه َّ علَ ْي ِه أ َث َ ُر ال َ شعَ ِر ََّليُ ٰرى َّ س َوا ِد ال َ ش ِد ْي ُد َ ب ِ اض الثِِّيَا ِ َبَي
ض َع َ سنَ َد ُر ْكبَت َ ْي ِه ٰإلى ُر ْكبَت َ ْي ِه َو َو ْ َ س اِلَى النَّ ِب ِِّي ﷺ فَا َ َِمنَّا ا َ َح ٌد َحتٰى َجل
.َكفَّ ْي ِه ع َٰلى فَ ِخذَ ْي ِه
س ََل ُم ْ س ْو ُل هللاِ ﷺ ا َ ْ َِّل ُ س ََل ِم فَقَا َل َر ِ ْ َيا ُم َح َّم ُد ! أ َ ْخبِ ْر ِن ْي ع َِن: َوقَا َل
ْ اَّل
َص ََلة َّ س ْو ُل هللاِ َوت ُ ِق ْي َم ال ُ ش َه َد أ َ ْن ََّل ا ِٰلهَ ا ََِّّل هللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّم ًدا َر ْ َ أ َ ْن ت
س ِب ْي ًَل َ ست َ َط ْعتَ اِلَ ْي ِه ْ ان َوت َ ُح َّج ا ْلبَ ْيتَ اِ ِن ا َ ض َ ص ْو َم َر َم ُ َ الزكَاةَ َوت َّ َوت ُ ْؤتِ َي
.ُص ِ ِّدقُهَ ُسئَلُهُ َوي ْ َص َد ْقتَ قَا َ َل فَعَ ِج ْبنَا لَهُ ي َ قَا َل
ان قَا َل أ َ ْن ت ُ ْؤ ِم َن بَاهللِ َو َم ََلئِ َكتِ ِه َو ُكت ُ ِب ِه ِ ْ فَأ َ ْخ ِب ْرنِ ْي ع َِن: قَا َل
ِ اَّل ْي َم
. َص َد ْقتَ اَّل ِخ ِر َوت ُ ْؤ ِم َن ِبا ْلقَد َِر َخ ْي ِر ِه َوش ِ َِّر ِه قَا َل ٰ ْ س ِل ِه َوا ْل َي ْو َمُ َو ُر
ان قَا َل أ َ ْن ت َ ْعبُ َد هللاَ كَأنَّكَ ت َ َراهُ فَ ِإ ْن لَ ْم تَك ُْن ِ س ِ ْ فَأ َ ْخبِ ْرنِ ْي ِع ِن: قَا َل
َ اَّل ْح
. َت َ َراهُ فَ ِإنَّهُ يَ َراك
ع ْن َها ِبأ َ ْعلَ َم ِم َن َ سئ ُْو ُل ْ ع ِة قَا َل َما ا ْل َم َ سا َّ ع ِن ال َ فَأ َ ْخ ِب ْرنِ ْي: قَا َل
.سائِ ِل
َّ ال
ار ِت َها قَا َل أ َ ْن ت َ ِل َد ْال َ َمةُ َربَّت َ َها َوأ َ ْن ت َ ٰرى َ فَأ َ ْخ ِب ْرنِ ْي ع َْن أ َ َم: قَا َل
.ان ِ اولُ ْو َن ِفى ا ْلبُ ْن َي ِ ا ْل ُحفَاةَ ا ْلعُ َراةَ ا ْل َعالَةَ ِرعَا َء الش
َ َّاء َيت َ َط
سائِ ُل َّ ع َم ُر اَت َد ِْرى َم ِن ال ُ ق فَلَبِثْتُ َم ِليًّا ث ُ َّم قَا َل ِل ْي يَا َ َ ث ُ َّم ا ْن َطل: قَا َل
.س ْولُهُ أ َ ْعلَ ُم قَا َل فَ ِإنَّهُ ِج ْب ِر ْي ُل أ َتَا ُك ْم يُعَ ِلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم ُ قُ ْلتُ اَهللُ َو َر
Artinya:
"Ketika kami bersama Rasulullah saw. pada suatu hari datang seorang
laki-laki yang sangat putih kainnya dan sangat hitam rambutnya. Tiada
kelihatan padanya tanda-tanda bekas perjalanan. Dan tiada seorangpun di
antara kami yang mengenalnya. Lalu dia duduk dekat Nabi saw. dan
disandarkannya lututnya ke lutut Nabi, dan diletakkannya kedua tapak
tangannya di atas kedua paha beliau."
"Dia bertanya: "Hai Muhammad ! Beritakanlah kepadaku tentang Islam !"
Rasulullah saw. menjawab: "Islam itu ialah engkau mengakui, bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasulullah (Utusan Allah),
engkau kerjakan sembahyang, engkau bayar zakat, engkau puasa di bulan
Ramadhan dan engkau sengaja mengunjungi Ka’bah (naik haji) kalau
engkau sanggup datang ke situ." Katanya: "Benar perkataanmu !" Kata
28
Ruang lingkup kajian Akidah berkaitan erat dengan rukun iman. Rukun
iman perlu dipahami dengan benar. Adapun rukun iman ada 6 (enam).20 Dari
pokok materi tentang keimanan disebut dengan rukun iman yang berjumlah 6
(enam), yaitu :
Iman kepada Allah berarti percaya dan yakin Allah swt. adalah Tuhan
Yang Maha Esa. Sebagai umat agama Islam wajib mempercayainya dan
meyakininya, dan untuk percaya dan yakin Allah swt. sebagai Tuhan Yang
19
Imam Muslim bin Al Hajjaj Al Qusyairi Al Naisaburi, Shahih Muslim. Diterjemahkan
oleh Fachruddin HS., Terjemah Hadits Shahih Muslim I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), cet. 2, h,
21-23.
20
Deden Makbuloh, loc.cit.
29
Maha Esa, yaitu dengan mengenal-Nya. Permulaan agama itu ialah mengenal
Allah swt.. Karena jika tidak mengenal akan Allah swt., maka tidak sah segala
amal ibadahnya.
Mengenal Allah swt. Tuhan Yang Maha Esa di antaranya ialah dengan
keutamaan, tidak ada yang menyamainya. Sifat-sifat Allah swt. itu banyak dan
sembilan puluh sembilan (99) nama sifat Tuhan yang biasanya disebut dengan
indah.21
Dalam ilmu Tauhid, dijelaskan dua puluh sifat Allah swt. yang wajib
kita ketahui dan kita imani, yaitu: wujud (ada), qidam (azal, tidak ada
21
Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 203.
30
dengan Dzat-Nya yang Mulia dan Suci dari segala kekurangan. Alam yang
indah dengan apa yang ada padanya berupa keteraturan yang menakjubkan,
keberadaan fitrah manusia dan risalah-Nya yang diberikan kepada para nabi
Allah. Karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya itu, maka tidak ada sesuatu pun
Malaikat merupakan salah satu makhluk Allah swt. yang gaib. Seorang
muslim wajib beriman kepadanya setelah beriman kepada Allah swt. Malaikat
diciptakan oleh Allah swt. dari cahaya, ia mempunyai tugas-tugas khusus yang
dihubungkan dengan Allah swt., manusia, dan alam semesta. Hakikat malaikat
materi, seperti banyak terjadi pada masa Rasulullah saw. atau para rasul
terdahulu.23
sifat manusia atau makhluk Allah lainnya. Malaikat senantiasa taat dan patuh
22
Ali Anwar Yusuf, op.cit., h. 117-118.
23
Ibid.
31
berbuat maksiat, senantiasa bertasbih dan bersujud kepada Allah swt.. Firman-
Nya:
س ُ ارا َوقُ ْو ُد َها النَّا َ ُيَااَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا قُ ْو ا َ ْنف
ً َس ُك ْم َوا َ ْه ِل ْي ُك ْم ن
ص ْو َن هللاَ َما أ َ َم َر ُه ْم
ُ شدَا ٌد ََّل َي ْع ِ ظ ٌ علَ ْي َها َم ََلئِكَةٌ ِغ ََل َ ُارة َ َوا ْل ِح َج
.َويَ ْفعَلُ ْو َن َمايُ ْؤ َم ُر ْو َن
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari siksa api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang gagah dan perkasa yang tidak
pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang telah diperintahkan
kepadanya dan selalu mengerjakannya."
24
Ibid, h. 119-120.
32
diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi
Semua kitab Allah tersebut (seperti kitab Taurat, Injil, Zabur, dan
maknanya.26
ada pada kitab-kitab tersebut terletak pada aspek akidah atau keyakinan, yaitu
mengalami perkembangan dari satu kitab kepada kitab lainnya. Dalam hal
25
Ibid, h. 121.
26
Ibid.
33
perubahan satu huruf sekali pun, bahkan hingga akhir zaman nanti.
bahasa.
hilang dari permukaan, sehingga tidak ada satu bangsa pun yang
bahasa yang hidup dan masih digunakan oleh jutaan umat manusia,
baik oleh bangsa Arab sendiri, ataupun bangsa ‘ajami (Non Arab).
tetap terpelihara sejak awal turun hingga sekarang ini, bahkan hingga
akan Pencipta-Nya dan bagaimana alam ini diciptakan serta bagaimana hidup
di dunia yang telah diciptakan Allah swt.. Manusia takkan bisa hidup di dunia
dengan sebaik-baiknya tanpa petunjuk dari Allah swt., firman Allah swt. QS.
Al-Baqarah/2: 2:
27
Ibid, h. 121-122.
28
Ibid, h. 123.
35
hidupnya, serta memiliki harapan di masa depannya yang jelas. Itulah salah
satu implementasi iman kepada kitab Allah yang membentuk perilaku manusia
Rasul atau pun nabi adalah manusia yang dipilih Allah untuk menerima
pribadi manusia yang baik. Melalui rasul inilah manusia dapat melihat contoh
perilaku yang baik sesuai dengan kehendak Allah, dan melalui rasul ini pula,
manusia dapat mengetahui segala sesuatu tentang Allah; mulai dari rencana,
yang hakikatnya adalah berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Oleh karena itu, iman kepada nabi dan rasul merupakan salah satu kebutuhan
fitrah manusia.30
Alquran tidak menjelaskan jumlah para nabi dan rasul yang diutus.
Alquran hanya mencantumkan beberapa nabi dan rasul, namun banyak juga
29
Ibid, h. 124.
30
Ibid.
36
. َعلَ ْيك
َ ص ُه ْم
ْ ص ُ علَ ْيكَ ِم ْن قَ ْب ُل َو ُر
ُ س ًَل لَ ْم نَ ْق َ صنَا ُه ْم َ َس ًَل قَ ْد ق
ْ ص ُ َو ُر
Artinya:
"Dan Kami telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak
Kami kisahkan tentang mereka kepadamu."31
Meskipun ada beberapa nabi dan rasul yang tidak terkisahkan dalam
Alquran, namun semua nabi dan rasul diutus ke dunia merupakan mata rantai
dari nabi yang pertama, yaitu Adam as. hingga nabi yang terakhir, yaitu
Muhammad saw.. Oleh karena itu, mengingkari salah seorang dari mereka
ْ ب الَّذ
ِي نَ َّز َل ُ يَآ أَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا ٰا ِمنُ ْوا ِباهللِ َو َر
ِ س ْو ِلهٖ َوا ْل ِكتَا
ِِي أ َ ْن َز َل ِم ْن قَ ْب ُل َو َم ْن يَ ْكفُ ْر ِباهلل
ْ ب الَّذ ِ س ْو ِلهٖ َوا ْل ِكتَا ُ ع َٰلى َر
ض ََل ًَّل
َ ض َّل ٰ ْ س ِلهٖ َوا ْليَ ْو ِم
َ اَّل ِخ ِر فَقَ ْد ُ َو َم ََلئِ َكتِهٖ َو ُكت ُ ِبهٖ َو ُر
.َب ِع ْيدًا
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya,
serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya."32
31
Ibid, h. 125.
32
Ibid, h. 125-126.
37
Para nabi dan rasul bukanlah anak Allah swt. seperti apa yang telah
dinyatakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani tentang Nabi ‘Uzair a.s. dan
Nabi ‘Isa a.s. sebagai anak Allah swt. Firman Allah swt. QS. At-Taubah/9: 30-
31:
ِٖس ْي ُح ا ْب ُن هللا ِ ص ٰرى ا ْل َم ٰ َّت الن ِ َت ا ْليَ ُه ْو ُد ع َُز ْي ٌر ا ْبنُ هللاِ َوقَال ِ ََوقَال
ٖض ِهئ ُْو َن قَ ْو َل الَّ ِذ ْي َن َكفَ ُر ْوا ِم ْن قَ ْب ُل ٰ ُٰذ ِلكَ قَ ْولُ ُه ْم ِبأ َ ْف َوا ِه ِه ْمٖ ي
ار ُه ْم َو ُر ْه ٰبنَ ُه ْم أ َ ْربَابًا ِ ِّم ْن
َ َ ات َّ َخذُ ْوآ أ َ ْحب.قَاتَلَ ُه ُم هللاُٖ أَنٰى يُ ْؤفَك ُْو َن
ٖس ْي َح ا ْب َن َم ْريَ َم َو َمآ أ ُ ِم ُر ْوآ إِ ََّّل ِليَ ْعبُد ُْوآ إِ ٰل ًها َّوا ِحدًا
ِ د ُْو ِن هللاِ َوا ْل َم
.ع َّما يُش ِْرك ُْو َنَ س ْب ٰحنَه ُ ََّّٖل ِإ ٰلهَ ِإ ََّّل ُه َو
Artinya:
"Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-
orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu
ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-
orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka
sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-
rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka
mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, Padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan."
Hari kiamat berarti hari atau saat alam akan mengalami kehancuran
total dan semua makhluk hidup akan mati musnah. Meskipun Allah swt.
Alquran.
اسُ َّ يَ ْو َم يَك ُْونُ الن.ُ َو َمآ أَد ْٰرىكَ ا ْل َق ِارعَة.ُ َماا ْل َق ِارعَة.ُا َ ْلقَ ِارعَة
فَأ َ َّما َم ْن. َوتَك ُْونُ ا ْل ِجبَا ُل كَا ْل ِع ْه ِن ا ْل َم ْنفُ ْو ِش.ِاش ا ْل َم ْبث ُ ْوثِ كَا ْلفَ َر
. َوأ َ َّما َم ْن َخفَّتْ َم َو ِاز ْينُه.اض َية ِ فَ ُه َو فِ ْي ِع ْيشَة َّر.ثَقُلَتْ َم َو ِاز ْينُه
..ٌويَة
ِ فَأ ُ ُّمه َها
Artinya:
"Hari Kiamat, apa hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat
itu? Pada saat itu, manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan
gunung-gunung hancur seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Adapun
orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan, adapun orang-orang yang ringan
timbangan kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka
Hawiyah."33
فَأ َ َّما الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا َوع َِملُوا.ساعَةُ يَ ْو َمئِذ يَّتَفَ َّرقُ ْو َن َّ َويَ ْو َم تَقُ ْو ُم ال
َوأ َ َّما الَّ ِذ ْي َن َكفَ ُر ْوا َو َكذَّبُ ْوا.ضة يُّ ْحبَ ُر ْو َن
َ ت فَ ُه ْم فِ ْي َر ْو ِ صا ِل َحاَّ ال
.ض ُر ْو َن َ ب ُم ْح ِ ول ِئكَ ِفى ا ْل َعذَاٰ ُ اَّل ِخ َر ِة فَأ
ٰ ْ آء
ِ َِب ٰا ٰي ِتنَا َو ِلق
Artinya:
"Pada saat hari Kiamat terjadi, manusia akan bercerai-berai. Adapun
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka akan tinggal di
suatu tempat dalam keadaan bersuka ria. Akan tetapi, orang-orang yang
kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami dan tidak percaya kepada hari
akhir, maka mereka mendapatkan siksaan."34
makhluk hidup yang diciptakan-Nya sebagai bukti akan keesaan Allah swt.
pada saat itu hanya Allah swt. Yang Maha Hidup bukti akan kekekalan-Nya
serta keesaan-Nya di alam ini. Firman Allah swt. QS. Ali ‘Imran/3: 185:
33
Ibid, h. 126-127.
34
Ibid.
39
tentang semua amal perbuatan yang telah dilakukannya. Pada saat itu tidak ada
seseorang tidak dapat menolong saudara atau teman kerabatnya, kecuali amal
a. Hukum
ش َج َر بَ ْينَ ُه ْم ث ُ َّم ََّليَ ِجد ُْوا َ فَ ََل َو َربِِّكَ ََّليُ ْؤ ِمنُ ْو َن َحتٰى يُ َح ِ ِّك ُم ْوكَ فِ ْي َما
ْ َ س ِلِّ ُم ْوا ت
.س ِل ْي ًما َ َفِ ْي أ َ ْنفُس ِِه ْم َح َر ًجا ِ ِّم َّما ق
َ ُض ْيتَ َوي
35
Ibid, h. 128.
40
Artinya:
"Demi Tuhanmu (Muhammad) bahwa mereka tidak dianggap beriman
sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam dirinya
sesuatu keberatan terhadap sesuatu hukum (qadha) yang engkau
berikan, dan mereka menerima sepenuhnya."36
b. Perintah
c. Memberitahukan
d. Menghendaki
36
Ibid, h. 128-129.
37
Ibid.
38
Ibid.
39
Ibid.
41
e. Menjadikan
suatu aturan atau ketentuan umum yang telah diciptakan Allah untuk menjadi
dasar alam yang mencakup hubungan sebab dan akibat (hubungan kausalitas)
diciptakan oleh Allah di muka bumi ini terikat oleh hukum-hukum tersebut.
didasari dengan pemahaman secara integral (lengkap) antara iman dan ilmu,
40
Ibid, h. 130.
41
Ibid.
42
akidah dan cara hidup yang buruk dan fatal. Kekeliruan umum terhadap iman
kepada qadha dan qadar ini adalah: “Segala nasib baik dan buruk, muslim dan
kafir, jahat dan saleh telah ditetapkan secara pasti oleh Allah. Manusia ibarat
Iman kepada qadha dan qadar bukan berarti harus bersikap fatalis,
dahulu, melainkan rela menerima apa yang telah diusahakan, atau kerelaan
hati dalam menerima realitas hidup. Artinya usaha tetap dilakukan dengan
tidak terlepas dari aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini ada
samping itu akan dapat mewujudkan kemantapan jiwa dan kebulatan tekad
yang dihadapi, ia tetap pada pendirian dan rela menerima segala kenyataan
42
Ibid, h. 131.
43
Ibid.
43
tetapi manusia juga harus selalu bergantung kepada Allah swt. dengan usaha,
hidup kepada Allah swt.. Orang yang selalu bergantung kepada Allah swt.
hidupnya karena imannya kepada Allah swt. dan segala ketentuan-Nya yang
ditentukan kepada orang tersebut. Firman Allah swt. QS. Ar-Ra’d/13: 28:
أ َ ََّل ِب ِذك ِْر هللاِ ت َ ْط َم ِئ ُّن ِالَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا َوت َ ْط َم ِئ ُّن قُلُ ْوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر هللا
.بُ ا ْلقُلُ ْو
Artinya:
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram."
Pada surah ini menyebutkan resep untuk penyakit hati yang ada pada
manusia yang menjadi tekanan jiwa (stress) dan lain sebagainya. Setiap
selalu ingat kepada Allah swt. dan menggantungkan segala usahanya akan
BAB III
َ َا
ح ٌد ُقُ ْل ُه َو هللا
a. "Qul huwallahu ahadun" (Katakanlah: "Dia-lah Allah Yang Mahaesa")
lafaz Allah adalah Khabar dari lafaz Huwa, sedangkan lafaz Ahadun
adalah Badal dari lafaz Allah, atau Khabar kedua dari lafaz Huwa.
ص َم ُد
َّ ال ُهللا
b. "Allahush shomadu" (Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu) lafaz ayat ini terdiri Mudtada dan Khabar; artinya, Dia
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu untuk selama-
lamanya.
يُ ْولَ ْد لَ ْم يَ ِل ْد َولَ ْم
c. "Lam yalid" (Dia tiada beranak) karena tiada yang menyamai-Nya – "wa
lam yuulad" (dan tiada pula diperanakkan) karena mustahil hal ini terjadi
bagi-Nya.
َ َا
ح ٌد َولَ ْم يَك ُْن لَّه ُكفُ ًوا
d. "Wa lam yakun lahu kufuwan ahadun" (Dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia) atau yang sebanding dengan-Nya, lafaz Lahu
berta’alluq kepada lafaz Kufuwan. Lafaz Lahu ini didahulukan karena
dialah yang menjadi subjek penafian; kemudian lafaz Ahadun diakhirkan
letaknya padahal ia sebagai isim dari lafaz Yakun, sedangkan Khabar
yang seharusnya berada di akhir mendahuluinya; demikian itu karena
demi menjaga Fasilah atau kesamaan bunyi pada akhir ayat. 2
1
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin Al-Sayuthi, Tafsir Jalalain.
Diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul,
(Bandung: Sinar Baru Algensido, 2012), jilid. 4, cet. 3, h. 2802-2803.
45
45
عبَّاس فِ ْي قَ ْو ِل ِه ﴿قُ ْل ُه َو هللاُ ا َ َح ٌد﴾ َو ٰذ ِلكَ أ َ َّن قُ َر ْيشًا َ ع ِن ا ْب ِن َ سنَا ِد ِه
ْ َوبِ ِإ
ضةَّ ِش ْيء ُه َو ِم ْن ذَ َهب أ َ ْم ف َ ي ُّ َ ف لَنَا َربَّكَ ِم ْن أ َّ ص َ قَالُ ْوا يَا ُم َح َّم ُد
ُان ِصفَتِ ِه َونَ ْعتِ ِه فَقَا َل ﴿قُ ْل﴾ يَا ُم َح َّم ُد ِلقُ َر ْيش ُه َو هللا ِ َفَأ َ ْن َز َل هللاُ فِ ْي بَي
.3ُش ِر ْيكَ لَهُ َو ََّل َولَ ٌد لَه
َ ا َ َح ٌد ََّل
Dan dengan isnadnya dari Ibnu ‘Abbas pada firman Allah Ta’ala (Qul
sifatkan (terangkan) kepada kami Tuhan engkau dari apakah ia? Apakah dari
emas atau perak." Maka menurunkan Allah (akan surah) untuk menerangkan
Muhammad kepada orang-orang Quraisy Dia Allah yaitu satu tidak ada
2
Ibid.
3
Majdid Diin bin Ya’qub Al-Fairuz Badii Sohib Al-Qomus Al-Muhith, Tanwirul Miqbas
min Tafsir ibni Abbas, (Bierut-Lebabon: Darul Kutub ‘Ilmiyyah, 2008), ed. 8, h. 662.
4
Ibid.
46
makan dan minum, dikatakan al-shomadu yaitu Dia tidak berongga, dikatakan
al-shomadu yaitu suci tidak ada aib, dikatakan al-shomadu Dia-lah yang
lah yang sempurna, dikatakan al-shomadu Dia yang tidak mempunyai celaan
dan kekurangan.
ِي (لَ ْم َي ِل ْد َولَ ْم يُ ْولَدْ) َيقُ ْو ُل لَ ْم َي ِر ْث َولَ ْم يُ ْو َر ْث َويُقَا ُلْ ص َم ُد الَّذَّ َويُقَا ُل ال
ُع ْنهَ ث َ س لَهُ َوا ِل ٌد فَ ُو ِرَ ث ُم ْل َكهُ َولَ ْم يُ ْولَ ْد َولَ ْي ُ س لَهُ َولَ ٌد فَيَ ِر َ لَ ْم يَ ِل ْد لَ ْي
.5 َا ْل ُم ْلك
Dan dikatakan al-shomadu (Lam yalid wa lam yuulad) "Dia tiada
mewaris dan diwariskan." Dan dikatakan: Lam yalid "Dia tidak beranak"
yaitu tidak ada bagi-Nya anak (jika ada), maka dia mewariskan akan kerajaan-
Nya, dan wa lam yuulad "dan tiada pula diperanakkan" yaitu tidak
mempunyai orang tua (jika ada), maka Dia mendapat warisan akan kerajaan
صد َو ََّل نَد َ ُس لَه َ (ولَ ْم يَ ُك ْن لَّه ُكفُ ًوا ا َ َح ٌد) يَقُ ْو ُل لَ ْم يَ ُك ْن لَه ُكفُ ًوا أ َ َح ٌد لَ ْي
َ
ُشا ِكلُهُ َويُقَا ُل لَ ْم يَ ُك ْن لَه ُكفُ ًوا أ َ َح ٌد فَيُعَاذُه َ ُع ْد ٌل َو ََّل أ َ َح ٌد ي
َ ش ْبهٌ َو ََّل ِ َو ََّل
.6ان ِ س ْل َط
ُّ فِى ا ْل ُم ْل ِك َوال
(Wa lam yakun lahu kufuwan ahadun) "Dan tidak ada seorang pun
yang setara dengan-Nya." Berkata Ibnu ‘Abbas: Wa lam yakun lahu kufuwan
5
Ibid.
6
Ibid.
47
3. Al-Imam Abu Fida’ Isma’il Ibnu Katsir al-Dimsyaqi (Tafsir Ibnu Katsiir)
Allah Yang Mahaesa.' Yakni, Dia Yang Tunggal dan satu-satunya, yang tiada
tandingnya, tanpa pembantu, juga tanpa sekutu, serta tidak ada yang
pada seorang pun dalam memberikan penetapan kecuali hanya kepada Allah
Azza Wajalla karena Dia yang sempurna dalam semua sifat dan perbuatan-
Nya."7
Dan firman Allah Ta’ala, (Allahush shomadu) "Allah adalah Ilah yang
memenuhi segala kebutuhan dan permintaan mereka." ‘Ali bin Abi Thalhah
7
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh, Lubaabut Tafsiir Min
Ibni Katsiir. Diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M dan Abu Ihsan Al-Atsari, Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 8, (Bogor: Pustaka Imam Al-Syafi’i, 2004), h. 574.
48
meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Dia adalah Rabb yang benar-benar sempurna
Dia adalah Rabb yang telah sempurna dalam semua macam kemuliaan dan
Nya yang tidak pantas disandang kecuali hanya oleh-Nya, tidak ada yang
mengatakan: "(al-shomadu) yang tidak ada sesuatu pun keluar dari-Nya dan
tidak juga makan." Ar-Rabi’ bin Anas mengungkapkan: "Dia adalah Rabb
yuulad) "Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan." Dan itu merupakan
bin Buraidah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, ‘Atha’ bin Abi Rabah, ‘Athiyyah Al-
8
Ibid.
9
Ibid.
49
cahaya yang berkilauan." Semua itu diriwayatkan dan dikisahkan oleh Ibnu
Abi Hatim, Al-Baihaqi, dan Al-Thabrani. Demikian juga Abu Ja’far bin Jarir
menyebutkan lebih banyak dari itu dengan sanadnya sendiri. Al-Hafizh Abul
Firman Allah Ta’ala, "(Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakun lahu
kufuwan ahadun) "Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak
ada seorang pun yang setara dengan-Nya." Maksudnya, Dia tidak memiliki
anak dan tidak juga Dia sebagai ayah atau ibu. Mengenai firman-Nya, "(Wa
lam yakun lahu kufuwan ahadun) "Dan tidak ada seorang pun yang setara
pendamping."11
Qul huwallahu ahadun adalah lafal yang lebih halus dan lebih lembut
dari pada kata ahadun, karena ia menyandarkan kepada makna "wahid" bahwa
tidak ada sesuatu pun selain Dia bersama Dia dan bahwa tidak ada sesuatu pun
10
Ibid, h. 574-575.
11
Ibid.
50
itu, tidak ada hakikat kecuali hakikat-Nya dan tidak ada wujud yang hakiki
muncul dari wujud yang hakiki itu dan berkembang dari wujud dzatiyah itu.
Oleh karena itu, ia adalah keesaan pelaku. Tidak ada selain Dia sebagai pelaku
yang hakiki terhadap sesuatu, di alam wujud ini. Inilah akidah di dalam hati
dituju yang suatu perkara tidak akan terlaksana kecuali dengan izinnya. Allah
swt. adalah Tuan (majikan) yang tidak ada tuan yang sebenarnya kecuali Dia.
Allah adalah Maha Esa di dalam uluhiyyah-Nya dan segala sesuatu adalah
sesuatu dengan izin-Nya, dan tidak ada seorang pun yang dapat memutuskan
bersama Dia. Sifat ini aktualisasi dari keberadaan-Nya Yang Mahatunggal dan
Maha Esa.13
Lam yalid wa lam yuulad 'Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan.' Maka, hakikat Allah itu tetap, abadi, dan azali. Ia tidak
12
Al-Syahid Sayyid Qutlh, Tafsir Fi Zhilaalil-Qur’aan. Diterjemahkan oleh As’ad, dkk,
Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Islami Press, 2003), jilid. 12, h. 375.
13
Ibid, h. 377.
51
tiada. Hal yang demikian ini mustahil bagi Allah. Kelahiran itu juga
juga mustahil bagi Allah. Oleh karena itu, sifat "Ahad" mengandung penafian
terhadap orang tua dan anak, yakni Allah itu tidak berorangtua dan tidak
beranak.14
Wa lam yakun lahu kufuwan ahadun 'Dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia.' Yakni, tidak ada yang sebanding dan setara dengan Dia,
tidak juga dalam sifat dzatiyah manapun. Ini juga merupakan aktualisasi
bahwa Dia adalah "Ahad, Maha Esa". Akan tetapi, ini merupakan penegasan
terdapat Tuhan yang lain lagi sebagai lawan Allah, dengan tindakan-
kerusakan di muka bumi. Adapun akidah tsunaiyah yang paling populer ialah
14
Ibid.
15
Ibid, h. 378.
52
keserupaan dan pertemuan mana pun antara akidah tauhid dan akidah syirik.
segi.16
Asbabun Nuzul surah Al-Ikhlas, Imam Turmudzi, Imam Hakim dan Imam
Ibnu Khuzaimah, telah mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abul ‘Aliyah,
yang ia terima dari Ubay bin Ka’b, bahwasanya orang-orang musyrik telah
Imam Thabrani dan Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan hadis yang
sama melalui hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdullah. Dengan demikian
maka dapat disimpulkan, bahwa surah Al-Ikhlas ini termasuk surah Makkiyyah.17
Imam Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu
antara mereka terdapat Ka’b bin Asyraf dan Huyay bin Akhtab. Mereka berkata:
16
Ibid.
17
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin Al-Sayuthi, loc.cit.
53
Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan pula hadis yang sama melalui
Qatadah. Demikian pula Imam Ibnul Mundzir telah mengetengahkan pula hadis
yang sama melalui Sa’id bin Jubair. Maka dengan riwayat ini dapat disimpulkan
Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Abul ‘Aliyah
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. dengan membawa surah ini. Inilah
orang-orang musyrik yang dimaksud di dalam hadis Ubay tadi; dengan demikian
maka dapat disimpulkan, bahwa surah ini termasuk ke dalam surah Madaniyyah.
Seperti halnya pula pengertian yang diisyaratkan oleh hadis yang diriwayatkan
oleh Ibnu ‘Abbas ra. dan kedua hadis tersebut tidak bertentangan. Akan tetapi
sebuah hadis melalui jalur Abban yang ia terima dari Anas ra. yang telah
Muhammad saw. lalu mereka berkata: "Hai Abul Qasim (nama julukan Nabi
Muhammad) Allah telah menciptakan malaikat dari nur (cahaya) al Hijab; Nabi
Adam dari lumpur hitam yang diberi bentuk; iblis dari nyala api; langit dari asap;
dan bumi dari buih air. Maka ceritakanlah kepada kami tentang Rabbmu". Nabi
tidak menjawab mereka, maka datanglah malaikat Jibril dengan membawa surah
18
Ibid.
54
ini, yaitu firman-Nya: Katakanlah: "Dia-lah Allah Yang Mahaesa." (QS. 112 Al-
meriwayatkan bahwa telah diceritakan kepadanya oleh Ismail, dari Malik, dari
Abdur Rahman bin Abdullah bin Abdur Rahman bin Abu Sha’sha’ah, dari
ayahnya, dari Abu Sa’d, bahwa seorang laki-laki mendengar seorang laki-laki lain
Alquran." Ini bukanlah suatu hal yang aneh. Karena keesaan yang Rasulullah
Yang Maha Esa), adalah akidah bagi hati, penafsiran bagi wujud semesta, dan
manhaj (jalan) bagi kehidupan. Karena itu, surah ini mengandung garis-garis
Muhammad, dari Sa’id, ia berkata: Sejumlah orang Yahudi mendatangi Nabi saw.
lalu berkata, "Wahai Muhammad, inilah Allah yang telah menciptakan ciptaan ini,
lalu siapa yang telah menciptakan-Nya?" Nabi saw. pun marah hingga tampak
19
Ibid, h. 2804.
20
Al-Syahid Sayyid Qutlh, loc.cit.
55
pada raut wajah beliau, beliau marah kepada mereka karena Tuhannya. Jibril as.
. ولم يكن له كفوا أحد. لم يلد ولم يولد. هللا الصمد.قل هو هللا أحد
"Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." Tatkala Nabi saw. membacakan
ayat tersebut kepada mereka, mereka berkata, "Ceritakan kepada kami tentang
lengan-Nya?" Nabi saw. pun marah lagi, lebih hebat dari kemarahannya yang
pertama, dan beliau memarahi mereka. Jibril lalu mendatangi beliau dan berkata
pertanyaan mereka,
ضتُه يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة َ ض َج ِم ْيعًا قَ ْب ُ ق قَد ِْرهٖ َو ْال َ ْر َّ َو َما قَد َُروا هللاَ َح
َ س ْب ٰحنَه َوت َ ٰع ٰلى
.ع َّما يُش ِْرك ُْو َن ُ ٖٖس ٰم ٰوتُ َم ْط ِويٰتٌ ِبيَ ِم ْينِه
َّ َوال
Artinya:
"Dan mereka tidak meng-Agung-kan Allah dengan peng-Agung-an yang
semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari
Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan
Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan."21
21
Abu Ja’afar bin Jarir Al-Thabari, Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayi Al Quran.
Diterjemahkan oleh Amir Hamzah, Terjemah Tafsir Al-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),
h. 1088-1089.
56
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. beliau
bersabda:
ُش َمتَنِ ْي َولَ ْم يَك ُْن لَه َ َو، َ َكذَّبَنِ ْي ا ْب ُن آد َََ َم َولَ ْم يَك ُْن لَهُ ٰذ ِلك: ُقَا َل هللا
َ اي فَقَ ْولُهُ لَ ْن ت ُ ِع ْي َد ِن ْي َك َما َب َدأ َ ِن ْي َولَ ْي ٰ
س ا َ َّو ُل َ َّ فَأ َ َّما ت َ ْك ِذ ْيبُهُ اِي، َذ ِلك
ُاي فَقَ ْولُهُ اِت َّ َخذَ هللا َ َّشتْ ُمهُ اِيَ َوأ َ َما،علَ َّي ِم ْن إِعَا َدتِ ِه َ ق بِأ َ ْه َو َن ِ ا ْل َخ ْل
.ٌص َم ُد لَ ْم أ َ ِل ْد َولَ ْم أ ُ ْولَ ْد َولَ ْم يَ ُك ْن ِل ْي ُكفُ ًوا ا َ َحد
َّ َولَدًا َوأَنَا ْال َ َح ُد ال
"Allah Azza Wajalla telah berfirman, 'Anak Adam telah mendustakan-Ku,
sedang dia tidak berhak melakukan hal tersebut, dia juga mencela-Ku
padahal dia tidak berhak untuk itu. Kedustaan yang dia lakukan terhadap-
Ku itu adalah ucapannya, 'Dia tidak akan pernah dapat mengembalikan
diriku sebagaimana Dia telah memulai diriku. Dan tidaklah pengawalan itu
tidak lebih mudah dari pengulangannya. Dan caciannya kepada-Ku adalah
ucapannya bahwa Allah telah mengambil anak, padahal Aku Mahatunggal
yang bergantung segala urusan, Aku tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Ku."23
C. Penyajian Data
22
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh, loc.cit.
23
Ibid.
57
Keesaan Allah swt. yang terdapat pada ayat yang pertama pada kalimat
احدmenurut tafsir Jalalain, pada ayat kedua dan ketiga menurut tafsir
Tanwirul Miqbas min Tafsir ibni Abbas bahwa keesaan Allah swt. bukan
tempat makhluk menggantungkan segala sesuatu, dan tidak ada sekutu dan
anak bagi-Nya, dan pada ayat keempat keesaan Allah swt. tidak ada satu pun
Artinya:
"Yaitu pemimpin yang sungguh sempurna kemulian-Nya dan berhajat segala
makhluk kepada-Nya."
ُ﴿قُ ْل﴾ يَا ُم َح َّم ُد ِلقُ َر ْيش ُه َو هللاُ ا َ َح ٌد ََّل ش َِر ْيكَ لَهُ َو ََّل َولَ ٌد لَه
Artinya:
" Katakanlah: Wahai Muhammad kepada orang-orang Quraisy Dia Allah
yaitu satu tidak ada sekutu bagi-Nya dan juga tidak ada anak bagi-Nya."
Ahad (Maha Esa) merupakan penegasan dan penjabaran akan keesaan Allah
mereka bukan anak ataupun sekutu bagi Allah swt. sebagaimana dinyatakan
pada ayat ketiga dan penjelasan menurut tafsir yang digunakan. Menurut tafsir
Jalalain karena mustahil hal ini terjadi bagi-Nya beranak ataupun diperanakan,
menurut tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsir ibni Abbas bahwa Allah swt. tidak
Artinya:
"Berkata Ibnu ‘Abbas: "Tidaklah mewaris dan diwariskan." Dan dikatakan:
Lam yalid "Dia tidak beranak" yaitu tidak ada bagi-Nya anak (jika ada), maka
dia mewariskan akan kerajaan-Nya, dan wa lam yuulad "dan tiada pula
diperanakkan" yaitu tidak mempunyai orang tua (jika ada), maka Dia
mendapat warisan akan kerajaan dari orang tuanya."
tiada. Hal yang demikian ini mustahil bagi Allah. Kelahiran itu juga
bagi manusia untuk menjalani kehidupan di dunia. Menurut tafsir Jalalain ash-
shomadu adalah khabar dari Allah yang menunjukkan bahwa Dia adalah
59
kehidupan menurut tafsir Ibnu Katsir "Ikrimah mengatakan dari Ibnu ‘Abbas:
segala kebutuhan dan permintaan mereka." Salah satunya ialah sumber ilmu
sebagaimana dinyatakan pada ayat ketiga dan penjelasan menurut tafsir yang
digunakan., wahyu yang telah diturunkan Allah swt. tersebut diterima oleh
Menurut tafsir Jalalain karena mustahil hal ini terjadi bagi-Nya beranak
ataupun diperanakan, menurut tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsir ibni Abbas
bahwa Allah swt. tidak mewaris dan diwariskan akan kerjaan-Nya di alam
semesta ini
60
tiada. Hal yang demikian ini mustahil bagi Allah. Kelahiran itu juga
Menurut tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsir ibni Abbas dikatakan al-
itu tetap, abadi, dan azali. Setiap yang bernyawa pasti akan mati begitu pula
setiap yang diciptakan Allah swt. di alam dunia ini pasti akan musnah karena
hanya Allah-lah yang abadi, dan menurut tafsir Al-Thabari pada firman Allah
ضتُه يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة َ ض َج ِم ْيعًا قَ ْب ُ ق قَد ِْرهٖ َو ْال َ ْر َّ َو َما قَد َُروا هللاَ َح
َ س ْب ٰحنَه َوت َ ٰع ٰلى
.ع َّما يُش ِْرك ُْو َن ُ ٖٖس ٰم ٰوتُ َم ْط ِويٰتٌ ِبيَ ِم ْينِه
َّ َوال
Artinya:
"Dan mereka tidak meng-Agung-kan Allah dengan peng-Agung-an yang
semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari
Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan
Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
61
dinyatakan pada ayat pertama Allah swt. Tuhan Yang Maha Esa.
oleh Allah swt., menurut tafsir Ibnu Katsir kalimat itu ( )احدtidak bisa
kepada Allah Azza Wajalla, tetapi bukan berarti tidak melakukan usaha
memutuskan segala sesuatu dengan izin-Nya dan tidak ada seorang pun yang
dituju untuk memenuhi segala hajat makhluk dan apapun ketentuan yang
C. Analisis
1. Materi iman kepada Allah yang terdapat di dalam ayat pertama pada surah
Al-Ikhlas ialah surah Al-Ikhlas ayat pertama kalimat ahadun yang artinya
"Esa", menyatakan bahwa Allah swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa, pada
kajian akidah bidang ilmu Tauhid pun dijelaskan bahwa Allah swt. bersifat
62
Mahalli dan Imam Jalaluddin Al-Sayuti lafaz ahadun adalah badal dari
lafaz Allah yang berarti bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu adalah Allah
memiliki hajat dunia dan hajat akhirat sebagaimana penafsiran Majdid Diin
yang telah dijelaskan pada penafsiran Majdid Diin bin Ya’kub Al-Fairuz
Muhmmad kepada orang-orang Quraisy Dia Allah yaitu satu tidak ada
sekutu bagi-Nya dan juga tidak ada anak bagi-Nya), surah Al-Ikhlas ayat
kedua yang berarti Dia tidak bergantung dengan sesuatu apapun juga hanya
ayat ketiga yang berarti Dia tidak memiliki keturunan ataupun pewaris
akan ketuhanan-Nya karena Dia Esa. Surah Al-Ikhlas ayat keempat pada
kalimat wa lam yakun lahu kufuwan ahadun yang artinya "Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia", pada kajian akidah bidang ilmu
tidak ada seseorang yang dapat setara dengan Allah swt. karena Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa. Keesaan Allah swt. pada surah Al-Ikhlas
juga terlihat dari hampir setiap kalimat pada surah tersebut kebanyakan
ketiga bahwa Allah swt. tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, karena
adalah anak Allah swt. pada surah Al-Anbiyaa’ ayat ke 26-27, dan hal
yang demikian itu adalah tidak mungkin karena Allah swt. tidak beranak
64
3. Materi iman kepada kitab-Nya yang terdapat di dalam ayat pada surah Al-
Ikhlas ialah sebagaimana yang telah dinyatakan surah Al-Ikhlas ayat kedua
kitab-Nya sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa pada surah Al-
Baqarah ayat ke 2. Terbukti pada masa-masa yang telah lalu banyak umat
yang telah mendapatkan murka Allah swt. karena tidak mengikuti petunjuk
4. Materi iman kepada rasul-Nya yang terdapat di dalam ayat pada surah Al-
Ikhlas ialah sama halnya sebagaimana yang telah dinyatakan surah Al-
Ikhlas ayat ketiga bahwa Allah swt. tidak beranak dan tidak pula
mengatakan bahwa Nabi ‘Uzair a.s. putera Allah dan orang Nasrani
mengatakan bahwa al-Masih (Nabi ‘Isa a.s.) putera Allah, dan hal yang
65
demikian itu adalah tidak mungkin karena Allah swt. tidak beranak seperti
makhluk yang diciptakan-Nya. Para rasul adalah utusan Allah swt. yang
rasul menyeru untuk menyembah Allah swt. tidak ada Tuhan yang patut
5. Materi iman kepada hari kiamat yang terdapat di dalam ayat pada surah Al-
Ikhlas ialah hancurnya alam semesta beserta isinya tidak ada lagi makhluk
hidup satu pun dan yang ada hanya satu yaitu Allah swt. Yang Maha
Hidup. Makhluk itu fana’ (binasa) sedangkan Allah swt. baqa’ (kekal)
Nya pada hari kiamat bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa tidak ada
pertama.
6. Materi iman kepada qadha dan qadar yang terdapat di dalam ayat pada
menjalani kehidupannya, tetapi semua itu adalah ujian bagi hidup yang
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun".
Segala usaha yang kita lakukan di dunia sudah ditentukan oleh Allah
swt., itu semua bukan berarti membuat kita harus menyerah akan kehidupan di
dunia ini karena apapun yang dilakukan ditentukan oleh Allah swt., tetapi kita
harus bersikap rela dan ikhlas akan semua ketentuan yang telah ditentukan
kepada kita apapun hasil. Itulah kehidupan, kehidupan yang dijalani di dunia
ini hanya sebentar dan sementara, usaha, do’a, dan segala amal yang telah
segala ikhtiar tersebut kepada Allah swt. sebagaimana yang telah dinyatakan
Orang yang selalu bergantung kepada Allah swt. pastilah akan selalu
ingat kepada Allah swt. terutama pada setiap ikhtiar yang dijalaninya
Nya.
67
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Materi pendidikan akidah Islam yang mengandung pada surah Ikhlas adalah
materi rukun iman yang enam yaitu iman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa
tidak ada Tuhan selain Dia satu-satunya tempat bergantung tidak ada sekutu atau
pun anak bagi-Nya dan tidak ada satu pun makhluk yang setara dengan-Nya, iman
perintah-Nya dan bukanlah sekutu atau pun anak bagi-Nya, iman kepada kitab-
kitab-Nya wahyu yang diturunkan-Nya sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat
memimpin dan membimbing umat manusia di jalan yang benar mereka bukanlah
sekutu atau pun anak bagi-Nya, iman kepada hari kiamat hari di mana tidak ada
lagi kehidupan kecuali Allah swt. satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa, dan iman
69
68
B. Saran
penulis. Oleh karena itu, penulis berharap agar ada penelitian lanjutan yang
mengembangkan dan mengkaji lebih dalam penelitian ini atau mengkaji dalam
bidang kajian Islam yang lain. Penelitian ini hanya mengkaji materi pendidikan
akidah Islam pada surah Al-Ikhlas. Oleh karena itu, tentu saja surah ini bisa dikaji
lebih dalam lagi dan surah ini tidak hanya menyangkut materi pendidikan akidah
Islam saja. Penulis yakin bahwa kajian materi pendidikan akidah Islam pada surah
Al-Ikhlas ini masih dapat digali lebih rinci dan mendalam atau digali pada bidang
yang lainnya dalam kajian Islam sehingga lebih memahami kajian tersebut yang
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, ed. 1,
cet. 12, 2013.
Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Askara, cet. 1, 2007.
Aziz, Hamka Abdul. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati Akhlak Mulia
Pondasi Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Al-Mawardi Prima, cet. 3,
2011.
bin Jarir Al-Thabari, Abu Ja’afar. Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayi Al Quran.
Diterjemahkan oleh Hamzah, Amir. Terjemah Tafsir At-Thabari, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009.
Makboluh, Deden. Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, cet.
1, 2011.
bin Ya’qub Al-Fairuz Badii Sohib Al-Qomus Al-Muhith, Majdid Diin. Tanwirul
Miqbas min Tafsir ibni Abbas. Bierut-Lebabon: Darul Kutub ‘Ilmiyyah ed.
8, 2008,.
Yusuf, Ali Anwar. Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: CV.
Pustaka Setia, cet. 1, 2003.
71
L
A
M
P
I
R
A
N
72