Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

A. WUJUD ALLAH SWT


Wujud Allah adalah bukti ada-Nya Allah SWT. Untuk membuktikan adanya Allah
SWT dapat dikemukakan dengan beberapa dalil sebagai berikut:
1. Dalil Fithrah
Fithrah itu berarti Allah menciptakan setiap anak manusia dilahirkan sebagai
seorang muslim dalam keadaan fithrah bertuhan.
Rasulullah SAW bersabda dalam alhadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori yakni:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka ibu bapaknyalah yang akan
berperan mengubah anak itu menjadi seorang Yahudi, atau Nasrani, atau
Majusi....” (HR.Bukhori)
Hadits diatas bisa kita pahami bahwa “Setiap anak dilahirkan sebagai seorang
muslim...” Namun demikian fithrah manusia tersebut barulah merupakan potensi
dasar yang wajib diperihara dan dikembangkan.
Dengan dalil fithrah ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara
esiensi tidak ada seorang manusia pun yang tidak bertuhan. Yang ada hanyalah
mereka yang mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan sebenarnya (Allah).
2. Dalil Akal
Akal pikiran kita dapat kita gunakan untuk merenungkan dirinya sendiri, alam
semesta, dll sehingga seorang manusia bisa membuktikan adanya Allah SWT.
Untuk membuktikan adanya Allah SWT lewat merenungkan alam semesta,
termasuk diri manusia itu sendiri, dapat dipakai beberapa ‘Qanun’ yakni (teori,
hukum) antara lain:
a. Qanun al-‘illah
‘illah artinya sebab. Segala sesuatu pasti ada sebabnya. Setiap ada perubahan
tentu ada yang menjadi sebab terjadinya perubahan itu. Begitu juga jika
sesuatu yang ada tentu ada yang mengadakannya. Sesuatu menurut akal
mustahil akan ada dengan sendirinya. Jika kita berfikir siapa yang
mengadakan alam semesta ini, pastilah alam semesta ini ada yang
mengadakan, mustahil jika alam semesta ada tanpa ada yang mengadakan.
Tidak ada yang bisa mengadakan alam semesta ini kecuali Allah SWT.
b. Qanun al-Wujub
Wujub berarti wajib. Yang dimaksud wajib dalam hal ini yakni semisal tentang
alam semesta, adanya alam semesta tidaklah wajib dan tidak pula mustahil,
artinya adanya alam semesta ini mungkin, tidak adanya juga mungkin.
Sehingga siapakah yang menentukan yang mungkin itu menjadi ada ataupun
tidak ada. Pastilah bukan juga yang bersifat mungkin. Seharusnyalah yang
bersifat wajib ada, dalam hal ini bukanlah alam semesta itu sendiri melainkan
Allah SWT.
c. Qanun al-Huduts
Huduts artinya baru. Alam semesta ini pada umumnya mempunyai awal atau
baru (hadits). Sebaliknya alam semesta bukanlah sesuatu yang qadim (tidak
berawal). Jikalau bersifat hadits pastilah ada yang mengadakannya. Yang
mengadakan tersebut tentu bukanlah yang bersifat hadits, melainkan harus
yang bersifat qadim.
d. Qanun al-Nizham
Nizham mempunyai arti yakni aturan, teratur. Seluruh isi didunia ini seperti
matahari, bulan, bintang-bintang, planet lainnya termasuk bumi dengan segala
isinya adalah sesuatu yang sangat teratur. Alam semesta tidak akan seteratur
itu tanpa ada yang mengaturnya. Mustahil jika kita berfikir bahwa sesuatu
yang teratur itu dengan sendirinya secara kebetulan. Pastilah hal tersebut
sudah direncanakan oleh Sang Pencipta sehingga menjadi sangat teratur.
3. Dalil Naqli
Dalil naqli (Al-Qur’an dan As-Sunnah) untuk membimbing manusia mengenal
Tuhan yang sebenarnya Allah SWT dengan segala asma dan sifatNya.
Wujud dari Allah SWT seperti berikut:
a. Allah SWT sebagai Al-Awwal artinya Allah tidak ada permulaan bagi
wujudNya. Allah juga bersifat Al-Akhir artinya Allah tidak ada akhir dari
wujudNya.
Berikut dijelaskan dalam (QS.Al-Hadid : 3)

Yang Artinya: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang
Bathin, dan Dia Maha Mengetahuisegala sesuatu.”
b. Tidak ada satupun yang menyerupai Allah SWT
Dijelaskan dalam (QS.As-Syura:11)

Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
c. Allah SWT yang Maha Esa
Sering kita dengar (QS.Al-Ikhlas: 1)
Artinya : “Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa”
d. Allah SWT mempunyai al-Asma’ was Shiffaat (nama-nama dan sifat-sifat)
yang disebutkan dalam Al-Qur’an oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya,
seperti Ar-Rahman, Ar-Rahiim, Al-‘Aliim, Al-Aziz, As-Sami’, Al-Bashiir, dan
lain sebagainya.
Dalam (QS. Al-A’raf: 18) tentang asmaul husna:

Artinya : “Hanya milik Allah asmaaul husna, maka bermohonlah kepadaNya


dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerrjakan.”
B. TAUHID ALLAH SWT
Secara sederhana tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan yaitu:
1. Tauhid Rububiyah yakni mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Rabb
2. Tauhid Mulkiyah yakni mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Malik
3. Tauhid Illahiyah yakni mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Illah

I. Tauhid Rububiyah
Kata “Rabb” secara etimologi mempunyai banyak arti, antara lain
menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, memperbaiki,
menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai,
menyelesaikan suatu masalah, dll.
Allah SWT adalah satu-satunya Zat Yang Mencipta, Memberi rezeki,
Memelihara, Mengelola kehidupan dan Memiliki, dalam Al-Qur’an banyak
kita temui, antara lain dalam QS.Al-Baqarah:21

Artinya: “Hai manusia sembahlah Tuhanmu Yang menciptakanmu dan orang-


orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
II. Tauhid Mulkiyah
Kata Malik berarti raja dan alam semesta adalah makhluk (yang memiliki atau
hamba). Di dalam Al-Qur’an banyak menjelaskan bahwa Allah SWT adalah
Pemilik dan Raja Langit dan bumi dan seluruh isinya, antara lain:
Dalam QS.Al-Baqarah: 107.

Artinya: “Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah
kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun
seorang penolong.”
Di sisi lain, al-Qur’an juga menjelaskan bahwa Allah SWT adalah
pemimpinorang-orang yang beriman, dalam QS. Al-Baqarah:257
Artinya: “Allah pemimpin orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir pemimpin-
pemimpin mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya.”
Az-Zhulumat (kegelapan) dalam ayat diatas adalah simbol dari segala bentuk
kekufuran, kemusyrikan, kefasikan, dan kemaksiatan, sedangkan an-Nur
adalah simbol dari ketauhidan, keimanan, keta’atan. Sedangkan thaghut
adalah segala sesuatu yang disembah (dipertuhankan) selain dari Allah SWT
dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut.
Bilamana Allah SWT adalah Wali dan Hakim, maka kita sebagai hamba harus
melakukan apa saja yang diridhaiNya. Atau dengan kata lain apa saja yang
kita lakukan adalah dalam rangka mencari ridho Allah. Allah lah yang menjadi
Ghayah(tujuan) kita.
Jadi tauhid Mulkiyah adalah mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya
Malik yang mencakup pengertian sebagai Wali, Hakim, dan Ghayah.
III. Tauhid Illahiyah
Kata illah berasal dari kata a-la-ha (alif-lam-ha) yang mempunyai arti antara
lain tenteram, tenang, lindungan, cinta dan sembah (‘abada). Kata tersebut
sama dengan sifat-sifat dan kekhususan zat Allah SWT seperti dinyatakan oleh
Allah SWT dalam QS.Ar-Ra’du:28

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati
menjadi tenteram.”

Anda mungkin juga menyukai