1. ALAM
Ayat tersebut mengajak manusia untuk mencapai tujuan dari berbagai fenomena semesta
melalui cara yang serius, tanpa main-main, senda gurau, dan kesia-siaan.
Allah adalah penata sunnah semesta yang dengan topangan kekuasaan-Nya, Dia yang
menjalankan dan mengatur semesta sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan
iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu [juga]
kamu keluar [dari kubur].” (ar-Ruum: 25)
Manusia merupakan bagian dari alam semesta ini. Karenanya dalam segala persoalan
hidup dan matinya, manusia harus tunduk pada ketentuan Allah, Penguasa tertinggi dan sunnah-
sunnah ciptaan-Nya.
Ada sebuah kisah inspiratif dari nabi kita yang mendapatkan mukjizat dari Allah SWT
salah satunya yaitu mampu berbicara dengan hewan.
Ketika itu di tengah perjalanan Nabi Sulaiman ke daerah Thaif beserta pasukannya
memasuki sebuah lembah dimana lembah tersebut mempunyai banyak sarang semut. Melihat
pasukan Nabi Sulaiman, para semut khawatir kalau mereka akan terinjak. Maka raja semut
berteriak memerintahkan semut-semut lain untuk masuk ke sarang mereka. Mendengar teriakan
itu, Nabi Sulaiman langsung memerintahkan pasukannya untuk berhenti. Para pasukan yang
tidak mengerti menjadi kebingungan. Setelah mulai kondusif Nabi Sulaiman menjelaskan apa
yang terjadi dengan rombongan semut.
Dari cerita ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Nabi Sulaiman as adalah sosok
Nabi yang cerdas dan kaya raya. Walaupun begitu, ia tidak pernah lupa bahwa segala kekayaan,
ilmu, dan keistimewaan yang dia miliki berasal dari Allah SWT Tuhan semesta alam.
Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan
dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan.
Tujuan alam diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan.
Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada
akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih
mendekatkan diri pada Allah.
2. KETAUHIDAN
A. Pengertian Tauhid
Salah satu ilmu aqidah yang penting untuk dipelajari adalah tauhid. Menurut
bahasa, tauhid adalah Bahasa Arab yang berarti mengesakan atau menganggap sesuatu itu esa
atau tunggal. Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah keyakinan akan
keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan menentukan segala
sesuatu yang ada di alam ini. Selain itu, arti tauhid juga dipahami sebagai sikap meyakini bahwa
Allah Maha Suci yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun, seperti yang dimiliki oleh
makhluk hidup ciptaannya. Bukan hanya itu, mempelajari arti tauhid juga termasuk meyakini
kebenaran seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-Nya.
B. Pembagian Tauhid
1. TAUHID AR-RUBUBIYYAH
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya,
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya”. (QS. Hud : 6)
2. TAUHID AL-ULUHIYYAH
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan
kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba
disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan. Sebagaimana
firman Allah dalam surah Ad Dzaariyat ayat 56 yang artinya :
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Lalu pada surah Al-Baqarah ayat 43 yang artinya :
"Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk."
Dalam ayat tersebut Allah memperintahkan umatnya untuk menunaikan sholat secara
sempurna dengan melaksanakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunah-sunahnya.
3. TAUHID AL-ASMA’ WA SHIFAT
“ Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya,
Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam :
65).
Tauhid sangat berpengaruh terhadap kehidupan seorang muslim, yaitu menjadi landasan
kuat dalam menjalankan segala aktivitas, baik aktivitas keagamaan maupun aktivitas duniawi
lainnya. Dengan tauhid seorang muslim akan menjalani kehidupannya dengan tenang, tawakal
dan sabar. Oleh karena itu tauhid merupakan modal dasar bagi suksesnya seorang muslim baik di
dunia maupun di akherat.