Anda di halaman 1dari 4

ALAM DAN KETAUHIDAN

1. ALAM

A. Pengertian Alam Semesta


Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini
selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Menurut Al-Ghazali, alam dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah, alam yang
terlihat, dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa
sehari-hari disebut sebagai alam semesta. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan
yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains.
Sedangkan alam ghoib adalah alam yang tidak tampak. Alam ghaib yang diciptakan oleh Allah
merupakan ujian bagi manusia selama dia hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia
dia beriman kepada Allah, Hari Akhir, surga, neraka, pahala akhirat dan sebagainya – yang mana
semuanya itu tidak tampak – ataukah dia mengingkarinya.
Menurut Islam pandangan terhadap alam semesta bukan hanya berdasarkan akal semata.
Alam semesta difungsikan untuk menggerakkan emosi dan perasaan manusia terhadap
keagungan al-Khaliq, kekerdilan manusia di hadapan-Nya, dan pentingnya ketundukan kepada-
Nya. Artinya, alam semesta dipandang sebagai dalil qath’i yang menunjukkan keesaan dan
ketuhanan Allah.

B. Tujuan penciptaan alam semesta


Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa Tuhan memiliki tujuan dalam penciptaan alam
semesta ini seperti kutipan dari Al-Qur’an yang artinya :“Kami tiada menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan [tujuan] yang benar dan dalam
waktu yang ditentukan.” (al-Ahqaf: 3)

Ayat tersebut mengajak manusia untuk mencapai tujuan dari berbagai fenomena semesta
melalui cara yang serius, tanpa main-main, senda gurau, dan kesia-siaan.

Allah adalah penata sunnah semesta yang dengan topangan kekuasaan-Nya, Dia yang
menjalankan dan mengatur semesta sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan
iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu [juga]
kamu keluar [dari kubur].” (ar-Ruum: 25)

Manusia merupakan bagian dari alam semesta ini. Karenanya dalam segala persoalan
hidup dan matinya, manusia harus tunduk pada ketentuan Allah, Penguasa tertinggi dan sunnah-
sunnah ciptaan-Nya.

Ada sebuah kisah inspiratif dari nabi kita yang mendapatkan mukjizat dari Allah SWT
salah satunya yaitu mampu berbicara dengan hewan.
Ketika itu di tengah perjalanan Nabi Sulaiman ke daerah Thaif beserta pasukannya
memasuki sebuah lembah dimana lembah tersebut mempunyai banyak sarang semut. Melihat
pasukan Nabi Sulaiman, para semut khawatir kalau mereka akan terinjak. Maka raja semut
berteriak memerintahkan semut-semut lain untuk masuk ke sarang mereka. Mendengar teriakan
itu, Nabi Sulaiman langsung memerintahkan pasukannya untuk berhenti. Para pasukan yang
tidak mengerti menjadi kebingungan. Setelah mulai kondusif Nabi Sulaiman menjelaskan apa
yang terjadi dengan rombongan semut.

Dari cerita ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Nabi Sulaiman as adalah sosok
Nabi yang cerdas dan kaya raya. Walaupun begitu, ia tidak pernah lupa bahwa segala kekayaan,
ilmu, dan keistimewaan yang dia miliki berasal dari Allah SWT Tuhan semesta alam.

Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan
dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan.
Tujuan alam diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan.
Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada
akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih
mendekatkan diri pada Allah.

2. KETAUHIDAN

A. Pengertian Tauhid

Salah satu ilmu aqidah yang penting untuk dipelajari adalah tauhid. Menurut
bahasa, tauhid adalah Bahasa Arab yang berarti mengesakan atau menganggap sesuatu itu esa
atau tunggal. Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah keyakinan akan
keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan menentukan segala
sesuatu yang ada di alam ini. Selain itu, arti tauhid juga dipahami sebagai sikap meyakini bahwa
Allah Maha Suci yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun, seperti yang dimiliki oleh
makhluk hidup ciptaannya. Bukan hanya itu, mempelajari arti tauhid juga termasuk meyakini
kebenaran seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-Nya.

B. Pembagian Tauhid
1.     TAUHID AR-RUBUBIYYAH

Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini


bahwasanya Dia adalah satu-satuNya Pencipta seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman yang
artinya:

Katakanlah(Muhammad),“Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah:


“Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka
tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”.
Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan
terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan
mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha
Esa lagi Maha Perkasa”. (QS. Ar-Ra’d : 16), kemudian pada surah lain, Allah berfirman yang
artinya :

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya,
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya”.  (QS. Hud : 6)

2.     TAUHID AL-ULUHIYYAH
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan
kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba
disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan. Sebagaimana
firman Allah dalam surah Ad Dzaariyat ayat 56 yang artinya :

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Lalu pada surah Al-Baqarah ayat 43 yang artinya :
"Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk."
Dalam ayat tersebut Allah memperintahkan umatnya untuk menunaikan sholat secara
sempurna dengan melaksanakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunah-sunahnya.

3. TAUHID AL-ASMA’ WA SHIFAT

Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat


bagi-Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai
dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam tanpa Tahrif (menyelewengkan
makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)
dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya yang artinya:

  “ Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya,
Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”  (QS. Maryam :
65).

C. Bentuk Pengaplikasian Tauhid


Aplikasi secara sederhana dari kalimat tauhid “laa ilaaha illallah” adalah keyakinan
yang mutlak yang patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah Maha Esa dalam hal mencipta
dalam penyembahan tanpa ada sesuatu pun yang mencampuri dan tanpa ada sesuatu pun yang
sepadan dengan-Nya kemudian menerima dengan Ikhlas akan apa-apa yang berasal dari-Nya
baik berupa perintah yang mesti dilaksanakan ataupun larangan yang mesti di tinggalkan semua
itu akan mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah SWT itu Maha Esa.
Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mengenal Allah ( tauhid ) sebelum kita beribadah &
beramal karena suatu ibadah itu diterima jika Tauhid kita benar & tidak tercampur dengan 
kesyirikan ( menyekutukannya dalam peribadatan ) , maka tegaknya ibadah & amalan kita harus
didasari terlebih dahulu dengan At Tauhid sebagaimana di firmankan Allah dalam surah
Muhammad ayat 19 yang artinya :
” Ketahuilah (Muhammad) sesungguhnya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah, &
mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. ( QS. Muhammad : 19 ).

Tauhid sangat berpengaruh terhadap kehidupan seorang muslim, yaitu menjadi landasan
kuat dalam menjalankan segala aktivitas, baik aktivitas keagamaan maupun aktivitas duniawi
lainnya. Dengan tauhid seorang muslim akan menjalani kehidupannya dengan tenang, tawakal
dan sabar. Oleh karena itu tauhid merupakan modal dasar bagi suksesnya seorang muslim baik di
dunia maupun di akherat.

Anda mungkin juga menyukai