Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DOSEN PEMBIMBING

ILMU TAUHID Nurul Husna Yusuf M.Pd.i

MACAM - MACAM TAUHID

KELOMPOK 4:
Mahmudah (1601151425)
Muhammad Yasin (1601151491)
Nadiya Istiana Insi (1601151428)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2017
Daftar Isi .................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................................

C. Tujuan Penulis .....................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................................

A. Pengertian Tauhid ...............................................................................................................

B. Macam macam tauhid .........................................................................................................

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia berdasarkan fitrah dan akal sehat pasti mengakui bahwasanya Allah itu Maha
esa. Seorang muslim wajib mengimani akan keesaaan Allah taala dan bahwasannya
tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah taala, adapun kalimat tauhid
itu sendiri yang dimaksud ialah La ilaha illah yang berarti tidak ada yang berhak
disembah selain Allah.
Pembahasan mengenai tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam agama Islam,
dimana tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang
tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada Aqidah Islamiyah. Keimanan itu
merupakan akidah dan pokok yang di atasnya berdiri syariat Islam. Kemudian dari
pokok itu keluarlah cabang-cabangnya.1 Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling penting
bagi tiap-tiap muslim karena bahasan ilmu tauhid ini menyangkut akidah islam.
Sedangkan akidah islam merupakan pondasi bagi keberagaman seseorang dan benteng
yang kokoh untuk memelihara akidah muslim dari setiap ancaman keraguan dan
kesesatan. Tanpa mengetahui ilmu tauhid kita tidak akan mengetahui tujuan hidup
yang sebenarnya.
Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai macam-macam tauhid, seperti tauhid
rububiyah, tauhid uluhiyah, tauhid asma wa sifat. Setiap macam dari itu memiliki
makna yang harus dijelaskan agar perbedaan antaranya menjadi jelas.

B. Rumusan masalah
A.Apa yang dimaksud dengan ilmu tauhid ?

B.Apa saja macam-macam tauhid ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui apa saja macam - macam tauhid.

1
Sayid Sabiq, Aqaid A-sIlamiya ,1993, CV. Diponegoro: Bandung, hlm. 15
II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid

Kata Tauhid berasal dari akar kata bahasa Arab ( ) yang berarti
menjadikan sesuatu satu atau esa. berati menjadikan, mengakui dan meyakini
bahwa Allah Esa. Asal makna Tauhid ialah karena bagiannya yang terpenting
menetapkan sifat wahdah (satu) bagi Allah dalam zat-nya dan dalam perbuatannya
menciptakan alam seluruhnya dan bahwa ia sendiri pula tempat kembali segala alam ini
dan penghabisan segala tujuan.2

Menurut para ahli, ilmu tauhid ialah :


Ilmu yang membahas segala kepercayaan keagamaan dengan menggunakan dalil-dalil
yang meyakinkan.3

Tauhid adalah pembahasan mengenai pengokohan keyakinan-keyakinan agama Islam


dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya sehingga dapat
menghilangkan semua keraguan atau ilmu yang disebut tentang mengesakan Allah.

B. Macam - Macam Tauhid

a. Tauhid Rububiyah

Rububiyah4 berasal dari kata Rabb, dari sisi bahasa berarti tuan dan pemilik.
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu
Rabb. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-Murabbi (pemelihara),
al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Muslih (yang memperbaiki), al-Sayyid
(tuan), dan al-Wali (wali). Secara etimologi yaitu menumbuhkan, mengembangkan.
Sedangkan menurut istilah tauhid rububiyah berarti percaya bahwa hanya Allah-lah
satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdirnya Ia
menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.

2
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid

3
Zainudin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta. 1996), h. 1.

4
Zainudin ,Ilmu Tauhid Lengkap,(Jakarta:AlHidayahRineka Cipta.2009)
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan
meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk-Nya. Dan alam
semesta ini diatur oleh Mudabbir (Pengelola), Pengendali Tunggal, Tak disekutui oleh
siapa dan apapun dalam pengelolaan-Nya. Allah menciptakan semua makhluk-Nya di
atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musrik yang
menyekutukan Allah dalam ibadahnya juga mengakui keesaan rububiyah-Nya. Jadi
jenis tauhid ini diakui semua orang. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk
mengakui-Nya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainnya. Adapun orang yang
paling dikenal pengingkarannya adalah Firaun. Namun demikian di hatinya masih
tetap meyakini-Nya.

Alam semesta dan fitrahnya tunduk dan patuh kepada Allah. Sesungguhnya alam
semesta ini (langit, bumu, planet, bintang, hewan, pepohonan, daratan, lautan,
malaikat, serta manusia) seluruhnya tunduk dan patuh akan kekuasaan Allah. Tidak
satupun makhluk yang mengingkari-Nya. Semua menjalankan tugas dan perannya
masing-masing, serta berjalan menurut aturan yang sangat sempurna. Penciptanya
sama sekali tidak mempunyai sifat kurang, lemah, dan cacat. Tidak satupun dari
makhluk ini yang keluar dari kehendak, takdir, dan qadha-Nya. Tidak ada daya dan
upaya kecuali atas izin Allah. Dia adalah Pencipta dan Penguasa alam, semua adalah
milik-Nya. Semua adalah ciptaan-Nya, diatur, diciptakan, diberi fitrah, membutuhkan,
dan dikendalikan-Nya.

Tauhid Rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut ini:


Pertama : Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum.
Misalnya menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan,
mematikan, menguasai, dan lain-lain.
Kedua : Beriman kepada takdir Allah.
Ketiga : Beriman kepada Zat Allah SWT.[3]
Landasan Tauhid Rububiyah adalah dalil-dalil berikut ini:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-Fatihah: 1).
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)? (QS. At-Thuur: 35).
Runtut pembuktian akal sehat atas ayat ini adalah bahwa ada tiga asumsi yang mungkin
dapat diterima secara logis disini, yaitu:
Asumsi pertama : Mereka diciptakan dari ketiadaan. Ini secara mutlak jelas
tidak mungkin, karena ketiadaan kontra kewujudan.
Asumsi kedua : Mereka adalah pencipta-pencipta. Ini tentu mustahil karena
mengansumsikan kewujudan sesuatu pada saat
ketiadaannya.
Asumsi ketiga : Ada pencipta selain mereka, yaitu Allah SWT. Asumsi
inilah yang harus diterapkan.

Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Engkau adalah Rabb di langit dan
di bumi (Mutafaqqun Alaih)

b. Tauhid Uluhiyah

Kata Uluhiyah diambil dari akar kata Illah yang berarti: Yang disembah dan Yang
ditaati. Kata ini digunakan untuk menyebut sembahan yang hak dan yang batil. Untuk
sembahan yang hak

Tauhid Uluhiyah yaitu ibadah. Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan
perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nadzar,
kurban, raja (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan
inabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul.
Disebut demikian, karena tauhid uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh
nama-Nya, Allah yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah), dan juga
karena tauhid uluhiyah merupakan pondasi dan asas tempat dibangunnya seluruh amal.
Juga disebut sebagai tauhid ibadah karena ubudiyah adalah sifat abd (makhluknya)
yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka
kepada-Nya.

Tauhid Uluhiyah artinya mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah
dan tidak ada tuhan lain selain Dia. Pengakuan dan keyakinan bahwa Allah swt adalah
satu-satunya Dzat yang berhak disembah yang direalisasikan dalam bentuk ibadah.

dalam firman Allah SWT:


Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya). (QS. Al-Baqarah: 255).
Dengan kata lain Tauhid Uluhiyah ialah percaya sepenuhnya, bahwa
Allah-lah yang berhak menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya Allah sajalah
yang sebenarnya dan yang harus disembah.
Allah SWT berfirman:
Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 163).

Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. (QS.
Thaaha: 98).

Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu, dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri".
(QS. Al-Ankabut: 46).

Singkatnya, keyakinan tentang Allah SWT sebagai Tuhan satu-satunya, baik


zat-Nya, maupun sifat dan perbuatan-Nya itulah yang disebut Tauhid Uluhiyah.
Uluhiyah kata nisbat dari Al-Illah.
Al-Illah berarti: Tuhan yang wajib ada, yaitu Allah, sedangkan Uluhiyah
berarti: Mengakui dan meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
Satu atau Esa dalam sifatnya berarti:
1. Satu persatunya sifat Allah itu hanya satu, tidak terdiri dari bagian-bagian. Misalnya
sifat Kudrat itu satu dan tidak terbagi-bagi, sifat ilmu satu dan tidak terbagi-bagi.
Begitu juga lain-lain sifat. Berbeda dengan sifat manusia, misalnya kekuatan atau
kekuasaan yang selal terbagi-bagi, sebab kekuatan dan kekuasaan manusia tidak bisa
meliputi segala keadaan, segala suasana dan segala zaman. Ilmu alam, ilmu ukur.dan
sebagainya.
2. Tidak ada yang memiliki sifat Allah. Kekuatan/kemampuan atau kekuasaan atau
kudrat manusia tidak sama dengan kekuasaan atau Kudrat Allah. Pokoknya, segala
perkiraan yang mempersamakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya itu tidak benar.

Allah berfirman:

Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (QS.
Al-Anam: 100)
Kemudian yang dimaksud dengan Satu atau Esa dalam perbuatan-perbuatan
ialah bahwa alam semesta ini seluruhnya ciptaan Allah. Tidak ada bagian-bagian alam
yang diciptakan oleh selain Allah SWT.[4]
Oleh karena itu, realisasi yang benar dari Tauhid Uluhiyah hanya bisa terjadi
dengan dua dasar:
Pertama : Memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah SWT
semata tanpa adanya sesuatu yang lain.
Kedua : Hendaklah semua ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya yang disimpulkan dengan kata Ikhlas dan
Mutabaah.
Dengan begitu, maka Tauhid Uluhiyah merupakan jenis tauhid yang
terpenting dan paling mendasar karena dengan Tauhid Uluhiyah kehidupan dijalankan
dan syariat ditegakkan. Tauhid Uluhiyah merupakan dasar fitrah dan sejarah manusia,
sejak manusia diciptakan Allah menanamkan pada diri manusia yang
memungkinkannya menerima dan mencintai kebenaran, memilih Tauhid atas Syirik
atau Iman atas Kufur.
Allah berfirman:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)." (QS. Al-Araf: 172).

Tauhid Rububiyah mengharuskan adanya Tauhid Uluhiyah. Hal ini berarti siapa yang
mengakui tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta,
pemberi rizki, dan pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak
ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah. Dan itulah
yang disebut Tauhid Uluhiyah. Jadi tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid
uluhiyah. Jalan fitri untuk menetapkan tauhid uluhiyah adalah berdasarkan tauhid
rububiyah. Maka tauhid rububiyah adalah pintu gerbang dari tauhid uluhiyah.
Tauhid uluhiyah atau ubudiyah, yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua jenis ibadah,
seperti: shalat,takut,dan lain-lain. Yang dimaksud dengan tauhid rububiyah bahwa seorang
hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT saja yang memiliki hak uluhiyah terhadap
semua makhluknya. Hanya dia SWT yang berhak untuk disembah, bukan yang lain. Karena itu
tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jenis ibadah seperti : berdoa, shalat,
minta tolong, tawakkal, takut, mengharap, menyembelih, bernazar dan semisalnya melainkan
hanya untuk Allah SWT semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada
selain Allah SWT maka dia adalah seorang musyrik lagi kafir.5

c. Tauhid Mulkiyah

Tauhid Mulkiyah secara harfiah atau bahasa yaitu keyakinan mengakui hanya allah sebagai
pemilik, atau sebagai penguasa (raja) yang wajib di taati. Tidak ada ke daulatan dan kerajaan
lain yang boleh diakui apa lagi ditaati.

Tauhid Mulkiyah : Yaitu mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita


mengesakan Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaanNya terhadap alam ini.
Dialah Pemimpin, Pembuat hukum dan Pemerintah kepada alam ini. Hanya landasan
kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita. Hanya hukuman yang
diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya perintah dari Allah saja menjadi
junjungan kita.

Katakanlah (wahai Muhammad) : Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan,


Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan
Engkaulah yang mencabut kuasa pemerintahan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah
juga yang memuliakan

Siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina siapa yang Engkau kehendaki.
Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas tiap-tiap sesuatu.
[Ali Imran : 26]

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" [Al Maidah : 50]

Tauhid Mulkiyah menuntuk adanya ke-wala-an secara totalitas kepada Allah, Rasul dan
Amirul Mukmin (selama tidak bermaksiat kepada Allah SWT)

Pemimpin (wali)
Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia membawa arti sifat penguasaan iaitu
sebagai pelindung, penolong dan pemelihara.

5 Ansharuliah, Ilmu Tauhid Kajian Rukun Iman,(Banjarmasin,Alhaka Publishing,2013),hal.10


"Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Quran, dan Dia lah
jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan." [Al A'raaf : 50]

Pembuat Hukum
Hakiman atau pembuat hukum juga adalah sebahagian dari sifat mulkiyatullah. Ia mesti
diikhtiraf oleh manusia dan tunduk hanya kepada hukum-hukum yang telah diturunkan
olehNya saja karena hak mencipta hukum itu hanya terhadap kepada Allah semata-mata.

"Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, hanyalah nama-nama yang kamu
menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah menurunkan sembarang
bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah
bagi Allah. Ia memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian
itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Yusuf : 50]

Pemerintah
pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang perlu diketahui oleh setiap muslim. Allah
memiliki Arasy dan memerintah seluruh mahluk ciptaannya ini dengan ketentuan daripadanya.
Dia yang menciptakan dan Dia yang mengarahkan menurut apa yang dikehendakiNya.

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa
lalu. Ia bersemayam di atas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya
dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta
bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah
tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah
yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam." [Al A'raaf : 50]6

d. Tauhid Zat Wal Afat

Zat wal afal

Hendaklah kita ketahui bahwa segala apapun juga terjadi didalam alam ini pada hakekatnya
adalah afal (perbuatan) Allah SWT.

Yang terjadi didalam alam ini dapat digolongkan pada 2 (dua) golongan:

a) Baik pada bentuk (rupa) dan isi (hakekatnya) seperti iman dan taat
b) Jelek pada bentuk (rupa) namun baik pada pengertian isi (hakekat) seperti kupur dan
maksiat. Dikatakan ini jelek pada bentuk karena adanya ketentuan hokum/syara yang

6
http://iqraku.blogspot.co.id/2009/08/tauhid-rububiyah-uluhiyah-mulkiyah.html
mengatakan demikian. Dikatakan baik pada pengertian isi (hakekat) karena hal itu
dalah suatu ketentuan dan perbuatan dari allah yang maha baik

Maka cara untuk melakukan pandangan syuhud/musyahadah sebagaimana dimaksud diatas


iyalah:

setiap apapun yang disaksikan oleh mata hendaklah ditanggapi oleh hati bahwa semua itu
iyalah Afal (perbuatan) dari pada Allah SWT.7

e. Tauhid Asma Wa Sifat

Pengertian Asma dan Sifat Allah

Secara bahasa Kata adalah bentuk jama dari kata , yang artinya nama.
berarti nama-nama Allah. berarti nama-nama yang baik dan terpuji. Sehingga
istilah asmaul husna bagi Allah maksudnya adalah nama-nama yang indah, baik dan terpuji
yang menjadi milik Allah. Misalnya: Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Ghafur, dan
lain-lain.

Sedangkan kata dalam bahasa Arab berbeda dengan sifat dalam bahasa indonesia.
Kata dalam bahasa arab mencakup segala informasi yang melekat pada suatu yang
wujud. Sehingga sifat bagi benda dalam bahasa arab mencakup sifat benda itu sendiri, seperti
besar kecilnya, tinggi rendahnya, warnanya, keelokannya, dan lain-lain. Juga mencakup apa
yang dilakukannya, apa saja yang dimilikinya, keadaan, gerakan, dan informasi lainnya yang
ada pada benda tersebut.[1]

Dengan demikian, kata mencakup perbuatan, kekuasaan, dan apa saja melekat pada
Dzat Allah, dan segala informasi tentang Allah. Karena itu, sering kita dengar ungkapan ulama,
bahwa diantara sifat Allah adalah Allah memiliki tangan yang sesuai dengan keagungan dan
kebesaran-Nya, Allah memiliki kaki yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, Allah
turun ke langit dunia, Allah bersemayam di Arsy, Allah tertawa, Allah murka, Allah berbicara,
dan lain-lain. Dan sekali lagi, sifat Allah tidak hanya berhubungan dengan kemurahan-Nya,
keindahan-Nya, keagungan-Nya, dan lain-lain.

Pengertian Tauhid Asma wa Sifat

Secara istilah syariat, tauhid asma dan sifat adalah pengakuan seorang hamba tentang nama dan
sifat Allah, yang telah Dia tetapkan bagiNya dalam kitab-Nya ataupun dalam sunnah Nabi-Nya
shallallahu alaihi wa sallam, serta mengimani maknanya dan hukum-hukumnya tanpa Tahrif,
tathil, takyif, dan tamtsil/tasybih.[2]

7
https://annafiz.wordpress.com/about/empat-maqom-musyahadah/
1. Tahrif (menyimpangkan makna)

yaitu mengubah atau mengganti makna yang ada pada nama dan sifat Allah, tanpa dalil.
Misalnya: Sifat Allah marah, diganti maknanya menjadi keinginan untuk menghukum,
sifat Allah istiwa (bersemayam), diselewengkan menjadi istaula (menguasai), Tangan Allah,
disimpangkan maknanya menjadi kekuasaan dan nikmat Allah.

2. Tathil (menolak)

Yaitu menolak penetapan nama dan sifat Allah yang disebutkan dalam dalil. Baik secara
keseluruhan maupun hanya sebagian.

Contoh menolak secara keseluruhan adalah sikap sekte Jahmiyah, yang tidak mau menetapkan
nama maupun sifat untuk Allah. Mereka menganggap bahwa siapa yang menetapkan nama
dan sifat untuk Allah berarti dia musyrik.

Contok menolak sebagian adalah sikap yang dilakukan sekte Asyariyah atau Asyairah, yang
membatasi sifat Allah hanya bebeberapa sifat saja dan menolak sifat lainnya. Atau menetapkan
sebagian nama Allah dan menolak nama lainnya.

3. Takyif (membahas bagaimana bentuk dan hakikat nama dan sifat Allah)
yaitu menggambarkan bagaimanakah hakikat sifat dan nama yang dimiliki oleh Allah.
Misalnya, Tangan Allah, digambarkan bentuknya bulat, panjangnya sekian, ada ruasnnya, dan
lain-lain. Kita hanya wajib mengimani, namun dilarang untuk menggambarkannya.

4. Tamtsil/Tasybih (menyamakan Allah dengan makhluk-Nya)


Misalnya, berkeyakinan bahwa tangan Allah sama dengan tangan budi, Allah bersemayam di
arsy seperti joki naik kuda. Mahasuci Allah dari adanya makhluk yang serupadengan-Nya.
Allah berfirman,

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat. (Qs. Asy-Syuura: 11)8

8
https://anshorimujahid.wordpress.com/2014/04/06/tauhid-asma-wa-shifat/
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kata at-tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan. Kata wahhadamemiliki


makna kesendirian sesuatu dengan dzat, sifat atau afalnya dan tidak adanya sesuatu yang
menyerupainya dan menyertainya dalam hal kesendiriannya.

2. Tauhid rububiyah ialah suatu kepercayaan bahwa yang menciptakan alam dunia beserta
isinya ini hanyalah Allah sendiri tanpa bantuan siapapun

3. Tauhid uluhiyah adalah mengiktikadkan bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah
dan berhak dituju oleh semua hambanya

4. Iman kepada asma-asma Allah dan sifat-sifat Allah yang telah disebutkan dalam
Al-Quran dan Al-Hadis yaitu mengimani semua asma-asma dan sifat-sifat Allah secara utuh
tanpa menyamakannya dengan sifat dan nama manusia.

B. SARAN

DAFTAR PUSTA

Anda mungkin juga menyukai