2023
A. Pengertian Tauhid, Sains, Teknologi
Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan Allah. Dalam
pengamalan nya tauhid dibagi menjadi 3 macam, yakni tauhid rububiyah, uluhiyah, dan
asma wasifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari
kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim. Menurut kamus bahasa
Indonesia, sains adalah ilmu pengetahuan yang sistematik yang boleh di uji atau di buktikan
kebenarannya. Sains adalah sebagai ilmu pengetahuan yang di dapatkan secara sistematik
tentang struktur dan perilaku segala fenonema yang ada di alam beserta isi nya. Teknologi
adalah merupakan aplikasi dari sains sebagai respon atas tuntutan manusia akan kehidupan
yang lebih baik dan pengetahuan teknik tentang ilmu-ilmu alam. Dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, manusia hanya lah subyek yang menemukan, mengolah, dan merumuskan
sehingga lahir lah sebuah teori. Manusia bukan lah pencipta, atau pembuat dari tidak ada
menjadi ada. Sekecil dan sederhana apapun ilmu pengetahuan itu, sumbernya tetap dari
Allah SWT. Karena itu manusia dilarang untuk menyombongkan diri, seakan-akan dialah
yang menemukan ilmu pengetahuan itu tanpa adanya campur tangan Allah. Jadi, kita
sebagai hamba Allah dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan tidak boleh
terlepas dari sumber ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah yaitu Al-Qur'an, karena ilmu
pengetahuan tidak terlepas dari batasan ketauhidan seseorang terhadap Allah.
Tauhid merupakan bahasan yang penting dalam ajaran islam, karena Tauhid ini
adalah salahsatu ajaran untuk meyakinkan kita bahwa tiada Tuhan selain Allah. yang patut
kita sembah, dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Serta percaya
adanya kitabkitab Allah, malaikat, rasul, hari Akhir, qodho dan qodar Allah SWT. Maka,
pantas para ulama mewajibkan kepada mukalaf untuk mempelajari ilmu Tauhid ini. tauhid
dibagi menjadi 3 macam, yakni tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah serta tauhid asma’wasifat
setiap macam dari ketiga macam tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan agar
menjadi terang perbedaan antara ketiganya.
1. Tauhid rububiyah
Yaitu mengesakan allah dalam segala perbuatannya dengan meyakini bahwa dia
sendiri yang menciptakan segenap makhluk allah berfirman
Bahwasanya dia adalah pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk hidup
lainnya. Allah berfirman:
ين ٍ َض ِإاَّل َعلَى ٱهَّلل ِ ِر ْزقُهَا َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْستَوْ َد َعهَا ۚ ُك ٌّل فِى ِك ٰت
ٍ ِب ُّمب ِ َْو َما ِمن دَٓابَّ ٍة فِى ٱَأْلر
“dan tidak ada suatu binatang melatapun dibumi melainkan allah-lah yang memberi
rizkinya..”(hud:6)
Dan bahwasannya dia adalah penguasa alam dan pengatur semesta dia
yangmengangkat dan menurunkan, dia yang memuliakan dan menghinakan, mahakuasa atas
segala sesuatu. Pengaturrotasi siang dan malam, yang menghidupkan dan yang mematikan.
Jadi jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkanya.
Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuinnya, melebihi fitrah pengakuan
terhadap yang lainnya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan allah.
Hal ini berarti siapa yang mengakui tauhid rububiyah untuk allah dengan mengimani tidak
ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam kecuali allah, maka ia harus mengakui bahwa
tidak ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali allah dan itulah
tauhid uluhiyah.
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah, yaitu tauhid ibadah, kerena ilah maknannya adalah ma’bud (orang
disembah). Maka tidak ada yang diseur dalam do’a kecuali allah, tidak ada yang dimintai
pertolongan kecuali dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali dia, tidak
boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untunya, dan tidak boleh mengarahkan
seluruh ibadah kecuali untuknya dan karenannya semata. Hal semacam ini banyak sekali
dikemukakan dalam alqur’an maka barangsiapa mengira bahwa tauhid itu hanya meyakini
wujud allah, atau meyakini bahwa allah adalah al-khalid yang mengatur alam, maka
sesungguhnya orang tersebut belumlah mengetahui hakikat tauhid yang dibawa oleh para
rasul. Kerena sesungguhnya ia hanya mengakui sesuatu yang diharuskan dan meninggalkan
sesuatu yang mengharuskan: atau berhenti hanya sampai pada dalil tetapi ia meninggalkan
isi dan inti dari dalil tersebut.
Tauhid merupakan bahasan yang penting dalam ajaran islam, karena Tauhid ini
adalah salahsatu ajaran untuk meyakinkan kita bahwa tiada Tuhan selain Allah. yang patut
kita sembah, dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Serta percaya
adanya kitabkitab Allah, malaikat, rasul, hari Akhir, qodho dan qodar Allah SWT. Maka,
pantas para ulama mewajibkan kepada mukalaf untuk mempelajari ilmu Tauhid ini. Di
Indonesia, banyak para ulama yang membuat kitab tentang Tauhid. Setiap rasul selalu
melalui dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah, sebagaimana yang diucapkan oleh
Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan lan-lain ;
Jadi jelaslah bahwa tauhid uluhiyah adalah maksud dari dakwah para rasul. Disebut
demikian, karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh namaNya, "Allah",
yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah). Juga disebut "tauhid ibadah", karena
ubudiyah adalah sifat 'abd (hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena
ketergantungan mereka kepadanya.
Para ulama Aqidah mendefinisikan Tauhid adalah keyakinan tentang keesaan Allah
SWT. dalam rububiyah-Nya, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya serta menetapkan
nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya. Dengan demikian maka biasa dikatakan
bahwa tauhid terbagi menjadi tiga macam yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan
Tauhid Asma dan Sifat. Kesimpulan ini diambil oleh para ulama setelah mereka meneliti
dalil-dalil AL Quran dan hadits yang terkait dengan keesaan Allah subhanahu wa ta’ala.
C. Arti Kepercayaan
Percaya ialah sifat dan sikap, membenarkan sesuatu atau menganggap sesuatu
sebagai benar. Menurut Prof. PUDJAWIJATNA, Kepastian adalah sikap mental atas dasar
keyakinan bahwa ada kebenaran, tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Ada pula
kemungkinan bahwa orang yang mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena
penyelidikan sendiri, melainkan pemberitahuan dari pihak lain. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan adalah keyakinan terhadap adanya suatu kebenaran.
Hubungan Islam dengan Sains dan Teknologi Dalam dunia modern sekarang ini sains
merupakan karunia tak tertandingi sepanjang zaman bagi kehidupan manusia dalam
menghadapi segala tuntutan dan perkembangannya. Dan sudah menjadi kebutuhan
manusia yang ingin mencapai kemajuan dan kesejahteraan hidup, untuk menguasai dan
memanfaatkan sains sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidupnya. Namun, apakah
kemajuan dan kesejahteraan hidup ini menjadi tujuan tunggal atas penguasaan dan
pemanfaatan sains. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil
aplikasi sains tampak jelas memberikan kesenangan bagi kehidupan lahiriah manusia
secara luas. Dan manusia telah mampu mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia
secara besar-besaran. Yang menjadi permasalahan adalah pesatnya kemajuan itu sering
diikuti dengan merosotnya kehidupan beragama. Menurut Achmad Baiquni
mendefinisikan sains sebagai himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang
diperoleh sebagai konsensus para pakar pada penyimpulan secara rasional mengenai
hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data-data pengukuran. Melalui proses
pengkajian yang dapat diterima oleh akal, sains disusun atas dasar intizhar pada gejala-
gejala alamiah yang dapat diperiksa berulang-ulang atau dapat diteliti ulang oleh orang
lain dalam eksperimen laboratorium. Kata intizhar (nazhara) dapat berarti
mengumpulkan pengetahuan melalui pengamatan atau observasi dan pengukuran atau
pengumpulan data pada alam sekitar kita, baik yang hidup maupun yang tak bernyawa.
Karakteristik Islam sebagai satu-satunya agama yang benar dan sempurna ialah dengan
memberikan dorongan yang positif terhadap manusia untuk menggunakan akal dan
sains untuk meneliti dan menghayati kebenaran nilai-nilai ajaran Islam. Hubungan
antara Islam dengan sains sejalan dengan firman Allah dalam [QS: Yunus: 101]:
Terjemahnya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman".
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa betapa pentihnya intizhor terhadap alam
semesta yang ada disekitar kita. Allah menciptakan manusia, dan kepada mereka
diberikan hak untuk menguasai alam dengan syarat, manusia itu wajib mengetahui
alam dan menggali rahasianya. Dan Allah menjelaskan tentang konsepsi Islam tentang
sumber alam dan teknologi. Firman Allah dalam [QS; Luqman:20]:
هّٰللا
ًض َواَ ْسبَ َغ َعلَ ْي ُك ْم نِ َع َمهٗ ظَا ِه َرةً َّوبَا ِطنَةِ ْت َو َما فِى ااْل َر ِ اَلَ ْم تَ َروْ ا اَ َّن َ َس َّخ َر لَ ُك ْم َّما فِى السَّمٰ ٰو
ٍ اس َم ْن يُّ َجا ِد ُل فِى هّٰللا ِ بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َّواَل هُدًى َّواَل ِك ٰت
ب ُّمنِي ٍْر ِ َّۗ َو ِمنَ الن
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa Allah menempatkan ilmu pada kedudukan
yang tinggi dan memberikan dorongan secara sistematis bagi perkembangan sains dan
teknologi melalui ajakan menggunakan akal pikiran.
Sebagai penguasa yang memiliki rasa tanggung jawab, manusia ditunjuk oleh Allah
Swt. untuk menjadi khalifah di bumi yang tidak lain adalah untuk memelihara dan
mengelolanya. Untuk memperoleh kemampuan itu, manusia harus mengenal alam
lingkungannya dengan baik melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan mengkaji gejala-
gejala yang tampak pada pengamatan itu. Dengan metode yang sudah ditetapkan, sains
mengupayakan pemahaman rasional atas alam fisik hingga melahirkan keyakinan dan
mengikis keraguan. Metodologi yang diturunkan dari seperangkat aturan dan kriteria yang
koheren ini sekarang benar-benar dapat diinterpretasikan atas dasar fakta-fakta yang dapat
diverifikasi oleh siapapun.
Melalui kalimah tauhid inilah semua bentuk dan jenis kekuasaan apapun di muka
bumi haruslah dinegasikan. Hanya Allah, Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak; selain-
Nya bersifat nisbi Untuk memperjelas hubungan sains dengan Islam, akan disebutkan
beberapa pengertian dasar. Ilmu pengetahuan sains adalah pengetahuan tentang gejala alam
yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedangkan teknologi adalah
pengetahuan dan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Islam agama yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw.
Peran tauhid atau Islam dalam perkembangan iptek pada dasar nya ada 2, yaitu :
Untuk mengatur hubungan manusia dengan penciptanya (aqidah tauhid dan aturan
ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri dengan aturan akhlak, dan hubungan
manusia dengan manusia lainnya dengan aturan muamalah dan uqubat/ system pidana.
Hubungan tauhid dengan sains dan teknologi secara garis besar dapat dilihat berdasarkan
tinjauan ideology tauhid yang mendasari hubungan keduanya, ada tiga paradigma yaitu:
1. Paradigma Sekuler,
yaitu paradigma ini memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama
lain. Sebab, dalam ideology sekularisme barat, agama [tauhid] dipisahkan dari
kehidupan (fash al din al hayah). Tauhid tidak dinafikan eksistensinya, tapi
hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya.
Agama tidak mengatur kehidupan umum /public. Paradigma ini memandang
tauhid dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. tauhid
dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan
pengertian atau hakikat sesuatu hal), efistemologis (berkaitan dengan cara
memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan
pengetahuan). Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abad XIX di
Barat sebagai jalan keluar dari kontradiksi ajaran Kristen dengan penemuan ilmu
pengetahuan modern. Semula ajaran Kristen dijadikan standar kebenaran ilmu
pengetahuan, tapi ternyata banya ayat Bible yang berkotradiksi dan tidak relevan
dengan fakta ilmu pengetahuan.14
2. Paradigma Sosialis
yaitu paradigma dari ideology sosialisme yang menafikan eksistensi agama
sama sekali. Agama [tauhid] tidk ada, tidak ada hubungan dan kaitan apapun
sains dan teknologi. Sains dan teknologi bias berjalan secara independen dan
lepas secara total dari Tauhîd. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler,
tetapi lebih ekstrim. Dalam paradigma sekuler, tauhid berfungsi secara
sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, hanya dibatasi perannya dalam
hubungan vertikal manusia dengan Allah. Sedangkan dalam paradigma sosialis
tauhid dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada dan dibuang sama
sekali dari kehidupan. Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w.
1883) yang atheis dan memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat,
karena agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan
kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan: “Religion is the sigh of the
oppressed creature, the heart of the heartless world, just as it is the spirit of a
spiritless situation. It is the opium of the people.” (Agama adalah keluh-kesah
makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia
merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi
rakyat). Menurut paradigma sosialis ini, agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma
sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme
Dialektis. Paham Materialisme dialektis adalah paham yang memandang adanya
keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses
dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang
sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri.
3. Paradigma Islam
yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan
pengatur kehidupan. Aqidah tauhid menjadi basis dari segala ilmu
pengetahuan. Aqidah tauhid yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam
Alqur`an dan al-Hadits menjadi qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu
suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu
pengetahuan manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia untuk
membangun segala pemikirannya berdasarkan tauhid Islam, bukan lepas dari
tauhid itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun (artinya) :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” Dalam
ayat tersebut manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak
boleh lepas dari aqidah tauhid, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika,
yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah
Islam.
Kuntowijoyo. 2017. Paradigma Islam Interpretasi Untik Aksi. Bantul: Tiara Wacana.
Mannan, Audah. 2018. Transformasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Perkembangan Sains Dan
Teknologi . Vol. IV No. 2