Anda di halaman 1dari 17

Makalah Tugas Mata Kuliah Akidah Akhlak

Tauhidullah

Dosen Pengampu: Dr. Firman Mansir, M.Pd.I.

Disusun oleh:

1. Arga Frezzy Effendy (20210220197)

2. Felly Egita (20210220239)

3. Muhammad Fajri Haqqoni (20210220203)

4. Dhiya'ulhaq sri rahayu (20210220236)

5. Salmaa Lathifa Adhwa (20210220234)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pada dasarnya manusia perlu suatu bentuk kepercayaan pada sesuatu yang gaib yang
mempunyai “kekuatan” diluar diri mereka yang bisa menentukan serta mempengaruhi
kehidupan manusia. Sebagaimana kentara dipahami bahwa sesungguhnya Allah mengutus
para nabi agar mendakwahkan ajaran tauhid yang murni serta tak ada kejumbuhan
sedikitpun . dan sesungguhnya tujuan semua nabi dan rasul adalah satu, yaitu
menyucikan kepercayaan atau agama demi semata mengesakan kepada Allah dan
menyandarkan semata ibadah pada-Nya.(Ismail n.d.)
Nabi Muhammad ialah nabi penutup ditugaskan oleh Allah bertujuan untuk
meluruskan aqidah ketauhidan setelah terjadinya penyimpangan aqidah yang dilakukan
oleh umat terdahulu. serta inilah tantangan pertama yang dihadapi oleh Rasulullah kala itu
dengan banyak sekali kemusyrikan yang menrusak iman kepada Allah. Islam yang
dibawakan Rasulullah menolak segala bentuk kemusyrikan serta berbagai jenis
keperantaraan yang mampu Mengganggu hubungan antara manusia dengan Allah. karena,
hanya kenabian serta risalahnya yang mampu menyampaikan petunjuk secara hakiki untuk
mengetahui serta beribadah kepada Allah(Ismail n.d.)
Islam menjadi agamai memiliki dua dimensi, yaitu keyakinan (aqidah) serta sesuatu
yang di amalkan. Amal perbuatan ialah perpan- jangan dan implementasi dari‘aqidah .
Islam artinya agama samawi yang berasal dari Allah swt., yang di wahyukan pada Nabi
Muhammad saw. yang berintikan keimanan serta perbuatan. untuk alasan ini,
Keimanan pada Islam adalah dasar atau pondasi, yang di atasnya berdiri syariat Islam.
Antara keimanan serta perbuatan atau ‘aqidah dan Syari’ah keduanya sambung
menyambung, tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain sebagaimana
pohon serta buahnya. Keimanan atau ‘aqidah pada dunia keilmuan (Islam) dijabarkan
pada suatu disiplin ilmu yang seringkali diistilahkan menggunakan Ilmu Tauhid, Ilmu
‘Aqa’id, Ilmu Kalam, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Hakikat, Ilmu Makrifat, dan sebagainya. ad
interim dimensi lain menyangkut syariah dimuat pada ilmu hukum Islam yang terdiri atas
syariah serta fikih
Rumusan Masalah :

1. Pengertian Tauhid
2. Macam-Macam Tauhid
3. Ciri-ciri manusia Bertauhid
4. Tauhid as the Islamic worldview

Tujuan :

1. Untuk memahami apa itu Tauhid


2. Untuk mengenal macam-macam Tauhid
3. Untuk mengetahui Ciri-ciri manusia Bertauhid
4. Untuk mengetahui apa itu Tauhid as the Islamic worldview
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian tauhid

Kata tauhid yang berasal dari Bahasa Arab dari kata wahhada- yuwahhidu. Tauhid
mempunyai arti keesaan kepercayaan kalau Allah merupakan Maha Esa. Penafsiran ini
sejalan dengan penafsiran tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, ialah keesaan
Allah. Mentauhidkan yang mempunyai arti mengakui keesaan Allah. Secara sebutan syar’i
tauhid berarti mengesakan Allah dalam perihal mencipta, memahami, mengendalikan serta
memurnikan peribadahan cuma kepadanya, tidak melakukan penyembahan kepada selainnya
dan menetapkan asma’ul husna serta watak al-ulya baginya serta mensucikannya dari
kekurangan serta cacat.(Amin 2019)
Tauhid merupakan ilmu yang menekuni tentang pokok penting akidah Islam buat
mengesakan Allah baik secara dzat, watak, ataupun perbuatannya yang tanpa sekutu
menurutnya. Mentauhidkan Allah merupakan puncak dari bermacam keilmuan yang terdapat
di akademi besar Islam, sehingga bermacam keilmuan yang terdapat sangat erat dengan
tauhid serta menuju kepuncaknya ialah mentauhidkan Allah. Oleh sebab itu, ilmu yang
mengkaji ayat- ayat qur’aniyah serta ayat- ayat kauniyah jadi fasilitas pendukung utama.
(Rofiah 2016)
Ilmu Tauhid merupakan pelajaran yang membagikan uraian tentang pedoman
kepercayaan hidup manusia (Syafii 2012) Yang mangulas bermacam aspek menimpa bentuk
Allah, sifat- sifat Allah, ciri-ciri yang boleh dicirikan kepada Allah, serta tentang watak yang
tidak boleh terdapat kepadanya. Serta mangulas tentang rasul-rasul Allah, percaya atas
kerasulan mereka, apa yang bisa ditautkan kepada mereka serta apa yang terlarang
mentautkannya kepada diri mereka.(Siradj 2010) Di situlah ilmu Tauhid berfungsi berarti
buat berikan pedoman hidup supaya manusia senantiasa senantiasa sadar hendak
kewajibanya selaku makhluk terhadap khaliknya.(Syafii 2012)
Ilmu tauhid yang pula diucap selaku ilmu kalam, sebab dalam pembahasannya
menimpa eksistensi Tuhan dalam perihal yang berkaitan dengannya. Secara lebih rinci Hasbi
ash- Shiddieqi mengatakan alibi kenapa ilmu ini disebutkan ilmu kalam, ialah: (Amin 2019)
1. Masalah yang mempunyai berbagai pendapat para ulama dalam ilmu ini yang
menimbulkan umat Islam terpecahkan dalam sebagian kalangan merupakan
permasalahan Kalam Allah ataupun al- Quran, apakah dia diciptakan selaku
makhluk hidup ataupun selaku barang mati.
2. pelajaran ilmu ini merupakan aturan ilmu kalam, tidak terdapat antara lain
yang diwujudkan ke dalam realitas.
3. 3Ilmu ini di jadikan landasan metode buat menetapkan dalil-dalil pokok
akidah yang seragam dengan pikiran
4. Para ulama mutaakhirin mangulas dalam ilmu ini merupakan perihal yang
tidak dibahas oleh ulama salaf, semacam pentakwilan ayat- ayat mutasyabihat,
ulasan tentang penafsiran qadha’, kalam, serta lain- lain.

Berartinya peranan tauhid dalam kehidupan manusia. Tauhid bukan cuma hanya
menarangkan serta memberitahu kalau si pembuat alam semesta ini merupakan Allah, bukan
cuma hanya mengenali fakta rasional tentang kebenaran bentuknya, serta wahdaniyah
(keesaan) Nya, serta bukan pula hanya memahami nama serta sifatnya.(At-tamimi 2004)
Semacam Iblis mempercayai kalau Tuhannya merupakan Allah, apalagi ia mengakui keesaan
serta kemahakuasaan Allah dengan memohon kepada Allah lewat Asma’ serta Sifatnya.
Kalangan jahiliyah kuno yang dialami Rasulullah pula meyakini kalau Tuhan Pencipta,
Pengatur, Pemelihara serta Penguasa alam semesta ini merupakan Allah. Tetapi, keyakinan
serta kepercayaan mereka itu belum cukup menjadikan mereka selaku hamba yang
berpredikat muslim, yang beriman kepada Allah.(At-tamimi 2004)

Dari sinilah tercipta persoalan: Apakah hakikat tauhid itu?

Tauhid merupakan pemurnian ibadah kepada Allah. Ialah cuma menghambakan diri
kepada Allah secara murni dengan mentaati seluruh perintahnya serta menghindari seluruh
yang tidak disukainya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap serta khawatir kepadanya.
Buat inilah sesungguhnya manusia diciptakan Allah serta sebetulnya misi para Rasul
merupakan buat menegakkan tauhid dari mulai dari Rasul awal hingga Rasul terakhir.

Jika tauhid cuma dikenal namun tidak dipunyai serta dihayati dia cuma menciptakan
kemampuan dalam sangkut paut ketuhanan tetapi tidak mempengaruhi apa- apa terhadap
seorang. Kebalikannya, bila seorang cuma mempunyai jiwa tauhid dia hendak jadi sangat
fanatik apalagi bisa jadi terdampar ke luar dari ketauhidan yang sesungguhnya. Oleh sebab
itu, iktikad serta tujuan tauhid tidaklah hanya mengaku bertauhid saja namun jauh dari itu
karena tauhid memiliki sifat- sifat:

 Menjadi sumber utama serta motivator perbuatan kebajikan.


 Menuntun manusia ke jalur yang lurus serta mendesak mereka untuk mengerjakan
ibadah dengan penuh kerendahan hati.
 Mengangkat jiwa seseorang dari kegelapan, keributan serta prahara hidup.
 Menyertai umat manusia kepada keutuhan lahir serta batin.
Dengan demikian tauhid sangat berguna untuk kehidupan umat manusia. Dia tidak cuma
hanya membagikan ketentraman batin serta menyelamatkan manusia dari kesesatan serta
kemusyrikan, namun pula mempengaruhi besar terhadap pembuatan perilaku serta sikap
seorang. Dia tidak cuma berperan selaku akidah, namun berperan pula selaku pedoman
hidup. Apalagi dikatakan kalau tauhid jadi pemikiran hidup ( Way of life) untuk kehidupan
muslimin(Siti Rahma Harapan 2016)

Macam-macamTauhid

Tauhid adalah beriman kepada keesaan Allah SWT dalam rububiyah, bersungguh-
sungguh memuliakan-Nya, dan merendahkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Oleh karena
itu, ada tiga macam tauhid: tauhid rububiyah, tauhid Uluhiyah, dan tauhid Asma' wa al-
shifat. Masing-masing dari ketiga jenis tauhid tersebut memiliki makna yang harus diperjelas
agar kontras antara ketiganya menjadi jelas. Di bawahnya akan dijelaskan tiga macam tauhid
tersebut: (Shalih, Fauzan, and Abdullah 2011)

1. Tauhid Rububiyyah

Suatu keyakinan yang pasti bahwa Allah SWT.satu-satunya pencipta, pemberi rizki,
menghidupkan dan mematikan, serta mengatur semua urusan makhluk-makhluk-Nya
tanpa ada sekutu bagi-Nya.Dalil-dalil yang menunjukkan Tauhid Rububiyyah ini
diantaranya firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf (7) ayat 54 : Allah Subhanahu
Wa Ta'ala berfirman:

‫س َوا ْلقَ َم َر َوا‬ ْ َ‫ش ۗ يُ ْغ ِشى الَّ ْي َل النَّهَا َر ي‬


َ ‫طلُبُهٗ َحثِ ْيثًا ۙ وَّا ل َّش ْم‬ ِ ْ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَيَّا ٍم ثُ َّم ا ْست َٰوى َعلَى ْال َعر‬ َ ْ‫ت َو ااْل َ ر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫اِ َّن َربَّ ُك ُم هّٰللا ُ الَّ ِذيْ خَ ل‬
َ‫ك هّٰللا ُ َربُّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬ ُ ‫ت ِۢبا َ ْم ِر ٖه ۗ اَ اَل لَـهُ ْالخَ ْـل‬
َ ‫ق َوا اْل َ ْم ُر ۗ تَ ٰب َر‬ ٍ ‫لنُّجُوْ َم ُم َس َّخ ٰر‬

"Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-
Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam."(QS. Al-A'raf 7: Ayat 54)

Dalam ayat di atas Allah menjelaskan kepada hamba-Nya bahwa Dia-lah satu-
satunya pencipta dan pemilik seluruh alam semesta ini serta Dia pulalah yang
mengaturnya secara mutlak, tidak ada pengecualian (yang luput) dari-Nya
sesuatupun.(Shalih, Fauzan, and Abdullah 2011)

2. Tauhid Uluhiyah

Uluhiyah berasal dari kata Ilahun yaitu Tuhan. Jika dimasuki Alief Lam
Syamsiyah menjadi kata Al- Ilah dan digabungkan maenjadi Allah. Jadi, kata Allah
adalah ma’rifah dan Ilah. Secara etimologi, kata Ilah mempunyai makna sesuatu yang
disembah (Al-Ma’bud), yaitu sesuatu yang memiliki kekuasaan yang besar dan tidak
terbatas. Yang dimaksud Tauhid Uluhiyah ialah merupakan ibadah hanya kepada
Allah semata-mata. Keyakinan akan Uluhiyah ini merupakan pokok yang disepakati
oleh kaum muslimin tanpa perbedaan pendapat sepanjang sejarah Islam. Beribadah
hanya kepada Allah menghindari manusia beribadah kepada selain-Nya, mengingat
segala sesuatu selain Dia itu adalah makhluk-Nya semata yang tidak pantas dijadikan
sebagai tujuan ibadah atau pengabdian. Tauhid Uluhiyah itu menjadi lawan kata
“syirik dalam ibadah”.(Mardia Harahap 2017)

3. Tauhid Asma’ Wa Sifat


Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah RasulNya Shallallaahu alaihi wa Salam
menurut apa yang pantas bagi Allah Subhannahu wa Ta’ala, tanpa ta’wil dan ta’thil,
tanpa takyif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah Subhannahu wa Ta’ala :

ِ َ‫َي ٌء َوهُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬


‫صير‬ ْ ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه ش‬
َ ‫لَي‬

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura [42]: 11)

Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupaiNya, dan Dia menetapkan
bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka Dia diberi nama dan
disifati dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk diriNya dan dengan nama dan
sifat yang disampaikan oleh RasulNya. Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hal ini tidak
boleh dilanggar, karena tidak seorang pun yang lebih mengetahui Allah daripada
Allah sendiri, dan tidak ada sesudah Allah orang yang lebih mengetahui Allah
daripada RasulNya. Maka barangsiapa yang meng-ingkari nama-nama Allah dan
sifat-sifatNya atau menamakan Allah dan menyifatiNya dengan nama-nama dan sifat-
sifat makhlukNya, atau men-ta’wil-kan dari maknanya yang benar, maka dia telah
berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan RasulNya(Mardia
Harahap 2017)

Ciri-ciri manusia bertauhid

Memegang ajaran tauhid berarti dapat meneliti secara saksama kitab al-qur’an, bukan
hanya sekedar beriman atau percaya kepada Allah SWT. Agar kita sebagai umat islam dapat
selalu dalam keridhaan NYA, kita harus bisa memahami ciri-ciri orang yang bertauhid
dengan baik dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Fawaid
Syarh Al-Qowaidul Arba’ , ciri-ciri orang yang bertauhid ada 3, yaitu :

1. Jika diberi nikmat dia bersyukur dengan ucapan dan amal. Ketika seseorang
diberi nikmat lebih oleh Allah SWT sekecil apapun bentuk nikmat itu, maka
dia akan beryukur dengan sepenuh hati atas pemberian Allah SWT. Allah SWT
berfirman,
‫فاذكروني أذكركم واشكروا لي وال تكفرون‬
“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-
Ku dan janganlah ingkar.” (QS. Al Baqarah: 152)
Nikmat bukan hanya dalam hal materi atau hal duniawi, nikmat bisa dalam
bentuk kehidupan, Kesehatan, ataupun kecukupan. Orang yang bertauhid akan
bersyukur atas segala bentuk nikmat tersebut dengan ucapan dan amal nya.
2. Jika ditimpa musibah bersabar. Orang yang bertauhid akan memiliki hati yang
bersih, ketika diberi musibah atau cobaan maka dia akan selalu mengingat
Allah SWT dan bersabar. Mengingat bahwa segala bentuk musibah adalah
karena Allah SWT, dan dia meyakini bahwa Allah SWT tidak akan memberi
cobaan melebihi kemampuan hamba NYA.
3. Jika berbuat dosa segera istigfar dan mohon ampun kepada Allah SWT. Setiap
manusia tidak luput dari dosa, menusia memiliki nafsu yang Allah SWT yang
dengan nya dapat membuat manusia berbuat dosa. Maka ketika kita melakukan
kesalahan (dosa) segeralah mengucapkan kalimat istighfar dan mohon ampun
kepada Allah SWT dengan bertaubat.

Selain yang disebutkan oleh Fawaid Syarh Al-Qowaidul Arba’ , orang-orang yang
bertauhid memiliki ciri-ciri sebagai berikut : ( Redaksi Dalamislam, n.d.)

1. Ikhlas beribadah
Setiap muslim memiliki kewajiban terhadap Allah SWT dan larangan untuk
dijauhi. Segala bentuk kewajiban dan larangan diharapkan dilakukan dengan
ikhlas karena Allah SWT. Ikhlas beribadah berarti mengikhlaskan segala
bentuk yang ada dalam pikiran dan hati kepada Allah SWT tanpa adanya
paksaan.
‫ش ُكو ًرا‬ َ َ‫س ْعيَ َها َوه َُو ُمْؤ ِمنٌ فَُأولَِئ َك َكان‬
ْ ‫س ْعيُ ُه ْم َم‬ َ ‫َو َمنْ َأ َرا َد اآْل ِخ َرةَ َو‬
َ ‫س َعى لَ َها‬

[19/‫]اإلسراء‬
“Barangsiapa menginginkan akhirat dan berusaha sungguh-sungguh
mencapainya sedangkan dirinya beriman, maka mereka itulah yang usahanya
dibalas dengan baik.”(QS. Al-Isra’ : 19)
Tanamkan keikhlasan dalam diri agar diberi kemudahan dalam
melangkahkan kaki untuk meraih kasih sayang NYA. Oleh karena itu, biasakan
diri untuk selalu ikhlas dalam beribadah.

2. Tidak murah marah


Marah adalah luapan emosi manusiawi yang berasal dari nafsu
seseorang. Salah satu senjata setan adalah marah, dengan ini setan akan mudah
mengendalikan manusia. Nabi Muhammad SAW memberi perhatian besar
terhadap masalah ini hingga bersabda dalam suatu hadist “La taghdob walakal
Jannah (janganlah marah maka bagimu surga).” Orang yang bertauhid akan
mudah meredam amarah, karena dia tau marah merupakan perbuatan tercela
dan dapat mengakibatkan keburukan bagi dirinya maupun orang lain. Bersabar
dan mohon ampun adalah jalan terbaik untuk menahan emosi.

3. Pandai bersyukur
Seorang muslim yang benar-benar bertauhid juga dituntut untuk pandai
bersyukur, bukan hanya pandai beribadah saja. Ibnul Qayyim al-Jauziyah
dalam kitab Madarij as-Salikin mengatakan, "Syukur adalah menunjukkan
adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan berupa pujian dan
meng ucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui
hati berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Dengan melalui anggota
badan berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah." Bersyukur dapat
diutarakan dengan ucapan maupun perbuatan, maka bersyukur adalah point
penting dalam bertauhid.

Orang yang bertauhid memiliki ciri-ciri sebagai muslim yang mengesakan Allah SWT,
tunduk patuh pada perintah NYA dan menjalankan nya dengan ikhlas ridho karena Allah
SWT semata. Ciri-ciri di atas menggambarkan muslim yang bertauhid sesuai dengan perintah
NYA, menggambarkan muslim yang hanya mengesakan NYA, dan menggambarkan muslim
yang tunduk patuh terhadap segala kehendaknya yang sesuai dengan Al-qur’an dan As-
sunnah.
Tauhid as the islamic worldview

Tauhid as the Islamic worldview yang merupakan pandangan umum terhadap realiti,
kebenaran, dunia, tempat, masa dan sejarah.(Ahmad Sabri and Mohd Farid, Mohd Sharif
Raihaniah 2010) Tauhid Landasan Pandangan Dunia Islam Salah satu keunggulan Islam
dibanding semua agama lain. Islam menempatkan keesaan Allah pada posisi tertinggi. Dalam
pandangan Islam, tuhan hanya satu, itu adalah Allah yang merupakan sumber atau pusat dari
segala sesuatu yang terdapat pada alam semesta. Prinsip dipertegas menggunakan
memposisikan tauhidullah pada urutan pertama rukun Islam. Setiap manusia dianggap muslim
jika ia melaksanakan rukun Islam pertama dengan mengucapkan laa ilaaha illallaah
muhammadur rasuulullaah. Artinya, setiap muslim telah disetting Allah sebagai manusia
tauhid, yakni manusia yang senantiasa mengesakan Allah serta menerapkan sifat-sifat Ilahi
dalam jejak kehidupannya di alam semesta. Kalimat tauhid ialah esensi dari ajaran Islam. Ia
merupakan fondasi dari semua bangunan Islam. Pandangan hidup tauhid bukan saja
mengesakan Allah, melainkan juga meliputi keyakinan kesatuan penciptaan (unity of
creation), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan tuntunan hidup (unity of the
guidance of life), dan kesatuan tujuan hidup (unity of the purpose of life); yang semuanya
merupakan derivasi dari kesatuan ketuhanan (unity of Godhead).(Lufiani 2017)

Wujud dari kesatuan ketuhanan itu terpancar jelas asal persaksian insan tauhid bahwa
laa ilaaha illallaah, tidak terdapat tuhan selain Allah. Dengan mengatakan “la”, berarti
manusia tauhid menyatakan “tidak” terhadap segala sumber keyakinan dan kekuatan non
ilmiah. Jadi, pada setiap yang bukan tauhid, manusia tauhid harus berani mengatakan tidak.
Sehingga tidak ada tuhan, tidak ada kekuatan lain kecuali Allah, laa haula wa laa quwwata
illaa billaah. Itu berarti, sebelum meyakini Allah, kita wajib mengingkari yang selain Allah.
Karena itu, karakteristik pertama manusia tauhid adalah sikap penolakannya terhadap
pedoman hidup yang datangnya bukan dari Allah SWT. Pada Q.S. Al- Baqarah ayat 256
ditegaskan: “Barangsiapa mengingkari, mengkufuri, dan menolak semua objek persembahan
kecuali Allah, maka dia memegang tali yang kokoh.”(Lufiani 2017)

Dengan meyakini Allah menjadi sumber kebenaran, manusia tauhid wajib berani
mengatakan tidak di seluruh ketidakbenaran. Ia harus berani melawan kebatilan, kekufuran,
keburukan, keburukan. Tiada rasa takut sebab ketakutan hanya ditujukan kepada Allah SWT.
Ketiadaan rasa takut itu juga mengandung makna pembebasan bagi manusia. Manusia
dibebaskan dari menyembah sesama manusia serta mengalihkan kepada menyembah Allah
SWT semata. Semuanya tidak memiliki kewajiban menghamba pada manusia lain dan tak
memiliki hak menundukkan manusia lain. Hanya kepada Allah SWT lah manusia wajib
menghamba serta hanya Allah SWT yang berhak menuntut ketertundukan manusia.
Pembebasan itu merupakan titik balik (turning point) paling penting pada sejarah kehidupan
umat manusia. Dengan pembebasan itu, manusia tidak ada yang lebih tinggi serta juga tak ada
yang lebih rendah dibanding manusia lain. Semuanya dalam posisi setara. Semuanya
berkedudukan sama. Yang membedakannya hanya tingkat ketakwaannya (QS Al Hujurat: 13).
Kedua, manusia tauhid memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Tauhid berarti komitmen
manusia kepada Allah SWT menjadi penekanan dari segala sumber. Allah SWT lah satu-
satunya sumber nilai. Segala sesuatu bersumber dari Allah dan segala sesuatu pasti akan
kembali kepada Allah. Apa yang dikehendaki Allah, akan menjadi pedoman manusia tauhid
dalam melangkahkan kaki menyusuri jalan kehidupan.(Lufiani 2017)

Prinsip Dualitas dalam Tauhid sebagai pandangan dunia, Dualitas sendiri artinya
realitas alam yang terdiri dari dua hal yang saling bertentangan namun sebenarnya saling
melengkapi. Prinsip pertama dalam Tauhid sebagai pandangan dunia. Prinsip Dualitas ini
merupakan realitas itu terdiri dari dua jenis. Realitas pertama adalah Tuhan dan bukan Tuhan,
Khalik dan makhluk. Jenis pertama hanya memiliki satu anggota yaitu Allah SWT, hanya
Dia-lah Tuhan Yang Kekal. Tiada satupun yang serupa dengan-Nya selamanya.

Dalam Q.S Al-Ikhlas disebutkan “Dia lah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya”. Jenis kedua terdapat di tatanan ruang dan
waktu, pengalaman, dan penciptaan. Dalam hal ini mencakup semua makhluk seperti alam.
Manusia, hewan dan tumbuhan, malaikat dsb. Kedua hal tersebut sangatlah berbeda dari segi
manapun, meski dari segi ontologinya bahkan eksistensinya. Mustahil untuk disatukan atau di
ubah-ubah selamanya. Menjadi contoh, manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, sejak
zaman Nabi Adam AS tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan posisi Tuhan. Sementara
itu Allah SWT yang menempati posisi Tuhan, sampai detik ini pun masih tetap sebagai
Tuhan.

Prinsip Dualitas yang dibawakan oleh oleh Ibn Arabi. Dualitas Ibn Arabi perihal
tentang dua pandangan manusia terhadap Allah SWT, yaitu :
1. Manusia memandang Tuhan sebagai Dia dalam Diri-Nya sendiri, dimana manusia
mengesampingkan cosmos (jagat raya:alam semesta), yakni segala sesuatu selain
Tuhan.
2. Manusia memandang Tuhan yang hadir memiliki hubungan dengan kosmos (jagat
raya:alam semesta).

Berasal dari pandangan Ibn Arabi itu, baik cara pandang yang pertama maupun kedua, kedua
pandangan itu tidak dapat dipisahkan. Ialah, apabila hendak menegakkan pandangan kedua
maka pandangan yang kedua tersebut harus mendukung pandangan pertama. Kedua posisi itu
meski dipertahankan jika pengetahuan manusia ingin didapatkan dan bila Tauhid ingin
ditegakkan.

Sebagai sebuah tradisi religius yang utuh, yang mencakup semua aspek kehidupan, Islam
ialah norma kehidupan yang sempurna. Seluruh kegiatan kemanusiaan pada tataran atau
wilayah mental- ruhaniyah (ukhrawiyah) maupun fisik-batiniyah (duniawiyah) terengkuh
dalam tradisi ini. Tauhid menjadi keyakinan fundamental Islam menyediakan ruang luas bagi
pemaknaan ini. Dengan kesempurnaan ajarannya itu maka tidak satupun persoalan manusia
luput dari pantauannya. (Askafi, 2020)

Namun, tatkala Islam dipancangkan menjadi agama yang hanya mengatur aspek ritual
spiritual, tauhid sering dipahami sebagai “keesaan Tuhan” yang dijadikan menjadi
argumentasi tandingan atas konsep ketuhanan yang diyakini agama-agama lain.

Persepsi tauhid menjadi argumentasi bandingan semacam ini tidak seluruhnya benar. Saat
suatu agama dihakimi oleh agama lain dan ketika nilai dihakimi dengan nilai lain, maka yang
terjadi adalah prasangka yang melahirkan sikap-sikap anti dialog dan merasa satu agama lebih
tinggi kedudukannya dari agama lain. Oleh karena itu, menganggap tauhid semata-mata
diartikan “keesaan (dzat) Tuhan”, tidak hanya persepsi parsial tetapi salah. Untuk memahami
Islam dan tauhid yang terbebas dari ideologi tandingan itu seyogyanya mulai dari sebuah
pernyataan menarik berikut ini:(Hasbi 2009)

“Islam adalah tata cara kehidupan yang sempurna dan dapat beradaptasi dengan setiap
bangsa dan setiap waktu. Firman Allah bersifat kekal dan universal, meliputi semua kegiatan
dari suasana kemanusiaan tanpa perbedaan apakah kegiatan mental atau kegiatan dunia”.
Apa yang bisa direduksikan dari keterangan ini bahwa pandangan dunia tauhid bukan saja
berhenti pada mengesakan Allah, melainkan pula meyakini kesatuan penciptaan (unity of
creation, wahdat al-khaliq al-mudabbir), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind, wahdat al-
insaniyat), kesatuan tuntutan hidup (unity of guidance of life, wahdat al-masdar al-hayat), dan
kesatuan tujuan hidup (unity of purpose of life, wahdat nihayat al-hayat), yang merupakan
derivasi dari kesatuan ketuhanan (unity of Godhead, wahdaniyat).(Hasbi 2009)

Konsekuensi lebih lanjut berasal dari pandangan dunia tauhid adalah ditolaknya
ketergantungan (dependensi) manusia pada suatu kekuatan sosial apapun bentuknya, dan
kebalikannya, dikaitkannya manusia, secara spesifik maupun pada semua dimensinya, pada
kesadaran dan kehendak Yang Maha Esa. Tauhid, dengan demikian, memberkahi manusia
dengan kebebasan dan kemuliaan. Menyerah semata-mata kepada Allah, membuat manusia
memberontak terhadap segala kezaliman serta ketidaklaziman sosial, mematahkan segala
belenggu kerakusan terhadap harta dan kekuatan semu. Tegasnya, tauhid merupakan bentuk
liberasi radikal manusia terhadap apapun selain Tuhan. Dengan demikian, pandangan dunia
tauhid tidak mempertentangkan antara dunia dan akhirat, antara yang alami dan adi-alami,
antara yang imanen dan transenden, antara jiwa dan raga, antara individu dan kelompok, dan
seterusnya, karena seluruh alam semesta ditinjau sebagai satu kesatuan (unit of the whole
universe). Apa yang dapat direduksikan dari keterangan ini bahwa pandangan dunia tauhid
bukan saja berhenti pada mengesakan Allah, melainkan juga meyakini kesatuan penciptaan
(unity of creation, wahdat al-khaliq al-mudabbir), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind,
wahdat al-insaniyat), kesatuan tuntutan hidup (unity of guidance of life, wahdat al-masdar al-
hayat), dan kesatuan tujuan hidup (unity of purpose of life, wahdat nihayat al-hayat), yang
kesemuanya itu merupakan derivasi dari kesatuan ketuhanan (unity of Godhead, wahdaniyat)
(Hasbi 2009)

Dengan pandangan semacam itu maka tauhid adalah suatu pandangan hidup tentang
kesatuan universal, kesatuan antara tiga hipostasis yang terpisah—Allah, alam, dan manusia—
namun ketiganya bersama asal, yakni dari Allah. Menurut Ali Syari’ati kesatuan ini bukanlah
kesatuan substansi hakiki. Maksudnya, ketiga hipostasis itu tidak terpisah dan terasing satu
sama lain, tidak saling bertentangan.

firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 21.


“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-Tuhan selain Allah, niscaya binasalah keduanya”
(al-Anbiya’: 21).

Muhammad Fahruddin al-Razi dalam menafsirkan ayat di atas menuturkan “Sekiranya di


dunia ini ada lebih dari satu Tuhan atau satu penguasa yang masing-masing memiliki
kehendak kekuasaan dan keinginan yang berbeda, maka yang terjadi bukanlah kosmos
(keserbateraturan), tetapi chaos (kesemrawutan).

Konsekuensi lebih lanjut dari pandangan dunia tauhid adalah ditolaknya ketergantungan
(dependensi) manusia pada suatu kekuatan sosial apapun bentuknya, dan sebaliknya,
dikaitkannya manusia, secara khusus maupun dalam semua dimensinya, pada kesadaran dan
kehendak Yang Maha Esa. Tauhid, dengan demikian, memberkahi manusia dengan
kebebasan dan kemuliaan. Menyerah semata-mata kepada Allah, membuat manusia
memberontak terhadap segala kezaliman dan ketidaklaziman sosial, mematahkan segala
belenggu kerakusan terhadap harta dan kekuatan semu. Tegasnya, tauhid merupakan bentuk
liberasi radikal manusia terhadap apapun selain Tuhan. Dengan demikian, pandangan dunia
tauhid tidak mempertentangkan antara dunia dan akhirat, antara yang alami dan adi-alami,
antara yang imanen dan transenden, antara jiwa dan raga, antara individu dan kelompok,dan
seterusnya, karena seluruh alam semesta dilihat sebagai satu kesatuan (unit of the whole
universe).
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tauhid sangat membantu keberadaan manusia. Ini tidak hanya memberikan keharmonisan
internal dan menyelamatkan individu dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga sangat
mempengaruhi perkembangan pandangan dan perilaku sehari-hari. Tauhid berfungsi sebagai
doktrin, tetapi juga berfungsi sebagai cara berpikir hidup. Kehadiran tauhid sebagai ilmu
merupakan konsekuensi dari penyelidikan peneliti terhadap apa yang disusun dan
disimpulkan dalam al-Qur'an dan hadits. . worldview merupakan tolak ukur untuk mengenali
kemajuan manusia yang satu dari yang lain. Jadi islamic worldview sebagai perspektif Islam
dan kebenaran yang terlihat oleh mata jiwa kita dan yang menjelaskan intisari kehadiran
Karena yang dipancarkan Islam adalah makhluk yang serba bisa, maka perspektif Islam
berarti perspektif Islam tentang wujud (ru'yat al-Islam lil-Manifest).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabri, Osman, and Zakaria Mohd Farid, Mohd Sharif Raihaniah. 2010. “Prinsip
Tauhid Ideasional Dalam Hubungan Islam Dan Agama-Agama Lain: Analisis
Peranannya Menurut Isma‘il Raji Al-Faruqi.” Jurnal Intelek UiTM Perlis 7(1): 46–56.
Amin, Saidul. 2019. “Tawheed, Aqeedah, Belief and Faith.” 22(1): 71–83.
At-tamimi, Syaikh Muhammad. 2004. “Kitab Tauhid.” : 3–195.
Hasbi, M. 2009. “Konsep Tauhid Sebagai Solusi Problematika Pendidikan Agama Bagi
Siswa Madrasah.” INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 14(02): 289–
319.
Ismail, Roni. “( KAJIAN ATAS KONSEP TAUHID ‘ LAA ILAAHA ILLALLAH ’ ).”
X(2): 172–83.
Lufiani, Rezsa. 2017. “" Makalah Tauhidullah Sebagai Pandangan Dunia " Kelompok : 3
( Kelas - Diah Islamiaty M ( 1400012110 ) -Rezsa Lufiani.” 3(1400012110).
Mardia Harahap, Ainun. 2017. “Tauhid Rubiayah,Tauhid Uluhiyah Dan Pengakuan Kaum
Musyrikin Terhadapnya.”
Rofiah, Nurul Hidayati. 2016. “Desain Pengembangan Pembelajaran Akidah Akhlak Di
Perguruan Tinggi.” Fenomena 8(1): 55–70.
Shalih, Menurut, B I N Fauzan, and B I N Abdullah. 2011. “Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid
Dalam Asma’ Wa Al-Shifat Menurut Shalih Bin Fauzan Bin Abdullah Al-Fauzan.”
Siradj, Said Aqiel. 2010. “Tauhid Dalam Perspektif Tasawuf.” 5(1): 152–60.
Siti Rahma Harapan. 2016. “KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DI LINGKUNGAN
KELUARGA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM.”
Syafii. 2012. “DARI ILMU TAUHID / ILMU KALAM KE TEOLOGI :” 23: 1–15.

References

Redaksi Dalamislam. (n.d.). dalam Islam. Retrieved from Ciri-ciri Orang Yang Bertauhid
Dalam Islam: https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/ciri-ciri-orang-yang-
bertauhid
Askafi. (2020, Desember 29). Tauhid Sebagai Pandangan Dunia (World View). Retrieved
from Tauhid Sebagai Pandangan Dunia (World View): https://askafi.org/tauhid-
sebagai-pandangan-dunia-world-view/

Anda mungkin juga menyukai