Anda di halaman 1dari 7

Pendidikan Agama Islam

“Ketauhidan”

OLEH:
Rifqi Farhan Ramadhan
2018310014

JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

`
`
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketauhidan merupakan standar tolak ukur yang harus tertanam pada setiap jiwa seorang
muslim. Esensi keimanan seorang hamba kepada sang pencipta adalah bentuk mengesakan-Nya
dalam zat, asma’ was-shiffat serta af’al (Yunahar, 2013: 18). Ketika manusia bertauhid kepada
Allah, berarti ia berkomitmen untuk mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya rabb yang
patut untuk disembah.
Pada zaman yang serba instan ini, kesyirikan terhadap Allah tidak lagi ditandai dengan
penyembahan kepada selain Allah secara fisik, karena obyek bersandarnya manusia pada zaman
sekarang ini lebih didasari sikap dan perilaku. Ada beberapa syirik pada zaman modern ini yang
patut di refleksikan agar setiap orang Muslim dapat lebih terjaga kemurnian tauhidnya kepada
Allah Swt. kendatipun mereka jelas-jelas tidak menyembah berhala/selain Allah. Beberapa
contohnya adalah sikap mengagung-agungkan harta benda atau materi, Tahta dan Syahwat
(Roni, 2014: 177). Padahal Muhammad Rasyid Ridha mengatakan bahwa ada dua kewajiban
seorang hamba terhadap pemeliharaan Allah Swt., yaitu: pertama, seorang hamba wajib memuji
dan bersyukur kepada-Nya. Caranya adalah memanfaatkan segala nikmat-Nya untuk
memperbaiki kualitas pendidikan dirinya dan orang-orang yang harus ia didik, yaitu keluarga
dan murid-muridnya. Kedua, seorang hamba tidak menyesatkan diri seperti Fir’aun yang
menyesatkan dirinya sebagai Tuhan dan 2 fir’aun-fir’aun lain yang menempatkan dirinya sebagai
pembuat aturan untuk manusia. Cara demikian telah menempatkan mereka sebagai sekutu bagi
Allah dalam rububiyah al-tasyri’ (pemeliharaan syari’at). Allah berfirman, apakah mereka
memiliki sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah. Kedua kewajiban tersebutmerupakan konsekuensi terhadap manusia karena
segala(Ii et al., n.d.)

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa itu ketauhidan
2. Mengetahui jenis jenis tauhid

`
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GAMBARAN UMUM Ketauhidan
2.1.1. Pengertian
Tauhid secara bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-
yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan
penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian
baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal.39).
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal.39). Dari
makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh
manusia, bisa jadi berupa Malaikat,para Nabi orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah
yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan saja. (Sumber: https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html)
Pembagian tauhid ke dalam tiga bagian diambil dari penelitian terhadap nash-nash al-
Qur’an. Dari ayat-ayat tersebut, disimpulkan bahwa tauhid itu terbagi menjadi tiga bagian. Oleh
karena itu, pembagian ini merupakan hakikat syari’at yang diambil dari Kitabullah, bukan suatu
istilah yang diada-adakan oleh sebagian ulama tanpa dalil.
Pembagian ini sangat memudahkan pemahaman kaum muslimin tentang tauhid. Dengan
memahami tiga bagian tauhid ini, seorang muslim memiliki tolok ukur yang jelas dan mudah
tentang tauhid, apakah ia sudah termasuk seorang muwahhid (yang
(Masalah, 2014)mentauhidkan Allah l), atau belum. Seorang awam atau anak kecil yang
belum baligh pun akan dengan mudah memahaminya. Dari berbagai dalil yang bertebaran dalam
al-Qur’an, as-Sunnah, dan atsar Salafush Shalih, para ulama membagi tauhid ke dalam tiga
bagian,

2.1.2 Jenis-Jenis Tauhid


1 Tauhîd Rubûbiyyah

`
tauhid rubûbiyyah (mengesakan Allah l dalam perbuatan-Nya) adalah i’tiqad
(keyakinan) yang mantap bahwa hanya Allah yang mencipta, memberi rezeki,
menghidupkan, mematikan dan mengatur semua urusan semua makhluk. Tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam semua itu. Hanya Allah Ta’ala saja yang mampu melakukannya.
Lawan dari tauhid rubûbiyyah adalah meyakini ada selain Allah l yang ikut mencipta,
mengatur makhluk, atau melakukan perbuatan-perbuatan lainnya yang hanya dapat
dilakukan oleh Allah Di antara dalil-dalil tauhid rubûbiyyah adalah firman Allah 
2 Tauhîd Ulûhiyyah
tauhîd ulûhiyyah (mengesakan Allah l dalam peribadatan hamba kepada-Nya) adalah
mengesakan peribadatan hanya kepada Allah l saja, baik dalam hal cinta, takut dan harap
serta ikhlash, shalat, haji, jihad fî sabilillâh, menuntut ilmu, dan peribadatan lainnya. Tidak
ada sekutu bagi-Nya, yakni tidak ada peribadatan kepada selain-Nya. Seseorang yang
memahami dan mengakui ke-rububiyyah-an Allah l, dituntut untuk mentauhidkan
ulûhiyyah-Nya.
Lawan dari tauhîd ulûhiyyah adalah melakukan peribadatan kepada selain Allah l, baik
peribadatan yang berkaitan dengan hati, lisan, anggota badan, maupun harta.(Dan &
Mulia, 2019)
3 Tauhîd Asmâ wa Shifât
tauhîd asmâ wa shifât (mengesakan Allah l dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya)
adalah keimanan yang mantap terhadap nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang
ditetapkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Semua itu ditetapkan tanpa tahrîf (mengubah
lafazh atau maknanya), ta’thîl (meniadakan atau mengingkari keberadaan sifat-sifat Allah,
baik mengingkari seluruhnya atau sebagian), takyîf (menggambarkan “bagaimana” nya sifat-
sifat tersebut), maupun tamtsîl (menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-
Nya). Semua nama dan sifat yang telah ditetapkan itu diyakini bahwa hanya Allah l saja
yang memilikinya. Tidak ada seorang makhluk pun yang memiliki nama dan sifat seperti
Allah l, karena Dia berbeda dengan makhluk-Nya.
Lawan dari tauhîd asmâ wa shifât adalah mengingkari atau meniadakan sifat-sifat Allah l,
atau menyerupakannya dengan makhluk.(Memenuhi et al., 2018)

2.2 Tujuan dan Manfaat memahami Tauhid

`
Tauhid merupakan suatu sikap meng-Esakan tuhan, setiap orang yang meyakini dan
memahami tentang apa itu tauhid pasti akan selalu berusaha mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-harinya demi tujuan-tujuan tertentu. Berikut ini penulis jelaskan beberapa tujuan dari
tauhid:
1. Membebaskan manusia dari kehinaan dan ketundukan pada makhluk selain Allah
(Syirik)
2. Mengerahkan hati, akal dan seluruh anggota badan untuk senantiasa hanya
bergantung kepada Allah (Tawakkal)
3. Mengikhlaskan niat pada seluruh Ibadah.
4. Mendapatkan ketenangan Jiwa.
5. Membangun pondasi keimanan
(Memenuhi et al., 2018)

`
DAFTAR PUSTAKA
Dan, N. K., & Mulia, A. (2019). Nilai-nilai ketauhidan dan akhlak mulia pada tokoh utama dalam
novel hijrah itu cinta karya abay adhitya.
Ii, B. A. B., Tauhid, P., & Remaja, P. (n.d.). No Title. 21–52.
Masalah, A. L. B. (2014). Fina Nafisah Hayaty, 2014 Efektivitas Metode Amśāl/Analogi D alam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Untuk Meningkatkan Ketauhidan Pada Para Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.
Memenuhi, U., Satu, S., Guna, S., & Kultsum, U. (2018). Nilai-nilai ketauhidan dalam kitab
‘aqidatul‘awam dan implikasi dalam pendidikan tauhid skripsi.

Anda mungkin juga menyukai