Anda di halaman 1dari 9

Tauhid

Najibah 11210810000030
Salma Prescia 11210810000088
Zahra Athiyyah Rahmawan 11210810000096
Subal Baradzim 11210810000174

Abstrak
IImu tauhid merupakan salah satu ilmu pokok yang harus diajarkan secara baik
kepada setiap orang Muslim. Ilmu tauhid menempati kedudukan yang sangat penting.
Sebab, ia merupakan dasar bagi seorang Muslim dalam rangka mengimani keesaan
Allah. Karena, kesalahan dalam pengajaran Ilmu tauhid akan mengakibatkan terjadinya
kesalahpahaman, bahkan kesesatan Islam adalah agama yang berintikan keimanan dan
amal, akidah dan perbuatan.
Tauhid memainkan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Tauhid menjadi pemancar kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kadar
keselamatan manusia di akhirat berbanding lurus dengan kadar keyakinan dalam
bertauhid. Begitu pula halnya dengan keridlaan Allah di dunia dan di akhirat (Ahmad
Bahjat, 2001:13). Dengan tertanamnya tauhid dalam hati seseorang diharapkan akan
bersihlah had dan jiwanya dari berbagai kepercayaan yang keliru yang tidak didasarkan
kepada ajaran Islam yang benar, lahirlah semangat beribadah dan beramal saleh,
semangat pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah SWT, dan juga semangat kerja
yang tinggi, dan memiliki akhlak mulia.
Kata kunci : Tauhid, islam, muslim, dan manusia,

Abstract
The science of monotheism is one of the main sciences that must be taught
properly to every Muslim. The science of monotheism occupies a very important position.
Because, it is the basis for a Muslim in order to believe in the oneness of Allah. Because,
mistakes in teaching the science of monotheism will lead to misunderstandings, even
heresy Islam is a religion that has the core of faith and charity, aqidah and deeds.
Tauhid plays an important role in various aspects of human life. Tawhid is a
transmitter of goodness in this world and salvation in the hereafter. The level of human
safety in the hereafter is directly proportional to the level of belief in monotheism.
Likewise, the pleasure of Allah in this world and in the hereafter (Ahmad Bahjat,
2001:13). With the embedding of monotheism in one's heart, it is hoped that one's heart
and soul will be cleansed of various false beliefs that are not based on the true teachings
of Islam, a spirit of worship and good deeds is born, a spirit of devotion and submission
to Allah SWT, as well as a high work spirit, and have noble character.
Keyword : Tauhid, islam, muslim, and humans.
A. Pendahuluan
Perlu kita ketahui, di dalam islam terdapat beberapa ilmu yang perlu kita
ketahui. Mulai dari ilmu tentang tata cara beribadah dengan Allah dan juga ilmu
yang berhubungan dengan akidah serta ilmu lainnya. Dari beberapa ilmu tersebut,
ilmu mengenai akidah. Akidah merupakan sesuatu yang diyakini dengan hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dalam perbuatan sehari-hari. Dan jika
salah satu dari ketiga hal tersebut hilang, bisa dikatan bahwa tidak sah dalam
beriman.
Memahami tentang akidah bagi setiap umat muslim sangat penting. Dalam
ilmu akidah, terdapat ilmu yang sangat penting untuk dipelajari yaitu tauhid.
Tauhid merupakan bentuk dari mengesakan Allah. Artinya bahwa mengakui
bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Kita sebagai makhluk
ciptaan-Nya yang diberikan berbagai macam nikmat oleh Allah, perlu untuk
mengetahui lebih dalam mengenai tauhid. Dengan demikian, untuk memahami
tauhid lebih dalam, kita harus memulainya dengan mengetahui tauhid dari hal
yang paling dasar.

B. Pembahasan
1. Pengertian Tauhid
a. Pengertian Secara Etimologi
Secara etimologis, tauhid berarti mengesakan. Maksudnya,
keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal atau Satu.
Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam
bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”. Mentauhidkan berarti
“mengakui akan keesaan Allah atau mengesakan Allah.”1

b. Pengertian secara Terminologi


Secara terminologis, seperti dipaparkan oleh Umar al-Arbawi
bahwa tauhid berarti pengesaan Pencipta (Allah) dengan ibadah, baik
dalam Dzat, sifat maupun perbuatan. Artinya, tauhid memiliki makna
pengeesaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dengan segala isinya.
Sedangkan cara dari pengesaan itu sendiri adalah dengan melaksanakan
ibadah yang hanya khusus untuk-Nya.2

2. Kedudukan dan Fungsi Tauhid


Tauhid merupakan hak Allah yang paling besar kepada hamba-hamba-
Nya. sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam berkata kepadanya: “Hai Mu’adz,
tahukah kamu hak Allah atas hamba-Nya dan hak hamba atas Allah? Ia
menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau
mengatakan: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” ( HR. Bukhari dan

1
Said Aqiel Siradj, “Tauhid Dalam Perspektif Tasawuf,” ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 5, no. 1 (2014):
152, https://doi.org/10.15642/islamica.2010.5.1.152-160.
2
Ibid.
Muslim).3 Karena itu, tauhid memiliki kedudukan yang tinggi dalam islam,
dan hal tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:4
a. Tauhid merupakan hakikat tujuan penciptaan jin dan manusia
Allah berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melaikan supaya mereka (hanyalah) menyembah-Ku.” (QS. Adz
Dzariyat : 56). Ibnu Abbas mengatakan bahwa perintah menyembah
dalam firman Allah adalah perintah untuk bertauhid. Maksud ayat
tersebut adalah mentauhidkan allah dengan berbagai macam bentuk
ibadah. Ayat ini juga dengan tegas menyatakan bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia semata-mata hanya untuk menyembah
kepada Allah dan bukan untuk bermain-main dan bersenang-senang.
b. Hakikat tauhid merupakan tujuan diutusnya para rasul
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan
jauhilah Toghut (sesembahan selain Allah) itu.” (Qs. An Nahl: 36).
Makna dari ayat ini adalah para rasul Allah diutus oleh Allah untuk
mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
c. Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama
Allah berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang tua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.” (QS. An Nisa: 36).
Dalam ayat ini menjelaskan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah
SWT. Dan hal pertama yang diperintahkan adalah menyembah Allah
dan tidak menyekutukannya. Perintah ini lebih didahulukan daripada
berbuat baik kepada orang tua dan lain sebagainya.

3. Rukun atau Syarat Kalimat Tauhid


Berikut ini syarat-syarat kalimat tauhid :5
a. Berilmu (‫)العلم‬
Yang dimaksud adalah memiliki ilmu terhadap maknanya (kalimat
Laa Ilaaha Illallah) baik dalam hal nafy maupun itsbat dan segala amal
yang dituntut darinya.
b. Yakin (‫)اليقين‬
Yaitu seseorang mengucapkan syahadat dengan keyakinan
sehingga hatinya tenang didalamnya, tanpa sedikitpun pengaruh keraguan
yang disebarkan oleh setan-setan jin dan manusia, bahkan dia
mengucapkannya dengan penuh keyakinan atas kandungan yang ada
didalamnya juga berkeyakinan bahwa kepada selain Allah tidak boleh
diarahkan kepadanya ibadah dan penghambaan. Jika dia ragu terhadap

3
P Tomo and Nabi Muhammad, “Tauhid Sebagai Esensi Ajaran Islam” 7, no. 2 (n.d.).
4
Muhammad Hasbi, Ilmu Tauhid : Konsep Ketuhanan Dalam Teologi Islam, 1993.
5
Muhammad Arsyam, Andi Muhammad, and Saleh Alwi, “Pemahaman Makna Tauhid Dan Dua Kalimat
Syahadat Ibnu Hajar Sainuddin Sekolah Tinggi Agama Islam Darud Dakwah Wal Irsyad (STAI DDI) Kota
Makassar Email:,” no. Stai Ddi (2020), file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/Makna Tauhid dan
Dua Kalimat Syahadat-edit_2.pdf.
syahadatnya atau tidak mengakui bathilnya sifat ketuhanan selain Allah
ta’ala, misalnya dengan mengucapkan: “Saya meyakini akan ketuhanan
Allah ta’ala akan tetapi saya ragu akan bathilnya ketuhanan selain-Nya”,
maka batallah syahadatnya dan tidak bermanfaat baginya. Allah ta’ala
berfirman QS. Al Hujurat 15:‫للا ووا بن آمنذِي النومِ نؤلما امنإ‬
ِ ‫واابتر يم لم ِل ِه ثوسر‬
15: )‫(الحجرات‬Terjemahnya:“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
kemudian mereka tidak ragu-ragu.
c. Menerima)‫(القبول‬
Maksudnya adalah menerima semua ajaran yang terdapat dalam
kalimat tersebut dalam hatinya dan lisannya. Dia membenarkan dan
beriman atas semua berita dan apa yang disampaikan Allah dan Rasul-
Nya, tidak ada sedikitpun yang ditolaknya dan tidak berani memberikan
penafsiran yang keliru atau perubahan atas nash-nash yang ada
sebagaimana hal tersebut dilarang Allah ta’ala.
d. Tunduk )‫) االنقياد‬
Yang dimasud adalah tunduk atas apa yang diajarkan dalam
kalimat Ikhlas, yaitu dengan menyerahkan dan merendahkan diri serta
tidak membantah terhadap hukum-hukum Allah (Ja’far, 2012). Allah
ta’ala berfirman QS. ...”(Az Zumar 54).
e. Jujur (‫)الصـــدق‬
Maksudnya jujur dengan keimanannya dan aqidahnya, selama
itu terwujud maka dia dikatakan orang yang membenarkan terhadap
kitab Allah ta’ala dan sunnahnya (Akbar, 2017). Lawan dari jujur adalah
dusta, jika seorang hamba berdusta dalam keimanannya, maka seseorang
tidak dianggap beriman bahkan dia dikatakan munafiq walaupun
mengucapkan syahadat dengan lisannya, maka syahadat tersebut baginya
tidak menyelamatkannya.
f. Ikhlas (‫)اإلخـــالص‬
Maksudnya adalah mensucikan setiap amal perbuatan
dengan niat yang murni dari kotoran-kotoran syirik, yang demikian
itu terwujud dari apa yang tampak dalam perkataan dan perbuatan yang
semata-mata karena Allah ta’ala dan karena mencari ridho-
Nya(Saihu, S., &Rohman, B. 2019). Tidak ada didalamnya kotoran riya’
dan ingin dikenal, atau tujuan duniawi dan pribadi, atau juga
melakukan sesuatu karena kecintaannya terhadap seseorang atau
golongannya atau partainya Allah ta’ala berfirman QS. Az Zumar 3:‫الِصخ‬
)3 ‫ الني الد ِللَّهأال(الزمر‬Terjemahnya: Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah
agama yang bersih (dari syirik).
g. Cinta )‫المحـــبة‬
Cinta yaitu mencintai kalimat yang agung ini serta semua ajaran
dan konsekuensi yang terkandung didalamnya maka dia mencintai Allah
dan Rasul-Nya dan mendahulukan kecintaan kepada keduanya atas
semua kecintaan kepada yang lainnya serta melakukan semua
syarat-syaratnya dan konsekuensinya. Cinta terhadap Allah adalah rasa
cinta yang diiringi dengan rasa pengangungan dan rasa takut dan
pengharapan (Agustin, 2011). Termasuk cinta kepada Allah adalah
mendahulukan apa yang Allah cintai atas apa yang dicintai hawa nafsu dan
segala tuntutannya, termasuk juga rasa cinta adalah membenci apa yang
Allah benci, maka dirinya membenci orang-orang kafir serta
memusuhi mereka. Dia juga membenci kekufuran, kefasikan dan
kemaksiatan.
Allah ta’ala berfirman QS. Ali Imran 30:‫مكلفِرغي و اللهمكببحنِي يوعبات‬
‫اللهونح ب تمتن كن إلقمكبونذ‬
ِ ‫ف‬Terjemahnya:“Katakanlah: “Jika kamu (benar-
benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu”, Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Lawan dari cinta adalah benci. Yaitu membenci kalimat
ini dan semua ajaran yang terkandung didalamnya atau mencinta sesuatu
yang disembah selain Allah bersama kecintaannya terhadap Allah.
Termasuk yang menghilangkan sifat cinta adalah membenci Rasulullah
SAWdan mencintai musuh-musuh Allah serta membenci.
Kalimat Lailahaillalah terdapat dua rukun yaitu:6
a. An-Nafyu atau peniadaan ” Lailaha” membatalkan syirik dengan segala
bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah
selain Tuhan Allah.
b. Al-Itsbat (penetapan) ”Illallah” menetapkan bahwa tidak ada yang berhak
disembah kecuali Tuhan Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai
dengan konsekuensinya. Konsekuensi dari kalimat ”Lailahaillallah” yang
dimaksudkan adalah meninggalkan segala bentuk peribadatan selain
kepada Tuhan.
4. Syarat yang harus Dipenuhi oleh Seseorang yang Mengikrarkan
Syahadat
Allah SWT. Menerima dari manusia landasan iman yang bersifat global
berwujud kalimah thayyibah yang berbunyi “Laa ilaaha illallah,
MuhammadurRasulullah” . Allah SWT menerima langkah awal manusia ini
berupa pengakuan (ikrar) dengan lidah dan hati mereka bawa Allah SWT.
Adalah satu-satunya Rabb dan ma’bud (yang diibadahi) yang benar bagi
mereka, bukan yang lainnya; dan bahwa Muhammad SAW. Adalah utusan
Allah SWT.
Pilar aqidah islamiyyah memang berwujud rukun iman yang enam, namun
inti rukun iman itu sendiri termaktub dalam dua kalimat syahadat (asy-
syahadatain). Karena Ketika seorang hamba bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, maka sejatinya dia telah
membenarkan segala apa yang disampaikan oleh Rasulullah itu, termasuk
rukun-rukun iman yang lain dan keseluruhan rukun islam.
Bahkan kalimat syahadat merupakan pilar utama dan landasan penting
bagi rukun islam. Tanpa syahadat, maka rukun islam lainnya akan runtuh,
begitu pula dengan rukun iman. Tegaknya syahadat dalam kehidupan individu
akan menegakkan ibadah dalam hidupnya. Dengan syahadat, maka wujud
sikap ruhaniah yang akan memberikan motivasi kepada tingkah laku fisik dan
akal pikiran serta memotivasi untuk melakukan rukun islam lainnya.

6
Moh. Yahya Obaid, “Kaukus Pemikiran Ketuhanan Dalam Teologi Dan Kaitannya Dengan Kalimat
Tauhid,” Tarbiyah STAIN Sultan Qaimuddin Kendari, n.d., 141–43.
“orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang
mengucapkan laa ilaaha illallah secara tulus ikhlas dari hatinya (atau dari
jiwanya).” (HR. Bukhari)
Syahadat telah menjadi semacam hak istimewa bagi umat muslim dalam
menembus surga yang dijanjikan. Dengan mengucap kalimat syahadat, Allah
akan membukakan pintu surga bagi setiap muslim.
Keistimewaan syahadat ini tentu merupakan kabar gembira bagi umat
islam. Sayangnya, Sebagian besar dari mereka justru menjadi lengah dan tidak
menyadari bahwa tidak semua syahadat diterima oleh Allah. Lalu, apa saja
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang mengikrarkan
syahadat?
a. Rukun Syahadat
Syahadat memiliki rukun yang harus terpenuhi baik syahadat tauhid
maupun syahadat rasul, jika salah satu rukun tidak terpenuhi maka
syahadat dikategorikan batal dan ditolak oleh Allah SWT.7
1) Rukun Syahadat Tauhid
Syahadat tauhid memiliki dua rukun:
a) Al-nafyu (peniadaan) yaitu pada kalimat “Laa ilaaha” yang
membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan
mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah
selain Allah.
b) Al-itsbat (penetapan) yaitu pada kalimat “illallah”
menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah
kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan
konsekuensinya.
2) Rukun Syahadat Rasul
Syahadat rasul memiliki dua rukun, yaitu mengakui bahwa
Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Kedua rukun ini
menafsirkan bahwa Muhammad adalah seorang hamba yang
diciptakan dari bahan yang sama dengan manusia lainnya, berlaku
atasnya apa yang berlaku atas orang lain, juga Muhammad adalah
Rasulullah mengandung makna bahwa Muhammad adalah
manusia pilihan yang diutus oleh Allah sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan dalam menyampaikan dakwah
islam.
b. Syarat-syarat Syahadat
1) Syarat-syarat syahadat tauhid:8
a. Ilmu (mengetahui), artinya memahami makna dan maksud tauhid,
b. Yaqin (yakin), artinya meyakini kandungan tauhid,
c. Qabul (menerima), artinya menerima kandungan dan konsekuensi
tauhid,
d. Inqiyad (tunduk dan patuh), artinya tunduk dan patuh dengan
kandungan tauhid,
e. Sidq (jujur), artinya mengucapkan kalimat tauhid disertai dengan
pembenaran di dalam hati dan tidak mendustakannya,
7
St Johariyah, “Syahadat Membangun Visi Dan Misi Kehidupan,” Jurnal Ilmiah Islamic Resources 17, no.
2 (2020): 143, https://doi.org/10.33096/jiir.v17i2.90.
8
Ibid.
f. Ikhlas, artinya membersihkan amal dari debu-debu syirik,
g. Mahabbah (kecintaan), artinya mencintai kalimat tauhid dan
mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.
2) Syarat-syarat syahadat Rasul:9
a. Mengakui kerasulannya dan meyakini dalam hati,
b. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan hati,
c. Mengikutinya dengan mengerjakan perintahnya, menjauhi
larangannya,
d. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gaib
baik yang sudah lewat maupun yang akan datang,
e. Mencintai Rasulullah melebihi cintanya kepada yang lain,
f. Mendahulukan sabdanya dari semua pendapat yang ada dan
mengamalkan sunnahnya.
Syahadat yang diikrarkan oleh seseorang dianggap sah dan dapat
memberikan manfaat apabila memenuhi syarat-syarat di atas, baik
syahadat tauhid maupun syahadat rasul.
5. Hal-hal yang dapat Merusak Kalimat Tauhid
Pernyataan syahadat harus disertai dengan usaha melakukan proteksi agar
tetap terjaga kemurniannya dari hal-hal yang dapat mengurangi nilai syahadat
bahkan dapat membatalkannya. Mengapa kita harus menjaga syahadat?
Karena syahadat adalah menjadi tolak ukur diterima tidaknya amalan seorang
hamba, sementara banyak perilaku serta pandangan yang merusak syahadat
Ketika seorang hamba melakukan perbuatan nifaq, syirik atau hal-hal yang
dapat mengkafirkan maka saat itu syahadat menjadi batal atau rusak.
Hal ini penting untuk diketahui oleh setiap muslim, boleh jadi seseorang
mengaku seorang muslim tapi menurut pandangan agama sudah masuk dalam
ranah munafik atau musyrik dan bahkan kafir. Oleh karena itu setiap Tindakan
dan ucapan seorang muslim harus bermuara pada nilai-nilai syahadat tauhid
dan syahadat rasul, bahwa apa yang dilakukan semata-mata untuk meraih
ridho Allah sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW.
Berikut beberapa hal yang dapat merusak syahadat, sebagaimana
dikemukakan oleh Said Hawwa (Waryono Abdul ghafur, Tafsir Rukun Islam,
h.30-34) :10
a. Bergantung berserah diri kepada selain Allah disertai keyakinan bahwa hal
tersebut bisa membawa manfaat,
b. Tidak mengakui bahwa nikmat yang diperoleh, baik batin maupun lahir,
material maupun non material adalah pemberian Allah,
c. Beramal bukan karena Allah,
d. Membenci sesuatu yang merupakan bagian dari Islam atau membenci
Islam secara keseluruhan,
e. Lebih mencintai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan
menjadikan dunia sebagai satu-satunya tujuan hidup,
f. Menghalalkan atau menganggap halal apa yang telah diharamkan Allah
atau sebaliknya.

9
Ibid.
10
Ibid .
Perkara-perkara yang membatalkan syahadat di atas tercakup pada tiga
perkara pokok, yaitu:11
a. Syirik, yaitu mempersekutukan Allah.
b. Nifak atau munafik, yaitu pendusta.
c. Kufr atau kekafiran, yaitu orang-orang yang mengatakan bahwa Allah
adalah salah satu dari yang tiga padahal tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah.

6. Contoh Penerapan Tauhid dalam Kehidupan Sehari-hari


a. Tidak mempersekutukan Allah SWT.
Makna syirik ialah sekutu. Arti syirik adalah menjadikan sekutu
bagi Allah SWT dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah-Nya, dimana
penyekutuan itu mengalahkan Uluhiyyah. Syirik menjadikan sekutu atau
tandingan bagi Allah SWT, dalam hal Rububiyyah dan Uluhiyyah-Nya.
Karena itu barangsiapa menyembah selain Allah SWT berarti ia
mendudukkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikan sesuatu
kepada yang tidak berhak dan itu adalah kezhaliman yang paling besar.
b. Taat terhadap kewajiban
Contoh : tekun beribadah dan istiqomah dijalan yang benar
c. Berdoa setiap beraktivitas
Selalu mengiringi Allah swt di setiap aktivitas yang akan dilakukan.
d. Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya

C. Kesimpulan

• Tauhid menurut Etimologi berarti mengesakan. Sedangkan secara


Terminologi, tauhid berarti pengesaan pencipta (Allah) dengan ibadah,
baik dalam Dzat, sifat, maupun perbuatan.
• Kedudukan tauhid terdapat 3, yaitu:
1. Tauhid merupakan hakikat tujuan penciptaan jin dan manusia
2. Hakikat tauhid merupakan tujuan diutusnya rasul
3. Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama
• Syarat-syarat kalimat tauhid, yaitu berilmu, yakin, menerima, tunduk,
jujur, ikhlas, dan cinta
• Contoh penerapan tauhid adalah tidak mempersekutukan Allah swt, taat
terhadap kewajiban, berdoa setiap aktivitas, dan melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya seperti yang terdapat di surah al anfaal
ayat 29.
• Syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang mengikrarkan syahadat
adalah orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang
mengucapkan laa ilaaha illallah secara tulus ikhlas dari hatinya (atau dari
jiwanya)." (HR. Bukhari).
• HAL-HAL YANG DAPAT MERUSAK KALIMAT TAUHID adalah
Bergantung berserah diri kepada selain Allah disertai keyakinan bahwa hal
tersebut bisa membawa manfaat, Tidak mengakui bahwa nikmat yang

11
Ibid.
diperoleh, baik batin maupun lahir, material maupun non material adalah
pemberian Allah, dan Beramal bukan karena Allah,
• Perkara-perkara yang membatalkan syahadat di atas tercakup pada tiga
perkara pokok, yaitu:
1. Syirik, yaitu mempersekutukan Allah
2. Nifak atau munafik, yaitu pendusta
3. Kufr atau kekafiran, yaitu orang-orang yang mengatakan bahwa Allah
adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada (tuhan yang berhak
disembah) selain Allah

D. Daftar pustaka
Arsyam, Muhammad, Andi Muhammad, and Saleh Alwi. “Pemahaman Makna
Tauhid Dan Dua Kalimat Syahadat Ibnu Hajar Sainuddin Sekolah Tinggi
Agama Islam Darud Dakwah Wal Irsyad (STAI DDI) Kota Makassar
Email:,” no. Stai Ddi (2020).
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/Makna Tauhid dan Dua
Kalimat Syahadat-edit_2.pdf.
Asti, Badiatul Muchlisin. (2012). Tidak Semua Syahadat Diterima Allah.
Yogyakarta: Mutiara Media.
Hasbi, Muhammad. Ilmu Tauhid : Konsep Ketuhanan Dalam Teologi Islam, 1993.
Johariyah, St. “Syahadat Membangun Visi Dan Misi Kehidupan.” Jurnal Ilmiah
Islamic Resources 17, no. 2 (2020): 143.
https://doi.org/10.33096/jiir.v17i2.90.
Obaid, Moh. Yahya. “Kaukus Pemikiran Ketuhanan Dalam Teologi Dan
Kaitannya Dengan Kalimat Tauhid.” Tarbiyah STAIN Sultan Qaimuddin
Kendari, n.d., 141–43.
Siradj, Said Aqiel. “Tauhid Dalam Perspektif Tasawuf.” ISLAMICA: Jurnal Studi
Keislaman 5, no. 1 (2014): 152.
https://doi.org/10.15642/islamica.2010.5.1.152-160.
Tomo, P, and Nabi Muhammad. “Tauhid Sebagai Esensi Ajaran Islam” 7, no. 2
(n.d.).

Anda mungkin juga menyukai