Disusun Oleh:
Hafiz Firmansyah
NIM: 18810688
A. Pengertian
Tauhid adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap hamba Allah.
Tauhid merupakan dasar atau pokok dari syariat Islam yang paling agung dan
hakikat Islam yang paling besar. Ilmu ini sebagai pondasi pokok yang mempelajari
tentang pencipta makhluk dan bagaimana cara yang benar dalam beribadah kepada-
mempelajarinya kita akan tahu bahwa ternyata tauhid adalah satu-satunya batas
berkaitan erat dengan keikhlasan niat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
hamba.
Allah. Islam mengajarkan bahwa Allah esa (satu) tidak dari segi bilangan.
Melainkan dari segi bahwa Allah tidak mempunyai sekutu atau serupa. Allah satu
dari segi Dzatnya, dengan makna bahwa tidak ada dzat yang serupa dengan Dzat
Allah. Karena Dzat Allah bukanlah benda dan tidak disifati dengan sifat-sifat benda,
Allah sudah ada sebelum seluruh ciptaan ini ada. Allah tidak dapat dibayangkan
karena bayangan benak manusia hanya bisa menjangkau hal-hal yang biasa
dijumpai, dilihat, didengar atau dirasakannya dengan panca indera. Allah tidaklah
muslim.
Tauhid dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari fi’il (kata tugas)
tauhid secara bahasa adalah: “ َو َّح َد ال َش ْي َء ِإ َذا َج َعلَهُ َوا ِحدًاmenjadikan sesuatu menjadi satu
saja”.
rububiyah dengan nama ma’rifat wal itsbat. Yakni meyakini bahwa Allah Maha
Esa, tidak ada sekutu bagiNya dalam perbuatanNya. Kemudian kita tetapkan nama-
nama dan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala yang tertera di Al-Qur’an dan
hadits-hadits yang shahih. Tauhid yang kedua adalah al-qaswa tlahab. Jadi didalam
kita beribadah, niat dan tujuan kita hanya Allah subhanahu wa ta’ala.
Pada dasarnya, itu hanya sekedar istilah untuk memudahkan kita dalam
memahami pembahasan tauhid ini. Yang pada hakikatnya mencakup tiga macam
dengan keraguan. Harus kita yakini dan terpatri kokoh didalam hati kita. Itulah
aqidah.
berkata:
Antara Nabi Nuh dengan Nabi Adam ada sepuluh generasi, mereka semua
berada di atas syari’at yang haq, tetapi kemudian mereka berselisih, maka Allâh
mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi kabar peringatan”.
kemusyrikan yang dilakukan oleh kaum Nabi Nûh Alaihissallam , disebabkan oleh
meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan
Nasr”.
Tuhan-tuhan yang disembah oleh kaum Nabi Nuh di atas, asalnya adalah
orang-orang shalih yang telah mati. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbâs
Radhiyallahu anhu:
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Patung-patung yang dahulu ada pada
kaum Nabi Nûh setelah itu berada pada bangsa Arab. Adapun Wadd berada pada
suku Kalb di Daumatul Jandal. Suwâ’ berada pada suku Hudzail. Yaghûts berada
pada suku Murâd, lalu pada suku Bani Ghuthaif di al-Jauf dekat Saba’. Ya’uq
berada pada suku Hamdan. Dan Nasr berada pada suku Himyar pada keluarga Dzil
Kila’. Itu semua nama-nama orang-orang shalih dari kaum (sebelum-pen) Nuh.
Ketika mereka mati, syaithan membisikkan kepada kaum mereka: “Buatlah patung
yang ditegakkan pada majlis-majlis mereka, yang mereka dahulu biasa duduk. Dan
itu tidak disembah. Sehingga ketika mereka (generasi pembuat patung) mati, ilmu
Nabi Nuh–pen) dari pintu ghuluw (melampaui batas) terhadap orang-orang shalih
dan berlebihan di dalam mencintai mereka. Sebagaimana telah terjadi semisal itu di
dalam umat ini. Syaithan menampakkan kepada mereka berbagai bid’ah dan ghuluw
akhirnya syaithan menjerumuskan mereka di dalam perkara yang lebih besar dari
itu, yaitu menyembah orang-orang shalih itu dari selain Allâh Azza wa Jalla ”.
Allah dengan penuh keyakinan. Dan setiap orang yang beramal tidak disadari
dengan ilmu maka amal nya tidak diterima/ditolak, tulis Kiai As'ad mengutip dari
kitab Zubad, dalam muqadimah Risalah at-Tauhid. Dalam kitab tersebut, Kiai As'ad
Kiai As'ad mengatakan bahwa tauhid adalah hukum tentang sesuatu yang
satu, sedangkan ilmu adalah hukum tentang sesuatu yang satu juga. Menurut Kiai
As'ad, tauhid juga bisa diartikan hati yang mendominasi atas yang haq.
bahwasanya Allah adalah tunggal atau pandangan hati mendominasi terhadap yang
Haq, sehingga melupakan yang tidak haq (makhluk). Maka, dia adalah orang yang
bertauhid.
diri umat Islam. Hal ini juya bisa dilihat di kitab Risalah at-Tauhid. Di awal kitab
tersebut, Kiai As'ad langsung menjelaskan tentang sifat dua puluh yang wajib
diketahui dan sifat dua puluh yang harus ditentang. Sifat-sifat tersebut harus
Kiai As'ad juga pernah mengatakan bahwa segala ilmu yang sebelumnya
tidak dijiwai ketauhidan jangan diharap memuaskan hasilnya. Segala ilmu yang
hinggap ke lubuk hati seseorang yang kosong tauhidnya, ilmu tersebut malah bisa
mencelakakan orang tersebut. Namun, jika tauhidnya sudah melekat, ilmu tersebut
disebabkan karena sistem pendidikan yang keliru. Pelajaran agama yang diterapkan
di sekolah amat minim. Jiwa mereka sangat gersang lantaran ilmu tauhid tidak
terpatri di hati mereka. Padahal, tauhid meru pakan fondasi segala sesuatu.
Dengan tauhid, seseorang tidak akan mudah goyah dan tertipu ekstasi
keduniawian. Karena itu, Kiai As'ad menganggap tauhid juga sangat penting
B. Pembagian Tauhid
wajib kita tetapkan bagi AllahSubhanahu wa Ta’ala, baik itu yang berupa sifat
Bahasan ilmu tauhid juga meliputi hal-hal yang mustahil ada pada diri Allah dan
tidak layak disandangNya, baik itu yang berupa (sifat-sifat) maupun perbuatan-
perbuatan. Selain itu, bahasan ilmu tauhid juga mencakup hal-hal yang wajib kita
tetapkan bagi para Nabi dan Rasul dan hal-hal yang mustahil ada pada mereka. Dan
kebangkitan dan hari pembalasan, serta qadha dan qadar. Adapun faidah dari ilmu
tauhid yaitu memperbaiki akidah dan sebagai jalan untuk meraih kebahagiaan di
maka para ulama membagi tauhid menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: tauhid
rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma wa sifat. Dan ketiga macam tauhid
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepadaNya.
Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
Ilmu tauhid dalam Islam dibagi lagi ke dalam tiga macam. Untuk lebih
1. Tauhid Rububiyyah
sebagainya. Seorang muslim wajib percaya bahwa segala hal yang terjadi
adalah karena Allah dan Allah tidak memiliki sekutu atau bantuan apapun
“Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa’at disisi Alloh tanpa izin-Nya. Alloh mengetahui apa-apa yang
di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-
apa dari ilmu Alloh melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (al-Baqoroh ayat
255)
2. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyah adalah pengesaan ibadah hanya kepada Allah SWT.
Seorang muslim harus beribadah sesuai dengan perintah Allah dan menjauhi
segala larangan Allah SWT. Tauhid uluhiyah bisa diartikan meyakini hanya
kepada selain-Nya, dalam bentuk ibadah yang lahir maupun yang batin, ucapan
maupun perbuatan.
Tauhid asma’ wa shifat adalah tauhid yang isinya pengesaan sifat dan
nama Allah. Allah mempunyai nama dan sifat yang begitu istimewa yang tidak
mungkin ada pada mahluk manapun. Sebagai seorang muslim, kita hendaknya
mengetahui dan mengamalkan nama dan sifat Allah yang banyak disebutkan
dalam Al Quran.
meyakini bahwa Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam menciptakan
memberi rezeki kepadanya, dan yang selainnya dari makna-makna rububiyyah itu
sajalah yang pantas dan wajib disembah, selain-Nya tidak boleh dan tidak pantas
disembah.