NIM : 1226000188
Kelas : 2B
Membaca dua kalimat syahadat merupakan rukun Islam pertama yang wajib dikerjakan
setiap muslim. Kalimat syahadat juga menjadi pintu bagi orang non-muslim yang bermaksud
masuk Islam dan menjadi mualaf. Berikut ini penjelasan mengenai kalimat syahadat, mulai dari
arti, pembagian syahadat tauhid dan syahadat rasul, serta bacaan lafalnya.
Dalil bahwa syahadat termasuk dalam rukun Islam tertera dalam sabda Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan Umar bin Khattab, ia berkata:
“Aku mendengar Nabi SAW bersabda: ‘Islam dibangun di atas lima perkara: kesaksian
[syahadat] bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan’,” (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Kalimat syahadat adalah ucapan yang mulia, pintu masuk ke agama Islam. Sebelum
bersyahadat, segala amalan baik seseorang tak bernilai pahala.
Setelah bersyahadat, barulah perbuatan mulia itu dicatat sebagai amalan baik di sisi Allah
SWT, sesuai ajaran Islam.
Menurut bahasa Arab, syahida ( )شهدartinya bersaksi. Dalam hal ini, orang yang
bersyahadat bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah (syahadat tauhid), serta mengakui bahwa
utusan nabi dan rasul dalam Islam adalah Muhammad SAW (syahadat rasul).
Berdasarkan pengertian di atas, kalimat syahadat dibagi menjadi 2, yaitu syahadat tauhid
dan syahadat rasul. Setiap muslim harus meyakini kebenaran arti dan makna dari 2 kalimat
syahadat tersebut, sebagaimana dikutip dari Ensiklopedi Hak dan Kewajiban dalam Islam (2017)
yang ditulis Syekh Saad Yusuf Mahmud Abu Aziz:
Dalam Islam, kalimat syahadat adalah ikrar atau pengakuan atas tauhid atau keesaan Allah
SWT serta kebenaran risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Meskipun demikian, kalimat syahadat tidak sekadar dilafalkan melalui lisan, melainkan
juga diimani secara sungguh-sungguh.
Salah seorang ulama besar Hasan Al-Bashri menyitir sabda Nabi Muhammad SAW:
“Barang siapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal adalah 'La ilaaha illallah', maka dia
akan masuk surga,” (H.R. Abu Daud)
Beliau kemudian menjelaskan "”Barang siapa menunaikan hak kalimat tersebut dan juga
kewajibannya, maka dia akan masuk surga.”
Setidaknya, terdapat 7 syarat kalimat syahadat (kewajiban yang mesti ditunaikan) sampai
sah dan menjadi syarat masuk surga.
Ketujuh syarat tersebut adalah (1) Memahami makna syahadat tersebut, (2) Iman dan yakin
kepada syahadat tauhid dan syahadat rasul, (3) Menerima perintah Allah dan tidak menentangnya,
(4) Patuh dan menaati perintah serta larangan Islam, (5) Jujur dan meniadakan dusta, (6) Ikhlas
dalam beribadah serta menjauhi syirik-riya, serta (7) Mencintai kalimat syahadat, mencintai Allah,
rasul, dan kaum muslimin.
Orang yang sekadar mengucapkan kalimat syahadat, namun hanya melafalkannya di lisan
tanpa menghayati makna dua kalimat syahadat tersebut akan tertolak.
Hal ini tidak berbeda dengan Fir'aun yang berikrar bahwa Nabi Musa merupakan utusan
Allah, namun ikrar tersebut dilafalkan persis sebelum ia meninggal ditenggelamkan laut merah.
Ikrar Fir'aun itu tidak bermakna apa-apa, sebab Fir'aun tidak menjalankan ketujuh syarat
di atas, melainkan hanya karena takut pada neraka Allah SWT.
B. Syahadat Dalam Perspektif Social
Setiap perintah Allah yang diturunkan pasti merupakan hal penting untuk kebaikan kita
semua, syahadat sangat penting, tidak hanya sekedar lisan saja. Syarat2 syahadat (iman) adalah
diucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati, dan diamalkan dalam perbuatan.
Hadist “Katakanlah ‘Laa ilaha illallah muhammadarrosululloh’, maka kalian akan masuk
surga”. Artinya betapa luar biasanya kalimat syahadat.
Hadist “Barangsiapa yang suka membiasakan diri beristighfar, maka Allah akan berikan
jalan keluar baginya dari segala macam kesulitan, dan kemudian Allah akan memberikan
kepadanya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”
Seseorang bisa melakukan istighfar yang ikhlas sehingga bisa menghasilkan manfaat
sesuai hadits diatas karena keyakinan kepada Allah yang ada di dalam hatinya (iman), dia memiliki
hubungan langsung dengan Allah tanpa perantara. Dan hubungan langsung itu direalisasikan oleh
aplikasi syahadat kita.
1. Al-Mahabbah (cinta)
Ukuran paling mudah yang menunjukan rasa cinta kepada Allah dan Rosulnya yaitu
dengan menjalankan perintah-Nya semampunya dan menjauhi larangan-Nya.
Ukuran lain bagaimana rasa cinta kita kepada Allah dan RosulNya adalah mencintai
sesama manusia dan mencintai nilai2 kebaikan secara umum. Mari secara rutin merenungi sedalam
apa rasa cinta kita kepada Allah dan RosulNya dengan muhasabah.
2. Muamalah/Tijaroh (perniagaan)
Makna perniagaan bukan hanya transaksi ekonomi tapi interaksi dgn sesama manusia
sejara umum
QS Ash Shaaf 10
“Maukah Kutunjukan suatu ‘perniagaan’ yang bisa menghindari kalian dari azab yang
pedih? Yaitu beriman kepada Allah, RosulNya, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu,
yang demikian baik bagimu jika kalian mengetahui.”
“Niscaya Allah akan mengampuni dosa2mu, memasukan ke surga, dan mendekatkan kita
kepada pertolongan dan jalan keluar”
3. Amal Perbuatan
Dalam surat Al-Ashr manusia akan merugi kecuali (1) beriman, (2) beramal saleh, (3)
saling nasihat menasihati dalam kebaikan, (4) saling nasihat menasihati dalam kesabaran. Nasihat
menasihati adalah budaya islam, dalam konteks saat ini bisa juga maknanya kritik positif dan
masukan konstruktif. Soleh pribadi saja tidak cukup untuk terhindar dari kerugian. Konsep nasihat-
menasihati sama maknanya dengan Dakwah. Jadi mengajak kepada kebaikan (dakwah) adalah
bagian dari ekspresi syahadat kita.
4. Al-Jihad
Jihad adalah salah satu realisasi syahadat. Al-Imron 142 “apakah kamu yakin akan masuk
surga padahal kamu belum berjihad?” Ayat2 seperti itu merupakan bentuk retorika dari Allah agar
kita berefleksi. Apakah kita yakin hanya dengan mengucap syahadat saja bisa masuk surga?
Ternyata ada konsekuensi/kewajiban dari ucapan kita itu. Jihad adalah nilai perjuangan dan jerih
payah dari sesuatu yang kita keluarkan (bisa berupa niat, harta, dll) dalam rangka mencari fadhilah
Allah.
5. Al Hayah Al Mukmin
Kehidupan kita sebagai mukmin. Sejauh mana kalimat syahadat mewarnai kehidupan kita.
Wujud dari keempat realisasi syahadat sebelumnya adalah hidup kita sehari-hari.
Syahadat adalah kesaksian tentang keesaan Allah SWT, pengakuan Allah sebagai Tuhan
dan pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW. Adalah utusan Allah. Kesaksian ini ada
konsekuensinya yang harus dibuktikan dalam kehidupan. Setiap Muslim akan diminta
pertangungjawabannya di akhirat kelak tentang pengakuan syahadatnya. Banyak Muslim tidak
menyadari bahwa dalam sikap dan tindakannya sehari-hari banyak yang tidak sesuai dengan
syahadatnya, tidak sesuai dengan kesaksian tauhidnya. Keimanannya terkotori oleh sifat-sifat riya,
ujub dan kesombongan fikirannya.
Dalam syahadat terkandung nilai-nilai begitu banyak dan dapat di jadikan sebagai acuan
dalam menjalani hidup di dunia salahsatunya adalah nilai-nilai psikologis yang terkandung dalam
syahadat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Syahadat akan membangun suatu keyakinan dalam berusaha.
Dengan syahadat kita akan selalu yakin dalam setiap usaha yang kita jalani Allah akan
selalu menyertai kita dangan cara membantu kita agar kita mudah dalam usaha untuk mencapai
tujuan yang kita inginkan, kita akan yakin bahwa yang kita usahakan telah sesuai dangan aturan
yang di gariskan oleh Allah dan Rasul-Nya sehingga kita akan nyaman menjalaninya.
2. Syahadat akan menciptakan suatu daya dorong dalam upaya mencapai suatu tujuan.
Syahadat akan memberikan motivasi berlipat ganda ketika seseorang memiliki suatu tujuan
sehingga apapun yang terjadi dalam setiap usaha untuk mencapai tujuan yang ia inginkan ia akan
tetap istiqomah menjalaninya.
3. Syahadat akan membangkitkan suatu keberanian dan optimisme
Dengan syahadat kita akan berani menghadapi halangan dan rintangan untuk mencapai
tujuan yang kita inginkan. Syahadat akan membangkitkan optimisme untuk mencapi tujuan karena
kita yakin Allah akan selalu menolong hamba-Nya yang selalu percaya dan tawakkal kepada-Nya,
seperti di sebutkan dalam ayat Al-Quran:
“Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah
penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah karena Allah saja orang-orang mukmin
bertawakal” (Ali Imran: 122).
4. Syahadat akan menciptakan ketenangan batiniah dalam menjalankan misi hidup.
Dalam Al-Quran misi hidup manusia di muka bumi ini adalah sebagai khalifah yang
mengelola bumi untuk mencapai apa yang disebut baldatun thayyibatun warabbun ghafur yaitu
negeri yang aman tentram, sejahtera dan mendapatkan ampunan dari Tuhan. Dan dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa manusia hidup di dunia ini ibarat musafir yang lewat sembari
mengumpulkan bekal untuk hidup abadi di akhirat kelak. Untuk mensukseskan misi itu di perlukan
ketenanga bathin sehingga tujuan itu akan mudah tercapai.
Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa begitu banyak nilai-nilai syahadat
secara psikologis yang mampu menunjang manusia untuk menjalakan hidup di dunia ini.