TAUHIDULLAH
Disusun Oleh:
Siti Jatsiah (20122004)
Dosen pengampu:
Dr.Ir.H.M.Budi Djatmiko, M.si
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
BAB I PENDAHULUAN
4
BAB II PEMBAHASAN
Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia,
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
َ ي اَنَّ َما ا ا ِٰل ُه ُكم ا ِٰله َّواحِ ۚد فَ َمن َكانَ َير ُجوا ِلقَ ۤا َء َر ِبه فَل َيع َمل
َ ع َم ًل
صا ِل ًحا َّ َقُل اِنَّ َما ا اَنَا َبشَر ِمثلُ ُكم يُوحٰ ا ى اِل
َّو َل يُش ِرك بِ ِعبَادَةِ َربِ اه ا َ َحدًا
5
2.2 PEMBAGIAN TAUHID
6
yang tak mempercayai, mengubah, atau pun menyerupakan sifat dan
nama Allah dengan makhluk berarti ia melakukan
kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid asma wa sifat.
7
Seperti Tauhid zat Allah, tauhid sifat-sifat Allah merupakan
doktrin Islam dan salah satu gagasan manusiawi yang paling
bernilai, yang semata-mata mengkristal dalam mazhab syiah.
c. Tauhid dalam Perbuatan Allah
Arti Tauhid dalam perbuatan-Nya adalah mengakui bahwa
alam semesta dengan segenap sistemnya, jalannya, sebab dan
akibatnya, merupakan perbuatan Allah saja, dan terwujud karena
kehendak-Nya. Di alam semesta ini tak satu pun yang ada sendiri.
Segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dalam bahasa Al-Qur'an, Dia
adalah pemelihara alam semesta. Dalam hal sebab-akibat, segala
yang ada di alam semesta ini bergantung. Maka dari itu, Allah tidak
memiliki sekutu dalam Zat-Nya, Dia juga tak memiliki sekutu dalam
perbuatan-Nya. Setiap perantara dan sebab ada dan bekerja berkat
Allah dan bergantung pada-Nya. Milik-Nya sajalah segala kekuatan
maupun kemampuan untuk berbuat.
Manusia merupakan satu di antara makhluk yang ada, dan
karena itu merupakan ciptaan Allah. Seperti makhluk lainnya,
manusia dapat melakukan pekerjaannya sendiri, dan tidak seperti
makhluk lainnya, manusia adalah penentu nasibnya sendiri. Namun
Allah sama sekali tidak mendelegasikan Kuasa-kuasa-Nya kepada
manusia. Karena itu manusia tidak dapat bertindak dan berpikir
semaunya sendiri, "Dengan kuasa Allah aku berdiri dan duduk. "
Percaya bahwa makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya,
dapat berbuat semaunya sendiri, berarti percaya bahwa makhluk
tersebut dan Allah sama-sama mandiri dalam berbuat.
Karena mandiri dalam berbuat berarti mandiri dalam zat,
maka kepercayaan tersebut bertentangan dengan keesaan Zat Allah
(Tauhid dalam Zat), lantas apa yang harus dikatakan mengenai
keesaan perbuatan Allah (Tauhid dalam Perbuatan).
8
2.4 MAKNA SYAHADAT
Syahadah atau syahadat artinya kesaksian, yakni kesaksian bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad utusan Allah. Syahadah
adalah keyakinan yang sangat kuat yang dibuktikan dengan komitmen untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Persaksian yang
pertama (kepada Allah) disebut dengan syahadat tauhid dan persaksian yang
kedua (kepada Nabi Muhammad) disebut dengan syahadat rasul. Dalam
ajaran Islam, syahadah terwadahi dalam kalimat syahadah: asyhadu allaa
ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.
9
dengan umat manusia untuk menyampaikan ajaran-ajaran Nya, tentang
kitab-kitab Allah Swt yang dibawa oleh para utusan-Nya dan tentang para
malaikat-Nya.
ل ﺗقل ﺫلﻚ: ” فقاﻝ رﺳوﻝ الله صلى الله عليه وﺳلم،ﺫلﻚ مﻨافﻖ ل يحﺐ الله ورﺳوله: ﻓﻘﺎﻝ بعﻀهم،
الله ورﺳوله ﺃعلم: يريد بﺬلﻚ وجه الله ”قاﻝ،ل ﺇله ﺇل الله: ﺃل ﺗراﻩ قد قاﻝ
10
bersabda: "Tidaklah seorang hamba mengatakan, 'Tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah', kemudian dia meninggal dengan berpegang
teguh pada hal tersebut, melainkan dia pasti masuk surga.' Aku bertanya,
'Walaupun dia berzina dan mencuri.'
11
Pertanyaan berikutnya adalah, apakah katuhidan dan syahadah kita
sudah termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari? Sebelum menjawab
pertanyaan ini mari perjelas dulu apa yang dimaksud dengan kehidupan
sehari-hari. Kehidupan sehari-hari adalah kehidupan kita di dunia.
Kehidupan keseharian kita. Apakah dengan pemenuhan syarat-syarat di atas
belum cukup untuk dikatakan bahwa ketauhidan dan syahadah kita sudah
terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari? Betul, belum cukup.
Mengapa? Jawabnya ada dua hal: pertama, terkadang semua ketaatan yang
kita jalani berjalan sebagai ritual-formal belaka. Jadi semua ketaatan yang
dijalankan semacam rutinitas saja. Ini adalah tingkatan yang paling dangkal.
Kedua, terkadang keimanan dan ketaatan dihayati sebagai doktrin metafisis
yang hanya berkaitan dengan alam akhirat. Akibatnya ketaatan dan
keimanan malah menjauhkan manusia dari realitas kehidupannya dan abai
terhadap kehidupan sehari-hari.
12
lain, peduli, empati pada sesame, dan setersunya. Intinya kehadiran kita di
tengah-tengah masyarakat benar-benar membawa manfaat bagi orang lain.
13
penting bagi manusia selain mengenal Rabb dan Penciptanya, mengenal
tujuan keberadaannya di dunia, untuk apa ia diciptakan, dan bagaimana
nasibnya setelah ia mati? Apalagi ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-
ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama.
Karena itu, hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi
setiap muslim dan muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan
kepuasan hati serta akal bahwa ia berada di atas agama yang benar.
Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu kifayah, artinya jika
telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa.
Paham Materialisme.
Bermula dari abat ke 19. Realitas penciptaan yang kita bicarakan telah
diabaikan atau diingkari sejak dahulu oleh sebuah pandangan filosofis
tertentu. Pangdangan itu disebut materialisme. Filsafat ini , yang semula
dirumuskan di kalanhan bangsawan yunani kuno, juga telah muncul dari
waktu ke waktu dalam budaya lain dan di kembangan pula secara
perorangan.
Paham materialisme beranggapan bahwa hanya materi yang ada , dan
begitulah adanya sepannjang waktu yang tak terbatas. Dari pendirian itu , di
klaim bahwa alam semesta juga “selalu” ada dan tidak diciptakan.
Sebagai tambahan bagi klaim mereka; bahwa alam semesta ada dalam
waktu yang tak terbatas, penganut materiaisme juga mengemukakan bahwa
14
tidak ada tujuan atau sasaran di dalam alam semesta. Mereka menyatakan
bahwa semua keseimbangan , keselarasan dan keteraturan yang tampak di
sekitar kita hanyalah peristiwa kebetulan. Karena alasan politik dan sosial
pada abad 19 maka paham ini sangat diterima dan meluas tersebar keseluruh
dunia.
Akan tetapi, temuan sains modern secara tak terbantahkan menuntujukan
betapa kelirunya pernyataan materialisme. 1
Kesimpulannya, filsafat yang disebut materialisme telah ditolak
oleh sains modern. Dari posisinya sebagai pandangan ilmiah yang
dominan pada abad ke-19, materialisme telah jatuh menjadi cerita fiksi
pada abad ke-20.2
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada
atara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-
orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena me-reka akan
masuk neraka.” (QS. Shaad, 38: 27)
1
Harun Yahya,”Penciptaan alam semesta” , Dzikra,2004 hlm. 2
2
Harun Yahya,”Penciptaan alam semesta” , Dzikra,2004 hlm. 3
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ )العَقدyang
berarti ikatan, at-tautsiiqu ( ُ )التَّوثِيﻖyang berarti kepercayaan atau keyakinan
yang kuat, al-ihkaamu ( )ا ِإلحكَا ُمyang artinya mengokohkan (menetapkan),
ُ )الرب
dan ar-rabthu biquw-wah (ط ِبقُ َّوة َّ yang berarti mengikat dengan kuat.
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah
(ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Tiga macam pembagian tauhid menurut Ulama:
Tauhid Rububiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta,
menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya
hanya Allah semata yang mampu. Dan semua orang meyakini adanya Rabb
yang menciptakan, menguasai, dll.
Tauhid Uluhiya
Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu
mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam
ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid
inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. theis yang
berkeyakinan tidak adanya Rabb.
Tauhid mulkiyyah,
yaitu meyakini hanya Allah-lah penguasa yang wajib ditaati segala
aturannya.
Tauhid Asma Wa Sifat
Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di
dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan
sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan
bentuk/cara, dan memisalkan.
16
Berdasarkan sub bab Menghayati Keberadaan Allah melalui Penciptaan
Alam Semesta
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa alam semesta yang luas tak
terkira ini benar -benar diciptakan oleh Allah SWT dan sesungguhnya Ia
mempeihara alam ini. Dari awal penciptaan “dentuman besar” hingga
pada hari akhir nanti. Paham materialisme juga sudah di bantahkan
menurut sains modern. Tentu alquran sudah memberikan tanda-tanda
kekuasaan allah kepada kita.
3.2 Saran
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan kepada kita
semua,dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta
dapat mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa
dan yang patut disembah, kita akan terhindar dari perbuatan syirik.
Dengan kejadian di sekitar kita, Kita dapat menghayati Kehadiran Allah
SWT. Oleh sebab itu semoga keimanan akan ke Tauhidan kita semakin
meningkat dan kita semakin tau mana yang benar dan mana yang salah.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://hamkaqolbu.blogspot.com/2013/03/makalah-ilmu-
tauhid.htmlhttp://khaerulsobar.wordpress.com/makalah/makalah-tentang-tauhid-
studi-islam-i/http://www.fimadani.com/pengertian-tauhid-dan-pembagiannya/
http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/25/tauhid-dan-implementasinya-
595774.html
18