Anda di halaman 1dari 18

Makalah

TAUHIDULLAH

Disusun Oleh:
Siti Jatsiah (20122004)
Dosen pengampu:
Dr.Ir.H.M.Budi Djatmiko, M.si

PRORAM STUDI INFORMATIKA


UNIVERSITAS TEKNOLOGI
DIGITAL 2024

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................2


KATA PENGANTAR ...........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TAUHID ................................................................................5
2.2 PEMBAGIAN TAUHID ..................................................................................6
2.3 TINGKATAN TAUHID ..................................................................................7
2.4 MAKNA SYAHADAT .....................................................................................9
2.5 RUANG LINGKUP ILMU TAUHID.............................................................9
2.6 KEUTAMAAN MENJAGA TAUHID ........................................................10
2.7 IMPLEMENTASI TAUHID DALAM KEHIDUPAN ..............................11
2.8 KEDUDUKAN ILMU TAUHID DENGAN ILMU LAINNYA .................13
2.9 MENGHAYATI KEBERADAAN ALLAH MELALUI PENCIPTA
ALAM SEMESTA .........................................................................................14

BAB III PENUTUPAN


3.1 KESIMPULAN...............................................................................................16
3.2 SARAN ............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu


Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah
mengizinkan saya dalam menyusun dan menulis makalah ini yang berjudul
“TAUHIDULLAH”
Hal yang paling mendasar yang mendorong saya membuat makalah ini adalah
tugas dari mata kuliah agama, untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat
perkuliahan. Pada kesempatan kali ini saya mengucapkan banyak terimakasih yang
tak terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak yang telah membantu dan
membimbing saya.
Andai ada kekurangan dalam makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Bandumg, 25 Januari 2024

Penulis

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tauhid secara bahasa berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang artinya
menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa).
Secara istilah syar’i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta,
Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya
kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta
menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-
Ulya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan
dan cacat.
Pada dasarnya manusia dari sejak lahir berada dalam fitrahnya yaitu, bertauhid.
Namun sesuai perkembangan lingkungan dan orang tuanyalah yang
menentukan selanjutnya. Banyak orang yang beriman namun tanpa didasari
pengetahuan yang memadai. Mereka beribadah namun ada saja yang masih
menyimpang dari ketauhidannya. Apalagi mereka yang berada di penjuru
kampung yang masih banyak mempercayai pohon-pohon yang besar, batu-
batuan yang besar, dan lain sebagainya.
Berangkat dari uraian diatas kami berupaya untuk menjelaskan mengenai ilmu
tauhid dan perangkatnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Tauhid dalam Islam yaitu
sebagai berikut :
1. Apa pengertian Tauhid?
2. Bagaimana pembagian Tauhid, Hakekat dan Inti Tauhid serta Keutamaan
Tauhid?
3. Bagaimana Keagungan Kalimat Tauhid, Tingkatan Ilmu
Tauhid dan Kesempurnaan Tauhid?
4. Bagaimana menyikapi masalah tauhid di dalam perdebatan penciptaan
alam semesta?

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TAUHID


Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan),
uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.

Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah


Subhanahu wa Ta’ala semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya.
Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam
semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan
setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia
Subhanahu wa Ta’ala bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci
dari segala aib dan kekurangan. Dia Subhanahu wa Ta’ala mempunyai
nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.

َّ ‫َوا ِٰل ُه ُكم ا ِٰله َّواحِ د ۚ َلا ا ِٰلهَ ا َِّل ه َُو‬


َّ ‫الرحمٰ ُن‬
‫الرحِ ي ُم‬

Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia,
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Dijelaskan juga dalam Q,s Al-Kahfi :110

َ ‫ي اَنَّ َما ا ا ِٰل ُه ُكم ا ِٰله َّواحِ ۚد فَ َمن َكانَ َير ُجوا ِلقَ ۤا َء َر ِبه فَل َيع َمل‬
َ ‫ع َم ًل‬
‫صا ِل ًحا‬ َّ َ‫قُل اِنَّ َما ا اَنَا َبشَر ِمثلُ ُكم يُوحٰ ا ى اِل‬
‫َّو َل يُش ِرك بِ ِعبَادَةِ َربِ اه ا َ َحدًا‬

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanya


seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan
kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Siapa yang mengharapkan pertemuan
dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan
apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya."

5
2.2 PEMBAGIAN TAUHID

Ulama membagi tauhid ke dalam 4 (empat) dimensi/katagori utama.


Pembagian ke dalam 4 dimensi/katagori ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa dalam 4 dimensi utama inilah manusia harus mempunyai sikap
tauhid kepada Allah dan dalam 4 dimensi ini manusia seringkali melalaikan
Allah. Keempat dimensi ini adalah:

1. Tauhid uluhiyyah, yaitu meyakini bahwa hanya Allah-lah Dzat


Tuhan yang benar (haq) dan wajib disembah dan melakukan
penyembahan/pemujaan hanya kepada-Nya. Orang-orang yang
melakukan penyembahan selain kepada Allah atau menduakan
Allah berarti melakukan kesalahan/kesesatan karena melakukan hal
yang bertentangan dengan tauhid uluhiyyah.
2. Tauhid rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah-lah yang
menciptakan makhluk dan mengatur seluruh realitas kehidupan.
Benar bahwa dalam kehidupan ini ada hukum alam, ada hukum
sebab-akibat, tapi semuanya tetap berada dalam pengaturan Allah.
Orang-orang yang meyakini bahwa realitas kehidupan ada dengan
sendirinya dan segala sistem kehidupan berjalan tanpa ada kendali
dan pengaturan dari Allah berarti dia melakukan
kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid rububiyyah.
3. Tauhid mulkiyyah, yaitu meyakini hanya Allah-lah penguasa yang
wajib ditaati segala aturannya. Orang-orang yang memuja dan
mensakralkan pemimpin apalagi sampai mentaati perintahnya yang
bertentanga dengan aturan Allah berarti ia melakukan
kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid mulkiyyah.
4. Tauhid asma wa sifat, meyakini bahwa Allah mempunyai nama dan
sifat-sifat sebagaimana dijelaskan oleh Allah sendiri dalam kitab
suci al-Quran dan melalui penjelasan Nabi Muhammad SAW
(dalam al-Hadis), tanpa menambah dan menyerupakan sifat dan
nama Allah itu dengan nama dan sifat-sifat makhluk. Orang-orang

6
yang tak mempercayai, mengubah, atau pun menyerupakan sifat dan
nama Allah dengan makhluk berarti ia melakukan
kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid asma wa sifat.

2.3 TINGKATAN TAUHID

Baik tauhid maupun kemusyrikan ada tingkatan dan tahapannya masing-


masing. Sebelum kita melewati semua tahap dalam tauhid, kita belum dapat
menjadi pengikut atau ahli tauhid (muwahhid) yang sejati.
Adapun tingkatan tauhid adalah sebagai berikut :
a.Tauhid Zat Allah
Yang dimaksud dengan tauhid (keesaan) Zat Allah adalah, bahwa
Allah Esa dalam Zat-Nya. Kesan pertama tentang Allah pada kita
adalah, kesan bahwa Dia berdikari. Dia adalah Wujud yang tidak
bergantung pada apa dan siapa pun dalam bentuk apa pun. Dalam
bahasa Al-Qur'an, Dia adalah Ghani (Absolut). Segala sesuatu
bergantung pada-Nya dan membutuhkan pertolongan-Nya. Dia
tidak membutuhkan segala sesuatu.
b. Tauhid dalam Sifat-sifat Allah
Tauhid Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat
dan Sifat-sifat Allah identik, dan bahwa berbagai Sifat-Nya tidak
terpisah satu sama lain. Tauhid Zat artinya adalah menafikan adanya
apa pun yang seperti Allah, dan Tauhid Sifat-sifat-Nya artinya
adalah menafikan adanya pluralitas di dalam Zat-Nya. Allah
memiliki segala sifat yang menunjukkan kesempurnaan,
keperkasaan dan ke-indahan, namun dalam Sifat-sifat-Nya tak ada
segi yang benar-benar terpisah dari-Nya. Keterpisahan zat dari sifat-
sifat dan keterpisahan sifat-sifat dari satu sama lain merupakan ciri
khas keterbatasan eksistensi, dan tak mungkin terjadi pada eksistensi
yang tak terbatas. Pluralitas, perpaduan dan keterpisahan zat dan
sifat-sifat tak mungkin terjadi pada Wujud Mutlak.

7
Seperti Tauhid zat Allah, tauhid sifat-sifat Allah merupakan
doktrin Islam dan salah satu gagasan manusiawi yang paling
bernilai, yang semata-mata mengkristal dalam mazhab syiah.
c. Tauhid dalam Perbuatan Allah
Arti Tauhid dalam perbuatan-Nya adalah mengakui bahwa
alam semesta dengan segenap sistemnya, jalannya, sebab dan
akibatnya, merupakan perbuatan Allah saja, dan terwujud karena
kehendak-Nya. Di alam semesta ini tak satu pun yang ada sendiri.
Segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dalam bahasa Al-Qur'an, Dia
adalah pemelihara alam semesta. Dalam hal sebab-akibat, segala
yang ada di alam semesta ini bergantung. Maka dari itu, Allah tidak
memiliki sekutu dalam Zat-Nya, Dia juga tak memiliki sekutu dalam
perbuatan-Nya. Setiap perantara dan sebab ada dan bekerja berkat
Allah dan bergantung pada-Nya. Milik-Nya sajalah segala kekuatan
maupun kemampuan untuk berbuat.
Manusia merupakan satu di antara makhluk yang ada, dan
karena itu merupakan ciptaan Allah. Seperti makhluk lainnya,
manusia dapat melakukan pekerjaannya sendiri, dan tidak seperti
makhluk lainnya, manusia adalah penentu nasibnya sendiri. Namun
Allah sama sekali tidak mendelegasikan Kuasa-kuasa-Nya kepada
manusia. Karena itu manusia tidak dapat bertindak dan berpikir
semaunya sendiri, "Dengan kuasa Allah aku berdiri dan duduk. "
Percaya bahwa makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya,
dapat berbuat semaunya sendiri, berarti percaya bahwa makhluk
tersebut dan Allah sama-sama mandiri dalam berbuat.
Karena mandiri dalam berbuat berarti mandiri dalam zat,
maka kepercayaan tersebut bertentangan dengan keesaan Zat Allah
(Tauhid dalam Zat), lantas apa yang harus dikatakan mengenai
keesaan perbuatan Allah (Tauhid dalam Perbuatan).

8
2.4 MAKNA SYAHADAT

Syahadah atau syahadat artinya kesaksian, yakni kesaksian bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad utusan Allah. Syahadah
adalah keyakinan yang sangat kuat yang dibuktikan dengan komitmen untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Persaksian yang
pertama (kepada Allah) disebut dengan syahadat tauhid dan persaksian yang
kedua (kepada Nabi Muhammad) disebut dengan syahadat rasul. Dalam
ajaran Islam, syahadah terwadahi dalam kalimat syahadah: asyhadu allaa
ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.

Syahadat adalah ikrar ketundukan seorang Muslim kepada Allah SWT.


Karena itulah syahadat harus memenuhi tiga syarat: mengikrarkan secara
lisan (iqrarun billisan), meyakini dalam hati (tashdiqun biljanan),
melakukan dengan anggota tubuh (wa ‘amalun bil arkan). Membaca dua
kalimat syahadat merupakan pengucapan syahadah dalam lisan. Ucapan ini
tak ada gunanya jika tidak diyakini dalam hati. Kemudian keyakinan juga
tak ada gunanya jika tak diikuti dengan ketaatan melakukan semua perintah
Allah dengan segenap jiwa dan raga. Dengan demikian, syahadah juga
merupakan janji awal bagi seorang hamba untuk mentaati perintah-perintah
Allah SWT.

2.5 RUANG LINGKUP ILMU TAUHID

Pokok-pokok pembahasan yang menjadi ruang lingkup ilmu tauhid meliputi


tiga hal sebagai berikut:

1. Ma’rifat al-mabda’ yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang


Pencipta alam yaitu Allah Swt. Hal ini sering diartikan dengan wujud yang
sempurna, wujud mutlak atau wajibul wujud.

2. Ma’rifat al-watsiqah yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang


para utusan Allah Swt. yang menjadi utusan dan perantara Allah Swt.

9
dengan umat manusia untuk menyampaikan ajaran-ajaran Nya, tentang
kitab-kitab Allah Swt yang dibawa oleh para utusan-Nya dan tentang para
malaikat-Nya.

3. Ma’rifat al-ma’ad yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan akan


adanya kehidupan abadi setelah mati di alam akhirat dengan segala hal
ihwal yang ada di dalamnya.

2.6 KEUTAMAAN MENJAGA TAUHID

‫ل ﺗقل ﺫلﻚ‬: ” ‫ فقاﻝ رﺳوﻝ الله صلى الله عليه وﺳلم‬،‫ﺫلﻚ مﻨافﻖ ل يحﺐ الله ورﺳوله‬: ‫ﻓﻘﺎﻝ بعﻀهم‬،
‫الله ورﺳوله ﺃعلم‬: ‫ يريد بﺬلﻚ وجه الله ”قاﻝ‬،‫ل ﺇله ﺇل الله‬: ‫ﺃل ﺗراﻩ قد قاﻝ‬

Di antara mereka ada yang bertanya: "Dimana Malik bin


Dukhaisyin?" Yang lain menjawab: "Dia Munafik. Dia tidak cinta Allah dan
Rasul-Nya". Nabi bersabda: "Jangan berkata begitu. Tidakkah kau lihat dia
telah mengucapkan “La Ilaha Illallah” dengan mengharap ridha Allah?

Sementara orang yang berpegang teguh pada kalimat tauhid tanpa


keraguan dia akan mendapatkan balasan surga, meski dia berzina dan
mencuri.

‫ض ث ُ َّم ﺃَﺗَيتُهُ فَإِﺫَا‬


ُ ‫علَي ِه ثَوب ﺃَب َي‬ َ ‫ﺳلَّ َم َوه َُو نَائِم‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َّ ‫ﺃ َ َّن ﺃ َ َبا ﺫَر َحدَّثَهُ قَا َﻝ ﺃَﺗَيتُ الﻨَّ ِب‬
َ ‫ي‬
‫علَى ﺫَلِﻚَ ِﺇ َّل‬َ َ‫ّللاُ ث ُ َّم َمات‬ َّ ‫عبد قَا َﻝ َل ﺇِلَهَ ﺇِ َّل‬َ ‫ظ فَ َجلَستُ ﺇِلَي ِه فَقَا َﻝ َما مِ ن‬ َ َ‫ه َُو نَائِم ث ُ َّم ﺃَﺗ َيتُهُ َوقَد اﺳتَيق‬
‫ﺳ َرقَ َقا َﻝ َو ِﺇن‬ َ ‫ﺳ َرقَ قُلتُ َوﺇِن زَ نَى َوﺇِن‬ َ ‫ﺳ َرقَ َقا َﻝ َوﺇِن زَ نَى َوﺇِن‬ َ ‫دَ َخ َل ال َج َّﻨةَ قُلتُ َوﺇِن زَ نَى َوﺇِن‬
‫علَى َرغ ِم ﺃَنفِ ﺃَبِي ﺫَر قَا َﻝ فَخ ََر َج ﺃَبُو ﺫَر َوه َُو يَقُو ُﻝ‬ َّ ‫ﺳ َرقَ ثَ َلثًا ث ُ َّم قَا َﻝ فِي‬
َ ‫الرابِعَ ِة‬ َ ‫زَ نَى َوﺇِن‬
‫ف ﺃ َ ِبي ﺫَر‬ ُ ‫َو ِﺇن َرغ َِم ﺃَن‬

Abu Dzar telah menceritakan kepadanya, dia berkata, "Aku


mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang saat itu sedang tidur, dan
beliau saat itu memakai baju putih. Kemudian saat aku mendatanginya
(lagi), beliau masih tidur, kemudian ketika aku mendatanginya lagi beliau
telah bangun. aku lantas duduk dengan menghadap ke arahnya, beliau lantas

10
bersabda: "Tidaklah seorang hamba mengatakan, 'Tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah', kemudian dia meninggal dengan berpegang
teguh pada hal tersebut, melainkan dia pasti masuk surga.' Aku bertanya,
'Walaupun dia berzina dan mencuri.'

Beliau menjawab, 'Walaupun dia berzina dan mencuri.' Aku


bertanya, 'Walaupun dia berzina dan mencuri.' Beliau menjawab:
'Walaupun dia berzina dan mencuri.' Tiga kali. Kemudian pada kali
keempatnya beliau berkata: 'Meskipun Abu Dzar kurang setuju.' Perawi
berkata, "Abu Dzar pun keluar, sedangkan dia berkata, 'Meskipun Abu Dzar
kurang setuju." (HR Muslim).

2.7 IMPLEMENTASI TAUHID DALAM KEHIDUPAN

Umat Islam termasuk yang mayoritas di negeri ini. Tapi diantara


yang banyak itu, berapa yang benar-benar mengimplementasikan
ketauhidan dan syahadahnya itu. Berapa prosen yang tauhidnya murni dari
syirik dan berapa prosen pula yang syahadahnya memenuhi syarat-syarat
yang disebutkan di atas? Bahkan lebih dalam lagi, berapakah diantara
mereka yang mengahayati betul ketauhidannya sehingga merasakan Allah
senantiasa hadir dalam kehidupannya?

Untuk memudahkan, mari kita cek kembali syarat-syarat di atas?


Pertama, untuk masalah ketauhidan. Apa syarat ketauhidan? Mengesakan
Allah dan tidak menduakannya. Dengan kata lain, tauhid yang bersih dari
syirik. Apakah kita sudah benar-benar terhindar dari syirik? Apakah Allah
sudah menjadi satu-satunya tempat menyembah, memuja, mengabdi,
memohon, bergantung, curhat? Apakah sudah? Kedua, berkaitan dengan
masalah syahadah. Apa syarat syahadah? Mengucapkan dengan lisan,
meyakini dalam hati, dan melakukan dengan anggota tubuh dan segenap
kemampuan. Sudahkah? Jika sudah berarti syarat utama tauhid dan
syahadah kita sudah baik.

11
Pertanyaan berikutnya adalah, apakah katuhidan dan syahadah kita
sudah termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari? Sebelum menjawab
pertanyaan ini mari perjelas dulu apa yang dimaksud dengan kehidupan
sehari-hari. Kehidupan sehari-hari adalah kehidupan kita di dunia.
Kehidupan keseharian kita. Apakah dengan pemenuhan syarat-syarat di atas
belum cukup untuk dikatakan bahwa ketauhidan dan syahadah kita sudah
terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari? Betul, belum cukup.
Mengapa? Jawabnya ada dua hal: pertama, terkadang semua ketaatan yang
kita jalani berjalan sebagai ritual-formal belaka. Jadi semua ketaatan yang
dijalankan semacam rutinitas saja. Ini adalah tingkatan yang paling dangkal.
Kedua, terkadang keimanan dan ketaatan dihayati sebagai doktrin metafisis
yang hanya berkaitan dengan alam akhirat. Akibatnya ketaatan dan
keimanan malah menjauhkan manusia dari realitas kehidupannya dan abai
terhadap kehidupan sehari-hari.

Lantas bagaimana wujud tauhid yang terimplementasi dalam


kehidpuan sehari-hari? Ketauhidan yang terimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari adalah ketauhidan yang mempertautkan
kehidupan keseharian manusia dengan kekuasaan Allah (trensendensi
kehidupan) atau mentarnsformasikan ketauhidan/keimanan kepada
Allah dalam kehidupan sehari-hari atau yang disebut dengan tauhid
sosial. Jadi kata kuncinya ada pada dua hal: 1) transformasi ketauhidan, 2)
transendensi kehidupan. Mari kita bahas satu per satu.

Pertama, transformasi ketauhidan. Tarnsformasi ketauhidan adalah


mewujudkan ketauhdian kepada Allah dalam bentuk amal nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Karena kita menyadari betul bahwa Allah senantiasa
bersama kita, maka kita senantiasa menjaga perilaku kita dari hal-hal buruk
misalnya kesombongan, berbuat zalim, menyakiti orang lain, merugikan
orang lain, dan setersunya. Sebaliknya, kita selalu terdorong unatu
melakukan hal-hal yang baik misalnya bersikap ramah, menolong orang

12
lain, peduli, empati pada sesame, dan setersunya. Intinya kehadiran kita di
tengah-tengah masyarakat benar-benar membawa manfaat bagi orang lain.

Kedua, transendensi kehidupan. Transendensi kehidupan adalah


upaya mengaitkan semua dinamika kehidupan ini dengan Allah SWT. Allah
hadir sebagai pengawas kehidupan kita, sebagai tempat bersandar, meminta,
bersyukur dan hal lain yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita
menerima rezeki, pertolongan, bahkan bencana semuanya selalu terkait
dengan Allah. Allah-lah yang memudahkan semuanya melalui tangan
hamba-hamba-Nya. Terkadang kita hanya berterima kasih pada manusia.
Kita tak pernah sadar bahwa Allah-lah yang mengetuk hatinya. Allah-lah
yang memudahkan semuanya untuk kita. Jadi seharusnya, pertama kali yang
kita beri ucapan terima kasih adalah Allah. Baru manusia. Demikian juga
misalnya kita menerima musibah. Musibah harus menyadarkan kita bahwa
itu adalah ujian, peringatan, atau bahkan azab dari Allah. Intinya semuanya
perilaku kehidupan ini, kecuali ada ikhtiar lahiriah dan jawaban-jawaban
rasional yang tak boleh ketinggalan harus dihubungkan dengan Allah. Jika
kita membutuhkan pertolongan, jika kita punya masalah, jika kita ingin
berbagi cerita, dan seterusnya, maka Allah-lah pihak pertama yang kita
jadikan tempat berbagi, tempat memohon, dan tempat melabuhkan
perasaan. Mengapa? Karena Dia-alah Yang Maha Mendengar. Dia-lah
Yang Maha Peduli.

2.8 KEDUDUKAN ILMU TAUHID DAN ILMU LAINNYA

Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada kemulian tema yang


dibahasnya. Ilmu kedokteran lebih mulia dari teknik perkayuan karena
teknik perkayuan membahas seluk beluk kayu sedangkan kedokteran
membahas tubuh manusia. Begitu pula dengan ilmu tauhid, ini ilmu paling
mulia karena objek pembahasannya adalah sesuatu yang paling mulia.
Adakah yang lebih agung selain Pencipta alam semesta ini? Adakah
manusia yang lebih suci daripada para rasul? Adakah yang lebih

13
penting bagi manusia selain mengenal Rabb dan Penciptanya, mengenal
tujuan keberadaannya di dunia, untuk apa ia diciptakan, dan bagaimana
nasibnya setelah ia mati? Apalagi ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-
ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama.

Karena itu, hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi
setiap muslim dan muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan
kepuasan hati serta akal bahwa ia berada di atas agama yang benar.
Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu kifayah, artinya jika
telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa.

2.9 MENGHAYATI KEHADIRAN ALLAH MELALUI PENCIPTA ALAM


SEMESTA
Mungkin pernah terbayang oleh anda bagai mana alam semesta ini bermula.
Bagaimana alam semesta ini tercipta. Dan siapakah yang maha besar yang
menciptakannya.
Saya akan membahas sedikit tentang ini sebagai renungan yang berkaitan
dengan tauhid menghayati keberadaan Allah SWT.

Paham Materialisme.
Bermula dari abat ke 19. Realitas penciptaan yang kita bicarakan telah
diabaikan atau diingkari sejak dahulu oleh sebuah pandangan filosofis
tertentu. Pangdangan itu disebut materialisme. Filsafat ini , yang semula
dirumuskan di kalanhan bangsawan yunani kuno, juga telah muncul dari
waktu ke waktu dalam budaya lain dan di kembangan pula secara
perorangan.
Paham materialisme beranggapan bahwa hanya materi yang ada , dan
begitulah adanya sepannjang waktu yang tak terbatas. Dari pendirian itu , di
klaim bahwa alam semesta juga “selalu” ada dan tidak diciptakan.
Sebagai tambahan bagi klaim mereka; bahwa alam semesta ada dalam
waktu yang tak terbatas, penganut materiaisme juga mengemukakan bahwa

14
tidak ada tujuan atau sasaran di dalam alam semesta. Mereka menyatakan
bahwa semua keseimbangan , keselarasan dan keteraturan yang tampak di
sekitar kita hanyalah peristiwa kebetulan. Karena alasan politik dan sosial
pada abad 19 maka paham ini sangat diterima dan meluas tersebar keseluruh
dunia.
Akan tetapi, temuan sains modern secara tak terbantahkan menuntujukan
betapa kelirunya pernyataan materialisme. 1
Kesimpulannya, filsafat yang disebut materialisme telah ditolak
oleh sains modern. Dari posisinya sebagai pandangan ilmiah yang
dominan pada abad ke-19, materialisme telah jatuh menjadi cerita fiksi
pada abad ke-20.2

‫ار‬ َ َ‫ض َو َما بَيﻨَ ُه َما ٰبَطِ ًل ۚ ٰﺫَلِﻚ‬


ِ َّ‫ظن ٱلَّﺬِينَ َكف َُروا ۚ فَ َويل ِللَّﺬِينَ َكف َُروا مِ نَ ٱلﻨ‬ َ ‫س َما ا َء َوٱْلَر‬
َّ ‫َو َما َخلَقﻨَا ٱل‬

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada
atara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-
orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena me-reka akan
masuk neraka.” (QS. Shaad, 38: 27)

1
Harun Yahya,”Penciptaan alam semesta” , Dzikra,2004 hlm. 2
2
Harun Yahya,”Penciptaan alam semesta” , Dzikra,2004 hlm. 3

15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ‫ )العَقد‬yang
berarti ikatan, at-tautsiiqu ( ُ‫ )التَّوثِيﻖ‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan
yang kuat, al-ihkaamu (‫ )ا ِإلحكَا ُم‬yang artinya mengokohkan (menetapkan),
ُ ‫)الرب‬
dan ar-rabthu biquw-wah (‫ط ِبقُ َّوة‬ َّ yang berarti mengikat dengan kuat.
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah
(ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Tiga macam pembagian tauhid menurut Ulama:
Tauhid Rububiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta,
menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya
hanya Allah semata yang mampu. Dan semua orang meyakini adanya Rabb
yang menciptakan, menguasai, dll.
Tauhid Uluhiya
Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu
mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam
ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid
inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. theis yang
berkeyakinan tidak adanya Rabb.
Tauhid mulkiyyah,
yaitu meyakini hanya Allah-lah penguasa yang wajib ditaati segala
aturannya.
Tauhid Asma Wa Sifat
Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di
dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan
sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan
bentuk/cara, dan memisalkan.

16
Berdasarkan sub bab Menghayati Keberadaan Allah melalui Penciptaan
Alam Semesta
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa alam semesta yang luas tak
terkira ini benar -benar diciptakan oleh Allah SWT dan sesungguhnya Ia
mempeihara alam ini. Dari awal penciptaan “dentuman besar” hingga
pada hari akhir nanti. Paham materialisme juga sudah di bantahkan
menurut sains modern. Tentu alquran sudah memberikan tanda-tanda
kekuasaan allah kepada kita.

Dengan kejadian di sekitar kita, Kita dapat menghayati kehadiran Allah


SWT dan kebesaran serta keagungannya. Bagaimana alam ini tercipta,
bagaimana pergantian siang dan malam terjadi, apa yang terjadi esok hari
dan Bagaimana kehidupan setelah mati nanti adalah kekuasaan Allah SWT.

3.2 Saran
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan kepada kita
semua,dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta
dapat mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa
dan yang patut disembah, kita akan terhindar dari perbuatan syirik.
Dengan kejadian di sekitar kita, Kita dapat menghayati Kehadiran Allah
SWT. Oleh sebab itu semoga keimanan akan ke Tauhidan kita semakin
meningkat dan kita semakin tau mana yang benar dan mana yang salah.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dilindungi Allah


SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka jahannam. Amin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Yahya, Harun,Penciptaan Alam Semesta.2004.Bandung :Dzikra


Syaikh Muhammad At-Tamimi, Dasar-dasar Memahami Tauhid,
(www.perpustakaan-islam.com, Islamic Digital Library, 2001)
http://viapurwawisesasiregar.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-tauhidullah-
menghayati.html
http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=6989

http://hamkaqolbu.blogspot.com/2013/03/makalah-ilmu-
tauhid.htmlhttp://khaerulsobar.wordpress.com/makalah/makalah-tentang-tauhid-
studi-islam-i/http://www.fimadani.com/pengertian-tauhid-dan-pembagiannya/

http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/25/tauhid-dan-implementasinya-
595774.html

Kitab Kuning Syarah Hikam karangan Syaihk islam Abdullah Asyarqowy

Kitab Kuning syarh Bughiyatul Musytarsyidin, karangan sayid Abdulrahman bin


muhammad bin Hasin bin Umar al masyhuri Bil a’lwi

18

Anda mungkin juga menyukai