Anda di halaman 1dari 19

Makalah Agama

Konsep Aqidah,Ketauhidan & Keimanan

Disusun Oleh :
1. Husna Maulida Adhana (P133
2. Olvali Ananda Viari
3. Yuninda Irma Nursanti (P1337431219006)
4. Salma Novelia Putri
5. Husnia Hanna Prihatini

Poltekkes kemenkes semarang


2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah
Hukum Acara Peradilan Agama dengan judul “Konsep Aqidah, Ketauhidan,
dan Keimanan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 23 Agustus 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Aqidah

2.2 Konsep Tauhid

1. Pengertian Tauhid
Tauhid (Arab: ‫ )توحيد‬adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan
[1]
keesaan Allah. Pembahasan dalam ilmu Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni
tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan
menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh
seorang muslim.

Menurut Osman Raliby, kemahaesaan Allah adalah Allah Maha Esa


dalam zat-Nya. Kemahaesaan Allah dalam zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata
bahwa zat Allah tidak sama dan tidak dapat disamakan dengan apapun juga. Zat Allah tidak
akan mati, tetapi akan kekal dan abadi.
Allah juga bersifat wajibul wujud, artinya hanya Allah yang abadi dan kekal wujud-
Nya. Selain Allah, semuanya bersifat mumkinul wujud, artinya boleh ada dan boleh tidak ada.
2. Pembagian Tauhid
Tauhid juga dibagi menjadi empat, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Mulkiyah,
Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rahmaniyah. Berikut adalah penjelasan masing-masing Tauhid
Tersebut :
a. Tauhid Rububiyah
Secara estimologis kata rabb sebenarnya memiliki banyak arti, antara lain
menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, menanggung, memperbaiki,
mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, dan menyelesaikan. Dalam
kaitannya dengan pembahasan tauhid rububiyah dapat dijelaskan bahwa kata rububiyah
berasal dari akar kata rabb, yaitu zat yang menghidupkan dan mematikan.
Makna rububiyah mewujud dalam fenomena penciptaan, pemberian rezeki, juga pengelolaan
dan penguasaan alam semesta ini. Tauhid rububiyah sebagai bentuk keyakinan manusia
bahwa Allah itu esa dalam penciptaan, pemberian rezeki dan penguasaan atas makhluk-
makhluk-Nya. Kenyataan alam secara keseluruhan menjelaskan tentang hakikat tauhid
rububiyah.
b. Tauhid Mulkiyah
Secara bahasa kata mulkiyah berasal dari kata mulk yang terbentuk pula kata malik.
Tauhid mulkiyah berarti sebuah pandangan yang meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya
zat yang mengusai alam semesta ini.
Melalui sifat mulkiyah-Nya, Allah berhak menentukan apa saja untuk makhluk-Nya.
Sebagai pemilik segala yang ada, Allah adalah raja atau penguasa. Raja berfungsi menjadi
penguasa manakala ia adalah pemimpin yang dipatuhi.
Allah juga menunjukkan bahwa diri-Nya adalah pelindung orang-orang beriman yang
akan membawa mereka menuju pencerahan. Allah berfirman sebagai berikut.
Keberadaan keyakinan mulkiyah ini membedakan antara pribadi muslim dan bukan
muslim. Dengan demikian, tauhid mulkiyah menegaskan bahwa loyalitas, afiliasi, kerelaan,
pembelaan, dukungan dan pengorbanan tidak boleh diberikan kecuali pemimpin atau undang-
undang yang bersumberkan syariat Allah. Karena dengan penegakan syariat Allah di muka
bumi akan menjamin kemashlahatan dan kemakmuran kehidupan di bumi.
c. Tauhid Uluhiyah
Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa Arab kata ilah memiliki
akar kata a-la-ha yang memiliki arti tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Semua
makna ini sesuai dengan sifat-sifat dan kekhususan zat Allah.
Tauhid uluhiyah merupakan pengejawantahan dari sikap kepasrahan dan
penghambaan yang utuh kepada Allah. Seorang yang berorientasi pada tauhid uluhiyah akan
mengabdikan segenap kehidupannya kepada Allah semata.
Makna tauhid uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa selain Allah adalah satu-
satunya zat yang memiliki dan menguasai langit, bumi, dan seisinya, satu-satunya yang wajib
ditaati dan yang menentukan segala aturan serta yang melindungi. Ibnu Rajab berkata,
“Ilah adalah yang wajib ditaati dan tidak didurhakai, merasa takut karena mengagungkan.
Cinta takut dan penuh pengharapan, berserah diri, memohon hanya kepada-Nya. Siapa yang
menyekutukan-Nya dengan suatu makhluk dalam perkara ini akan merusak keikhlasan
seseorang dalam berikrar laa ilaaha ilallah”.
Ilah bagi manusia bisa bermacam-macam bentuknya. Oleh karena itu konsekuensi
pernyataan laa ilaaha ilallah sangat berat karena harus meninggalkan seluruh ilahselain
kepada Allah.
Tauhid uluhiyah mengandung konsekuensi tertentu bagi orang beriman. Keyakinan
ini menuntut totalitas dalam mengabdi kepada Allah dalam segenap aktivitas kita.
d. Tauhid Rahmaniyah
Secara bahasa rahmaniyah berasal dari kata rahman yang memiliki arti kasih sayang,
yaitu suatu nilai yang paling mendasar sekaligus merupakan kebutuhan paling asasi bagi
kehidupan manusia. Rahman dalam perwujudannya yang lebih suci dan lebih tinggi adalah
suatu sifat yang ditonjolkan Allah dalam memperkenalkan diri-Nya sebagaimana kita
menemukannya pada awal tiap surah yang kita baca dalam Al-Qur’an, yang intinya bahwa
kasih sayang (rahman) Allah sangat luas dan meliputi alam semesta.
Pada prinsipnya tauhid rahmaniyah merupakan perwujudan dari setiap sikap muslim
yang memiliki tuntutan untuk memberikan dan menebarkan kasih sayang pada seluruh alam
semesta. Sikap ini selaras dengan misi rahmatan lil ‘alamin yang diemban Rasulullah saw
untuk memberikan kasih sayang pada seluruh makhluk alam semesta.
Tauhid rahmaniyah menghendaki nilai dasar kasih sayang dikembangkan dalam
hubungan dan pergaulan kehidupan kita. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan nilai
kasih sayang yang sangat dibutuhkan dalam menopang kehidupan. Pengembangan hubungan
baik yang dilandasi kasih sayang dalam lingkungan keluarga dikenal dalam ajaran islam
dengan silaturahmi.
MAKNA KALIMAT TAUHID LAA ILAAHA ILLALLAH
Kata ilah mempunyai pengertian luas, yaitu mencakup
pengertian rububiyah dan mulkiyah.Adapun laa ilaaha ilallah mempunyai pengertian sebagai
berikut:
 laa kholiqa iilallah(tidak ada Yang Maha Pencipta, kecuali Allah)
 laa raaziqa illallah(tidak ada Yang Maha Memberi Rezeki, kecuali Allah)
 laa hafidza illallah(tidak ada Yang Maha Memelihara, kecuali Allah)
 laa mudabira illallah(tidak ada Yang Maha Mengelola, kecuali Allah)
 laa maalika illallah(tidak ada Yang Maha Memiliki Kerajaan, kecuali Allah)
 laa waliya illallah(tidak ada Yang Maha Memimpin, kecuali Allah)
 laa haakima illallah(tidak ada Yang Maha Menentukan Aturan, kecuali Allah)
 laa ghoyata illalllah(tidak ada Yang Maha Menjadi Tujuan, kecuali Allah)
laa ma’buuda illallah(tidak ada Yang Maha Disembah, kecuali Allah)

3. Hal-hal yang Menghilangkan Ketauhidan


Karena sikap tawhid adalah sikap hati maka kebanyakan sikap yang
merusak sikap tahwid juga datang dari hati manusia. Berikut sikap yang
merusak yang merusak sikap tawhid dalam diri manusia

1. Syirik
Syirik yaitu menjadikan sesuatu selain Allah sebagai Tuhan yang disembah dan ditaati
disamping Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Yunus:18:(Artinya: Dan mereka
menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan
kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa`atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah
pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan
kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Maha
Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)”)
Syirik adalah dosa terbesar dengan apa seorang manusia mendurhakai Allah. Firman Allah
dalam Q.S Luqman: 13 (Artinya: “Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang
besar”) Syirik juga membatalkan amal pelakunya.Firman Allah dalam Q.S Az-Zumar:65
(Artinya:”Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugikan”)
Berikiut adalah Jenis-jenis syirik :
1. Syirik besar adalah seseorang yang menjadikan sesuatu sekutu
selain Allah yang ia sembah dan mentaati sama seperti ia menyembah
dan mentaati Allah.
2. Syirik kecil adalah bahwa ia menyamakan sesuatu baik benda
ataupun makhluk selain Allah dengan Allah dalam bentuk perkataan dan
perbuatan.
3. Syirik tersembunyi adalah syirik yang tersembunyi dalam hakekat kehendak
hati, ucapan lisan, berupa penyerupaan Allah dengan makhluk. Syirik tersembunyi
sebenarnya dapat digolongkan kedalam syirikkecil. Sehingga syirik dapat dibagi
menjadi 2 jenis: syirik besar yang terkait dengan keyakinan hati, dan syirik kecil yang
terkait dengan perbuatan dan perkataan lisanTahayul dan kurafat

a 2. Tahayul

Tahayul yaitu cerita-cerita bohong, tidak masuk akal dan dihubungkan dengan aqidah. Cerita-
cerita dan dongeng-dongeng orang-orang dahulu kala yang membuat orang menjadi penakut
dan pemalas. Ini harus dibasmi oleh setiap orang beriman.

b 3. Kurafat
Kurafat adalah kepercayaan, berbeda dengan tahayul yang dalam bentuk cerita-cerita dan
dongeng, tapi berupa kepercayaan kepada yang ghoib, yang tidak bersumber pada Al-Qur’an
dan Hadits.Hal ini menyebabkan penyelewengan aqidah, oleh karena itu kepercayaan seperti
ini harus dibasmi sampai ke ekar-akarnya.

4. Kufur

Dalam bahasa arab berarti menutupi.secara terminologi kufur berarti mengingkari suatu
bagian dari ajaran islam dimana tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal atau
tidaksempurna.Misalnya,mengingkari makna syahadat,mengingkari bagian terpenting dalam
ajaran islam yang diharamkan seperti riba maupun seperti yang diwajibkan seperti shalat.
Jenis-jenis Kufur adalah sebagai berikut :

- Kufur besar berarti mengingkari suatu bagian dari ajaran islam dimana tanpa bagian itu
keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna.Misalnya seseorang mengklaim
bahwa Rasulullah membawa ajaran yang bertentangan dengan kebenaran.

-Kufur kecil berarti kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia
adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur
nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya

5. Nifaq

Adalah manampakan apa yang sesuai dangan kebenaran dan menyembunyikan apa yang
bertentangan denganya.Jadi siapa saja yang menampakan sesuatu yang sejalan dengan
kebenaran di depan orang banyak, padahal kondisi batin atau perbuatanya yang sebenarnya
tidak demikian, maka dialah yang disebut mun afiq.
Jenis-jenis nifaq adalah sebagai berikut :

- Nifaq besar (nifaq aqidah), maksudnya menyembunyikan kekufuran dalam hati dan
menampakan keimanan dalam lisan dan perbuatan.Contoh nifaq besar adalah mendustaka
ajaranyang dibawa oleh Rasulullah.

-Nifaq kecil (nifaq amali), maksudnya bila perbuatan yang tampak berbeda dengan apa yang
diperintahkan oleh syariat islam.
6. Kafir
Terjemahan kafir memang memiliki banyak arti. Yang dimaksud kafir dalam pembahasan ini
adalah orang yang tidak mempercaya tau tidak beriman kepada Allah SWT. Baik orang yang
bertuhan selain Allah SWT maupun tidak bertuhan sama sekali (atheis).

7. Murtad

Murtad adalah sebutan untuk menyebut orang yang keluar dari islam. Pada mulanya orang
seperti ini beriman kepada Allah SWT dan ia seorang muslim, kemudian ia meninggalkan
keimananya itu untuk selanjutnya beriman kepada yang lain atau tidak beriman sama sekali
(atheis).

8. Munafik

Munafik adalah sebutan bagi orang yang secara lahiriah beragama islam, tetapi jiwa atau
batinnya tidak beriman. Secara lahir ia mengaku beriman kepada Allah, mengaku beragama
islam, bahkan dalam hal tertentu nampak seperti berbuat dan bertindak untuk kepentingan
agama islam. Tetapi hatinya tidak beriman.

9. Ria

Ria adalah sikap ingin dipuji orang lain. Ria merupakan putik dari sikap yang namanya
Ujub ( heran/kagum pada kemampuan dirinya ), jika bunga (ujub) ini terus dibiarkan akan
menjadi ria dan jika ria dibiarkan akan berbuah menjadi Takabur(sombong ). Rosulullah
pernah memperingatkan bahwasanya ria adalah syirik khafi ( syirik kecil)

10. Ananiah

Ananiah adalah sikap egoisme ( mementingkan diri sendiri ). Sebenarnya sikap mendahului
diri sendiri dibenarkan oleh Allah SWT namun ada tempat dan batasnya ,misal hak-hak
pribadi dan manusia boleh mendahulukan dirinya dalam bidang mendekekatkan diri
kepada Allh swt ( taqarrub ila Allah ) dengan ibadah yang ikhlas dan khusu’. Manusia adalah
sosial maka dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat mereka, nah ketika manusia terlalu
mengedepankan dirinya maka ia akan terjatuh dalam sikap ananiah dan sikap ini akan
mendorong dia mempertuhankan dirinya sendiri maka hancurlah tawhidnya.
11. Takut dan Bimbang

Penyakit ini timbul karena kurang yakinnya kita terhadap kemutlakan kekuasaan Allah SWT
dan kurangnya tawakal sehingga menyebabkan orang tergantung terhadap orang lain. Orang
yang takut dan bimbang akan mudah berfikir yang tidak rasional. Penyakit initergolong
pertanda syirik

12. Zhalim

Zhalim dan kufur hanya berbeda di i’tiqadnya saja. Zhalim ialah meletakan sesuatu yang
tidak pada tempatnya atau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hukum atau sunnah.
Perbuatan zhalim berlawanan dengan tawhid dan mendekatkan kepada syirik.

13. Dengki ( Hasad)

Dengki adalah sifat yang merasa tidak senang atas keberhasilan orang lain dan menganggap
dirinya paling hebat, padahal Allah SWT menilai seseorang dari taqwanya bukan prestasi
yang bersifat lahiriah. Sifat ini juga sifat yang mendekati syirik.

2.3 Hakikat & Dampak Dua Kalimat Syahadat

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

َّ ‫ َوإِقَا ِم ال‬، ُ‫سولُه‬


ِ َ ‫ َوإِيت‬، ‫صالَ ِة‬
‫اء‬ َ ‫ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا‬، ُ‫ش َها َد ِة أ َ إن الَ إِلَهَ إِالَّ هللا‬
ُ ‫ع إب ُدهُ َو َر‬ َ ، ‫علَى َخ إم ٍس‬ َ ‫سالَ ُم‬ ِ ‫بُنِ َي إ‬
‫اْل إ‬
َ‫ص إو ِم َر َمضَان‬ َ ‫ َو‬، ‫ت‬ِ ‫ َو َحجِ ا إلبَ إي‬، ‫الزكَا ِة‬
َّ

“Islam dibangun di atas lima (pondasi, yaitu): (1) Persaksian, bahwa tidak ada
yang berhak diibadahi, kecuali Allah; serta (persaksian), bahwa Muhammad
adalah hamba Allah, sekaligus Rasul-Nya; (2) Menegakkan shalat; (3)
Membayar zakar; (4) Haji ke Baitullah; (5) Puasa Ramadhan.” [HR. Muslim;
Kitabul Iman, Bab Bayanu Arkanil Islam wa-Da‘aimuhu Al ‘Izham]

[A] – Ketika Dua Persaksian Dijadikan Satu

Telah kita ketahui, bahwa rukun Islam ada lima. Yaitu, dua kalimat syahadat,
shalat, puasa, zakat dan haji. Jika kita perhatikan, dari rukun yang ke-dua
sampai ke-lima, hanya satu perkara; sedangkan rukun yang pertama justru ada
dua perkara, yaitu persaksian, bahwa tidak ada yang berhak disembah, selain
Allah dan persaksian, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah hamba Allah sekaligus Utusan-Nya.

Kenapa dua hal ini dijadikan satu? Seolah, tidak bisa dipisahkan satu sama
lain?

Kemudian, jika kita perhatikan lebih dalam lagi, dua hal ini (yaitu, dua kalimat
syahadat) didahulukan dari shalat, puasa, zakat dan haji.

Kenapa demikian? Apakah hanya sebatas ‘ketidaksengajaan’, tanpa hikmah?

Tentu saja tidak, karena yang menetapkan rukun Islam adalah Allah dan tidak
mungkin Allah memutuskan sesuatu tanpa hikmah dan tujuan, Maha Suci Allah
dari semua ini.

Disatukannya dua kalimat syahadat, begitu juga diletakkan keduanya sebelum


rukun-rukun Islam lainnya terkandung beberapa hikmah.

[B] – Hikmah Pertama

Seseorang tidak bisa taat kepada Allah, jika tidak mengikuti tuntunan (ajaran)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini karena beberapa alasan,
yaitu:

(1) – Cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan taat kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.

Banyak diantara manusia, baik muslim maupun kafir, mengaku mencintai


Allah, tapi tidak dapat membuktikan, bahwa mereka benar-benar cinta kepada-
Nya. Allah telah menetapkan satu syarat bagi yang mengaku mencintai-Nya,
yaitu kewajiban mengikuti tuntunan (ajaran) Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam.

Allah berfirman:

َ ُ‫)) قُ إل إِن كُنت ُ إم ت ُ ِحبُّونَ هللاَ فَاتَّبِعُونِي يُحإ بِ إب ُك ُم هللاُ َويَ إغ ِف إر لَ ُك إم ذُنُوبَ ُك إم َوهللا‬
ُ ُ ‫غف‬
(( ُُ ‫ور ُُ َّر ِحي ُم‬

“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Jika kamu (wahai manusia) mencintai


Allah, ikutilah aku (ikutilah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam),
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu!’ Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali ‘Imran: 31]

Sehingga, syarat diterimanya pengakuan seseorang, bahwa dia mencintai Allah


adalah dengan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam; baik dalam hal aqidah, akhlak, ibadah, maupun mu‘amalah
(berinteraksi dengan yang lain).

(2) – Taat kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, sama dengan taat
kepada Allah.

Hal ini sangat jelas berdasarkan firman Allah:

َ ‫سو َل فَقَ إد أ َ َطا‬


(( َ‫ع هللا‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫))… َّمن يُ ِط ِع‬

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati


Allah….” [QS. An Nisaa’: 80]

(3) – Yang mengetahui, bagaimana cara menyembah Allah hanya Nabi


Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

[C] – Hikmah Ke-dua

Syarat diterimanya amal shalih adalah dengan terpenuhi tuntutan dari dua
kalimat syahadat, yaitu ikhlas dan mutaba‘ah (mengikuti tuntunan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam beramal). Kita ketahui dari
susunan rukun Islam, bahwa dua kalimat syahadat berada di urutan paling
depan, mendahului amalan-amalan yang sangat utama, seperti shalat, zakat,
puasa dan haji. Bahkan, bisa dikatakan dua kalimat syahadat mendahului
seluruh amal. Karena empat amalan tersebut adalah amalan-amalan agung yang
mewakili seluruh amal yang ada di dalam Islam.

Didahulukannya dua kalimat syahadat dari seluruh amal mengisyaratkan, bahwa


seluruh amal tidak diterima, kecuali dengan terpenuhinya tuntutan dua kalimat
syahadat, yaitu:

(1) – Mengerjakan seluruh amal dengan ikhlas kepada Allah;

(2) – Mengerjakan amal sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu


‘alaihi wasallam.

Amalan yang ikhlas, akan tetapi tidak mengikuti tuntunan Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka amalan tersebut akan tertolak. Berdasarkan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫علَ إي ِه أ َ إم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ َ ‫ع َمالً لَي‬


َ ‫إس‬ َ ‫َم إن ع َِم َل‬

“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunan dari kami,
maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim]
Begitu juga sebaliknya; amalan yang sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, akan tetapi tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tertolak.
Sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
mengkhabarkan, bahwa di akhirat kelak ada tiga orang yang mengerjakan
amalan sesuai tuntunan, akan tetapi tidak ikhlas, ketiganya akhirnya disiksa
karena tidak ikhlas. Ketiga orang tersebut adalah seorang mujahid, qari’ (ahli
membaca Al Qur-an) dan orang yang gemar shadaqah.

[D] – Hikmah Ke-tiga

Semua yang diharamkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam


hukumnya haram, meskipun tidak disebutkan dalam Al Qur-an. Dua persaksian
digabung menjadi satu juga menunjukkan, bahwa kedua persaksian tersebut
tidak bisa dipisahkan dan harus berjalan bersamaan serta beriringan.

Hal ini mengisyaratkan, bahwa keputusan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi


wasallam tentang haram/ halalnya suatu perkara adalah sama dengan keputusan
Allah terhadapnya. Walaupun, hal tersebut tidak kita jumpai dalam Al Qur-an.
Karena, semua yang diucapkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah wahyu dari Allah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berkata
menurut hawa nafsu belaka. Allah berfirman:

(( ‫ق ع َِن ا إل َه َوى – ِإ إن ُه َو ِإالَّ َوحإ ٌي يُو َحى‬


ُ ‫نط‬ َ ‫احبُ ُك إم َو َما‬
ِ َ‫غ َوى – َو َماي‬ ِ ‫ص‬ َ ‫)) َوالنَّجإ ِم ِإذَا َه َوى – َما‬
َ ‫ض َّل‬

“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak
pula keliru dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” [QS. An Najm: 1-3]

Apakah yang haram hanya empat saja?

Dalam Surat Al An‘am ayat 145 ada isyarat pembatasan makanan yang haram
hanya empat. Allah berfirman:

(( ‫ير‬ ِ ‫سفُو ًحا أ َ إو لَحإ َم ِخ‬


ٍ ‫نز‬ ‫علَى َطا ِع ٍم َي إط َع ُمهُ إِالَّ أَن يَّكُونَ َم إيتَةً أ َ إو َد ًما َم إ‬ َ ‫وح َي ِإلَ َّي ُم َح َّر ًما‬ ِ ُ ‫قُل آلأ َ ِج ُد ِفي َمآأ‬
ٌ ُ ‫غف‬
‫ور َّر ِحي ٌم‬ َ َ‫غي َإر َباغٍ َوالَعَا ٍد فَ ِإنَّ َربَّك‬َ ‫ط َّر‬ ُ ‫ض‬ ‫س أ َ إو ِف إ‬
‫سقًا أ ُ ِه َّل ِلغَي ِإر هللاِ بِ ِه فَ َم ِن ا إ‬ ٌ ‫)) فَ ِإنَّهُ ِرجإ‬

“Katakanlah: ‘Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,


sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu (adalah): bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi
(karena sesungguhnya semua itu kotor), atau binatang yang disembelih atas
nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’!” [QS. Al An‘am: 145]
Ayat ini bukan membatasi makanan haram hanya empat, karena masalah
haramnya suatu makanan, Allah mengaturnya secara bertahap. Lagi pula, Surat
Al An‘aam termasuk Surat Makkiyah, karena turunnya sebelum Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah. Masih banyak
hukum-hukum Islam yang Allah turunkan setelahnya.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

“Maka dari itu, keterangan-keterangan yang datang tentang perkara-perkara


haram setelah ini, (seperti) dalam Surat Al Maa-idah dan di dalam hadist-hadist
yang ada (semua itu) menghapus ‘mafhum’ dari ayat ini.” [Tafsir Ibnu Katsir,
Jilid 3 hal. 145]

‘Mafhum’ yang dimaksud di atas adalah: ‘Semua makanan; selain bangkai,


darah mengalir, babi dan yang disembelih tidak atas nama Allah, hukumnya
halal’.

Hanya saja, menurut Imam Ibnu Katsir rahimahullah, bahwa ‘mafhum’ dalam
ayat ini dihapus oleh ayat-ayat dalam Surat Al Maidah, begitu juga hadist-hadist
yang menjelaskan makanan-makanan haram, selain empat hal tersebut.
Sehingga, ayat ini tidak bisa digunakan untuk membatasi makanan yang haram.
Karena masih banyak makanan haram yang Allah jelaskan dalam ayat-ayat lain,
begitu juga yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jelaskan dalam hadits-
hadits; seperti haramnya semua binatang yang bertaring dan berkuku tajam.

[E] – Hikmah Ke-empat

Allah Maha Esa dalam semua peribadatan (penyembahan) dan Nabi


Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ditunggalkan dalam hal peng-ikutan.

Menunggalkan Allah dalam hal penyembahan adalah menjadikan Allah satu-


satunya yang diibadahi, dengan arti ibadah yang luas. Karena, ibadah itu
maknanya segala sesuatu yang dicintai Allah; baik berupa perkataan maupun
perbuatan, yang tampak maupun tidak tampak.

Dan ketika seseorang mempersembahkan suatu ibadah kepada selain Allah,


maka saat itu dia telah bersalah dengan kesalahan yang sangat besar, karena dia
telah menduakan Allah, membanding-bandingkan Allah dengan selain-Nya
dalam hal peribadatan. Atau, sering dinamakan syirik.

Misalnya, ketika seseorang memohon kepada makhluk halus yang dipercaya


menunggu suatu tempat, agar menghilangkan bencana yang datang, maka dia
telah berbuat syirik.
Sebagaimana Allah wajib ditunggalkan dalam penyembatan, maka Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga wajib ditunggalkan. Bukan
dalam hal penyembahan, akan tetapi dalam hal peng-ikutan.

Maksudnya:

Tidak ada yang kita ikuti sepanjang hayat hidup, kecuali hanya Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada seorang pun yang semua
perkataannya diterima, kecuali hanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.

Artinya, memposisikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai


satu-satunya yang diikuti; baik dalam hal aqidah (keyakinan), ibadah, akhlak,
maupun mu’amalah. Satu-satunya jalan untuk mengetahui aqidah, ibadah,
akhlak dan mu‘amalah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam adalah dengan belajar.

Maka dari itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan


kepada kita semua untuk belajar agama. Beliau juga memberitahukan, bahwa
belajar agama adalah jalan menuju Surga.

https://eunlassi.wordpress.com/2016/04/27/hakikat-dan-dampak-dua-kalimat-
syahadat

 Dampak Dua Kalimat Syahadat

Beberapa dampak dari dua kalimat syahadat yaitu;

1. Memperoleh ketenangan menjalankan hidup ini tanpa terpengaruh oleh


situasi dan kondisi bagaimanapun.
2. “ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah, .. “ (QS.ar-Ro’d : 28)
3. Memotivasi seseorang untuk hidup selalu optimis dengan bimbingan
hidayah Allah

“ Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan
turun kepada mereka (dengan berkata),’Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh)
surga yang telah dijanjikan kepadamu” (Q.S. Fussilat : 30)

4. Hidup yang penuh berkah yang dirasakan oleh mereka yang


mengamalkan dengan sebaik-baiknya kalimat syahadat.
“ Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, .. “ (Q.S. al-A’raf :
96)

5. Tidak boleh dibunuh. Seperti yang tercantum dalam hadits Rasulullah,

‫امرت ان اقاتل الناس حتى يشهد ان ال إله إال هللا و أن محمدا رسول هللا‬

“ Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai dia bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Allah dan bahwa
Muhammad utusan Allah “.

6. Harta dan jiwanya dijamin oleh Islam.


7. Seseorang yang telah bersyahadat mempunyai konsekuensi bahwa dia
harus melaksanakan apa yang diperintahkan dan yang dilarang oleh
Allah, sesuai yang telah tercantumkan di al-Quran atau yang telah
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Dan masih banyak pula dampak dari Syahadatain, yang mana bisa kita dapatkan
di al-Quran ataupun as-Sunnah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. https://abulaysupry.wordpress.com/2015/04/03/hikmah-di-balik-dua-
kalimat-syahadat

2. https://eunlassi.wordpress.com/2016/04/27/hakikat-dan-dampak-dua-
kalimat-syahadat
3. https://mwpberbagi.blogspot.com/2016/04/konsep-tauhid-dalam-
islam.html

Anda mungkin juga menyukai