Anda di halaman 1dari 8

Memahami Tentang Tauhidullah

Makalah ini dususun dan di ajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Al-Islam I”

Dosen Pengampu : Drs. Tajudin, MA

DISUSUN OLEH
Kelompok II

Muhammad Rafi Ihsan 23050300020

Najilatussalwa 23050300025

Tazkya Pooja Ali 23050300033

FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN


ISLAM

UNIVERSIRAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puja puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang karena rahmat, karunia, serta taufik dan
inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Teknik Berbicara ini dengan baik, meskipun
dapat dipastikan banyak kekurangan didalamnya. Sehingga mampu menambah wawasan kami.
Besar harapan kami makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai Menajemen Dakwah. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat terdapat
banyak sekali kekurangan-kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat ini, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Cireundeu, 3 Oktober 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang benar tauhidnya, maka dia akan
mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid yang tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke
dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di
dalam azab neraka. Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang
Allah kehendaki”. (Al Qur‟an Tarjamah Tafsiriyah, 2013: 101)
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih
mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah merupakan hal pokok yang
harus dilakukan seorang pendidik. Seorang pendidik harus menekankan bahwa setiap langkah manusia
selalu dalam pengawasan Allah SWT. Penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan
dan menjauhi larangan-Nya. Seorang pendidik harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-
nilai yang diajarkan dalam Islam. Pendidikan tauhid ini adalah pendidikan yang paling pokok di atas hal-hal
penting lainnya.

Allah memerintahkan hal ini secara jelas di dalam Al Qur‟an melalui kisah Luqman dengan anaknya
yang tertuang dalam QS. Luqman ayat 13, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberikan pelajaran kepadnya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang amat besar” (Al Qur‟an Tarjamah
Tafsiriyah, 2013:513)
Panggilan “anakku” merupakan kalimat singkat untuk menunjukan kasih sayang. Nasehat ini tidak diawali
dengan perintah ibadah. Allah tidak mengawali firman-Nya dengan “beribadahlah kepada Allah”, akan
tetapi dengan “janganlah menyekutukan Allah”. Kalimat tersebut menyimpulkan bahwa ibadah tidak akan
bisa diterima selama masih dalam keadaan musyrik. (Lukluk Sismiati, 2012: 1).
Rasulullah SAW memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ketika beliau mengajari anak paman
beliau, Abdullah bin Abbas ra. Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang
hasan, Ibnu Abbas bercerita “Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas
kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah
Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika
engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah”.
(Shahih At-Tirmidzi nomor 2516)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Tauhidullah


2. Apa pengertian tentang Tauhid uluhiyah, ubudiyah, rububiyah, dan mulkiah
3. Apa hikmah mempelajari tauhidullah

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian tentang Tauhidullah
2. Mengetahui pengertian tentang Tauhid uluhiyah, ubudiyah, rububiyah, dan mulkiah
3. Mengetahui hikmah Tauhidullah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tentang Tauhidullah


1. Penjelasan Tauhidullah

Kata “Tauhid” di dalam bahasa arab merupakan bentuk masdar dari kata kerja wahhada-
yuwahhidu-tawhiidan, yang arti harfiyahnya : menyatukan, mengesakan, atau mengakui bahwa sesuatu itu
satu. Dengan demikian, secara bahasa, Tauhidullah bermakna mengesakan allah atau mengakui bahwa allah
itu satu. Sedangkan secara istilah, Tauhidullah bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang merupakan
kekhususan bagi Allah, serta tidak menyekutukan-Nya

Allah SWT berfirman:


4-1 : ‫) – اإلخالص‬4( ‫) َو َلْم َيُك ْن َلُه ُكُفًو ا َأَح ٌد‬3( ‫) َلْم َيِلْد َو َلْم ُيوَلْد‬2( ‫) ُهَّللا الَّص َم ُد‬1( ‫ُقْل ُهَو ُهَّللا َأَح ٌد‬

Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa (1). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu (2). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3), dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia (4). (Qs. al-Ikhlas: 1-4)

B. Pengertian Tauhid Uluhiyah, Rububiyah, Mulkiah, dan Ubudiyah


1. Pengertian Tentang Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah berarti mentauhidkan Allah dalam beribadah, dan meninggalkan sesembahan
selain-Nya. Ibadah itu sendiri harus dibangun atas dasar cinta dan peng-Agungan kepadaNya. Tauhid
Uluhiyyah bisa juga dikatakan Tauhiidul ‘Ibaadah yang berarti mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Apabila hal itu disyari’atkan oleh-Nya, seperti berdo’a, khauf (takut), bernadzar, isti’anah (meminta
pertolongan), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), istighatsah (minta pertolongan di saat
sulit), isti’adzah (meminta perlindungan), dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah Azza
wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Semua ibadah ini dan lainnya harus
dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan
kepada selain Allah.
Allah SWT berfirman:

‫ُقْل ِاَّن َص اَل ِتْي َو ُنُس ِكْي َو َم ْح َياَي َو َمَم اِتْي ِهّٰلِل َر ِّب اْلٰع َلِم ْيَۙن‬

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan seluruh alam,” (QS. Al An’am: 162).

Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seperti kita hanya melakukan ibadah hanya untuk Allah,
tidak untuk manusia atau hal lainnya. Ikhlas 100% untuk Allah. Berdoa kepada Allah, meminta kepada
Allah, melibatkan Allah dalam semua aktivitas kita. Tidak mendatangi dukun, tidak mempercayai ramalan,
dan tidak mencontek saat ujian, karena kita meyakini bahwa Allah Maha Melihat.
2. Pengertian Tentang Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam seluruh perbuatan-Nya, seperti
menciptakan, memiliki, dan memelihara apa yang ada di alam semesta ini. Dengan demikian bahwa Allah
adalah Tuhan, Raja, Pemilik, Pencipta atas seluruh makhluk yang ada. Dengan begitu pula seseorang
meyakini bahwa hanya Allah Dzat yang mengatur dan yang bisa merubah segalanya.

Tauhid rububiyah dapat diyakini melalui kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh
Allah. Contohnya seperti menciptakan makhluk, menghidupkan makhluk, mematikan makhluk, memberi
serta membagi rizki kepada seluruh makhluk, mengubah takdir, atau mendatangkan manfaat dan
pertolongan kepada makhluk bahkan menolak dan mendatangkan segala mudharat atau kerusakan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫َأاَل َلُه ٱْلَخ ْلُق َو ٱَأْلْم ُرۗ َتَباَر َك ٱُهَّلل َر ُّب ٱْلَعٰـ َلِم يَن‬

Artinya “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS. Al-A’raf: 54).

3. Pengertian Tentang Tauhid Mulkiah


Tauhid mulkiyah berarti mengimani Allah yang kekal sebagai Al-Malik (raja atau penguasa) di alam
semesta. Tauhid Mulkiyah secara harfiah adalah “Keyakinan mengakui hanya Allah sebagai pemilik, atau
sebagai penguasa (raja) yang wajib ditaati. Tidak ada kedaulatan dan kerajaan lain yang boleh diakui apalagi
ditaati”.Mengakui selain itu dapat dinyatakan sebagai musyrik mulkiyah
Mentaati lembaga kekuasaan (pemerintahan) dankedaulatan Allah di bumi (dalam seluruh aspek
kehidupanmanusia) serta mengakui kekuasaan selain kedaulatan Allah(Non Allah), menjadi ukuran Standar
iman atau tidaknya seorang hamba (Bukti imannya seorang hamba). Dan Realisasi ketaatan kepada Allah
dengan mentaati kepemimpinan Allah di bumi, artinya taat asas kepada wahyu Allah secara individual atau
kelompok (lembaga) dengan mengikuti aturan, arahan, dan petunjuk Rasul Allah (sunnah Rasul).
Pelanggaran terhadap Perintah Wahyu (tidak taat)berarti maksiat kepada Allah.Taat kepada hukum-hukum
Allah dan bimbingan wahyu,bagi setiap mukmin hukumnya wajib.Tidak bersedia mentaati aturan, hukum,
undang-undang yang telah ditetapkan berdasarkan wahyu Allah, berarti keluar dariorganisasi tauhid
Mulkiyah terhadap Allah. Dari pandangan aqidah hukumnya murtad (al Hadits).Estafeta dari tauhid
Mulkiyah berupa pengakuan kepadaaturan Allah di bumi. Pengakuan tersebut mesti disertai dengan tindakan
pemeliharaan hubungan antar manusia(makhluk) secara pasti berjalan kearah pemersatu umat yangmutlak
eksistensinya

Allah SWT berfirman:


‫ُّۚق‬
‫َفَتٰع َلى ُهّٰللا اْلَم ِلُك اْلَح آَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَۚو َر ُّب اْلَع ْر ِش اْلَك ِرْيِم‬

Artinya: “Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu'minun: 116).

4. Pengertian Tentang Tauhid Ubudiyah


Tauhid Ubudiyah adalah salah satu konsep utama dalam ajaran Islam yang mengacu pada konsep
keesaan Allah dalam hal penyembahan. Ini berarti bahwa hanya Allah yang pantas untuk disembah, dan
semua bentuk penyembahan dan ibadah harus diarahkan hanya kepada-Nya.
Dalil utama untuk Tauhid Ubudiyah dapat ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis. Contohnya
adalah:

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اْع ُبُد ْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬

Artinya : "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum
kamu, agar kamu bertakwa." (Surah Al-Baqarah 21)

Adapun dari Hadis (Hadis Shahih Bukhari): Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu meminta
pertolongan, mintalah kepada Allah saja. Jika kamu meminta bantuan, mintalah kepada Allah saja."

Contoh praktis dari Tauhid Ubudiyah adalah:

1. Shalat: Ketika seorang Muslim melaksanakan shalat, dia mengarahkan ibadahnya hanya kepada
Allah dan tidak menyembah selain-Nya.

2. Puasa: Ketika berpuasa selama bulan Ramadan, seseorang melakukannya untuk meraih keridhaan
Allah semata, bukan untuk tujuan lain.

3. Tawakal: Ketika menghadapi kesulitan atau masalah, seorang Muslim meletakkan kepercayaan
penuh hanya kepada Allah sebagai sumber pertolongan dan bantuan.

4. Haji: Saat melaksanakan ibadah haji, seorang Muslim melakukan perjalanan ke Makkah hanya untuk
menyembah Allah dan menunjukkan kepatuhan total kepada-Nya.

C. Hikmah Mempelajari Tauhidullah


Salah satu ilmu yang wajib diketahui sekaligus diamalkan oleh setiap muslim ialah ilmu tauhid.
Secara garis besar, ilmu tauhid merupakan pernyataan dan pembuktian terhadap keesaan Allah sebagai satu-
satunya Rabb yang wajib disembah. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan Allah-lah penguasa alam semesta ini.

Salah satu kita harus mempelajari tauhid adalah sebagai berikut :

1. Terhindari dari Perbuatan Syirik


2. Pedoman Hidup Bahagia Dunia Akhirat
3. Memperoleh Ketenangan Hati
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tauhid adalah konsep fundamental dalam agama Islam yang mengacu pada keyakinan akan keesaan
Allah. Terdapat beberapa aspek tauhid yang berbeda yang harus dipahami oleh umat Islam. Berikut adalah
kesimpulan dari berbagai aspek tauhid:

1. Tauhidullah (Keesaan Allah):


Tauhidullah adalah keyakinan dalam keesaan absolut Allah. Ini berarti bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan Allah adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, dan pemilik segala sesuatu di alam
semesta. Kesimpulannya adalah pentingnya mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan
tertinggi dan bahwa seluruh ibadah dan pengabdian harus hanya ditujukan kepada-Nya.

2. Tauhid Uluhiyah (Keesaan dalam Pengabadian):


Tauhid uluhiyah mengacu pada keyakinan bahwa semua bentuk ibadah, penyembahan, dan
pengabdian hanya boleh diarahkan kepada Allah. Kesimpulan dari tauhid uluhiyah adalah bahwa
umat Islam dilarang menyekutukan Allah dengan entitas lain dalam ibadah mereka. Allah adalah
satu-satunya yang berhak menerima ibadah.

3. Tauhid Rububiyah (Keesaan dalam Kepemilikan):


Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, dan
pengatur alam semesta. Kesimpulannya adalah bahwa Allah memiliki kekuasaan penuh atas ciptaan-
Nya, dan tidak ada yang dapat menyaingi atau menggantikan peran-Nya dalam menciptakan dan
mengatur alam semesta.

4. Tauhid Mulkiyah (Keesaan dalam Kepemilikan Kerajaan):


Tauhid mulkiyah mengacu pada keyakinan bahwa Allah adalah pemilik absolut segala sesuatu di
alam semesta. Kesimpulan dari tauhid mulkiyah adalah bahwa Allah memiliki kendali mutlak atas
segala sesuatu yang ada, termasuk harta dan hukum di dunia ini. Manusia adalah pengelola yang
bertanggung jawab atas harta mereka, tetapi kepemilikan sejati tetap pada Allah.

5. Tauhid Ubudiyah (Keesaan dalam Pengabdian):


Tauhid ubudiyah adalah keyakinan bahwa umat Islam harus mengabdikan diri secara eksklusif
kepada Allah. Kesimpulan dari tauhid ubudiyah adalah bahwa setiap tindakan dan perbuatan umat
Islam harus dilakukan dengan niat untuk memenuhi kehendak Allah dan untuk mencapai keridhaan-
Nya.

Secara keseluruhan, kesimpulan dari berbagai aspek tauhid adalah bahwa Allah adalah satu-satunya
Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu, dan umat Islam harus mengakui, mengabdi, dan
menyembah-Nya secara eksklusif tanpa menyekutukan-Nya dengan entitas lain. Tauhid adalah
konsep inti dalam Islam yang membimbing pemahaman dan tindakan umat Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Saran
penulis menyadaru bahwa penulisan jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis akan lebih focus
dalam menjelaskan tentang makalah di atas sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat di
pertanggungjawabkan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

Anda mungkin juga menyukai