Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH 1

“TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUSLIM”

Dosen : SUHARYONO, M. Ag

Kelompok II

Anggota Kelompok :

 Wisnu Hasbi NPM : 2022306301028


 Rans Ariyani Juwita NPM : 2022306301073

PROGRAM STUDI KEMANUSIAAN DAN KEIMANAN


FAKULTAS MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehdiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
“Tauhid dan Urgensinya” dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk
membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap
tauhid dan Urgens inya, pemahaman ters ebut dapt dipahami melalui
pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan kesimpulan dalam
makalah ini. Makalah Tauhid dan Urgensinya serta Makna Kalimat Laa Ilaaha
Ila Allah Dan Konsekuensinya Dalam Kehidupan. ini disajikan dalam bahasa
yang sederhana sehinggah dapat membuat dan membantu pembaca dalam
memahami tentang Tauhid dan Urgensinya Makna Kalimat Laa Ilaaha Ila Allah
Dan Konsekuensinya Dalam Kehidupan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dengan segala kerendahan


hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif saya harapkan dari pembaca guna
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Lampung, November 2022

Punyusun

Kelompok V
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang benar

tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid

yang tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan

merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam

azab neraka. Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 48,

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang

lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki”. (Al Qur‟an

Tarjamah Tafsiriyah, 2013: 101).

B. Rumus Masalah
1. Apa Pengertian Tauhid?

2. Apa Makna Kalimat laa ilaaha illallaah dan Konsekuensinya Dalam

Kehidupan?
BAB II

ISI

A. Pengertian Tauhid

Tauhid secara Bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-


yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali
diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya


sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan
sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih
atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak
dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi
tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.

1. Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian


yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa
Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah
yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab
Tauhid, 17). Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam
mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit
serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah
yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll.

2. Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk


peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17)
Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini
kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir
jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa,
beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini
juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid
uluhiyyah.
3. Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam
penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi
diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat
Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diri Nya dan menafikan nama dan sifat
yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan
tanpa takyif  (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul).

Urgensi Tauhid Dalam Kehidupan Muslim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk Kepada Cahaya Iman,
dien yang lurus yaitu agama Islam melalui hamba pilihan-Nya Muhammad SAW.
Dan yang telah meneguhkan hati para hambanya yang teguh dalam memegang
Akidah Yang Lurus. Selawat dan salam teriring kepada teladan kita Rasulullah
Muhammad SAW, Nabi yang terakhir, juga kepada para keluarga dan para
sahabatnya serta Kaum Muslimin/Muslimat yang teguh mengikuti ajaran dan
akidahnya sampai akhir jaman, Urgensi tauhid dalam kehidupan muslim sangat besar
pengaruhnya, sebagai dasar utama yang dibangun di atasnya seluruh ajaran Islam.
Periode dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW. di Makkah menegaskan betapa
tauhid sangat urgen pengaruhnya. Ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan Allah pada
fase itu fokus utamanya berbicara tentang tauhid.

B. Makna Kalimat Laa Ilaaha Ila Allah Dan Konsekuensinya Dalam


Kehidupan.

Makna syahadat tauhid/kalimat tauhid laa ilaaha illallaah adalah tidak ada


sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh SWT. Kalimat ini berarti menolak
hak peribadahan kepada segala sesuatu selain Alloh SWT dan menetapkannya
semata-mata hanya untuk Alloh SWT.
Konsekuensi kalimat syahadat la ilaha illallah Dalam Kehidupan

a. Melaksanakan tugas dan hikmah penciptaan seluruh makhluk

b. Menyembah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata dan


tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun dari kalangan makhluk

c. Berdoa dan meminta hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala


d. Memasrahkan segala urusan kepada Allah dan menggantungkan segala hasil
usaha kepada-Nya
e. Tumbuhnya rasa takut hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala
f. Berlepas diri dari segala sesuatu yang diagungkan selain Allah subhanahu
wa ta’ala
g. Membersihkan amalan-amalan dari noda yang akan mengotori keikhlasan
h. Mencintai Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya di atas segala
kecintaan
Semua konsekuensi ini sesungguhnya merupakan buah yang baik bagi orang
yang merealisasikan kalimat syahadat la ilaha illallah. Konsekuensi-
konsekuensi di atas adalah keutamaan bagi orang yang mengawali
kehidupannya di atas kalimat la ilaha illallah, menjalankan roda
kehidupannya di atas kalimat itu, dan menutup hidupnya dengan kalimat
tersebut. Jika demikian keadaannya, niscaya dia akan masuk ke dalam surga,
terbebaskan dari neraka dan kekekalan di dalamnya, dengan seizin Rabbnya.
BAB III

KESIMPULAN

Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang benar

tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid

yang tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan

merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam

azab neraka. Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 48,

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang

lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki”. (Al Qur‟an

Tarjamah Tafsiriyah, 2013: 101)

Anda mungkin juga menyukai