Anda di halaman 1dari 21

ILMU TAUHID

KEUTAMAAN KALIMAT “LA ILAHA ILLALLAH”

DOSEN PENGAMPU:

MUHAMMAD ALFI ALHUBBUFILLAH, SE.Sy.,MM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

ABDULHAKIM
ANANDA RIZKI
IPAN SAPUTRA
PUTRI GINA ARISTA
RENDI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR
2023M/1445 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telahm
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami
curahkan kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Tauhid Bapak Muhammad Alfi Alhubbufillah, SE.Sy.,MM serta teman-teman yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “LA ILAHA ILLALLAH” kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
namun kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi
penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

19 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................2


B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Makna Kalimat La Illaha Illallah ................................................................3


B. Keutamaan Laa Ilaaha Illallah …………………………………………….6
C. Syarat-syarat Laa Ilaaha Illallah …………………………………………..9
D. Pentingnya Kalimat La Illaha Illallah Dalam Ajaran Agama Islam……...13
E. Bagaimana Cara Membedakan Kalimat Tauhid Dengan Dzikir ………...14
BAB 3 PENUTUP ...............................................................................................17

A. Kesimpulan dan Saran ..............................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalimat tauhid “Laa ilaaha illa Allah” merupakan pondasi agama,
bentengnya yang kokoh, dan jalannya yang lurus. Kalimat tauhid ini memiliki
kedudukan yang tinggi dalam ajaran Islam. Kalimat ini merupakan rukun pertama dari
rukun Islam yang lima. Dianya merupakan level tertinggi dan cabang – cabang
keimanan. Dianya kewajiban pertama atas para mukallaf, dan kewajiban terakhir
untuk diucapkan. Diterima atau ditolaknya amalan hamba juga bergantung pada
mengucapkan kalimat ini, dan mengamalkan apa yang menjadi konsekwensinya.
Imam Ibn al-Qayyim dalam bukunya Zaad alMa’ad (1/34), dan buku lainnya I’laam
al-Muwaqqi’in (2/6) menyatakan: “Laa ilaaha illa Allah, kalimat yang dengannya
tegak langit dan bumi, diciptakan untuknya segala makhluk ciptaan, dengannya diutus
para Rasul, dan diturunkan kitab – kitab suci, dan disyari’atkan aturan hukum,
untuknya ditegakkan timbangan, dan diletakkan catatan amalan, dan berdiri syurga
dan neraka, terklasifikasi dengannya seluruh makhluk ciptaan menjadi mukmin dan
kafir, baik dan bejat, dialah dasar penciptaan dan perintah Allah, dan landasan pahala
dan dosa. Kalimat ini adalah kebenaran yang untuknya diciptakan para makhluk
ciptaan, terkait haknya pula adanya pertanyaan di akhirat dan pertanggung jawaban,
dan 3 atasnya berlaku pahala dan hukuman. Demi kalimat ini, kiblat ditegakkan, di
atasnya agama didirikan, demi mempertahankannya disyari’atkan untuk berjihad, dan
ialah hak Allah atas segala makhluk ciptaan. Dialah kalimat Islam, kunci masuk ke
negeri penuh damai, dan terkaitnya setiap orang, baik yang awal maupun yang akhir,
akan ditanya dan dimintai pertanggung jawaban.” Perkataan Ibn al-Qayyim “dan
terkaitnya setiap orang, baik yang awal maupun yang akhir, akan ditanya dan dimintai
pertanggung jawaban”
Kalimat “LA ILAHA ILLALLAH”. Sebagai seorang muslim atau non
muslim sekali pun pasti sudah tidak asing mendengarnya. Namun, banyak orang yang
dengan mudah mengucapkan kalimat - kalimat tanpa mengetahui makna - makan
kalimat yang telah ia ucapkan.

1
Bagi umat Islam, kalimat ‫ اَل ِإَلَه ِإَّال هللا‬merupakan kalimat yang sangat mulia dan
memiliki keutamaan yang agung. Kalimat tersebut merupakan kalimat tauhid yang
menjadi pondasi utama agama Islam. Selain itu, kalimat tersebut juga merupakan
wujud persaksian yang diucapkan bersanding dengan kalimat muhammadur
rasulullah. Persaksian tersebut merupakan rukun yang pertama dari rukun Islam.
Dengan kalimat tersebut, Allah menciptakan para makhluk, mengutus para rasul, dan
menurunkan kitab-kitab. Dengan kalimat tersebut pula manusia dapat dibedakan
menjadi mukmin atau kafir, menjadi ahli surga atau menjadi ahli neraka. Allah Ta’ala
berfirman,

‫َٰٓل‬
‫َش ِهَد ٱُهَّلل َأَّن ۥُه ٓاَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو َو ٱْلَم ِئَك ُة َو ُأ۟و ُلو۟ا ٱْلِع ْلِم َقٓاِئًۢم ا ِبٱْلِقْس ِط ۚ ٓاَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو ٱْلَع ِز يُز ٱْلَحِكيُم‬
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)

B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna Kalimat La Illaha Illallah?
2. Apa Keutamaan Laa Ilaaha Illallah ?
3. Apa Syarat-syarat Laa Ilaaha Illallah?
4. Pentingnya Kalimat La Illaha Illallah Dalam Ajaran Agama Islam?
5. Bagaimana Cara Membedakan Kalimat Tauhid Dengan Dzikir?

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami Makna Kalimat La Illaha Illallah
2. Mengetahui Keutamaan Laa Ilaaha Illallah
3. Mengetahui Syarat-syarat Laa Ilaaha Illallah
4. Mengetahui Pentingnya Kalimat La Illaha Illallah Dalam Ajaran Agama Islam
5. Mengetahui Cara Membedakan Kalimat Tauhid Dengan Dzikir

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Makna Kalimat La Illaha Illahllah


Laa Ilaaha Illallah Maknanya adalah, tidak ada yang disembah di langit dan
di bumi kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya (Karim, 2017). Sesuatu yang
disembah dengan bathil banyak jumlahnya tapi yang disembah dengan hak hanya
Allah saja. Allah ta’ala berfirman QS. Al Hajj 62:

)62 :‫َذ ِلَك ِبَأَّن َهللا ُهَو اْلَح ُّق َو َأَّن َم ا َيْدُع ْو َن ِم ْن ُد ْو ِنِه ُهَو اْلَباِط ُلَو َأَّن َهللا ُهَو اْلَعِلُّي اْلَك ِبْيُر (الحج‬
Terjemahnya:
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan)
Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil,
dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”

Kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan berarti : “Tidak ada pencipta selain
Allah” sebagaimana yang disangka sebagian orang, karena sesungguhnya orang-orang
kafir Quraisy yang diutus kepada mereka Rasulullah SAW mengakui bahwa Sang
Pencipta dan Pengatur alam ini adalah Allah ta’ala, akan tetapi mereka mengingkari
penghambaan (ibadah) seluruhnya milik Allah semata tidak ada yang
menyekutukannya (Karyono, 2020). Sebagaimana firman Allah ta’ala QS. Shad 5.

)5 : ‫َأَجَعَل اآلِلـَهَة ِإَلهًا َو اِح دًا ِإَّن َهَذ ا َلَش ْي ٌء ُع َج اٌب (ص‬

Terjemahnya:
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini
benar-benar satu hal yang sangat mengherankan”

3
Dipahami dari ayat ini bahwa semua ibadah yang ditujukan kepada selain
Allah adalah batal (Agustin, 2017). Artinya bahwa ibadah semata-mata untuk Allah.
Akan tetapi mereka (kafir Quraisy) tidak menghendaki demikian, oleh karenanya
Rasulullah SAW memerangi mereka hingga bersaksi bahwa tidak ada ilah yang
disembah selain Allah serta menunaikan hak-hak-Nya yaitu mengesa-kannya dalam
beribadah kepada-Nya semata.
Orang-orang kafir Quraisy telah mengetahui sebelumnya bahwa Laa ilaaha
Illallah mengandung konsekwensi yaitu ditinggalkannya ibadah kepada selain Allah
dan hanya mengesakan Allah dalam ibadahnya (Tutian, 2017). Seandainya mereka
mengucapkan kalimat tersebut dan tetap menyembah kepada berhala, maka
sesungguhnya hal itu merupakan perbuatan yang bertolak belakang dan mereka
memang telah memulainya dari sesuatu yang bertentangan. Sedangkan para
penyembah kuburan zaman sekarang tidak memulainya dari sesuatu yang
bertentangan, mereka mengatakan Laa ilaaha Illallah, kemudian mereka
membatalkannya dengan doa terhadap orang mati yang terdiri dari para wali, orang-
orang sholeh serta beribadah di kuburan mereka dengan berbagai macam ibadah.
Celakalah bagi mereka sebagaimana celakanya Abu Lahab dan Abu Jahal walaupun
keduanya mengetahui Laa Ilaaha Illallah. Dalam kondisi pandemi covid-19, teknologi
juga mempengaruhi, seperti transformasi dakwah (Sainuddin, 2020). Dengan
transformasi ini, maka dapat memberikan suasana yang baru.
Bagi kita umat Islam, kalimat ‫ اَل ِإَلَه ِإَّال هللا‬merupakan kalimat yang sangat mulia
dan memiliki keutamaan yang agung. Kalimat tersebut merupakan kalimat tauhid yang
menjadi pondasi utama agama Islam. Selain itu, kalimat tersebut juga merupakan
wujud persaksian yang diucapkan bersanding dengan kalimat muhammadur
rasulullah. Persaksian tersebut merupakan rukun yang pertama dari rukun Islam.
Dengan kalimat tersebut, Allah menciptakan para makhluk, mengutus para rasul, dan
menurunkan kitab-kitab. Dengan kalimat tersebut pula manusia dapat dibedakan
menjadi mukmin atau kafir, menjadi ahli surga atau menjadi ahli neraka. Dengan
kalimat tersebut pula manusia dapat dibedakan menjadi mukmin atau kafir, menjadi
ahli surga atau menjadi ahli neraka. Allah Ta’ala berfirman,

4
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)

Dalam tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa Allah mempersaksikan bahwa Dia


satu-satunya Zat yang berhak diibadahi, dan menyandingkan persaksian-Nya dengan
persaksian para malaikat, para ahli ilmu dalam perkara paling Agung yang
dipersaksikan, yaitu keesaan Allah dan tegaknya Allah dalam menegakkan keadilan,
tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia Yang Maha Perkasa yang
tidak ada sesuatupun yang dikehendakinya kecuali pasti terjadi, juga Maha Bijaksana
dalam firman-firman dan perbuatan-perbuatannya.
Perlu kita ketahui bahwasannya kalimat ‫ اَل ِإَل َه ِإَّال هللا‬memiliki dua rukun,
yaitu nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Kalimat ‫ اَل ِإَل َه‬bermakna menafikan
segala bentuk ibadah kepada selain Allah. Dengan kalimat tersebut, kita meyakini
bahwa segala sesuatu yang disembah selain Allah adalah batil. Kita meniadakan
segala bentuk penghambaan dan peribadatan kepada selain Allah, baik penyembahan
kepada malaikat, nabi, jin, berhala, dan sebagainya.
Rukun yang kedua terdapat dalam kalimat ‫ِإَّال هللا‬. Kalimat tersebut adalah suatu
bentuk penisbatan bahwasannya hanya kepada Allah Ta’ala saja kita menyembah.
Allah satu-satunya yang berhak diibadahi dan tiada pantas sekutu bagi-Nya. Sebagai
hamba yang beriman, kita perlu mengetahui makna kalimat tauhid yang sebenarnya.
Kalimat ‫ اَل ِإَلَه ِإَّال هللا‬bermakna ‫ آل معبود بحق ِإَّال ُهللا‬yaitu tidak ada sesembahan yang berhak
dan wajib disembah melainkan Allah saja.
Memaknai ‫ اَل ِإَل َه ِإَّال هللا‬dengan “tiada Tuhan selain Allah” saja merupakan
pemaknaan yang kurang tepat. Hal tersebut memiliki konsekuensi bahwa apa saja
yang disembah manusia adalah Allah. Subhanallah. Maha Suci Allah dari hal yang
seperti itu. Padahal kita ketahui bahwa banyak pula manusia yang menyembah kepada
selain Allah. Sebagai orang beriman, kita meyakini bahwa semua sesembahan tersebut
adalah batil karena hanya Allah saja yang berhak untuk disembah. Allah Ta’ala
berfirman,

5
“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq
dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang
batil” (QS. al-Hajj: 62)
Sebagai seorang yang beriman kepada Allah, kita mengucapkan kalimat tauhid
dengan lisan, meyakini dalam hati, dan mengimplementasikannya dalam perbuatan.
Kalimat ‫ اَل ِإَلَه ِإَّال هللا‬harus kita pahami maknanya. Jangan sampai kalimat tersebut hanya
ada sebatas di lisan saja, namun hatinya tidak meyakini sebagaimana yang terjadi pada
orang-orang munafik. Meskipun mereka mengucapkan kalimat tauhid, mereka tetap
akan menjadi penghuni neraka karena hati mereka mengingkarinya. Jangan sampai
pula kita mengucapkan kalimat tauhid, akan tetapi masih beribadah kepada selain
Allah, meminta kepada jin, menyembah kuburan, dan sebagainya.

B. Keutamaan Kalimat Laa Ilaaha Illallah


Dalam kalimat Ikhlas (Laa Ilaaha Illallah) terkumpul keutamaan yang banyak,
dan faedah yang bermacam-macam. Akan tetapi keutamaan tersebut tidak akan
bermanfaat bagi yang mengucapkannya jika sekedar diucapkan saja (Choriyah, 2013).
Dia baru memberikan manfaat bagi orang yang mengucapkannya dengan keimanan
dan melakukan kandungan-kandungannya. Diantara keutamaan yang paling utama
adalah bahwa orang yang mengucapkannya dengan ikhlas semata-mata karena
mencari ridho-Nya maka Allah ta’ala haramkan baginya api neraka. Sebagaimana
sabda Rasulullah:
)‫ َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َيْبَتِغ ي ِبَذ ِلَك َو ْج َه ِهللا (متفق عليه‬: ‫ِإَّن َهللا َح َّر َم َع َلى الَّناِر َم ْن َقاَل‬
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi siapa yang mengatakan: Laa Ilaaha
Illallah semata-mata karena mencari ridho Allah” (Muttafaq Alaih).

Dan banyak lagi hadits-hadits lainnya yang menyatakan bahwa Allah


mengharamkan orang-orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dari api neraka.
Akan tetapi hadits-hadits tersebut mensyaratkan dengan berbagai syarat yang berat.
Banyak yang mengucapkannya namun dikhawatirkan terkena fitnah disaat

6
kematiannya sehingga dia terhalang dari kalimat tersebut karena dosa-dosanya yang
selama ini selalu dilakukannya dan dianggapnya remeh. Banyak juga yang
mengucapkannya dengan dasar ikut-ikutan atau adat semata sementara keimanan tidak
meresap kedalam hatinya. Orang-orang semacam merekalah yang banyak
mendapatkan fitnah saat kematiannya dan saat di kubur sebagaimana terdapat dalam
sebuah hadits “Saya mendengarkan manusia mengatakannya, maka saya
mengatakannya”. (Gunara, 2018) (Riwayat Ahmad dan Abu Daud).
Salah satu cara untuk mengingat Allah adalah dengan banyak membaca
kalimat Lailahaillallah yang bermakna tiada Tuhan selain Allah. Selain itu
menurut Ibnu Rajab, lailahaillallah adalah kalimat ikhlas atau kalimat tauhid. Dimana
ketika membacanya akan banyak mendapatkan keutamaan:
 Kunci Syurga
Kalimat Lailahaillallah juga dikenal sebagai miftahul jannah (Kunci Syurga)
mengesakan Allah dan menegaskan tiada yang patut disembah selain Allah
adalah salah satu syarat untuk memasuki syurga yang penuh kenikmatan.
Selain itu ketika dalam sakaratul maut lisan seorang mukmin yang
bisa menyebut Lailahaillallah dapat menjadi pertanda bahwa kembalinya orang
tersebut menghadap Allah dalam keadaan mengesakan Allah dan bisa melawan
godaan syaitan yang luar biasa saat sakaratul maut. Seperti yang dijelaskan
dalam sebuah hadits, “Barang siapa yang akhir perkataannya sebelum
meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk syurga” (HR.
Abu Daud).
 Mendapat 100 Kebaikan dan Mendapat 100 Keburukan
Keutamaan lainnya yang luar biasa adalah seseorang yang mengucapkan
kalimat Lailahaillallah akan mendapatkan 100 kebaikan dan menghapus 100
keburukan. Sesuai hadist berikut: Barangsiapa mengucapkan ’Laa il aha
illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala
kulli syay-in qodiir’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan
benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala
pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam sehari sebanyak
100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak (yang dimerdekakanl

7
dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan dia akan
terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih
utama darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu.” (HR.
Bukhari dan HR. Muslim).
 Masuk Syurga Melalui Pintu Manapun Yang Dihendaki
Seseorang mukmin yang mendawamkan untuk membaca kalimat
Lailahaillallah dijanjikan diberikan kemulian memasuki syurga dari pintu
manupun yang ia inginkan. Barangsiapa mengucapkan ’saya bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-
Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya,
dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan
(bersaksi pula) bahwa syurga adalah benar adanya dan neraka pun benar
adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam syurga dari delapan
pintu syurga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim).
 Zikir Yang Paling Utama
Ada banyak cara manusia bisa mengingat Allah, namun ada yang paling utama
ucapan zikir yaitu kalimat lailahaillallah. Seperti hadist berikut: “Zikir yang
paling utama adalah lafadz ‘Laa ilaha illallah’ dan doa yang paling utama
adalah ‘Alhamdulillah” (HR. At-Tirmidzi).
 Terbebas Api Neraka
Seringan-ringannya siksaan di neraka ialah seperti memakai sandal yang
terbuat dari api sehingga membuat kepala menjadi terasa panas. Salah satu
amalan yang dapat menjadi pembebas dari api neraka yakni mengucap
kalimat lailahaillallah. Suatu saat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
mendengar muadzin mengucapkan ’Asyhadu alla ilaha illallah’. Lalu beliau
mengatakan pada muadzin tadi, “Engkau terbebas dari neraka.” (HR. Muslim).
Kalimat Lâ ilâha illallâh merupakan fondasi agama Islam yang pertama.
Kalimat tauhid ini akan bermanfaat bagi orang yang mengikrarkannya dengan 7 syarat
yang telah dijelaskan oleh para Ulama, berdasarkan nash-nash al-Qur’ân dan as-
Sunnah (al-Hadits). Apabila 7 syarat tersebut terpenuhi, maka kalimat tauhid itu akan

8
bermanfaat di dunia dan di akhirat bagi orang yang mengucapkannya. Diantara
manfaatnya adalah ia akan menjadi salah satu sebab masuk surga dan selamat dari
neraka.

C. Syarat-syarat Laa Ilaaha Illallah

Wahab bin Munabbih pernah ditanya: “Bukankah laa ilaaha Illallah


merupakan pintu syurga?” Kemudian Wahab menjawab, “Benar”, tetapi tidak ada
kunci kecuali ia mempunyai gigi-gigi.

Apabila engkau datang sambil membawa gigi-giginya, maka syurga akan


dibukakan untukmu.

Kalau tidak, maka syurga tidak akan dibukakan untukmu.” Yang dimaksud
gigi-gigi di sini adalah syarat-syarat diterimanya laa ilaaha Illallah. Syarat-syarat
diterimanya Laa ilaaha Illallah Ada tujuh buah persyaratan yang harus dimiliki, yaitu:
‘ilmu, alyaqin, al-qabuul, alinqiyaad, as-shidqu, al-ikhlas, mahabbah

 Berilmu
Yang dimaksud adalah memiliki ilmu terhadap makna kalimat (Laa Ilaaha
Illallah) baik dalam hal nafy maupun itsbat dan segala amal yang dituntut
darinya. Jika seorang hamba mengetahui bahwa Allah Swt. adalah semata-
mata yang disembah dan bahwa penyembahan kepada selain-Nya adalah
bathil, kemudian dia mengamalkan sesuai dengan ilmunya tersebut. Allah Swt.
berfirman: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang
Haq) melainkan Allah” (Q.S. Muhammad: 19). “Akan tetapi (orang yang
dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan
mereka mengetahui(nya)” ( Q.S. Az Zukhruf : 86). Maksudnya adalah: orang-
orang yang bersaksi dan hati mereka mengetahui apa yang diucapkan lisan
mereka.
 Yakin

9
Yaitu seseorang mengucapkan syahadat dengan penuh keyakinan sehingga
hatinya tenang, tanpa ada sedikitpun pengaruh keraguan yang disebarkan oleh
syetan-syetan jin dan manusia, bahkan dia mengucapkannya dengan penuh
keyakinan atas kandungan yang ada didalamnya. Siapa yang mengucapkannya
maka ia wajib meyakininya didalam hati dan mempercayai kebenaran apa yang
diucapkannya, yaitu: adanya hak ketuhanan yang dimiliki Allah Swt. dan tidak
adanya sifat ketuhanan segala sesuatu selain-Nya. Juga berkeyakinan bahwa
ibadah dan penghambaan tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Swt. Jika
dia ragu terhadap syahadatnya atau tidak mengakui bathilnya sifat ketuhanan
selain Allah Swt., misalnya dengan mengucapkan: “Saya meyakini akan
ketuhanan Allah Swt. akan tetapi saya ragu akan bathilnya ketuhanan selain-
Nya”, maka syahadatnya batal dan tidak bermanfaat baginya. Allah Swt.
berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-
ragu” (Q.S. Al Hujurat: 15).
 Menerima
Maksudnya adalah menerima semua ajaran yang terdapat dalam kalimat
tersebut dalam hati dan lisannya. Dia membenarkan dan beriman kepada
semua berita dan apa yang disampaikan Allah Swt. dan Rasul-Nya, tidak ada
sedikitpun yang ditolaknya dan tidak berani memberikan penafsiran yang
keliru atau perubahan atas nash-nash yang ada, Allah Swt. melarang hal
tersebut. Sebagaimana Dia berfirman: “Katakanlah, kami beriman kepada
Allah Swt. dan apa yang diturunkan kepada kami” (Q.S. Al Baqarah: 136).
Lawan dari menerima adalah menolak. Ada sebagian orang yang mengetahui
makna syahadatain dan yakin akan kandungan yang ada didalamnya akan
tetapi dia menolaknya karena kesombongannya dan kedengkiannya. Allah Swt.
berfirman: “Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi
orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah” (Q.S. Al An’am: 33).
Termasuk dikatakan menolak, jika seseorang menentang atau membenci
sebagian hukum-hukum Syari’at atau hudud (hukum pidana Islam). Allah Swt.

10
berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya” (Q.S. Al Baqarah: 208).
 Tunduk
Yang dimaksud adalah tunduk atas apa yang diajarkan dalam kalimat Tauhid,
yaitu dengan menyerahkan dan merendahkan diri serta tidak membantah
hukum-hukum Allah Swt. Allah Swt. berfirman: “Dan kembalilah kamu
kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya …” (Q.S. Az Zumar: 54).
Termasuk juga tunduk terhadap apa yang dibawa Rasulullah saw. dengan
diiringi sikap ridha dan mengamalkannya tanpa bantahan serta tidak
menambah atau mengurangi. Jika seseorang telah mengetahui makna Laa
Ilaaha IllAllah Swt. dan yakin serta menerimanya, akan tetapi dia tidak tunduk
dan menyerahkan diri dalam melaksanakan kandungannya maka semua itu
tidak berguna. Termasuk dikatakan tidak tunduk juga adalah tidak menjadikan
syariat Allah Swt. sebagai sumber hukum dan menggantinya dengan undang-
undang buatan manusia.
 Jujur
Maksudnya jujur dengan keimanannya dan aqidahnya, selama itu terwujud
maka dia dikatakan orang yang membenarkan terhadap kitab Allah Swt. dan
sunnah Nabi-Nya. Lawan dari jujur adalah dusta, jika seorang hamba berdusta
dalam keimanannya, maka dia tidak dianggap beriman bahkan dia dikatakan
munafik walaupun dia mengucapkan syahadat dengan lisannya, maka syahadat
tersebut tidak dapat menyelamatkannya. Termasuk yang menggugurkan
sahnya syahadat adalah mendustakan apa yang dibawa Rasulullah atau
mendustakan sebagian yang dibawa oleh beliau, karena Allah Swt. telah
memerintahkan kita untuk ta’at kepada beliau dan membenarkannya, dan
mengaitkan ketaatan kepada beliau dengan ketaatan kepada-Nya.
 Ikhlas
Maksudnya adalah mensucikan setiap amal perbuatan dengan niat yang murni
dari kotoran-kotoran syirik, yang demikian itu terwujud dan tampak dalam
perkataan dan perbuatan yang semata-mata karena Allah Swt. dan karena
mencari ridha-Nya. Tidak ada didalamnya kotoran riya’ dan sum`ah (ingin

11
dikenal), atau tujuan duniawi dan pribadi, atau juga melakukan sesuatu karena
kecintaannya terhadap seseorang atau golongannya dimana dia menyerahkan
diri kepadanya tanpa petunjuk Allah Swt. Allah Swt. berfirman: “Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik) ” (Q.S. Az
Zumar: 3), dan “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah Swt. dengan memurnikan keta ’atan kepada-Nya dalam menjalankan
agama dengan lurus ” (Q.S. Al Bayyinah: 5).
Lawan dari ikhlas adalah Syirik dan riya’, yaitu: mencari keridhaan selain
Allah Swt. Jika seseorang telah kehilangan dasar keikhlasannya, maka
syahadatnya tidak berguna. Allah Swt. berfirman: “Dan Kami hadapkan
segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang berterbangan ” (Q.S. Al Furqan: 23). Maka dengan demikian,
semua amalnya tidak ada manfaat baginya, karena dia telah kehilangan
landasannya. Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”
(Q.S. An Nisa: 48).
 Cinta
Yaitu mencintai kalimat yang agung ini serta semua ajaran dan konsekuensi
yang terkandung di dalamnya, maka dia mencintai Allah Swt. dan Rasul-Nya
dan mendahulukan kecintaan kepada keduanya atas semua kecintaan kepada
yang lain, serta melakukan semua syarat-syarat dan konsekuensinya. Cinta
terhadap Allah Swt. adalah rasa cinta yang diiringi dengan rasa pengagungan
dan rasa takut serta pengharapan. Termasuk cinta kepada Allah Swt. adalah
mendahulukan apa yang Allah Swt. cintai atas apa yang dicintai oleh hawa
nafsu dan segala tuntutannya, termasuk juga konsekuensi mencintai kalimat
tauhid adalah membenci apa yang Allah Swt. benci, maka dirinya membenci
orangorang kafir serta memusuhi mereka. Dia juga membenci kekufuran,
kefasikan dan kemaksiatan. Termasuk tanda cinta adalah tunduk terhadap
syariat Allah Swt. dan mengikuti ajaran nabi Muhammad saw. dalam setiap

12
urusan. Allah Swt. berfirman: “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah Swt. mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu’, Allah Swt. Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Ali
Imran: 30). Lawan dari cinta adalah benci, yaitu membenci kalimat ini dan
semua ajaran yang terkandung didalamnya atau mencinta sesuatu yang
disembah selain Allah Swt. bersama kecintaannya terhadap Allah Swt. Allah
Swt. berfirman: “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka
benci kepada apa yang diturunkan Allah Swt. (Alquran) lalu Allah Swt.
menghapuskan (pahala-pahala) amalan mereka” (Q.S. Muhammad: 9).

Termasuk yang menghilangkan cinta dengan kalimat tauhid adalah: membenci


Rasulullah saw. dan mencintai musuh-musuh Allah Swt., serta membenci wali-
wali Allah Swt. dari golongan orang beriman.

D. Pentingnya Kalimat La Illaha Illallah Dalam Ajaran Agama Islam


Tauhid menempati kedudukan penting dalam Islam, tauhid berarti komitmen
manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan
sebagai satu-satunya sumber nilai dalam Islam. Manusia yang bertauhid mengemban
tugas untuk membersihkan manusia dari menyembah manusia, hewan, tumbuhan,
matahari, berhala dan lain-lain kepada menyembah Allah. Dengan tauhid, kedudukan
manusia sama manusia yang lain, yang membedakan manusia dihadapan alloh
adalah tingkat ketaqwaannya (QS.AlHujurat:13).
Hubungan manusia tidak hanya dengan tuhannya, tetapi juga mencakup
hubungan horizontal dengan sesamanya. Maka dari itu tauhid juga memiliki fungsi
membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan mengusahakan
tegaknya nilai keadilan sosial sehingga memberikaninsipirasi pada manusia untuk
mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini akan
memicu manusia untuk membentuk suatu misi yang bertujuan mengubah dunia,
menegakkan kebenaran dan keadilan, merealisasikan berbagai nilai-nilai utama dan
memberantas kerusakan dimuka bumi. Dengan misi ini akan terwujud
kehidupan sosial yang adil, etis dan agamis (Khumaidi,2010, p.19).

13
Berikut ini manfaat dari mempelajari ilmu tauhid dalam kehidupan manusia:
1. Tidak menyekutukan Tuhan Ilmutauhid mengajarkan bahwa Allah SWT esa.
Esaadalah satu tunggal dan tidak ada lagi saingan yang dapat menandingi
ke Esaan Tuhan. Dalam islam menyekutukan Tuhan termasuk salah satu
dosa besar yang dilakukan oleh seorang hamba yang disebut dengan syirik.
Dan dosa dari menyekutukan Tuhan dengan benda-benda lainnya adalah neraka.
Ilmu tauhid memberitahukan bahwa sebagai hamba tidak di izinkan
untuk menyekutukan Tuhan dengan hal apapun karena itu termasuk
perbuatan yang tercela.
2. Sebagai pedoman hidupIlmu tauhid adalah pedoman bagi hidup. Dalam islam
diajarkan bahwa segala hal yan dimiliki di dunia merupakan anugerah dari
Allah bagi sebagian hambanya.
3. Nasehat untuk diri sendiri Nasehat adalah segala hal yang berasal dari lisan
ataupun tertulis untuk kebaikan hidup bersama dalam menjalani hidup.
Ada kalanya kita merasa telah salah melakukan tindakan dan hal itu bisa kita
perbaiki dengan banyak membaca nasehat-nasehat atau sekedar mendapat
nasehat saat mengikuti kajian islam di masjid. Nasehat penting karena manusia
tidak pernah luput dari khilaf dan salah. Oleh karena itu manusia dianjurkan
untuk saling menasehati dalam kebaikan. Artinya saling mengajak untuk
berbuat baik yang insyaallah akan mendatangkan berkah dalam hidup ini.
Itulah fungsi dari seorang ulama dan juga orang yang mengerti dan telah
menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengajarkan kebaikan kepada sesama, seperti memeberikan peringatan sebagai
nasehat diri dalam kehidupan dunia mengajarkan kebaikan kepada sesama.
Dalam agama islam berbuat baik merupakan hal yang wajib. Justru tindakan
yang jahat akan berakibat dosa yang membutakan mata hati jika di biarkan
terus menerus. Berbuat baik memiliki manfaat bagi diri sendiri dan orang
lain. Sehingga dalam berbuat baik tidak ada seorangpun yang kita rugikan.
Justru mereka senang karena mendapatkan kebaikan. Kadang kalanya mungkin
saja hari ini kita berbuat kebaikan dan besoknya justru kita memerlukan

14
kebaikan dari orang lain. Karena hidup di dunia itu seperti roda yang
berputar.

E. Bagaimana Cara Membedakan Kalimat Tauhid Dengan Dzikir


Kalimat ‫ اَل ِإَل َه ِإَّال هللا‬merupakan kalimat yang sangat mulia dan memiliki
keutamaan yang agung. Kalimat tersebut merupakan kalimat tauhid yang menjadi
pondasi utama agama Islam. Selain itu, kalimat tersebut juga merupakan wujud
persaksian yang diucapkan bersanding dengan kalimat muhammadur rasulullah.
Persaksian tersebut merupakan rukun yang pertama dari rukun Islam. Dengan kalimat
tersebut Allah menciptakan para makhluk, mengutus para rasul dan menurunkan kitab-
kitab. Dengan kalimat tersebut pula manusia dapat dibedakan menjadi mukmin atau
kafir, menjadi ahli surga atau menjadi ahli neraka. Allah Ta’ala berfirman,

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)

Dalam tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa Allah mempersaksikan bahwa Dia


satu-satunya Zat yang berhak diibadahi, dan menyandingkan persaksian-Nya dengan
persaksian para malaikat, para ahli ilmu dalam perkara paling Agung yang
dipersaksikan, yaitu keesaan Allah dan tegaknya Allah dalam menegakkan keadilan,
tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia Yang Maha Perkasa yang
tidak ada sesuatupun yang dikehendakinya kecuali pasti terjadi juga Maha Bijaksana
dalam firman-firman dan perbuatan-perbuatannya.

Dzikir ditinjau secara etimologi bermula dari kata “dzakara” yang diartikan
sebagai menyebut, mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari,
memberi dan nasehat. Dengan begitu dzikir berarti mensucikan dan mengagungkan,
juga dapat diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga dalam
ingatan (mengingat).

15
Ditinjau secara terminologi dzikir merupakan suatu usaha manusia dalam
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengingat Allah dan mengingat
keagungan-Nya. Adapun realisasi untuk mengingat Allah dengan cara memuji-Nya,
membaca fiman-Nya, menuntut ilmu-Nya dan memohon kepada-Nya.

Menurut Al-Ghazali, pengertian Dzikir secara bahasa adalah mengingat,


sedangkan secara istilah yaitu ikhtiar sungguh-sungguh untuk mengalihkan gagasan,
pikiran dan perhatian manusia menuju Tuhan dan akhirat. Dzikir ini bertujuan untuk
membalikkan keseluruhan karakter manusia dan mengalihkan perhatian utama
seseorang dari dunia yang sudah sangat dicintai menuju akhirat yang sejauh ini belum
dikenali sama sekali.

Meskipun baik kalimat tauhid maupun dzikir merupakan bentuk pengingatan


kepada Allah, kalimat tauhid adalah kesaksian keimanan yang mencerminkan
keyakinan dasar dalam keesaan Allah, sementara dzikir adalah tindakan umat Islam
yang melibatkan berbagai bentuk pengingatan Allah dalam bentuk doa, pujian, dan
penghormatan. Dzikir adalah cara praktis untuk merasakan kehadiran Allah dalam
kehidupan sehari-hari dan meningkatkan kesadaran spiritual.

16
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taat terhadapnya atas apa yang diperintahkannya dan membenarkan atas apa
yang diberitakannya serta menjauhi apa yang dilarang dan diancamnya. Tidak
beribadah kepada Allah kecuali apa yang dia syariatkan. Setiap muslim harus
mewujudkan syahadat ini, sehingga tidak dikatakan syahadat seseorang terhadap
kerasulannya sempurna manakala dia sekedar mengucapkannya dengan lisan namun
meninggalkan perintahkannya dan melanggar larangannya serta taat kepada selainnya
atau beribadah kepada Allah tidak berdasarkan ajarannya.
Termasuk wujud nyata dari syahadat ini adalah tidak adanya keyakinan
bahwa Rasulullah SAW memiliki hak ketuhanan yang mengatur alam ini atau tidak
memiliki hak untuk disembah, akan tetapi dia hanyalah seorang hamba yang tidak
disembah dan seorang Rasul yang tidak didustakan dan dirinya tidak memiliki
kekuasaan atas dirinya sendiri dan orang lain dalam mendatangkan manfaat dan
mudharat kecuali apa yang Allah kehendaki.

17
DAFTAR PUSTAKA

Karim, P. A. B. Pengertian, Hakikat dan Dalil Pengertian, Hakikat dan Dalil


Syahâdatain 1. Pengertian Pengertian Syahâdatain. Psikologi Ibadah, 30.

Sainuddin, I. H., Arsyam, M., & Alwi, A. M. S. (2020). Pemahaman Makna Tauhid
dan Dua Kalimat Syahadat.

18

Anda mungkin juga menyukai