Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IWV

TAUHID ULUHIYAH

Di susun Oleh :
1. Maman Suryaman
2. Chabibbullah
3. Mohammad Yasin
4. Saepul Bahri
5. Babam

Dosen Pembimbing : Sujian Suretno S.Thi.M.M


Semester/Prodi : Satu/Umum
Kelompok : 6 (Enam)

STAI AL-Hidayah Bogor


2018/2019
KATA PENGANTAR
Al-hamdulilahirobbil „aalamiin segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat
Allah Subhaanahu Wa Ta‟ala yang karena anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang "Tauhid Uluhiyah" ini. Kemudian sholawat beserta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada qudwah kita, yaitu Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Waalihi
Wasallam yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas kami
yang berjudul "Tauhid Uluhiyah". Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua anggota kelompok kami yang telah bekerja sama dengan baik untuk
pembuatan makalah ini sehingga terealisasikan tepat pada waktunya.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami maupun bagi para pembaca.

Bogor, 27 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………................ 2

Daftar Isi …………………………………………………………………………………. 3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………................... 4

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………............ 5

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………….............. 5

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian tauhid uluhiyah ............................................................................... 5

2.2 Definisi tauhid uluhiyah ………….................................................…………... 6

2.3 Cakupan tauhid uluhiyah .................................................................................. 7

2.4 Contoh tauhid uluhiyah dan syiriknya …..................................................……. 9

2.5 Beberapa pelanggaran tauhid uluhiyah .........................................…………… 10


2.6 Konsekuensi tauhid uluhiyah ...........................….……………………............ 10

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….... 12

3.2 Diskusi ……………………………………………………………………...... 13

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………..... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan
dan ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kita sendiri dan
keburukan amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah tak akan ada orang yang
sanggup menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan tak akan ada yang sanggup
menunjukinya.

Bahwasannya tiada ilah yang hak disembah melainkan Allah ‫ جعالي‬semata, tiada sekutu bagi-
Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad ‫ صلي هللا عليه وسلم‬adalah hamba dan utusan-Nya.
semoga Allah ‫ جعالي‬merahmati kita, ketahuilah bahwa perkara terbesar berkenaan dengan
diutusnya para rasul dari yang pertama hingga terakhir adalah perintah untuk ibadah kepada
Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang
peribadatan kepada selain Allah ‫ جعالي‬.

Demikianlah al-Qur‟an dalam berbagai pembicaraan dan cerita yang dikemukakannya selalu
menjelaskan bahwa tauhid adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul. Setelah
itu, baru turun hukum-hukum dan syari‟at, turun penjelasan tentang halal dan haram. Karena
itulah, Allah ‫ جعالي‬memerintahkan semua manusia untuk melakukan ibadah itu hanya untuk
Allah ‫ جعالي‬saja, sebagaimana firman Allah ‫;جعالي‬

َ ‫ث ْال ِج َّن َو ْا ِإل ْن‬


) 56 :‫س إِالَّ لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن (الذاريات‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”

Al-Qur‟an membincangkan tentang al-amr (perintah) dan anbiya‟ ( nabi-nabi Allah ‫) جعالي‬
kerana kedua-duanya ada kaitan dengan penciptaan dan kekuasaan Allah ‫ جعالي‬terhadap
makhluk-Nya. Al-Qur‟an menerangkan segala bentuk balasan baik (pahala) untuk mereka
yang mentaati Allah, Rasul dan syariat-Nya.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian tauhid uluhiyah
2. Definisi tauhid uluhiyah
3. Cakupan tauhid uluhiyah
4. Contoh tauhid uluhiyah dan syiriknya
5. Pelanggaran terhadap tauhid uluhiyah
6. Konsekuensi tauhid uluhiyah

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami makna tauhid uluhiyah secara mendalam


2. Mengetahui definisi, cakupan dan konsekuensinya
3. Mengetahui beberapa pelanggaran terhadap tauhid uluhiyah
4. Dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tauhid Uluhiyah


 Tauhid
Kata tauhid secara bahasa merupakan bentuk masdar dari fi‟il ‫وحد – يىحد‬
wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan
sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:
“Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan
segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya”.1

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah ‫ جعالي‬sebagai


satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. 2
Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang
dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi,
orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang
yang bertauhid hanya menjadikan Allah ‫ جعالي‬sebagai satu-satunya
sesembahan saja.
 Uluhiyah

Kata uluhiyah berasal dari ‫ إلهة – ألىهة‬- ‫ أله – يأله‬alaha – ya‟lahu – ilahah –
uluhah yang bermakna „menyembah dengan disertai rasa cinta dan
pengagungan‟. Sehingga kata ta‟alluh diartikan penyembahan yang disertai
dengan kecintaan dan pengagungan. 3
Dari penjelasan makna kata Tauhid dan Uluhiyah diatas, dapat kita ketahui
bahwa makna Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah ‫ جعالي‬dalam
beribadah, dalam ketundukan dan ketaatan secara mutlak. Oleh sebab itu

1
Syarh Tsalatsatil Ushul, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, hal. 39.
2
Syarh Tsalatsatil Ushul Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, hal. 39.
3
lihat at-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 6 dan 74-76, lihat juga al-Mufradat fi Gharib
al-Qur‟an [1/26] karya Imam ar-Raghib al-Ashfahani
6
tidak diibadahi kecuali Allah ‫ جعالي‬semata dan tidak boleh dipersekutukan
dengan-Nya sesuatu apapun baik yang ada di bumi ataupun di langit.

2.2 Definisi tauhid uluhiyah


Tauhid uluhiyah bisa didefinisikan sebagai: mengesakan Allah ‫ جعالي‬dengan
perbuatan hamba. Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah berkata,
“Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah ‫ جعالي‬dengan perbuatan-perbuatan
hamba, seperti dalam hal do‟a, istighotsah/ memohon keselamatan, isti‟adzah/
meminta perlindungan, menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya. Itu
semuanya wajib ditujukan oleh hamba kepada Allah ‫ جعالي‬semata dan tidak
mempersekutukan-Nya dalam hal itu/ ibadah dengan sesuatu apapun.”. 4
Dari sini pula, dapat dipahami bahwa makna yang benar dari kalimat laa ilaha
illallah adalah tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (laa ma‟buda
haqqun illallah). Allah ‫ جعالي‬berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu, karena
Allah adalah al-Haq/ sesembahan yang benar, adapun segala yang mereka seru/
sembah selain-Nya adalah batil.” (QS. al-Hajj: 62)5. Allah ‫ جعالي‬juga berfirman
(yang artinya), “Dan ilah (sesembahan) kalian adalah ilah yang satu saja. Tidak
ada ilah yang benar selain Dia. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
(QS. al-Baqarah: 163).

Oleh sebab itu orang-orang musyrik ketika mendengar dakwah Nabi shallallahu
„alaihi wa sallam kepada kalimat laa ilaha illallah maka mereka pun mengatakan
(yang artinya),“Apakah dia -Muhammad- akan menjadikan ilah-ilah itu menjadi
satu ilah saja. Sungguh, ini adalah perkara yang sangat mengherankan.” (QS.
Shaad: 5). Allah ‫ جعالي‬juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya mereka itu
apabila dikatakan kepada mereka laa ilaha illallah, maka mereka
menyombongkan diri. Mereka mengatakan, “Apakah kami harus meninggalkan
ilah-ilah/ sesembahan-sesembahan kami gara-gara ucapan seorang penyair
gila?” (QS. ash-Shaffat: 35-36).

2.3 Cakupan tauhid uluhiyah


4
lihat Qathfu al-Jana ad-Dani, hal. 56
5
lihat al-Qaul al-Mufid fi Adillat at-Tauhid, hal. 25 karya Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab al-Wushobi
7
Cakupan Tauhid Uluhiyah sebenarnya banyak, namun kami hanya
membahas beberapa cakupan penting berikut ini.
1. Dalam Niat. Syaikh Ibnu „Utsaimin berkata, “Dan wajib atas seseorang
mengikhlaskan niat kepada Allah ‫ جعالي‬dalam seluruh ibadahnya dan hendaklah
meniatkan ibadahnya semata-mata untuk mengharap wajah Allah ‫ جعالي‬dan negeri
akhirat. Inilah yang diperintahkan oleh Allah „Azza wa Jalla dalam firman-Nya:

ِ ِ‫ُمروا ِإالَّ لِيعب ُدوا المَّه م ْخم‬


‫ص ْي َن لَهُ الد ْي َن‬ ِ
ُ َ ُْ َ ْ ُ ‫َو َمآ أ‬
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5).
Yakni, mengikhlaskan niat setiap amalan hanya kepada-Nya. Hendaknya kita
menghadirkan niat dalam semua ibadah, misalnya ketika wudhu; kita niatkan
berwudhu karena Allah „Azza wa Jalla dan untuk melaksanakan perintah Allah „Azza
wa Jalla. Tiga perkara berikut (yang harus dihadirkan dalam niat): (1). Berniat untuk
beribadah, (2). Berniat beribadah tersebut karena Allah ‫ جعالي‬semata, dan (3). Berniat
bahwa ia menunaikannya demi melaksanakan perintah Allah ‫ جعالي‬. 6
2. Dalam Tawakal. Allah Ta‟ala telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk
selalu bertawakkal hanya kepada-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

‫َو َعمَى المَّ ِه فَتََو َّكمُوْا إِن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمنِين‬

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang
yang beriman.” (Al-Maidah: 23)
Asy-Syaikh Sulaiman bin Abdullah rahimahullah berkata, “Dalam ayat ini terdapat
dalil bahwa tawakkal kepada Allah adalah ibadah dan hukumnya wajib, maka
mempersembahkannya kepada selain Allah Ta‟ala adalah syirik.” 7
3. Dalam Nazar. Nazar termasuk ibadah, sehingga wajib dipersembahkan kepada Allah
‫جعالي‬. Bahkan Allah ‫ جعالي‬telah memuji orang-orang yang beriman karena nazar yang
mereka tunaikan, sebagaimana firman-Nya:

َّ ِ‫ون ب‬
‫الن ْذ ِر‬ َ ُ‫ُيوف‬
“Mereka menunaikan nazar.” (Al-Insan: 7)

6
Kitab Syarah Riyadhus Shalihin, Syaikh Al Utsaimin I/10
7
Kitab Taysirul „Azizil Hamid, hal. 497
8
Asy-Syaikh Al-„Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah ‫ جعالي‬telah memuji orang-
orang yang beriman karena telah menunaikan nazar mereka dan menjadikan hal
tersebut sebagai sebab masuknya mereka ke dalam surga. Dan suatu amalan yang
bisa menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga adalah ibadah, maka wajib
mempersembahkan ibadah tersebut hanya kepada Allah ‫ جعالي‬semata.” 8
4. Dalam Sumpah. Dalam sumpah terkandung sikap pengagungan kepada yang
namanya disebut dalam sumpah tersebut. Sedangkan pengagungan termasuk jenis
ibadah yang tidak boleh ditujukan, kecuali hanya kepada Allah Azza wa Jalla.
Berdasarkan hal itu, maka bersumpah dengan menyebut nama selain nama Allah
adalah perbuatan syirik. Sebab dalam sumpah tersebut terkandung pengagungan
kepada selain Allah, berdasarkan hadits dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu „anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :

‫ف بِ َغ ْي ِر المَّ ِه فَقَ ْد َكفَ َر أ َْو أَ ْش َرك‬


َ َ‫َم ْن َحم‬
“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah, maka sungguh
dia telah kafir atau musyrik”.9
5. Dalam Do’a. Do‟a adalah ibadah yang Allah ‫ جعالي‬memerintahkan kepada hambanya
untuk berdo‟a hanya kepada Allah ‫ جعالي‬semata. Barangsiapa yang melakukan
sebagian dari ibadah ini untuk selain Allah, sungguh ia telah menjadi kafir, yaitu telah
keluar dari agama Allah dan termasuk golongan yang disebut dalam FirmanNya,

‫ون َجهََّن َم‬ ِ َ ‫ب لَ ُكم إِ َّن الَِّذين يستَ ْكبِرون عن ِعب‬ ِ ْ ‫وقَا َل رُّب ُكم ْاد ُعونِي أ‬
َ ُ‫ادتي َسَي ْد ُخم‬ َ َْ َ ُ َْ َ ْ ْ ‫َستَج‬ ُ َ َ
ِ
َ ‫َداخ ِر‬
‫ين‬

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan


bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina“. (QS. Ghafir: 60)

2.4 Contoh tauhid uluhiyah dan syiriknya


Contoh Tauhid uluhiyyah pada hakikatnya banyak, namun disini kami hanya
akan memberi contoh beberapa jenis saja, seperti:
8
Al-Qoulul Mufid, 1/317
9
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, seperti yang dikutip Ibnu Katsir dalam tafsrinya (1/57).
Syaikh Sulaiman berkata dalam Taisirul Aziz (hal 587): „Sanadnya jayyid‟.

9
 Bertawakal kepada Allah ‫جعالي‬
 Meminta pertolongan hanya kepada Allah ‫جعالي‬
 Menyandarkan nasib hanya kepada Allah ‫جعالي‬
 Dll.

Sedangkan Contoh Syirik uluhiyah adalah segala sesuatu bentuk peribadatan


yang ditujukan kepada selain Allah ‫ جعالي‬semata atau dalam ibadah yang dilakukan
ada tujuan-tujuan lain selain dari Allah ‫ جعالي‬, seperti:
 Meminta pertolongan kepada jin dengan sesajen atau sedekah laut
 Berdo‟a kepada kuburan atau memohon kepada orang yang sudah wafat.
 Menyandarkan nasibnya kepada paranormal (dukun)
 Dll.

2.5 Pelanggaran terhadap tauhid uluhiyah


Pelanggran-pelanggaran dalam tauhid uluhiyah atau disebut juga dengan syirik
uluhiyah ini yaitu dengan memalingkan ibadah kepada selain Allah Azza wa Jalla
seperti; berdo‟a /meminta kepada kuburan atau ahli kubur, meminta pertolongan
kepada jin, meminta barokah kepada orang tertentu, menyandarkan nasibnya
(bertawakkal) kepada benda tertentu, seperti batu, jimat, cincin, keris, dan
semacamnya. Karena do‟a dan tawakkal termasuk ibadah, maka harus ditujukan
hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.

2.6 Konsekuensi tauhid uluhiyah


Konsekuensi dari tauhid uluhiyah adalah ikhlas mentauhidkan ilah itu sendiri yaitu
mengesakan Allah ‫ جعالي‬dalam semua ibadah hanya kepada-Nya dan meninggalkan
secara total seluruh bentuk pelanggaran atau penyimpangan ibadah kepada selain-
Nya.
Mengikhlaskan ibadah mencakup dua hal. Pertama, mengikhlaskan niatnya. Yang
kedua, mengikhlaskan sistemnya.
Ini yang terkadang kita kurang pahami, beribadah ikhlas kepada Allah ‫ جعالي‬tapi
sistem yang digunakan adalah sistem agama lain. Ini tidak bisa, ketika kita
mengikhlaskan ibadah kepada Allah ‫ جعالي‬, kita juga harus mengikhlaskan sistemnya

10
kepada Allah ‫ جعالي‬. Jangan kita gunakan lagi bentuk peribadatan yang tercampur-
campur dengan sistem nenek moyang kita. Seperti kaum kafir Quraisy dulu ketika
mau menerima Allah ‫ جعالي‬, tapi mereka tidak mau meninggalkan tradisi nenek-nenek
moyang mereka. Allah ‫ جعالي‬berfirman:

ِ َّ ِ
‫اؤ ُه ْم‬
ُ ‫ان َآب‬ َ ‫َوِا َذا قي َل لَهُ ُم اتَّبِ ُعوا َما أ َْن َز َل المهُ قَالُوا َب ْل َنتَّبِعُ َما أَْلفَ ْيَنا َعمَ ْيه َآب‬
َ ‫اءَنا ۗ أ ََولَ ْو َك‬

‫ون َش ْيًئا َوَال َي ْهتَ ُدون‬ ِ


َ ُ‫َال َي ْعقم‬
“Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami
hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”.
(QS. Al Baqarah [2]:170)
Makanya tidak cukup syahadat kita dengan satu kalimat “laa ilaha ilallah,” saja tapi
harus dilengkapi dengan kalimat berikutnya “wa anna Muhammadarrasulullah.”
Para ulama mengatakan bahwa syahadat Muhammad sebagai rasul Allah adalah
syahadat ittiba‟, mengikuti secara murni dan tertib persis seperti apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah Shalallohu alaihi wasallam.
Contohnya seperti shalat. Sabda Nabi Shalallohu alihi wasallam: “Sholatlah kalian
sebagaimana aku sholat,”dalam hadits tersebut Nabi shalallohu alaihi wasallam
memerintahkan agar kita mengikuti shalat sebagaimana Ia shalat. Nah, bagaimana
Rasulullah Shalallohu alihi wasallam sholat? Pertama, waktunya. Rasulullah sholat di
awal waktu. Yang kedua, tempatnya. Bagi laki-laki, sholat fardhu dilakukan di masjid
bukan di rumah. Kemudian caranya? Dengan berjama‟ah. Kita bisa lihat kisah
mengenai Ibnu Ummu Maktum yang buta namun karena masih mendengar adzan
maka tidak ada udzur baginya untuk sholat berjama‟ah di masjid. Kemudian tata cara
detailnya. Bagaimana sholat berjama‟ah itu? Shof-nya harus rapat, kaki bertemu
dengan kaki, pundak bertemu dengan pundak. Ini salah satu contoh dalam hal ibadah
shalat. Begitu juga dengan keimanan dan lain-lain harus lurus karena Allah ‫ جعالي‬dan
sistemnya sesuai dengan contoh Nabi Shalallohu alihi wasallam.
Dan ini artinya kita hanya beribadah menghadap kepada-Nya semata dengan semua
macam-macam ibadah dan bentuknya (sistemnya).
Demikianlah konsekuensi dari tauhid uluhiyah, bahwa kita menolak sistem hidup,
aturan dan lain sebagainya yang datang dari tuhan-tuhan lain. Dan kita hanya
menerima apa yang datangnya dari Allah ‫ جعالي‬semata serta melaksanakannya sesuai
dengan Sunnah Nabi-Nya yang mulia.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah ‫ جعالي‬dalam beribadah,
dalam ketundukan dan ketaatan secara mutlak sesuai dengan tuntunan AL-Qur‟an
dan Assunnah. Oleh sebab itu tidak diibadahi kecuali hanya Allah ‫ جعالي‬semata dan
tidak boleh dipersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun baik yang ada di bumi
ataupun di langit dan tidak mencontoh dalam tatacara beribadah selain dari contoh
yang telah di contohkan oleh Nabi Shalallohu alaihi wasallam dan Khulafa
Arrasyidin Almahdiyyin. Dengan demikian menjadi wajiblah bagi kita memahami
makna tauhid uluhiyah secara mendalam, yaitu: Mengetahui definisi, cakupan dan
konsekuensinya, Mengetahui beberapa pelanggaran terhadap tauhid uluhiyah
sehingga dapat menjauhinya dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Diskusi
A. Masih banyakkah pelanggran-pelanggaran terhadap tauhid uluhiyah di
Indonesia?
B. Contoh pelanggaran tauhid uluhiyah apa yang paling banyak di jumpai di
masyarakat?
C. Bagaimana cara penghapus kebiasaan ibadah masyarakat yang masih sering
bercampur dengan syirik uluhiyah?

12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al Karim

Kitab Al-Aqidah Al-Wasithiyyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Syarh Tsalatsatil Ushul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Kitab At-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Kitab Taysirul „Azizil Hamid

Kitab Al-Qoulul Mufid

Kitab Tafsir Ibnu Katsir

13

Anda mungkin juga menyukai