Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TAUHID ULUHIYYAH

Dosen Pembimbing:
Deni Irwansyah Lase, M.Sos.

DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 4
Siti Zahra 0101222094
Mahzura Alfirah Ritonga 0101222108
Rifky Bas Praptama Sembiring 0101222111
Mata Kuliah : Ilmu Tauhid

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
1444 H / 2022 M

i
Daftar Isi

Daftar isi .........................................................................................................i

Pembahasan

A. Pengertian Tauhid Uluhiyah.................................................................1


B. Definisi tauhid uluhiyah........................................................................2
C. Cakupan Tauhid Uluhiyah ...................................................................3
D. Contoh Tauhid Uluhiyah Dan Syiriknya..............................................6
E. Pelanggaran terhadap tauhid uluhiyah..................................................6
F. Konsekuensi tauhid uluhiyah................................................................6

Kesimpulan......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

ii
Pembahasan

A. Pengertian Tauhid Uluhiyah

Kata tauhid secara bahasa berasal dari kita il wahhada-yuwahhidu (dengan


huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali
diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya”.1

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai


satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. 2
Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan
sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang
shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid
hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Kata uluhiyah berasal dari alaha–ya‟lahu–ilahah– uluhah yang


bermakna menyembah dengan disertai rasa cinta dan pengagungan. Sehingga
kata ta’alluh diartikan penyembahan yang disertai dengan kecintaan dan
pengagungan.3

Dari penjelasan makna kata Tauhid dan Uluhiyah diatas, dapat kita
ketahui bahwa makna Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam
beribadah, dalam ketundukan dan ketaatan secara mutlak. Oleh sebab itu tidak
diibadahi kecuali Allah semata dan tidak boleh dipersekutukan dengan-Nya
sesuatu apapun baik yang ada di bumi ataupun di langit.

1
Syarh Tsalatsatil Ushul, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, hal. 39.

2
Syarh Tsalatsatil Ushul Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, hal. 39.

1
3
lihat at-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 6 dan 74-76, lihat juga al-Mufradat Gharib
al-Qur‟an [1/26] karya Imam ar-Raghib al-Ashfahani

B. Definisi tauhid uluhiyah

Tauhid uluhiyah bisa didefinisikan sebagai: mengesakan Allah dengan


perbuatan hamba. Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah berkata,
“Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba,
seperti dalam hal do‟a, istighotsah/ memohon keselamatan, isti’adzah/
meminta perlindungan, menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya. Itu
semuanya wajib ditujukan oleh hamba kepada Allah semata dan tidak
mempersekutukan-Nya dalam hal itu ibadah dengan sesuatu apapun.”. 4

Dari sini pula, dapat dipahami bahwa makna yang benar dari kalimat laa
ilaha illallah adalah tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (laa
ma’buda haqqun illallah). Dalam Q.S QS. al-Hajj ayat 62 allah berfirman :

“Yang demikian itu, karena Allah adalah al-Haq/ sesembahan yang benar,
adapun segala yang mereka seru/ sembah selain-Nya adalah batil.” (QS. al-Hajj:
62).

Allah juga berfirman (yang artinya) “Dan ilah (sesembahan) kalian adalah
ilah yang satu saja. Tidak ada ilah yang benar selain Dia. Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 163).

Oleh sebab itu orang-orang musyrik ketika mendengar dakwah Nabi


shallallahualaihi wa sallam kepada kalimat laa ilaha illallah maka mereka pun
mengatakan (yang artinya),“Apakah dia -Muhammad- akan menjadikan ilah-ilah
itu menjadi satu ilah saja. Sungguh, ini adalah perkara yang sangat
mengherankan.” (QS. Shaad: 5).

2
4
lihat Qathfu al-Jana ad-Dani, hal. 56

Allah juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya mereka itu apabila


dikatakan kepada mereka laa ilaha illallah, maka mereka menyombongkan diri.
Mereka mengatakan, “Apakah kami harus meninggalkan ilah-ilah/ sesembahan-
sesembahan kami gara-gara ucapan seorang penyair gila?” (QS. ash-Shaffat:
35-36).5

C. Cakupan Tauhid Uluhiyah


1. Dalam Niat.
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Dan wajib atas seseorang mengikhlaskan
niat kepada Allah dalam seluruh ibadahnya dan hendaklah meniatkan
ibadahnya semata-mata untuk mengharap wajah Allah dan negeri akhirat.
Inilah yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya QS.
Al Bayyinah ayat 5

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al Bayyinah: 5).

Yakni, mengikhlaskan niat setiap amalan hanya kepada-Nya. Hendaknya


kita menghadirkan niat dalam semua ibadah, misalnya ketika wudhu; kita
niatkan berwudhu karena Allah Azza wa Jalla dan untuk melaksanakan perintah
Allah Azza wa Jalla. Tiga perkara berikut (yang harus dihadirkan dalam niat):
1. Berniat untuk beribadah,
2. Berniat beribadah tersebut karena Allah semata, dan
3. Berniat bahwa ia menunaikannya demi melaksanakan perintah Allah. 6

3
5
lihat al-Qaul al-Mufid fi Adillat at-Tauhid, hal. 25 karya Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab al-Wushobi
6
Kitab Syarah Riyadhus Shalihin, Syaikh Al Utsaimin I/10
2. Dalam Tawakal.
Allah Ta’ala telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk selalu
bertawakkal hanya kepada-Nya, sebagaimana dalam Q.S Al-Maidah ayat 23

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-
benar orang yang beriman.” (Q.S Al-Maidah: 23)

Asy-Syaikh Sulaiman bin Abdullah rahimahullah berkata, “Dalam ayat ini


terdapat dalil bahwa tawakkal kepada Allah adalah ibadah dan hukumnya wajib,
maka mempersembahkannya kepada selain Allah Ta‟ala adalah syirik.” 7

3. Dalam Nazar.
Nazar termasuk ibadah, sehingga wajib dipersembahkan kepada Allah
Bahkan Allah telah memuji orang-orang yang beriman karena nazar yang
mereka tunaikan, sebagaimana firman-Nya Q.S Al-Insan ayat 7:

ْ ‫يُ ْوفُ ْونَ ِبالنَّ ْذ ِر َويَ َخافُ ْونَ َي ْو ًما َكانَ ش َُّر ٗه ُم‬
‫ست َِط ْي ًر‬
“Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata
di mana-mana.” (Q.S Al-Insan :7)

Asy-Syaikh Al-„Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah telah memuji


orang- orang yang beriman karena telah menunaikan nazar mereka dan
menjadikan hal tersebut sebagai sebab masuknya mereka ke dalam surga. Dan
suatu amalan yang bisa menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga
adalah ibadah, maka wajib mempersembahkan ibadah tersebut hanya kepada
Allah semata.” 8

4
7
Kitab Taysirul „Azizil Hamid, hal. 497
8
Al-Qoulul Mufid, 1/317

4. Dalam Sumpah.
Dalam sumpah terkandung sikap pengagungan kepada yang namanya
disebut dalam sumpah tersebut. Sedangkan pengagungan termasuk jenis ibadah
yang tidak boleh ditujukan, kecuali hanya kepada Allah Azza wa Jalla.
Berdasarkan hal itu, maka bersumpah dengan menyebut nama selain nama Allah
adalah perbuatan syirik. Sebab dalam sumpah tersebut terkandung pengagungan
kepada selain Allah, berdasarkan hadits dari Umar bin Khaththab
Radhiyallahuanhu, bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda :“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah,
maka sungguh dia telah kafir atau musyrik”.9

5. Dalam Do’a.

D‟a adalah ibadah yang Allah perintahkan kepada hambanya untuk


berdo’a hanya kepada Allah semata. Barangsiapa yang melakukan
sebagian dari ibadah ini untuk selain Allah, sungguh ia telah menjadi kafir, yaitu
telah keluar dari agama Allah dan termasuk golongan yang disebut dalam
FirmanNya QS. Ghafir ayat 60:

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan


Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina“.
(QS. Ghafir: 60)

5
8
Al-Qoulul Mufid, 1/317

9
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, seperti yang dikutip Ibnu Katsir dalam tafsrinya (1/57).

Syaikh Sulaiman berkata dalam Taisirul Aziz (hal 587): „Sanadnya jayyid‟.

D. Contoh Tauhid Uluhiyah Dan Syiriknya

Contoh dari tauhid uluhiyah adalah

1. Bertawakal kepada Allah Swt

2. Meminta pertolongan hanya kepada Allah Swt

3. Menyandarkan nasib hanya kepada Allah Swt

Sedangkan Contoh Syirik uluhiyah adalah segala sesuatu bentuk peribadatan


yang ditunjukkan selain Allah semata atau dalam ibadah yang dilakukan ada
tujuan-tujuan lain selain dari Allah, seperti:

1. Meminta pertolongan kepada jin dengan sesajen atau sedekah laut


2. Berdoa kepada kuburan atau memohon kepada orang yang sudah wafat .
3. Menyandarkan nasibnya kepada paranormal (dukun)
4. Dll.

E. Pelanggaran terhadap tauhid uluhiyah

Pelanggaran-pelanggaran dalam tauhid uluhiyah atau disebut juga dengan


syirik uluhiyah ini yaitu dengan memalingkan ibadah kepada selain Allah Azza
wa Jalla seperti; berdoa /meminta kepada kuburan atau ahli kubur, meminta
pertolongan kepada jin, meminta barokah kepada orang tertentu, menyandarkan
nasibnya (bertawakkal) kepada benda tertentu, seperti batu, jimat, cincin, keris,
dan semacamnya. Karena doa dan tawakkal termasuk ibadah, maka harus
ditujukan hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.

F. Konsekuensi tauhid uluhiyah

Konsekuensi dari tauhid uluhiyah adalah ikhlas mentauhidkan ilah itu sendiri
yaitu mengesakan Allah dalam semua ibadah hanya kepada-Nya dan

6
meninggalkan secara total seluruh bentuk pelanggaran atau penyimpangan
ibadah kepada selain- Nya. Mengikhlaskan ibadah mencakup dua hal.

1. Mengikhlaskan niatnya.

2. Mengikhlaskan sistemnya.

Ini yang terkadang kita kurang pahami, beribadah ikhlas kepada Allah tapi
sistem yang digunakan adalah sistem agama lain. Ini tidak bisa, ketika kita
mengikhlaskan ibadah kepada Allah , kita juga harus mengikhlaskan sistemnya
kepada Allah. Jangan kita gunakan lagi bentuk peribadatan yang
tercampur- campur dengan sistem nenek moyang kita. Seperti kaum kafir
Quraisy dulu ketika mau menerima Allah , tapi mereka tidak mau meninggalkan
tradisi nenek-nenek moyang mereka. Allah berfirman:

“Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak),


tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami”. (QS. Al Baqarah [2]:170)

Makanya tidak cukup syahadat kita dengan satu kalimat “laa ilaha ilallah,”
saja tapi harus dilengkapi dengan kalimat berikutnya “wa anna
Muhammadarrasulullah.” Para ulama mengatakan bahwa syahadat Muhammad
sebagai rasul Allah adalah syahadat ittiba‟, mengikuti secara murni dan tertib
persis seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallohu alaihi wasallam.
Contohnya seperti shalat. Sabda Nabi Shalallohu alihi wasallam: “Sholatlah
kalian sebagaimana aku sholat,”dalam hadits tersebut Nabi shalallohu alaihi
wasallam memerintahkan agar kita mengikuti shalat sebagaimana Ia shalat. Nah,
bagaimana Rasulullah Shalallohu alihi wasallam sholat?
1. Pertama, waktunya. Rasulullah sholat di awal waktu.
2. Yang kedua, tempatnya. Bagi laki-laki, sholat fardhu dilakukan di masjid
bukan di rumah.
Kemudian caranya? Dengan berjama‟ah. Kita bisa lihat kisah mengenai Ibnu

7
Ummu Maktum yang buta namun karena masih mendengar adzan maka tidak
ada udzur baginya untuk sholat berjama‟ah di masjid. Kemudian tata cara
detailnya. Bagaimana sholat berjama‟ah itu? Shof-nya harus rapat, kaki bertemu
dengan kaki, pundak bertemu dengan pundak.

Ini salah satu contoh dalam hal ibadah shalat. Begitu juga dengan keimanan
dan lain-lain harus lurus karena Allah dan sistemnya sesuai dengan contoh Nabi
Shalallohu alihi wasallam. Dan ini artinya kita hanya beribadah menghadap
kepada-Nya semata dengan semua macam-macam ibadah dan bentuknya
(sistemnya).
Demikianlah konsekuensi dari tauhid uluhiyah, bahwa kita menolak sistem
hidup, aturan dan lain sebagainya yang datang dari tuhan-tuhan lain. Dan kita
hanya menerima apa yang datangnya dari Allah semata serta melaksanakannya
sesuai dengan Sunnah Nabi-Nya yang mulia.

8
Kesimpulan
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam beribadah, dalam
ketundukan dan ketaatan secara mutlak sesuai dengan tuntunan AL-Qur‟an
dan Assunnah. Oleh sebab itu tidak diibadahi kecuali hanya Allah semata dan
tidak boleh dipersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun baik yang ada di bumi
ataupun di langit dan tidak mencontoh dalam tatacara beribadah selain dari
contoh yang telah di contohkan oleh Nabi Shalallohu alaihi wasallam dan
Khulafa Arrasyidin Almahdiyyin. Dengan demikian menjadi wajiblah bagi kita
memahami makna tauhid uluhiyah secara mendalam, yaitu: Mengetahui definisi,
cakupan dan konsekuensinya, Mengetahui beberapa pelanggaran terhadap tauhid
uluhiyah sehingga dapat menjauhinya dan dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Al Karim

Kitab Al-Aqidah Al-Wasithiyyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-


Utsaimin Syarh Tsalatsatil Ushul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Kitab At-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Syaikh Muhammad bin Shalih Al-


Utsaimin Kitab Taysirul , Azizil Hamid

Kitab Al-Qoulul Mufid Kitab Tafsir Ibnu Katsir

10

Anda mungkin juga menyukai