Anda di halaman 1dari 31

MUQODIMAH

 Hadits-hadits
tentang Urgensinya
Ikhlash
‫‪DARI UMAR BIN KHOTOB‬‬
‫‪‬‬‫إنما األعمال بالنيات وإنما لكل‬
‫امرئ مانوي ‪ .‬فمن كانت هجرته‬
‫الي هللا ورسوله فهجرته الي‬
‫هللا ورسوله ومن كانت هجرته‬
‫لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها‬
‫فهجرته إلي ما هاجر إليه‬
‫‪‬‬ ‫‪Al-Imam Muslim meriwayatkan dari Abu‬‬
‫‪Hurairah, dia berkata: Saya mendengar‬‬
‫‪Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam‬‬
‫‪bersabda:‬‬
‫‪‬‬ ‫إن أول الناس يقضى يوم القيامة عليه رجل استشهد فأتي به‬
‫فعرّ فه نعمته فعرفها‪ ،‬قال‪ :‬فما عملت فيها؟ قال‪ :‬قاتلت فيك حتى‬
‫استشهدت‪ .‬قال‪ :‬كذبت ولكنك قاتلت ألن يقال جريء فقد قيل‪ ،‬ثم‬
‫أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار‪ ،‬ورجل تعلم العلم‬
‫وعلمه وقرأ القرآن‪ ،‬فأتي به فعرفه نعمه فعرفها‪ ،‬قال‪ :‬فما عملت‬
‫فيها؟ قال‪ :‬تعلمت العلم وعلّمته وقرأت فيك القرآن‪ .‬قال‪ :‬كذبت‬
‫ولكنك تعلمت ليقال عالم وقرأت القرآن ليقال هو قارئ فقد قيل‪،‬‬
‫ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار‬
 "Sesungguhnya manusia yang pertama kali akan diadili pada
hari kiamat adalah seseorang yang dipersaksikan mati syahid,
maka orang itupun didatangkan lalu dikenalkan nikmat-nikmat
yang telah diberikan kepadanya maka diapun mengenal dan
mengakuinya. Allah berkata: "Untuk apa kamu berperang?" Dia
menjawab: "Aku berperang karena Engkau sampai aku mati
syahid." Allah membantahnya: "Kamu dusta, akan tetapi kamu
berperang agar dikatakan sebagai seorang yang pemberani."
Maka dikatakan kepadanya dan diperintahkan kemudian
ditelungkupkan di atas wajahnya lalu dimasukkan ke dalam
neraka.

Dan seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya
kepada yang lain serta membaca Al-Qur`an, maka orang inipun
didatangkan lalu diperkenalkan nikmat-nikmat kepadanya maka
diapun mengenal dan mengakuinya. Allah berkata kepadanya:
"Untuk apa kamu melakukan semuanya ini?" Diapun menjawab:
"Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-
Qur`an karena Engkau, Ya Allah." Allahpun membantahnya:
"Kamu dusta, akan tetapi sebenarnya kamu mempelajari ilmu
agar dikatakan sebagai orang yang berilmu dan kamu membaca
Al-Qur`an agar dikatakan sebagai orang yang ahli membaca."
Maka dikatakan kepadanya dan diperintahkan lalu dia
ditelungkupkan di atas wajahnya sampai dilemparkan ke dalam
neraka." (Riwayat Muslim)
 Al-Imam Abu Dawud dan lainnya meriwayatkan hadits dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
 ‫ْب‬َ ‫ُصي‬ِ ‫َم ْن تَ َعلَّ َم ِع ْل ًما ِم َّما يُ ْبتَ َغى بِ ِه َوجْ هُ هللاِ َع َّز َو َج َّل الَ يَتَ َعلَّ ُمهُ إِالَّ ِلي‬
‫ف ْال َجنَّ ِة يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة‬
َ ْ‫ضا ِم َن ال ُّد ْنيَا لَ ْم يَ ِج ْد َعر‬
ً ‫بِ ِه َع َر‬
 "Barangsiapa mempelajari ilmu yang
seharusnya dia mengharapkan Wajah Allah,
akan tetapi dia tidak mempelajarinya kecuali
untuk mendapatkan satu bagian dari dunia,
maka dia tidak akan mendapatkan baunya
surga pada hari kiamat."
 (HR. Abu Dawud no.3664, Ibnu Majah 1/93, Al-Hakim 1/85 dan
beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabiy serta
dishahihkan oleh An-Nawawiy di dalam Al-Majmuu’ 1/23)
Dari Sufyan Ats-Tsauriy
 Bahwasanya beliau berkata: "Tidaklah
seorang hamba bertambah ilmunya lalu
bertambah pula kecintaannya kepada
dunia kecuali dia akan semakin bertambah
jauh dari Allah." (Al-Majmuu’, 1/24)
 Oleh karena itulah, para ulama penuh
perhatian dalam membicarakan
permasalahan ikhlash dan menekankan
atasnya serta keharusan waspada dari
riya` dan sum’ah terkhusus dalam
permasalahan menuntut ilmu.
Macam-Macam Niat
 Istilah niat meliputi dua hal; menyengaja melakukan suatu
amalan [niyat al-'amal] dan memaksudkan amal itu untuk
tujuan tertentu [niyat al-ma'mul lahu].
 Yang dimaksud niyatu al-’amal adalah hendaknya ketika
melakukan suatu amal, seseorang menentukan niatnya
terlebih dulu untuk membedakan antara satu jenis
perbuatan dengan perbuatan yang lain.
 Misalnya mandi, harus dipertegas di dalam hatinya
apakah niatnya untuk mandi biasa ataukah mandi besar.
 Dengan niat semacam ini akan terbedakan antara
perbuatan ibadat dan non-ibadat/adat. Demikian juga,
akan terbedakan antara jenis ibadah yang satu dengan
jenis ibadah lainnya. Misalnya, ketika mengerjakan shalat
[2 raka'at] harus dibedakan di dalam hati antara shalat
wajib dengan yang sunnah. Inilah makna niat yang sering
disebut dalam kitab-kitab fikih.
Macam-Macam Niat
 Sedangkan niyat al-ma’mul lahu maksudnya adalah
hendaknya ketika beramal tidak memiliki tujuan lain
kecuali dalam rangka mencari keridhaan Allah,
mengharap pahala, dan terdorong oleh kekhawatiran
akan hukuman-Nya.
 Dengan kata lain, amal itu harus ikhlas. Inilah maksud
kata niat yang sering disebut dalam kitab aqidah atau
penyucian jiwa yang ditulis oleh banyak ulama salaf dan
disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 Di dalam al-Qur’an, niat semacam ini diungkapkan
dengan kata-kata iradah (menghendaki) atau ibtigha’
(mencari). (Diringkas dari keterangan Syaikh as-Sa’di
dalam Bahjat al-Qulub al-Abrar, sebagaimana tercantum
dalam ad-Durrah as-Salafiyah, hal. 36-37 dengan sedikit
penambahan dari Jami’ al-’Ulum oleh Ibnu Rajab hal. 16-
17)
‫ إال‬.‫ت الجن واإلنس‬.‫وما خلق‬
‫ليعبدون‬.
 “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaku.” (QS.
Az-Zariyat : 56).

Ibadah, dalam ayat ini, artinya : Tauhid. Dan


perintah Allah yang paling agung adalah
tauhid, yaitu memurnikan ibadah untuk Allah
semata-mata. Sedang larangan Allah yang
paling besar adalah syirik, yaitu : menyembah
selain Allah di samping menyembahNya.
  
Firman Allah Subhanahu wata’ala :
‫] أيشركون ما ال يخلق شيئا وهم يخلقون وال يستطيعون لهم نصرا وال أنفسهم ينصرون‬
Apakah mereka mempersekutukan (Allah) dengan berhala-berhala 
yang tidak dapat menciptakan sesuatupun ? sedangkan berhala-
berhala itu sendiri buatan orang, dan berhala-berhala itu tidak
mampu memberi pertolongan kepada penyembah   penyembahnya
 dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat
.memberi pertolongan.” (QS. Al A’raf, 191-192)
DEFINISI IBADAH
 Ibadah adalah puncak ketundukan dan
perendahan diri dan puncak kecintaan dan
bergantungnya seseorang yang melakukan
peribadahan tersebut.
  
 Dengan ungkapan yang lain, ibadah
adalah sebutan yang mencakup seluruh
apa yang dicintai Allah dan yang diridhai-
Nya berupa ucapan maupun perbuatan
yang dhohir maupun yang batin.
Berapakah macam ibadah yang
Allah perintahkan ?
Jawaban :
 Banyak sekali diantaranya : Islam, Iman,
Ihsan, doa, khauf (rasa takut), Raja’ (rasa
harap), Tawakkal, Raghbah, Rahbah,
khusu’, Khasyah, Inabah, Isti’anah,
Isti’adzah, Istighatsah dan menyembelih,
Nadzar dan yang lainnya dari ibadah-ibadah
yang Allah perintahkan. Kesemuanya itu
khusus untuk Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan
menerima suatu amalan apapun dari siapa pun
kecuali setelah terpenuhinya dua syarat yang
sangat mendasar dan prinsipil, yaitu:

1.    Amalan tersebut harus dilandasi
keikhlasan hanya kepada Allah, sehingga
pelaku amalan tersebut sama sekali tidak
mengharapkan dengan amalannya tersebut
kecuali wajah Allah Ta’ala.

2.    Kaifiat pelaksanaan amalan tersebut
harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam-.
“Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Rabbnya
maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun
dalam beribadat kepada
Rabbnya”. (QS. Al-Kahfi : 110)
 Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah-
berkata dalam Tafsirnya (3/109)
menafsirkan ayat di atas, “
 [Maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh], Yaitu apa-apa yang sesuai
dengan syari’at Allah,
 [dan janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadat kepada
Rabbnya] yaitu yang hanya diinginkan
wajah Allah dengannya tanpa ada sekutu
bagi-Nya.
 Inilah dua rukun untuk amalan yang
diterima,
 harus ikhlas hanya kepada Allah
dan benar di atas syari’at
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa ala
alihi wasallam-”.
Dan juga Firman Allah Ta’ala:
“Dia lah yang menjadikan mati
dan hidup, agar Dia menguji
kalian, siapa di antara kalian yang
paling baik amalannya”. (QS. Al-
Mulk : 2)
 Al-Fudhoil bin Iyadh -rahimahullah-
sebagaimana dalam Majmu’ Al-Fatawa
karya Ibnu Taimiah -rahimahullah-
(18/250) berkata ketika menafsirkan
firman Allah
 ["siapa di antara kalian yang paling baik
amalannya”], “(Yaitu) Yang paling
ikhlas dan yang paling benar.
 “sesungguhnya amalan, jika ada
keikhlasannya akan tetapi belum
benar, maka tidak akan diterima.
 Jika amalan itu benar akan tetapi
tanpa disertai keikhlasan, maka juga
tidak diterima, sampai amalan
tersebut ikhlas dan benar.
 Yang ikhlas adalah yang
hanya (diperuntukkan) bagi
Allah dan yang benar adalah
yang berada di atas sunnah
(Rasulullah -shallallahu alaihi
wasallam-)”.
Syarat Pertama: Pemurnian
Keikhlasan Hanya Kepada Allah

Ini adalah konsekuensi dari syahadat
pertama yaitu persaksian bahwa tidak
ada sembahan yang berhak untuk
disembah dan diibadahi kecuali hanya
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- semata
serta meninggalkan dan berlepas diri
dari berbagai macam bentuk kesyirikan
dan penyembahan kepada selain Allah
Ta’ala.
 “Katakanlah, “Sesungguhnya aku
diperintahkan supaya menyembah Allah
dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama”. (QS.
Az-Zumar : 11)

Dan dalam firman-Nya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama dengan lurus”.
(QS. Al-Bayyinah : 5)
َ‫اآلخ َر ِة نَ ِز ْد لَهُ فِي َح ْرثِ ِه‬ ِ ‫ث‬ َ ‫ان يُ ِري ُد َح ْر‬
َ ‫نْ َك‬
ُ‫ث ال ُّد ْنيَا نُ ْؤتِ ِه ِم ْن َها َو َما لَه‬َ ‫ان يُ ِري ُد َح ْر‬
َ ‫َو َمنْ َك‬
‫ب‬
ٍ ‫صي‬ ِ َ‫اآلخ َر ِة ِمنْ ن‬
ِ ‫فِي‬
 ‫م‬
 "Barangsiapa yang menghendaki
keuntungan di akhirat akan Kami tambah
keuntungan itu baginya dan barangsiapa
yang menghendaki keuntungan di dunia
akan Kami berikan kepadanya sebagian
dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagianpun di akhirat."
[Asy-Syuuraa:20]
Hadits :
 “Sesungguhnya setiap amalan hanyalah
tergantung dengan niatnya masing-masing,
dan setiap orang hanya akan mendapatkan
apa yang dia niatkan. Maka, barangsiapa
yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia
yang hendak dia raih atau karena perempuan
yang hendak dia nikahi, maka hijrahnya
kepada sesuatu yang dia hijrah kepadanya”.
 (HR. Al-Bukhari no. 54, 2392 dan Muslim no. 1907 dari sahabat Umar
bin Al-Khaththab -radhiallahu anhu-)
Keikhlasan yang diinginkandi sini
adalah mencakup dua perkara:
 1.    Lepas dari syirik ashgar (kecil)
berupa riya` (ingin dilihat), sum’ah (ingin
didengar), keinginan mendapatkan balasan
duniawi dari amalannya, dan yang
semisalnya dari bentuk-bentuk
ketidakikhlasan.
 Karena semua niat-niat di atas
menyebabkan amalan yang sedang
dikerjakan sia-sia, tidak ada artinya dan
tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala.
Hadits qudsi:”
 “Barangsiapa yang mengerjakan suatu
amalan apapun yang dia
memperserikatkan Saya bersama selain
Saya dalam amalan tersebut, maka akan
saya tinggalkan dia dan siapa yang dia
perserikatkan bersama saya”. (HR. Muslim
no. 2985 dari Abu Hurairah -radhiallahu
anhu-)
Kata “dia” bisa kembali kepada pelakunya
dan bisa kembali kepada amalannya,
Wallahu A’lam. Lihat Fathul Majid hal. 447.
Alloh berfirman:”
 “Barangsiapa yang menghendaki (dengan
ibadahnya) kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka
di dunia dengan sempurna dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-
orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan”. (QS. Hud : 15-16)
 2.    Lepas dari syirik akbar (besar),
yaitu menjadikan sebahagian dari atau
seluruh ibadah yang sedang dia
amalkan untuk selain Allah -Subhanahu
wa Ta’ala-.
 Perkara kedua ini jauh lebih berbahaya,
karena tidak hanya membuat ibadah
yang sedang diamalkan sia-sia dan
tidak diterima oleh Allah, bahkan
membuat seluruh pahala ibadah yang
telah diamalkan akan terhapus
seluruhnya tanpa terkecuali
 “Dan sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada
(Nabi-Nabi) yang sebelummu: “Jika
kamu berbuat kesyirikan, niscaya
akan terhapuslah seluruh
amalanmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang
merugi”. (QS. Az-Zumar : 65)
Contoh :
 Seseorang yang mengerjakan haji
dengan ikhlas dan sesuai dengan
petunjuk Nabi -shallallahu alaihi
wasallam-, hanya saja dia meyakini
bahwa ada makhluk yang mengetahui
perkara ghaib. Maka hajinya pun tidak
akan diterima karena dia telah meyakini
keyakinan yang rusak lagi merupakan
kekafiran.
‫وهللا أعـلــم‬

‫الحمد هلل رب العالمين‬

Anda mungkin juga menyukai