Anda di halaman 1dari 10

HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM

DOSEN PEMBIMBING

Arprizal, SE.,M.Sy

Disusun Oleh :

ELA JULIYANI ( 220301097)

SEPTIANA SRINANDINI ( 220301076)

AFRIANTI KARTIKA PUTRI (220301099)

NUR RAHAYU SABRINA DAMAYATI (220301079)

HANUM NUR RAHMADANI(220301073)

FITRI RAUDAH RAHMAH (220301078)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU


2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Untuk itu tak lupa penulis mengucapkan terimakasih dan


penghargaan tinggi kepada:

Bapak Arprizal, SE.,M.Sy selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Al-Islam 2

Maka dari itu kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian Makalah ini dibuat Penulis sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca terutama mengenai "Hakikat Ibadah
Dalam Islam ". Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pekanbaru, 10 Maret 2023

Penyusun
BAB 1

Pendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Ibadah ?
2. Apa saja macam-macam ibadah?
3. Apa saja syarat diterimanya ibadah?
4. Apa saja bentuk-bentuk ibadah?

1.3 TUJUAN MASALAH


Untuk mengetahui serta menambah wawasan pembaca mengeni Hakikat Ibadah Dalam
Islam
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah

Secara umum ibadah memiliki arti segala sesuatu yang dilakukan manusia atas dasar patuh
terhadap pencipta Nya sebagai jalan untuk mendekatka diri kepada Nya. Ibadah menurut
bahasa (etimologis) adalah diambil dari kata ta’abbud yang berarti menundukkan dan
mematuhi dikatakan thariqun mu’abbad yaitu : jalan yang ditundukkan yang sering dilalui
orang. Ibadah dalam bahasa Arab berasal dari kata abda’ yang berarti menghamba. Jadi,
meyakini bahwasanya dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki keberdayaan
apa- apa sehingga ibadah adalah bentuk taat dan hormat kepada Tuhan Nya.

Sedangkan menurut sebagian ulama tauhid, ibadah adalah mengesakan Allah Ta’ala dengan
sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukan jiwa setunduk-tunduknya kepada-
Nya.

Pengertian ini didasarkan pada firman Allah dalam Alquran (QS An-nisa’ ayat 36)
‫هّٰللا‬
ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
‫ب‬ ِ ‫ار ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْال َج‬ِ ‫َوا ْعبُدُوا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْيـًٔا َّوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِحْ َسانًا َّوبِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َج‬
‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخوْ ر ًۙا‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ۢ ْن‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِ ْي ۙ ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫َوالصَّا ِح‬

Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu


apapun.”

Manusia diciptakan bukan sekadar untuk hidup mendiami dunia ini dan mengalami kematian
tanpa adanya pertanggung jawaban kepada pencipta, melainkan manusia diciptakan oleh
Allah Swt. untuk mengabdi kepada- Nya. Hal ini dijelaskan pula dalam Q.S. Al Bayyinah
[98]: 5:

‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ ۚ َو ٰ َذلِكَ ِدينُ ْٱلقَيِّ َم ِة‬


۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َويُْؤ ت‬ ۟ ‫َويُقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬

Wa mā umirū illā liya’budullāha mukhliṣīna lahud-dīna ḥunafā`a wa yuqīmuṣ-ṣalāta wa


yu`tuz-zakāta wa żālika dīnul-qayyimah

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.”

B. Hakikat Ibadah

Makna sesungguhnya dalam ibadah ketika seseorang diciptakan maka tidak semata- mata ada
di dunia ini tanpa ada tujuan di balik penciptaannya tersebut Menumbuhkan kesadaran diri
manusia bahwa ia adalah makhluk Allah SWT. yang diciptakan sebagai insan yang mengabdi
kepada- Nya. Hal ini seperti firman Allah SWT. dalam QS Al- Dzariyat [51]:56:16

‫ِإ ِإ ِإنَِّإ ِإ‬


ُ ‫ت‬
‫تووا‬ ُ ‫ي ْق‬ ُ ‫و َ َ ا َ َ ْق‬
َ َ ‫ت ا ْق ا َّن ا َ و ْق ا َن ا ا‬

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.

(Q.S Adz Dzariyat 56)

Berikut Hadits Bukhari tentang ibadah yang paling dicintai Allah adalah ibadah yang
istiqomah disertai dengan lafadz Arab, latin, arti atau terjemahan dalam bahasa Indonesia:

‫ت‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل َعلَ ْيهَا َو ِع ْن َدهَا ا ْم َرَأةٌ ق‬


ْ َ‫ال َم ْن هَ ِذ ِه قَال‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫َح َّد ثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ْال ُمثَنَّى َح َّد ثَنَا يَحْ يَى ع َْن عَاِئ َشةَ َأ َّن النَّب‬
ُ‫صا ِحبُه‬َ ‫ال َم ْه َعلَ ْي ُك ْم بِ َما تُ ِط ْيقُونَ فَ َوهللاِ اَل يَ َملُّ هللاُ َحتَّى تَ َملُّوا َو َكانَ َأ َحبَّ الدِّي ِن ِإلَ ْي ِه َمادَا َم َعلَ ْي ِه‬ َ ‫فُاَل نَةُ ت َْذ ُك ُر ِم ْن‬
َ َ‫صاَل تِهَاق‬

Arab-latin:

Haddatsanā muhammadubnul mutsanna haddatsanā yahya ‘an ‘āisyata annan nabiyyi


shollallahu ‘alaihi wasallama dakhola ‘alaihā wa’indahām roatun qōla man hadzihi qōlat
fulānatu tadzkuru min sholātihā qōlamah ‘alaikum bimā tuthīqūna fawālahi lā yamallullahu
hatta tamallū wakāna ahabbaddī.

Artinya “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsama berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Hisyam berkata, telah mengorbankan kepadaku dri
Aisyah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendatanginya dan bersamanya ada
seorang wanita lain, lalu Nabi SAW bersabda:

’Siaa ini?’ Aisyah menjawab: ‘Si Fulanah’.

Lalu diceritakan tentang salatnya. Maka Nabi SAW bersabda: ‘Tinggalkanlah apa yang tidak
kalilan sanggupi, demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang menjadi
bosan, dan agama yang paling dicintai-Nya adalah apa yang senantiasa dikerjakan secara
rutin dan kontinyu (istiqomah)” (HR. Bukhari).ni ilaihi mā dāma ‘alaihi shōhibuhu.
C. Macam –Macam Ibadah

Menurut Ahmad Thib Raya dan Siti Musdiah Mulia dalam bukunya menyelami seluk beluk
ibadah dalam islam, secara garis besar ibadah dapat dibagi menjadi dua macam:

1. Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdhah (ibadah yang ketentuannya pasti) yakni,
ibadah yang ketentuan dan pelaksanaan nya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari
ibadah kepada Allah SWT. seperti shalat, puasa, zakat dan haji

2. Ibadah ‘ammah (umum), yakni semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan
dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. seperti minum, makan, dan bekerja
mencari nafkah.

Pengaturan hubungan manusia dengan Allah telah diatur dengan secukupnya, sehingga tidak
mungkin berubah sepanjang masa. Hubungan manusia dengan Allah merupakan ibadah yang
langsung dan sering disebut dengan ‘Ibadah Mahdhah penggunaan istilah bidang ‘Ibadah
Mahdhah dan bidang ‘Ibadah Ghairu Mahdhah atau bidang ‘Ibadah dan bidang Muamalah,
tidaklah dimaksudkan untuk memisahkan kedua bidang tersebut, tetapi hanya membedakan
yang diperlukan dalam sistematika pembahasan ilmu.

D. Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah merupakan perkara yang sakral. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang
disyariatkan kecuali berdasarkan al- Qur’an dan sunnah. Semua bentuk ibadah harus
memiliki dasar apabila ingin melaksanakannya karena apa yang tidak disyariatkan berarti
bid’ah, sebagaimana yang telah diketahui bahwa setiap bid’ah adalah sesat sehingga mana
mungkin kita melaksanakan ibadah apabila tidak ada pedomannya? Sudah jelas, ibadah
tersebut akan ditolak karena tidak sesuai dengan tuntunan dari Allah maupun Rasul Nya.

Menurut Syaikh Dr.shalih bin Fauzan bin Abdulah, “ amalnya ditolak dan tidak diterima,
bahkan ia berdosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan taat”.

Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar terkecuali
dengan ada syarat:

1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil

2. Sesuai dengan tuntunan Rasul.


E. Bentuk-bentuk ibadah

1. Sholat dhuha

a. Pengertian sholat dhuha

Shalat dhuha adalah shalat sunat yang dikerjakan ketika matahari sedang naik, shalat dhuha
sekurang- kurangnya dua rakaat, boleh 2 rakaat, 6 rakaat atau 8 rakaat. Waktu shalat dhuha
kira- kira saat matahari sedang naik setinggi seseorang memanah ( jam 07.00 sampai masuk
waktu dhuhur).

2. Tadarus Al qur’an

a) Etika membaca Al qur’an

Al qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi petunjuk untuk menghadapi kehidupan
baik di dunia maupun akhirat. Di dalamnya berisi tentang hubungan manusia dengan Allah
dan hubungan sesama manusia sehingga barangsiapa yang membaca dan memahami
maknanya maka akan diberi kemudahan oleh Allah di dunia maupun di akhirat

3. Sholat berjama’ah

a) Shalat adalah induk seluruh ibadah

Para hamba Allah telah diperintahkan agar seluruh aktivitasnya lahir maupun batin
seluruhnya terwarnai untuk beribadah kepada Allah lisan dan anggota tubuhnya dikendalikan
oleh shalat.

Allah berfirman dalam surat al baqarah ayat 238


ْ ‫وا َعلَى ال َّصلَوا ِت وال َّصالَ ِة ا ْلُو ْسطَى َوقُ ُو‬
ِ ِ‫موا هِّلِل قَان‬
َ٢٣٨. ‫ت َين‬ ْ ُ‫حافِظ‬

Artinya ”Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha . Berdirilah untuk

Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'”

Dalam ajaran Islam, ada jenis ibadah yang paling utama di mata Allah SWT. Rasulullah
SAW menjelaskan ibadah ini dalam hadits yang diceritakan sahabatnya Abdullah Ibnu
Mas'ud RA.

Berikut haditsnya;
, ‫ بِرُّ ْال َوالِ َدي ِْن‬: ‫ال‬
َ َ‫ ثُ َّم َأيُّ ؟ ق‬: ‫ت‬ ُ ‫ قُ ْل‬. ‫ الصَّالةُ َعلَى َو ْقتِهَا‬: ‫ َأيُّ ْال َع َم ِل َأ َحبُّ إلَى هَّللا ِ ؟ قَا َل‬: - ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ -‫ي‬ ُ ‫َسَأ ْل‬
َّ ِ‫ت النَّب‬
‫ َولَوْ ا ْستَزَ ْدتُهُ لَزَ ا َدنِي‬- ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ِ‫ ْال ِجهَا ُد فِي َسب‬: ‫ ثُ َّم َأيُّ ؟ قَا َل‬: ‫ت‬
َ - ِ ‫ َح َّدثَنِي بِ ِه َّن َرسُو ُل هَّللا‬: ‫ قَا َل‬, ِ ‫يل هَّللا‬ ُ ‫قُ ْل‬

Artinya: "Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , 'Amalan apakah yang
paling dicintai Allah?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Shalat pada
waktunya." Aku (Abdullah bin Mas'ud) mengatakan, 'Kemudian apa lagi?' Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam menjawab, "Berbakti kepada dua orang tua." Aku bertanya lagi, 'Lalu apa
lagi?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jihad di jalan Allâh." (HR Bukhari).
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai