Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen : Agus Hermawan,MPd

Di susun oleh :

1. Fariz
2. Novalia Miftah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONONI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PANCASAKTI


BAB 1. PENDAHULUAN I

1.1 Latar Belakang


Salah satu bagian dari syariah adalah ibadah. Ibadah artinya menghambakan
diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu
manusia yang beribadah kepada Allah disebut ‘abdulla’ atau hamba Allah. Hidup
seorang hamba tidak memiliki alternatif lain selain taat, patuh, dan berserah diri
kepada Allah.
Banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar
menjalankan rutinitas sebagai kewajiban, seperti sholat dan puasa. Sayangnya, kita
lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada Tauhid terlebih
dahulu. Keduanya berkaitan erat, karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa
memahami konsep ibadah dengan sebenar-benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat
dijelaskan bahwa “Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan
kepatuhan.” (Tanbihaat Mukhtasharah, hal. 28).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “IBADAH adalah
suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya,
baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang
nampak (lahir).
Dari definisi singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang kita
ketahui di antaranya yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada
bulan ramadhan (maupun puasa-puasa sunnah lainnya), dan melaksanakan haji.
Selain ibadah pokok tersebut, hal-hal yang sering kita anggap sepele pun
sebenarnya bernilai ibadah dan pahalanya tidak dapat diremehkan begitu saja,
misalnya :

 Menjaga lisan dari perbuatan dosa, misalnya dengan tidak berdusta dan
mengumbar fitnah, mencaci, menghina atau pun melontarkan perkataan yang
bisa menyakiti hati.
 Menjaga kehormatan diri dan keluarga serta sahabat.
 Mampu dan bersedia menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dengan
penuh tanggung jawab.
 Berbakti dan hormat kepada kedua orang tua atau orang yang lebih tua dari
kita.
 Menyambung tali silaturahim dan kekerabatan. II
 Menepati janji.
 Memerintahkan atau setidaknya menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar
(perintah untuk mengajak hal yg baik dan mencegah hal yg buruk).
 Menjaga hubungan baik dengan tetangga.
 Menyantuni anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal
di perjalanan).
 Menyayangi hewan dan tumbuh-tumbuhan di sekitar tempat tinggal kita.
 Memanjatkan do’a, berdzikir, mengingat Allah kapan dan dimanapun kita
berada.
 Membaca Al Qur’an.
 Mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya termasuk bagian dari ibadah.

Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah
(kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya,
bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya,
merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan
rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu
semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah” (Al ‘Ubudiyah, cet. Maktabah
Darul Balagh hal. 6).
BAB II PEMBAHASAN III

A. Pengertian Ibadah

Ibadah (‫)عب ادة‬ secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di


dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya
satu. Definisi ibadah itu antara lain :

1. Ibadah ialah taat kepada Allah  dengan melaksanakan perintah-perintah-


Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi,
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini
adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik
danhati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan
hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah  berfirman, “Dan


Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah
Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-
Dzariyat: 56-58)

Allah  memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar


mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak
membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya.
Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya
sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada
Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa
yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang
hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin
muwahhid (yang mengesakan Allah )
B. Macam-macam Ibadah IV
Secara umum ibadah terbagi menjadi 2, yaitu:
 ‘Ibadah Mahdlah.
Yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah SWT. Semua perbuatan
ibadah yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Al-Quran dan sunnah.

Contoh, salat harus mengikuti petunjuk Rasulullah salallahu alaihi wassalaam


dan tidak dibenarkan untuk menambah atau menguranginya, begitu juga puasa,
haji dan yang lainnya. Dengan shalat lima kali sehari berarti memperingatkan
kita, bahwa di mana pun dan kapan pun kita berada adalah tetap budak Allah,
dan hanya kepada-Nyalah kita harus menghamba. Dengan shalat membawa
manusia mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. ‘Ibadah mahdlah
ini dilakukan hanya berhubungan dengan Allah saja (hubungan ke atas/ Hablum
Minallah), dan bertujuan untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Ta ‘ala.
Ibadah ini hanya dilaksanakan dengan jasmani dan rohani saja, karenanya
disebut ‘ibadah badaniyah ruhiyah.
 ‘Ibadah Ghairu Mahdlah,
yaitu ibadah yang membutuhkan keterlibatan orang lain atau ‘ibadah yang tidak
hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah, tetapi juga menyangkut
hubungan sesama makhluk (Hablum Minallah Wa Hablum Minannas), atau di
samping hubungan ke atas, juga ada hubungan sesama makhluk. Hubungan
sesama makhluk ini tidak hanya sebatas pada hubungan sesama manusia, tetapi
juga hubungan manusia dengan lingkungan alamnya (hewan dan tumbuhan).

Contoh, zakat, infaq, sedekah, dll. Zakat menyadarkan kita akan kenyataan
bahwa harta yang kita peroleh adalah pemberian Allah Subhanahu wa ta’ala,
bukan sepenuhnya atas hasil usaha sendiri. Jangan kita habiskan harta itu hanya
untuk kepentingan kepuasan lahiriyah saja, tetapi haruslah kita berikan juga hak
Allah, mensucikan harta kita, membuktikan kepedulian kita kepada fakir miskin.
C. Ciri-ciri, dan Prinsip Ibadah dalam Islam V
1 Ciri-ciri Ibadah

Mustafa Ahmad al-Zarqa, seorang ahli ilmu fikih menyebutkan beberapa sifat
yang menjadi ciri-ciri ‘ibadah yang benar adalah:
 Bebas dari perantara.
Dalam ber’ibadah kepada Allah Ta ‘ala, seorang muslim tidak memerlukan
perantara, akan tetapi harus langsung kepada Allah.

 Tidak terikat kepada tempat-tempat khusus.


Secara umum ajaran Islam tidak mengharuskan penganutnya untuk melakukan
‘ibadah pada tempat-tempat khusus, kecuali ‘ibadah haji. Islam memandang setiap
tempat cukup suci sebagai tempat ‘ibadah.

 Tidak memberatkan dan tidak menyulitkan.


Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa menghendaki kemudahan bagi hamba-Nya
dan tidak menghendaki kesulitan..

2 Prinsip-prinsip Ibadah

 Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah/1:5)


1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai di hari Pembalasan.
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.
 Tidak menyekutukan Allah SWT, secara langsung maupun tersembunyi.
Firman Allah SWT. “ Q.S An-Nisa ayat36”
Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, …...
 Dilaksanakan dengan penuh kepasrahan diri kepada Allah.
Firman Allah SWT. Q.S Al-An’am ayat 162-163
Artinya:
VI
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan
demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
 Dilaksanakan dengan penuh keikhlasan.
Firman Allah SWT. Q.S Al-Bayyinah: 5
Artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.
 Dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan keteguhan hari.
Firman Allah SWT. Q.S Maryam; 65
Artinya:
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia
(yang patut disembah)?.
 Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)
Artinya :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
 Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah
 Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
VII
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
 Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)
Artinya :
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
 Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit
(Al-Baqarah/2:286)
Artinya :
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa):
“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami
tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah
kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami
terhadap kaum yang kafir.”
D. Tujuan Ibadah dalam Islam

Tujuan ibadah adalah membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal


dan mendekatkan diri serta beribadat kepada-Nya. Sesungguhnya ibadah dengan
pengertian yang hakiki itu merupakan tujuan dari dirinya sendiri. Dengan melakukan
ibadah, manusia akan selalu tahu dan sadar bahwa betapa lemah dan hinanya
mereka bila berhadapan dengan kekuasaan Allah, sehingga ia menyadari benar-
benar kedudukannya sebagai hamba Allah. Jika hal ini    benar-benar telah dihayati,
maka banyak manfaat yang akan diperolehnya. Misalnya saja surga yang dijanjikan,
tidak akan luput sebab Allah tidak akan menyalahi janjinya. Jadi, tujuan yang hakiki
dari ibadah adalah menghadapkan diri kepada Allah SWT dan  menunggalkan-Nya
sebagai tumpuan harapan dalam segala hal.

VIII
Kesadaran akan keagungan Allah akan menimbulkan kesadaran betapa hina
dan rendahnya semua makhluk-Nya. Orang yang melakukan ibadah akan merasa
akan terbebas dari beberapa ikatan atau kungkungan makhluk. Semakin besar
ketergantungan dan harapan seseorang kepada Allah, semakin terbebaslah dirinya
dari yang selain-Nya. Harta, pangkat, kekuasaan dan sebagainya tidak akan
mempengaruhi kepribadiannya. Hatinya akan menjadi merdeka kecuali dari Allah
dalam arti sesungguhnya. Kemerdekaan sesungguhnya adalah kemerdekaan hati
BAB III PENUTUP IX
A. Kesimpulan

Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat


singkat yang diisi dengan cara – cara tertentu. Suatu ibadah mempunyai nailai yaitu
jalan hidup dan aspek kehidupan dan merupakan tingkah lak, pikiran dan perasaan
semata – mata untuk Allah S.W.T , yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas,
yang didalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi.

Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian
mati tanpa pertanggung jawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk
beribadah. Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia., maka agar
manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia
diberi kewajiban ibadah agar manusia itu mencapai taqwa.

Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah
S.W.T dan hidup berdasarkan apa yang Dia perintahkan.

DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an dan terjemahan
Azra, Azyumardi dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: Depag RI
Hana, Abu. 2012. Ibadah yang Benar dalam Islam. Jakarta
Kusnaedi, Dedy. 2009. Ibadah. Jakarta
Muhammad, Husein. 2008. Dari Ibadah Individual Menuju Ibadah Kemanusiaan.
Cirebon
Rachmawan, Hatib. 2012. Fiqih Ibadah dan Prinsip Ibadah dalam Islam.Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan
Yazid. 2007. Pengertian Ibadah dalam Islam. Bogor: Pustaka At-Taqwa

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. I

Latar Belakang ................................................................. I

BAB II PEMBAHASAAN ................................................................. III


Pengertian Ibadah ................................................................. III

Macam – macam Ibadah ................................................................. IV

Ciri dan Prinsip Ibadah ................................................................. V

Tujuan Ibadah ................................................................ VIII

BAB III PENUTUP ................................................................ IX

Kesimpulan ................................................................ IX

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... IX


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
, karunia, serta taufik dan hidayah – Nya lah kami dapat meyelesaikan makalah ini
sebatas pengetahuan da kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih
pada Bpk. Agus Hermawan, selaku Dosen mata kuliah pendidikan agama islam
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ibadah . Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa makalh ini terdapat kekurangannya dan jauh apa yang
diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.

Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta informasi dari media
massa yang berhubungan dengan tema. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Bekasi , 29 September 2019

Penulis

Anda mungkin juga menyukai