Anda di halaman 1dari 31

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS DAN ANGGOTA KOPERASI

DALAM PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA BERDASARKAN UNDANG-


UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN
( Studi Pada Koperasi Simpan Pinjam Maju Makmur Gunung Tua )

JURNAL

OLEH :

RAHMAT ANSHAR HASIBUAN


NIM : 150200197

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
CURRICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Jalan Bersama Ujung Perumahan Griya Albaniya No.F5

Nama Lengkap Rahmat Anshar Hasibuan

Jenis Kelamin Laki-laki


Tempat, Tanggal
Batang Pane I, 20 Maret 1997
Lahir
Kewarganegaraan Indonesia

Status Belum Menikah

Identitas NIK. 1220042003970003

Agama Islam
Jalan. Bersama Ujung Perumahan
Alamat Domisili
Griya Albaniya No. F5
Batang Pane I Kecamatan Halongonan
Alamat Asal Timur

No.Telp 081368187663

Email rahmatansharhsb@gmail.com

B. Pendidikan Formal

Tahun Institusi Pendidikan Jurusan


2003 – 2009 SD Negeri 101390 Batang Pane I -
2009 – 2012 Mts Swasta PP Raudhatul Hasanah Medan -
2012 – 2015 MA Swasta PP Raudhatul Hasanah Medan IPS
2015 – 2019 Universitas Sumatera Utara Fakultas Hukum

C. Data Orang Tua

Nama Ayah/Ibu : Usni Hasibuan

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Batang Pane I Kecamatan Halongona


ABSTRAK

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS DAN ANGGOTA KOPERASI


DALAM PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN
( Studi Pada Koperasi Simpan Pinjam Maju Makmur Gunung Tua )

Rahmat Anshar Hasibuan. *


Prof. Dr. Sunarmi SH, M.Hum.**
Dr. Detania Sukarja SH, LLM.***

Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang
perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang
bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban
melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
para anggotanya. Permasalahan dalam skrispsi ini adalah untuk mengetahui
Perkembangan Pengaturan Koperasi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Peran dan Tanggung Jawab
Penggurus dan Anggota Koperasi Dalam Pembagian Sisa Hasil Usaha Pada
Koperasi Simpan Pinjam Maju Makmur Gunung Tua. Metode yang digunakan
dalam skripsi ini adalah menganalisis aturan hukum dalam pembagian hasil sisa
hasil usaha, secara yuridis empiris, tehnik pengumpulan data melalui
wawancara dan studi pustaka dan data-data, serta data-data tersebut dapat
ditarik kesimpulan dari keseluruhan hasil analisis dan penelitian. Hasil analisis
dan penelitian dalam skrispsi ini adalah untuk mengetahui segala perkembangan
pengaturan koperasi di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
hak dan kewajiban pengurus dan anggota koperasi. Dan lebih mengetahui peran
dan tanggung jawab pengurus dan anggota koperasi dalam pembagian sisa hasil
usaha berdasarkan -Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Peran pengurus dan anggota koperasi dalam peningkatan hasil pada pembagian
sisa hasil usaha, yang pertama pengurus dan anggota sama-sama
mensosialisasikan bagaimana untuk menarik minat non anggota untuk menjadi
anggota, sehingga makin bertambahnya anggota koperasi maka peningkatan
sisa hasil usaha makin bertambah. Yang kedua dengan mensosialisasikan
kelebihan dari koperasi simpan pinjam dibandingkan dengan lembaga keuangan
lainnya.

Kata Kunci: Koperasi Simpan Pinjam, Sisa Hasil Usaha

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


**Dosen Pembimbing I
***Dosen Pembimbing II
i
ABSTRACT

THE ROLE AND THE LIABILITY OF THE MEMBERS AND THE


MANAGEMENT OF A COOPERATIVE IN DISTRIBUTING THE SURPLUS,
BASED ON LAW NO. 25/1992 ON COOPERATIVE
(A Study at Maju Makmur Saving and Loan Cooperative Gunung Tua)

RahmatAnsharHasibuan*
Prof. Dr. Sunarmi SH, M.Hum**
Dr. DetaniaSukarja SH, LLM***

Cooperative is a joint business entity engaged in the economy, consisting


of those who are generally economically weak who join voluntarily and on the
basis of equal rights, are obliged to conduct a business that aims to meet the
needs of their members. The problem in this skrispsi is to find out the
Development of Cooperative Regulations in Indonesia Based on Law Number 25
of 1992 Concerning Cooperatives, Roles and Responsibilities of Management
and Members of Cooperatives in Sharing the Remaining Results of Operations in
Savings and Loan Cooperatives in the Prosperity of GunungTua. The method
used in this thesis is to analyze the rule of law in the distribution of the results of
the results of operations, legally empirically, data collection techniques through
interviews and literature studies and data, and these data can be drawn
conclusions from the overall results of analysis and research. The results of the
analysis and research in this thesis are to find out all developments in
cooperative arrangements in Indonesia based on Law Number 25 of 1992
concerning Cooperatives. To find out how the implementation of the rights and
obligations of management and cooperative members. And to know more about
the roles and responsibilities of management and members of cooperatives in the
distribution of the remaining business results based on Law No. 25 of 1992
concerning Cooperatives. The role of management and members of the
cooperative in increasing results in the distribution of the remaining business
results, the first management and members are equally socializing how to attract
the interest of non-members to become members, so that the more members of
the cooperative increase the increase in the remaining business results. The
second is by socializing the advantages of savings and loan cooperatives
compared to other financial institutions.

Keywords: Savings and Credit Cooperatives, Remaining Operations

* University of North Sumatra Faculty of Law students


** Supervisor I
*** Supervisor II

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum yang di maksud dengan koperasi adalah suatu badan

usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan

mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan

atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.1Salah satu lembaga

yang sesuai dengan pembangunan masyarakat pedesaan dalam upaya

pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi

memiliki prinsip gotong royong, rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan.

Organisasi koperasi yang diperlukan masyarakat adalah koperasi yang jujur dan

dinamis sehingga potensi anggota dalam menghimpun dana dapat terwujud.2

Dalam buku Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi Indonesia,

yang di tulis oleh Wirjono Prodjodikoro, beliau mendefinisikan koperasi sebagai

suatu kerjasama antara orang-orang yang termasuk golongan kurang mampu,

yang ingin bersama untuk meringankan beban hidup atau beban kerja. 3

Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan perbaikan-perbaikan diberbagai

sektor pembangunan sebagai usaha dalam pencapaian tujuan negara yang

tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke IV yaitu memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Selain

itu untuk mewujudkan hakikat pembangunan masyarakatyang utuh secara

1
Kartasapoetra dkk, Koperasi Indonesia. Jakarta, Jakarta Rineka,2007, hal.1
2
Ibid.
3
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi
Indonesia, Dian Rakjat, 1969.

1
spiritual dan material harus berdasarkan sila-sila Pancasila. Karena Pancasila

merupakan hukum tertinggi dalam penyelenggaraan Negara, baik di bidang

ekonomi, politik, sosial dan bidang lainnya. Hal ini berarti bahwa segala kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah dalam penyelenggaraan Negara tidak boleh

bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.4

Sebagai sarana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, koperasi

memerlukan landasan hukum yang tegas sebagai tempat berpijak. Landasan

koperasi Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan Bab II, Bagian Pertama, Pasal

2Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (UU

Perkoperasian).5 Dalam pasal 2 UU Perkoperasian6 telah menentukan bahwa

asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan.7

Asas kekeluargaan ini merupakan salah satu sifat, jiwa dan kepribadian

bangsa Indonesia yang sudah melekat pada diri bangsa Indonesia. Sesuai

dengan kepribadian bangsa tersebut koperasi Indonesia harus menyadari bahwa

dalam dirinya terdapat kepribadian sebagai pencerminan kehidupan yang

dipengaruhi oleh keadaan, tempat, lingkungan, waktu, dengan suatu ciri khas

adanya unsur ke Tuhanan Yang Maha Esa, kegotongroyongan dalam arti

bekerjasama, saling bantu membantu, kekeluargaan dengan semboyan Bhineka

Tunggal Ika.8

4
Mahmuddin, Skripsi: “Perlindungan Hukum Terhadap Anggota Koperasi Yang
Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank” (Medan: USU, 2009),
Hal 3.
5
Mulhadi. Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia,
Bogor, Ghalia Indonesia, hal.120.
6
Indonesia (Perkoperasian), Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian, LN Tahun 1992 Nomor 116.
7
Ibid.
8
R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma. op.cit hal. 37

2
Koperasi sangat memerlukan modal sebagai pembiayaan dari usahanya

untuk memperoleh penghasilan. Besar kecilnya nilai modal yang ada pada

koperasi sangat menentukan besar kecilnya usaha yang akan dijalankan

koperasi. Sehingga dengan demikian faktor modal dalam usaha koperasi

merupakan salah satu alat yang ikut menentukan maju mundurnya koperasi.

Tanpa adanya modal, sesuatu usaha yang bersifat ekonomis tidak akan dapat

berjalan sebagaimana mestinya.9

Koperasi sebagai ujung tombak perekonomian masyarakat dan anggota

pada khususnya, dan untuk mewujudkannya maka banyak permasalahan yang

ditemukan pada koperasi itu sendiri. 10

Tujuan utama didirikan koperasi adalah untuk mencegah masyarakat

agar tidak terjebak dalam sistem lintah darat atau rentenir. Pembentukan

koperasi pada awalnya untuk memudahkan partisipasi para anggotanya untuk

menyimpan dana dan peminjamannya kembali kepada anggotanya dengan

jumlah bunga dan waktu yang telah disepakati. Sehingga koperasi diharapkan

mampu memperoleh modal untuk membiayai kegiatan operasionalnya. 11

Menurut UU Perkoperasian yang di maksud dengan sisa hasil usaha

adalah sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang

diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan

kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 16Sisa

hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota

9
Ibid. Hal. 95
10
Dian Sukmalega, Skripsi: “Pengaruh Permodalan dan Volume Usaha
Terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Negeri di Kabupaten Solok Sumatera
Barat” (Medan: USU, 2009), Hal 2.
11
Made Taman Ayuk,Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan,Jumlah
Pinjaman dan Jumlah Modal Kerja terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) di Kabupaten Badung Provinsi
Bali,https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/view/5868/, Diakses pada 25 April 2019,
Pukul 22.07

3
sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing-masing anggota

dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian

dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat

Anggota.Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat

Anggota.12

Kontribusi anggota terhadap kegiatan usaha koperasi dapat berbentuk

kewajiban anggota untuk membayar harga atas pelayanan koperasi. Di dalam

harga atas pelayanan koperasi terdapat unsur pendapatan koperasi, yang akan

digunakan oleh koperasi guna menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh

organisasi koperasi. Secara keseluruhan, bentuk kontribusi anggota terhadap

kebutuhan pembiayaan koperasi dapat terdiri dari:13

a. Partisipasi bruto, yaitu patisipasi anggota terhadap seluruh biaya

yang dikeluarkan oleh koperasi dalam rangka memberikan

pelayanan-pelayanan. Partisipasi bruto dihitung dari harga pelayanan

yang diterima atau dibayar oleh anggota.14

b. Partisipasi neto, yaitu partisipasi anggota terhadap biaya-biaya

ditingkat organisasi koperasi, dalam rangka menjalankan fungsi-

fungsi sebagai pemegang mandat anggota.15

Dalam hal penulisan ini akan melakukan analisis pada Koperasi Simpan

Pinjam Maju Makmur di Gunung Tua. Penelitian ini berjudul “Peran dan

Tanggung Jawab Penggurus dan Anggota Koperasi Dalam Pembagian Sisa

Hasil Usaha Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian”.

12
Indonesia (Perkoperasian), op. cit. Pasal 45 ayat 1,2 dan 3.
13
Kartasapoetra dkk, op.cit., Hal 128
14
Ibid.
15
Ibid.

4
B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai

hal-hal berikut:

1. Bagaimanakah Perkembangan Pengaturan Koperasi di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian?

2. Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab Penggurus dan Anggota

Koperasi dalam Pembagian Sisa Hasil Usaha Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian?

C. Metode Penulisan

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologi, sistematis dan

konsisten. Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu.

Sedangkan sistematis ialah berdasarkan suatu sistem. Konsisten adalah tidak

adanya hal–hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.16

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan

empiris. Penelitian hukum yang dilakukan dengan mengkaji Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang telah diatur oleh Pemerintah

Republik Indonesia untuk bagaimana pelaksanaan penegakan hukum peran dan

tanggung jawab pengurus dan anggota koperasi dalam pembagian sisa hasil

usaha koperasi.

16
Waluyo Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek (Jakarta : Sinar Grafika,
2002), hlm, 2.

5
BAB II

PERKEMBANGAN PENGATURAN KOPERASI DI INDONESIA

1. Perundang-Undangan Koperasi di Indonesia Sebelum Tahun 1992

Peraturan atau Undang-undang koperasi di Indonesia sebelum tahun

1992 berturut-turut adalah sebagai berikut.17

1. Staatsblad Tahun 1915 Nomor 431

Peraturan perkumpulan koperasi ini merupakan salinan dari Undang-

Undang tahun 1876 (perkumpulan koperasi di negeri Belanda), sehingga

tidak bermanfaat dan tidak sesuai dengan situasi dan kondisi di

Indonesisa.18

2. Staatsblad tahun 1927 Nomor 91

Regeling Inlandsche Cooperative Verenegingen (Stb. 1927 – 91).

Dirumuskan oleh panitia dibawah pimpinan Prof. Dr. J. H. Boeke.

Undang-undang ini Khusus berlaku untuk orang Indonesia.

3. Staatsblad Tahun 1933 Nomor 108

Algemene Regeling opo de Cooperative Verenegingen (Stb. 1933 – 108).

Peraturan ini tunduk pada hukum barat, terdapat dualisme peraturan

koperasi.

4. Staatsblad Tahun 1949 Nomor 179

Hanya berlaku bagi golongan Boemi Poetra.

5. Undang-Undang Perkumpulan Koperasi Nomor 79 Tahun 1958

6. Undang-Undang Perkoperasian Nomor 14 Tahun 1965

Undang-undang ini mangandung unsur-unsur politik dan dalam

kenyataannya tidak pernah berlaku efektif.

17
Muhammad Firdaus, Op.Cit. Hal. 35.
18
Ibid. Hal. 28.

6
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok

Perkoperasian. Undang-undang ini merupakan kebangkitan kembali

dasar-dasar koperasi yang murni.

2. Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian

Meskipun telah berlaku selama lebih kurang 25 tahun dan dunia koperasi

maupun dunia usaha pada umumnya telah berkembang sedimikian pesat,

keberadaan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok

Perkoperasian dianggap masih belum sepenuhnya dapat menampung hal-hal

yang diperlukan untuk menunjang kegiatan perkumpulan koperasi, baik sebagai

badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi rakyat.19

UU Perkoperasian (Lembaran Negara No. 116 Tambahan Lembaran

Negara No. 3502 Tahun 1992) ini dinyatakan sebagai undang-undang yang

diterbitkan untuk menyesuaikan gerak langkah koperasi dengan perkembangan

keadaan perekonomian pada umumnya. Undang-undang ini dimaksudkan untuk

memperjelas dan mempertegas jati diri, tujuan, kedudukan, peran, manajemen,

dan permodalan koperasi serta pembinaan koperasi sehingga dapat lebih

menjamin terwujudnya kehidupan koperasi sebagaimana diamanatkan Undang-

Undang dasar 1945.20

Pada prinsipnya definisi koperasi dalam undang-undang ini tidak banyak

berbeda dengan definisi koperasi yang terdapat dalam Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Perbedaannya UU

Perkoperasian tidak menyebutkan adanya unsur sosial dalam koperasi secara

eksplisit, tetapi secara implisit tersirat dalam asas koperasi Pasal 2 dan prinsip

19
Andjar Pachta dkk, op.cit. Hal. 71.
20
Ibid.

7
koperasi Pasal 5. Sebaliknya prinsip koperasi tidak tersurat dalam definisi

koperasi di Undang-Uundang Nomor 12 Tahun 1967, tetapi tersurat dalam UU

Perkoperasian.21

Selain semua itu, UU Perkoperasian ini juga memberikan kesempatan

bagi koperasi untuk memperkuat permodalan melalui pengerahan modal

penyertaan baik dari anggota maupun dari bukan anggota. Dengan kemungkinan

ini, koperasi dapat menghimpun dana untuk pengembangan usahanya. Sejalan

dengan itu, dalam Undang-Undang ini ditanamkan pemikiran kearah

pengembangan pengelolaan koperasi secara profesional.22

3. Pembatalan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian Oleh Mahkamah Konstitusi

Dengan dibatalkannya UU ini, banyak kalangan dari akademisi dan

penggiat koperasi yang menilai bahwa roh yang di usung oleh UU tentang

Perkoperasian yang di sahkan pada tanggal 29 Oktober 2012 bernuansa

kapitalis, hal ini dikarenakan dinilai cenderung mengakomodir kepentingan para

pemilik modal dan mereduksi nilai-nilai kemandirian, keswadayaan yang

merupakan ciri khas koperasi. Permodalan koperaasi yang dahulu dihimpun

secara swadaya dari anggota (member base) berubah model menjadi capital

base yang membuka peluang pihak luar koperasi untuk menanamkan modalnya

dengan adanya Sertifikat Modal Koperasi, hal ini sama seperti Perseroan

Terbatas yang menjual kepentingan melalui saham.23

21
Ibid.
22
Ibid.
23
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, cet 1,
Jakarta, Rajawali Pers, 2017, hal. 220.

8
B. Jenis-jenis Koperasi di Indonesia

Undang-undang perkoperasian menentukan bahwa koperasi dapat

berbentuuk Koperasi Primer ataupun Koperasi Sekunder. Koperasi Primer

adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang.

Sedangkan Koperasi Sekunder adalah semua koperasi yang didirikan oleh dan

beranggotakan Koperasi Primer dan atau Koperasi Sekunder. Koperasi Primer

dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang, sedangkan Koperasi Sekunder

dibentuk sekurang-kurangnya 3 Koperasi Primer.

Pihak-pihak yang dapat menjadi anggota koperasi primer adalah orang-

seorang yang telah mampu melakukan tindakan hukum dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan oleh koperasi yang bersangkutan. Hal ini

dimaksudkan sebagai konsekuensi koperasi sebagai badan hukum. Khusus bagi

pelajar, siswa atau yang dipersamakan dan dianggap belum mampu melakukan

tindakan hukum dapat membentuk koperasi, tetapi koperasi tersebut tidak

disahkan sebagai badan hukum dan statusnya hanya sebagai koperasi tercatat. 24

Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, Koperasi

Sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau

tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai

tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagai pusat, gabungan dan induk,

maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh koperasi yang

bersangkutan.25

C. Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia

Koperasi simpan pinjam (KSP) merupakan koperasi yang anggotanya

terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam hal

24
Indonesia (Perkoperasian), op.cit. Pasal 18.
25
Indonesia (Perkoperasian), Ibid. Pasal 15.

9
simpan pinjam. Koperasi pada dasarnya merupakan lembaga ekonomi yang

muncul sebagai akibat dari adanya kebutuhan dari anggotanya untuk bersatu.

Sebagai lemabaga pemersatu ekonomi rakyat koperasi berperan untuk

memepersatukan dan memperkuat posisi secara bersama sama (collective

bargaining) didalamnya terkandug dua hal penting, yaitu: 26

1. Para anggota koperasi sadar bahwa kekuatan masing-masing amat

lemah untuk menghadapi kekuatan lain.

2. Masing-masing anggota itu menyadari bahwa didalam dirinya lemah.

Salah satu tujuan didirikannya KSP adalah untuk memberikan

kesempatan kepada anggotanya agar memperoleh pinjaman dengan mudah dan

bunga yang ringan. Kegiatan penyaluran pinjaman di koperasi simpan pinjam

lebih diutamakan pemberian pinjaman kepada anggotanya. Pada prinsipnya,

pemberian pinjaman kepada para anggota koperasi simpan pinjam didasarkan

atas kepercayaan. Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pemberian

pinjaman itu selalu dihadapkan pada ketidakpastian dan selalu mengandung

resiko yang dihadapinya.27

a. Koperasi Simpan Pinjam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam

1. Kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan

pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon

anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau

anggotanya.

26
Agn Supriyanto. Hukum Tata Kelola Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan
Pinjam Implementasi Kebijakan Koperasi Simpan Pinjam terjadap Manajemen
Pengelolaan, Keorganisasian dan Permodalan, Yogyakarta, CV Andi Offset, 2015, hal. 9.
27
Ibid. Hal, 10.

10
2. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya usaha

simpan pinjam.

3. Unit simpan pinjam adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha

simpan pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang

bersangkutan.

4. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota,

koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam

bentuk tabungan, dan simpanan koperasi berjangka.

5. Simpanan berjangka adalah simpanan di koperasi yang penyetorannya

dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu

tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang

bersangkutan.

6. Tabungan koperasi adalah simpanan di koperasi yang penyetorannya

dilakukan berangsur-angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan

menurut syarat tertentu yang disepakati antara penabung dengan

koperasi yang bersangkutan dengan menggunakan buku tabungan

koperasi.

7. Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu

tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan.28

b. Kebijakan Pemerintah Tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam

1. Landasan Idil Koperasi

28
http://dinkopumkm.bantenprov.go.id/upload/regulasi/KOP04PP_1995_09_U
SPKOP.PDF. Diakses di Medan Pada: 20-06-2019. 22.12 WIB.

11
Landasan idil koperasi adalah Pancasila, tidak bisa lain dari

pada itu, karena landasan idil negara Republik Indonesia adalah

Pancasila. Pancasila adalah falsafah negara Republik Indonesia dan

sudah menjadi pedoman hidup seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila

bila dihubungkan dengan koperasi, yaitu: 29

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Berarti, bahwa koperasi terbuka untuk semua penganut agama

dan menghormati agama yang dianut masing-masing pribadi

anggota.

Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Berarti, asas kekeluargaan, tidak mcmbedakan kedudukan sosial

anggota dan semua anggota berhak mendapat perlakuan yang

sama.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia

Berarti: Tidak membedakan aliran politik, suku dan golongan.

Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan /perwakilan.

Berarti, pelaksanaan demokrasi menurut ajaran Pancasila

berdasarkan musyawarah, kekuasaan tertinggi dalam rapat

anggota.

Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Berarti, mementingkan kepentingan anggota dan masyarakat

sekitarnya. Membantu usaha-usaha sosial dalam pembangunan

29
Agn Supriyanto. op.cit. Hal 10

12
masyarakat. Laba dibagi berdasarkan jasa yang disumbangkan

anggota kepada koperasi.

Landasan tersebut merupakan dasar-dasar di dalam kehidupan koperasi

Indonesia. Sila-sila yang tercantum di dalam Pancasila kita itu juga merupakan

falsafah hidup dan aspirasi anggota-anggota koperasi Indonesia. Pancasila

harus diamalkan oleh koperasi Indonesia.30

c. Landasan Operasional Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat menghimpun simpanan dan

menyalurkan pinjaman kepada anggota, untuk non anggota diberikan waktu 3

(tiga) bulan harus sudah menjadi anggota. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan

pinjam diatur terpisah pada Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. 31 Berarti bahwa

KSP tidak boleh mengembangkan usaha lainnya di sektor riil maupun di usaha-

usaha yang lainnya. Kegiatannya hanya meliputi;

1. Menghimpun dana berarti menerima simpanan dari anggota berupa

simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, modal penyertaan,

hibah, simpanan yang diperoleh dari anggota (simpanan non saham) dan

hutang pihak ketiga.

2. Menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman kepada anggota sesuai

dengan jenisnya.

3. KSP dapat menyimpan dananya ke bank atau Pusat Koperasi Simpan

Pinjam (Puskosipa) bila terjadi idle cash.

Maka, sudah jelas bahwa pelayanan KSP hanya kepada anggotanya saja

dan tidak diperkenankan melayani masyarakat umum. Apabila KSP melayani non

30
Ibid. Hal. 13.
31
Ibid. Hal. 14.

13
anggota (masyarakat umum) sama saja bahwa KSP melakukan

praktik perbankan terselubung.

Untuk lebih meningkatkan kegiatan usahanya dan pendampingan secara

berkesinambungan, maka KSP dapat bergabung pada koperasi sekunder yaitu

Puskosipa dan dapat menyelenggarakan kegiatan seperti : 32

a. Simpan pinjam antar koperasi simpan pinjam (interlending) yang menjadi

anggotanya.

b. Konsultasi manajemen usaha simpan pinjam.

c. Pendidikan dan pelatihan di bidang usaha simpan pinjam.

d. Standarisasi pembukuan akuntansi dan pemeriksaan untuk anggotannya.

e. Pengadaan sarana usaha untuk anggotanya dan/atau

f. Pemberian bimbingan dan konsultasi.

Koperasi simpan pinjam sekunder sebagaimana dimaksud diatas dilarang

memberikan pinjaman kepada anggota perseorangan.

d. Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia

Dasar hukum koperasi simpan pinjam menurut Dr. Ahmad Subagyo, SE.,

MM sebagai berikut:33

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan

Kegaitan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.

3. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Nomor: 19/KEP/M.KUKM/XI/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi dan perubahannya.

32
Ibid. Hal 15
33
Ahmad Subagyo. Pengawasan Koperasi di Indonesai, Jakarta, Mitra Wacana
Media, 2017, hal. 18.

14
4. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Nomor: 21/KEP/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pengawasan

KSP/USP dan perubahannya.

5. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Nomor: 20/KEP/M.KUKM/XI/2008 tentang Penilaian Kesehatan

KSP/USP Kop dan perubahannya.

6. Kepmenkop dan UKM Nomor 91 Tahun 2004 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

7. Peraturan Menkop dan UKM Nomor 39/Per/M.KUKM/XII/2007 tentang

Pedoman Pengawasan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit

Jasa keuangan Syariah Koperasi.

Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu

atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi. Pelaksanaannya diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegaitan

Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.34

34
Ibid.

15
BAB III

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS DAN ANGGOTA KOPERASI

DALAM PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

A. Penerapan dan Pelaksanaan Dalam Pembagian Sisa Hasil Usaha

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian Pada Koperasi Simpan Maju Makmur Gunung Tua

Pembagian dan penggunaan sisa hasil usaha koperasai simpan pinjam

atau hasil usaha pada unit usaha simpan pinjam setelah digabung dengan hasil

usaha unit usaha lainnya pada koperasi yang bersangkutan, harus diputuskan

oleh rapat anggota. Alokasi penggunaan sisa hasil usaha setelah dikurangi dana

cadangan, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Dibagikan kepada anggota secara adil sebanding dengan besarnya jasa

usaha masing-masing anggota.

2. Dibagikan kepada anggota untuk balas jasa yang terbatas terhadap

modal (yang berasal dari simpanan pokok dan simpanan wajib)

3. Dibagikan sebagai bagian keuntungan kepada pemegang surat

perjanjian modal penyertaan koperasi, sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

4. Membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan keterampilan bagi

pengurus, pengawas, pengelola, karyawan dan anggota koperasi.

5. Insentif bagi pengelola dan karyawan.

6. Keperluan lain dalam menunjang kegiatan koperasi.

Menurut ketentuan Pasal 45 UU Perkoperasian, bahwa sisa hasil usaha

koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun

16
buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak

dalam tahun buku yang bersangkutan. Koperasi sebagai badan usaha di dalam

menjalankan kegiatan tentu menghendaki untuk mendapatkan laba atau surplus

hasil usaha.

Sisa hasil usaha diperoleh dari pendapatan bersih selama setahun dengan

dikurangi biaya-biaya, penyusutan dan pajak. Setelah itu sisa hasil uasha

dikurangi untuk dana cadangan terlebih dahulu karena untuk kepentingan materi

koperasi dimasa akan datang. Menurut Bapak Dame Roha35 mengenai dana

cadangan beliau mengatakan : “Dana cadangan itu setiap perusahaan pasti ada

dan persentasenya sudah ditentukan pada saat rapat anggota”.

B. Tanggung Jawab Koperasi Simpan Pinjam Maju Makmur pada

Pelaksanaan Pembagian Sisa Hasil Usaha

UU PerkoperasiPasal45, menjelaskanbahwapembagian sisa

hasilusahadilakukansecaraadilsebandingdenganbesarnyajasausaha yang

dilakukanolehmasing-masinganggotakoperasikepadakoperasinya. Artinya,

dalampembagiansisahasilusahakoperasikepadaparaanggotainitidaksemata-

matamelihatbesarkecilnya modal yang

dimasukanataudiserahkananggotakoperasimelainkanharussebandingatauseimba

ngdengantransaksiusahadanpartisipasi modal yang

diberikananggotakepadakoperasinya.

Penetapanbesarnyapembagiankepadaparaanggotadanjenissertabesarnyakeperlu

an lain ditetapkandalamrapatanggota.

Prinsip pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Didalam koperasi,

35
Ketua Koperasi Simpan Pinjam Maju Makmur Gunung Tua.

17
keuntungan dalam bentuk uang namanya sisa hasil usaha. Setiap anggota yang

memberikan partisipasi aktif dalam usaha akan mendapatkan bagian keuntungan

dari pada anggota yang tidak aktif. Hal ini dikarenakan koperasi bukan badan

usaha yang berwatak kapitalis, sehingga sisa hasil usaha yang dibagikan kepada

anggota tidak berdasarkan modal yang dimiliki anggota, tetapi berdasarkan

kontribusi jasa usaha yang diberikan anggota kepada koperasi.36

Melihat pada ketentuan anggaran dasar dan keputusan rapat anggota, apabila

koperasi mengalami surplus hasil usaha yang cukup banyak, maka surplus hasil

usaha tersebut dapat disisihkan terlebih dahulu untuk penggunaan pada

cadangan koperasi, yang kemudian digunakan untuk:37

1. Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh masing-

masing anggota dengan koperasi.

2. Anggota sebanding dengan sertifikat modal koperasi yang dimiliki, yaitu

surplus hasil usaha bagian anggota didasarkan kepada jumlah

keseluruhan sertifikat modal yang dimiliki oleh seorang anggota. Sertifikat

modal koperasi dapat berupa sertifikat modal koperasi awal yang wajib

dimiliki secara minimum, tambahan, warisan, atau hasil pembelian

sertifikat modal koperasi dari milik anggota lain.

3. Pembayaran bonus kepada pengawas, pengurus,dan karyawan koperasi.

4. Pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan koperasi dan

kewajiban lainnya. Dana yang didapat untuk pembangunan koperasi di

himpun dari koperasi oleh dewan koperasi indonesia untuk memajukan

koperasi.

36
Aji Basuki Rohmat, “Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Koperasi Dalam
Undang-Undang Koperasi Studi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2012”, Jurnal Pembaharuan Hukum. Vol. 2 No. 1, 2015, hal.
141.
37
Mulhadi. op.cit. Hal 211.

18
5. Penggunaan lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar.

Koperasi dilarang membagikan kepada anggota surplus hasil usaha yang

berasal dari transaksi dengan non anggota. Surplus hasil usaha yang didapat

dari non anggota hanya dapat digunakan untuk mengembangkan usaha koperasi

dan meningkatkan pelayanan kepada anggota.38

C. Peran Pengurus dan Anggota Koperasi Dalam Peningkatan Hasil pada

Pembagian Sisa Hasil Usaha

Sebuah koperasi dikatakan berhasil atau sukses apabila mampu

meningkatkan kesejahteraan anggota. Koperasi dapat mensejahterakan

anggota, karena koperasi itu sendiri dapat menciptakan nilai tambah dari usaha

mereka. Anggota koperasi bisa memperoleh nilai tambah jika mereka mau

berpartisipasi dalam menjalankan koperasinya. Semakin sering anggota

berpartisipasi, semakin besar nilai tambah yang mereka dapatkan. Agar koperasi

dapat memberikan nilai tambah kepada anggota, maka koperasi itu sendiri harus

memliki kinerja yang baik. Dalam hal ini, semakin baik kinerja koperasi maka

semakin besar kemampuan koperasi mensejahterakan anggotanya. Semakin

besar peran koperasi memperbaiki kesejahteraan anggotanya, semakin tinggi

partisipasi mereka dalam kegiatan koperasi. Jadi, hubungan antara kinerja

koperasi, partisipasi anggota dan kesejahteraan anggota adalah hubungan yang

saling mempengaruhi.39

Dengan peran sebagai pengurus yang dipercaya untuk mengelola

usaha koperasi agar berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, pengurus seharusnya

berasal dari kalangan anggota yang benar-benar menghayati aspirasi para

38
Ibid. Hal 222.
39
Maria Ira Susanti, “Peran KSU Mitra Maju Meningkatkan Kesejahteraan
Anggota”, Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 3, Nomor 2, 2015: 558-570, Hal 565.

19
anggota dan benar-benar mengerti apa yang dikehendaki oleh para anggota

sebagai pemilik koperasi. Sehingga besar SHU dapat dipengaruhi oleh jumlah

pengurus.Apabila pengurus koperasi dapat menjalan kan usaha koperasi dengan

baik maka SHU akan meningkat pula.

Dalam hasil sisa hasil usaha, adakalanya dalam satu tahun buku

tertentu koperasi tidak berhasil mencatatkan surplus hasil usaha, melainkan

kerugian atau defisit hasil usaha. Apabila koperasi mengalami defisit hasil usaha,

maka koperasi dapat menggunakan dana cadangan. Dalam penggunaan dana

cadangan harus ditetapkan berdasarkan rapat anggota.40

D. Struktur dan Tanggung Jawab Pengurus dan Anggota Koperasi Menurut

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (ADART) Koperasi

Simpan Pinjam Maju Makmur Gunung Tua

Struktur organisasi koperasi simpan pinjam, sebenarnya tidak jauh

berbeda dengan struktur yang berada di manajemen modern. Struktur organisasi

di mulai dari perangkat organisasi koperasi. Di dalam konsep koperasi, perangkat

tersebut terdiri dari rapat anggota, pengurus serta pengawas. Aspek tersebut

merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dan harus berjalan dengan

seimbang.

1. Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Maju Makmur

Menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Tanggung jawab tugas dan kewajiban pengurus koperasi simpan pinjam

maju makmur susuai dengan ADART Pasal 21 yaitu:41

40
Mulhadi. op.cit. Hal 212.
41
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Koperasi Simpan Pinjam Maju
Makmur. Pasal 21.

20
2. Tanggung Jawab Anggota Koperasi Simpan Pinjam Maju
Makmur Menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
Sesuai ketentuan Pasal 11 dan Pasal 12 ADART koperasi simpan
pinjam maju makmur, anggota koperasi memiliki hak dan kewajiban.
Setiap anggota mempunyai hak yang sama terhadap koperasi, yaitu:
1. Memanfaatkan kegiatan usaha pelayanan yang diselanggarakan

koperasi.

2. Menghadiri dan berbicara dalam rapat anggota.

3. Memiliki hak suara yang sama.

4. Memilih dan dipilih menjadi pengurus dan pengawas.

5. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan

kemajuan koperasi.

6. Memperoleh bagian sisa hasil usaha.

Setiap anggota mempunyai kewajiban yang sama terhadap koperasi, yaitu:

1. Membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan

lainnya yang diputuskan dalam rapat anggota.

2. Mematuhi ketentuan anggaran dasar, aturan rumah tangga,

keputusan rapat anggota dan ketentuan lainnya yang diberlakukan

bagi koperasi.

3. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh

koperasi.

4. Menanggung kerugian usaha koperasi secara terbatas maksimal

sebesar simpanan pokok dan simpanan wajib.

5. Memelihara semangat kebersamaan dalam rangka kemajuan

bersama melalui koperasi berdasarkan asas kekeluargaan.

21
Koperasi adalah sebuah bentuk usaha ataupun organisasi yang tujuan

utamanya bukan semata-mata mencari laba (profit oriented) tetapi menciptakan

kesejahteraan bagi seluruh anggotanya, awalnya koperasi didirikan karena

ketidakadilan yang terjadi dalam lapangan ekonomi yang ditimbulkan oleh

system kapitalisme yang sedang berkembang. Koperasi merupakan asosiasi

orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-

prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya

rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh

anggotanya.

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pada tahun 1915 lahirlah Undang-Undang Koperasi yang pertama kali di

negara jajahan Hindia Belanda, yang disebut sebagai Verordening op de

Cooperatieve Verenegingen (Koninklijk Besluit, 7 April 1915, Stb. 431),

selanjutnya keluarlah Staatsblad tahun 1927 Nomor 91, Staatsblad Tahun

1933 Nomor 108, Staatsblad Tahun 1949 Nomor 179, Undang-Undang

Perkumpulan Koperasi Nomor 79 Tahun 1958, Undang-Undang

Perkoperasian Nomor 14 Tahun 1965, Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, sehingga terciptalah Undang-

undang koperasi di Indonesia yang merupakan penyesuaian dan

penyempurnaan dari Undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

2. Peran pengurus dan anggota koperasi dalam peningkatan hasil pada

pembagian sisa hasil usaha, yang pertama pengurus dan anggota sama-

sama mensosialisasikan bagaimana untuk menarik minat non anggota untuk

menjadi anggota, sehingga makin bertambahnya anggota koperasi maka

peningkatan sisa hasil usaha makin bertambah. Yang kedua dengan

mensosialisasikan kelebihan dari koperasi simpan pinjam dibandingkan

dengan lembaga keuangan lainnya. Tentang tanggung jawab koperasi

simpan pinjam maju makmur pada pelaksanaan pembagian sisa hasil usaha,

yang ada pada koperasi tersebut yaitu sesuai dengan porsinya, dalam arti

23
pembagian sisa hasil usaha kepada anggota harus dilihat dari jasa usaha

yang dilakukan oleh masing-masing anggota kepada koperasi. Dalam hal ini

pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada para anggota, tidak semata-

mata melihat besar kecilnya modal yang dimasukkan anggota kepada

koperasi. Melainkan harus sebanding atau seimbang dengan transaksi

usaha dan partisipasi modal yang diberikan anggota kepada koperasi.

B. Saran

1. Diharapkan kepada Koperasi Simpan Pinjam Maju Majmur Gunung Tua

dapat memanfaatkan simpanan anggota semaksimal mungkin dengan

tujuan untuk lebih meningkatkan sisa hasil usaha koperasi

2. Kegiatan usaha Koperasi Simpan Pinjam yang di jalankan harus selaras

dengan para anggotanya, dalam arti setiap gerak langkah Koperasi

Simpan Pinjam harus selalu ditujukan dalam upaya memenuhi kebutuhan

dan meningkatkan kesejahteraan.

3. Diharapkan untuk Koperasi Simpan Pinjam Maju Makmur Gunung Tua,

dalam usaha yang dilakukan harus memberikan manfaat baik manfaat

ekonomi dari simpan pinjam untuk meningkatkan pendapatan anggota

maupun manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.

24
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdulkadir, Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya,


2004

Bambang, Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,


2002

Chaniago, Arifinal, dkk., Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Bandung:


Angkasa, Cetakan ke-2, 1973

Djojosoempeno, Soenarto. Pola koperasi dan Perkembangannya. Jogjakarta:


Sinar Asia, 1964

Firdaus, Muhammad, Perkoperasian Sejarah,Teori, dan Praktek , Bogor: Ghalia


Indonesia, Cetakan ke-2, 2004

Hadhikusuma, R.T Sutantya Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada Ayza, 2005

Hamzah, Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986

Hendrojogi, Koperasi Asas-asas Teori dan Praktik, Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada, 2012

Kartasapoetra dkk, Koperasi Indonesia. Jakarta: Jakarta Rineka, 2007

Kurniawan, Hukum Perusahaan Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum


dan Tidak Berbadan Hukum di Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing,
2014

Marzuki, Peter Muhammad, Penelitian hukum, Jakarta: Kencana Prenada Group,


2005

Mulhadi. Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Bogor:


Ghalia Indonesia, 2017

Munkner, Hans H, Ten Lectures On Coperative Law, Bandung: Penerbit Alumni,


1982

Pramono, Nindyo, Beberapa Aspek Koperasi pada Umumnya dan Koperasi


Indonesia di Dalam Perkembangan, Yogyakarta: TPK Gunung Mulia, 1986

Sadi, Muhammad. Penghantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana, 2007

25
Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, Jakarta: Erlangga,
2001

Soekanto, Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI-Press, 2014

Subagyo, Ahmad, Manajemen Koperasi Simpan pinjam, Jakarta: Mitra Wacana


Media, 2014

Pengawasan Koperasi di Indonesai, Jakarta: Mitra Wacana Media,


2017

Subandi. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), Bandung: Alfabeta, 2017

Supriyanto, Agn. Hukum Tata Kelola Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan
Pinjam Implementasi Kebijakan Koperasi Simpan Pinjam terjadap
Manajemen Pengelolaan, Keorganisasian dan Permodalan, Yogyakarta:
CV Andi Offset, 2015

Sutopo, Ariesto Hadi, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO, Jakarta:
Media Grup, 2010

Tri Hendro Sigit Conny Tjandra, Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di
Indonesia, Yogyakarta, UPP STIM YKPN, 2014

Untung, Budi, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Yogyakarta: Andi,
2005

W, Andjar Pachta dkk. Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi,


Pendirian dan Modal Usaha, Jakarta: Kencana, 2007

PERUNDANG-UNDANGAN
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian

Republik Indonesia. Undang – Undang Dasar 1945

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 tentang


Usaha Simpan Pinjam

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi Simpan Pinjam


Maju Makmur

INTERNET
Artha Jaya ,”Pengawasan koperasi simpan pinjam illegal “,
http://propensitytoassume.blogspot.co.id/2015/01/pengawasan-koperasi-simpan-
pinjam-olh.html,(diakses pada tgl 02-10-2019, Pukul : 17:15 WIB).

26
http://dinkopumkm.bantenprov.go.id/upload/regulasi/KOP04PP_1995_09_
USPKOP.PDF. Diakses di Medan Pada: 20-06-2019. 22.12 WIB.

https://www.kerjausaha.com/2014/01/cara-dan-syarat-mendirikan-
koperasi.html. Diakses di Medan Pada: 02-10-2019. Pukul: 16.43 WIB.

Mahkamah Konstitusi Batalkan Undang-Undang Perkoperasian,


http://www.antaranews.com/berita/436287/mk-batalkan-undang-undang-tentang-
perkoperasian, Diakses pada tanggal 3 Juni 19 jam 14.48

MK Batalkan Undang-Undang Koperasi karena Bertentangan dengan


UUD, http://www.bantuanhukum.or.id/web/blog/mk-batalkan-uu-koperasi-karena-
bertentangan-dengan-uud-1945/.Diakses pada tanggal 3 Juni 19 jam 14.14

Made Taman Ayuk,Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan,Jumlah


Pinjaman dan Jumlah Modal Kerja terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) di Kabupaten Badung Provinsi
Bali,https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/view/5868/, Diakses pada 25
April 2019, Pukul 22.07

SKRIPSI
Dian Sukmalega, Skripsi: “Pengaruh Permodalan dan Volume Usaha
Terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Negeri di Kabupaten Solok
Sumatera Barat” (Medan: USU, 2009).
Hudiyanto, Koperasi Ideologi dan Pengelolannya, Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Penddikan Nasional, 2002
Mahmuddin, Skripsi: “Perlindungan Hukum Terhadap Anggota Koperasi
Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank” (Medan:
USU, 2009).
Tania Theresia Siregar, Skripsi: “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan
Dalam MengawasiKoperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mencegah Praktek Pengumpulan
Dana Masyarakat Secara Ilegal” (Medan: USU, 20018), Hal 7.

JURNAL

Maria Ira Susanti, “Peran KSU Mitra Maju Meningkatkan Kesejahteraan


Anggota”, Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 3, Nomor 2, 2015

27

Anda mungkin juga menyukai