Kemudian
ayat
(4)
pasal
yang
sama
mengatakan
usaha
bersama,
asas
kekeluargaan;
kemudian
prinsip-prinsip:
produksi dikerjakan oleh semua di bawah pimpinan atau penilikan anggotaanggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan
kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai
dengan itu ialah koperasi."
Meski penjelasan atas pasal 33 UUD 1945 itu telah dinyatakan tidak
berlaku lagi sejak amandemen UUD 1945 diberlakukan, Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1995 tentang Perkoperasian yang masih berlaku sampai
sekarang, bersandar pada UUD 1945 yang belum diamandemen tersebut.
Lebih dari itu, peraturan perundangan yang lahir setelah amandemen keempat
atau amandemen terakhir UUD 1945 pada tahun 2002, tetap menyerap secara
utuh roh dan semangat penjelasan pasal 33 UUD 1945 sebelum amandemen.
Koperasi, jika ditelusur lebih dalam, adalah suatu bentuk usaha bersama.
Sebagai usaha bersama, koperasi benar-benar memberi peluang pada upayaupaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan sehingga dengan demikian menjadi
pilihan sangat rasional bagi masyarakat. Melalui koperasi, masyarakat
dimungkinkan untuk memiliki usaha sendiri, mengelola dan mengawasinya
secara bersama-sama untuk kepentingan bersama pula.
Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ropke
(1987) bahwa koperasi adalah organisasi bisnis yang para pemilik atau
anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut. Identitas inilah
yang membedakan koperasi dari unit usaha yang lain. Dalam konteks
demikian Hendar dan Kusnadi (2005) mengatakan bahwa kegiatan koperasi
secara ekonomis harus mengacu pada prinsip identitas yaitu anggota adalah
pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
Dengan demikian bisa dipahami betapa anggota memiliki peranan
sangat penting dalam koperasi. Ini bisa dimengerti karena dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan anggota koperasi dan juga akhirnya kesejahteraan
masyarakat, maka pertama-tama anggota itu sendiri harus menjadi pemilik
suatu usaha. Dengan kepemilikan itu maka mereka bisa menentukan program
dan kegiatan apa yang harus dilakukan dan dengan cara bagaimana tujuan
bersama diwujudkan, mengelola usaha itu dan juga mengawasi atau
mengontrol
sehingga
segala
sesuatunya
terarah
pada
upaya-upaya
mewujudkan tujuan.
Itu berarti bahwa anggota betul-betul secara sadar dan paham harus
terlibat secara aktif dalam usaha yang dimiliki. Tidak hanya sebagai pemilik
tetapi juga mau tidak mau sebagai pengguna jasa-jasa yang disediakan oleh
koperasi karena justru para anggota itu sendiri yang menjadi "objek"
kehadiran koperasi. Dalam kaitan ini, sangat tepat definsi koperasi yang
dirumuskan oleh Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperative
Alliance/ICA), sebagaimana dikutip Soesilo (http://www.smecda.com), yaitu
bahwa koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi,
sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan
dikendalikan secara demokratis.
kebutuhan
manusia,
baik
kebutuhan
ekonomi
maupun
nonekonomi.
Dengan demikian bisa dikatakan, mengikuti teori hirarki kebutuhan
manusia sebagaimana dikemukakan oleh Maslow (dalam Sondang P. Siagian,
1983), ada faktor motivasi yang memengaruhi seseorang atau sekelompok
orang menjadi anggota koperasi. Sesuai dengan tujuan pendirian koperasi,
maka motivasi tersebut bisa motivasi yang didasarkan pada faktor-faktor
ekonomi maupun sosial.
Selanjutaya, ketertarikan orang menjadi anggota koperasi juga bisa
disebabkan oleh persepsi orang bersangkutan atau sekelompok orang tentang
koperasi. Dalam banyak kasus, ketika suatu usaha dinilai baik dan prospektif,
artinya orang atau kelompok orang memiliki persepsi yang baik tentang usaha
tersebut, ada kecenderungan positif mereka akan masuk di bidang usaha
tersebut. Demikian juga keanggotaan koperasi. Persepsi yang baik tentang
koperasi akan sangat memengaruhi keputusan anggota untuk menjadi anggota
koperasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memutuskan seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi anggota
koperasi adalah motivasi dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang koperasi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaiamana telah diuraikan,
maka pokok permasalahan penelitian ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh motivasi dan persepsi tentang koperasi secara
simultan terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi Kredit Tri Tunggal
Tuka?
2. Apakah ada pengaruh motivasi dan persepsi tentang koperasi secara
parsial terhadap terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi Kredit Tri
Tunggal Tuka?
3.
3.1
Tujuan Penelitian
Dari uraian di atas, maka yang menjadi penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan persepsi tentang koperasi
secara simultan terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi Kredit Tri
Tunggal Tuka.
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan persepsi tentang koperasi
secara parsial terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi Kredit Tri
Tunggal Tuka.
3.2
Kegunaan Penelitian
4.
Landasan Teori
4.1
Kajian Teoritis
10
11
12
13
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajiban
yang
telah
ditentukan.
c. Kebutuhan sosial (social needs)
Secara kodrati, manusia adalah makhluk individu sekaligus
makhluk sosial. Oleh karena itu, di samping pemenuhan kebutuhankebutuhan individualnya, setiap orang juga menginginkan terpenuhinya
kebutuhan sosial mereka agar bisa hidup wajar dengan orang-orang lain.
Beberapa bentuk kebutuhan sosial, antara lain:
1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di mana mereka
hidup dan bekerja
Pemenuhan kebutuhan ini wajib diupayakan oleh setiap
pimpinan karena kenyamanan dan kemerdekaan individual dalam
konteks sosial baru akan terwujud jika kebutuhan ini terpenuhi.
Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka setiap karyawan atau
pegawai akan mampu mengekspresikan diri sesuai talenta masingmasing di lingkungan kerja, yang sudah barang tentu akan
menguntungkan organisasi atau lembaga secara keseluruhan.
2) Kebutuhan akan perasaan dihormati
Pada dasarnya setiap orang, atas dirinya sendiri, merasa
penting.
Tidak
peduli
serendah
apa
pun
pendidikan
dan
14
demokratis
(participative
administration
and
15
disiplin
dalam
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
organisasi.
d. Kebutuhan akan prestise
Setiap orang memiliki prestise (harga diri, gengsi). Secara normal,
prestise terwujud melalui prestasi, apakah prestasi sosial, prestasi
ekonomi, prestasi akademis, prestasi karir. Oleh karena itu, demi
prestise tersebut setiap orang cenderung meraih prestasi tertentu.
e. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja
Dalam rangka prestasi dan peningkatan kualitas diri, pada
dasarnya setiap orang dapat dipastikan ingin mengembangkan kapasitas
mental dan kerjanya melalui berbagai cara, seperti: on the job training,
off the job training, seminar, konferensi, pendidikan akademik, dan lain
sebagainya.
4.1.4 Pengertian Persepsi
Dalam The Contemporary English-Indonesia Dictionary, Salim
(2002:184), mengartikan kata "Perception" (persepsi) sebagai, 1. perasaan,
2. daya tangkap. Leavitt (1978: 27 ) menyebutkan persepsi (perception)
dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sedangkan
16
17
18
(dalam
www.akhmadsudrajat.wordpress.com)
19
20
keputusan
adalah
suatu
proses
penentuan
perhitungan
merupakan
tindakan
yang
paling
cepat.
(www.akhmadsudrajat.wordpress.com).
Berdasarkan
pengertian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
21
22
keputusan
berdasarkan
pengalaman
memiliki
keputusan
berdasarkan
wewenang
biasanya
otentisitas, tetapi
23
permasalahan
yang
seharusnya
dipecahkan
sehingga
dapat
menimbulkan kekaburan.
4. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat
memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta,
tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi,
sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela
dan lapang dada.
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan
yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten
untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu.
Dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku
sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.
Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa
hal sebagai berikut:
a. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
b. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
c. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan
konsekuensinya.
d. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
24
25
Pengertian Koperasi
Perkembangan koperasi dari waktu ke waktu telah semakin baik dan
maju. Untuk kasus Indonesia sendiri, perhatian pada koperasi memang
sangat besar. Ini terbukti dari keberadaan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM). Meski digabung dengan UKM, bidang yang
sebenamya
berbeda,
pembinaan-pembinaan
dan
berbagai
upaya
26
pendirian
suatu
koperasi
mempunyai
pertimbangan
pertimbangan ekonomis.
Selanjutnya Soeriaatmadja pada kuliahnya di Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia memerikan definisi koperasi sebagai berikut:
"Koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar
27
untuk
kemudian
menyelesaikan
masalah-masalah
yang
28
29
Kelemahan-kelemahan
tersebut
kemudian
direvisi
yang
akhirnya
sebagaimana
juga
definisi
yang
dirumuskan
oleh
30
31
muncul justru wajah lain koperasi yaitu sebagai lembaga bank yang
tanggung, rentenir yang gamang.
Mengikuti Soedjono (2007: 5-9), jati diri koperasi meliputi tiga
bagian yang saling terkait, tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain dan
merupakan satu kesatuan, yaitu: organisasi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip.
Organisasi bagaikan tubuh manusia, nilai-nilai bagaikan rohnya dan
prinsip-prinsip bagaikan tingkah lakunya.
Sebagai organisasi, pertanyaannya adalah apa itu koperasi. Dalam hal
ini, berbagai definisi telah dikemukakan tentang koperasi, terutama
tentunya definisi sebagaimana penulis anut dalam penelitian ini.
Selanjutnya, sebagaimana dikemukakan Ibnoe Soedjono, sebagai
organisasi, maka ciri-ciri organisasi koperasi adalah:
a. Perkumpulan otonom, berdiri sendiri dan diatur sendiri dan tidak ada
campur tangan pihak luar;
b. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (dan bukan modal seperti
sebuah perseroan), yang secara suka rela masuk ke dalamnya;
c. Anggota-anggota
koperasi
memiliki
dan
berupaya
mencapai
32
33
b) membentuk
cadangan,
sekurang-kurangnya
sebagian
dari
Koperasi sifatnya
otonom,
menolong
dirinya
sendiri dan
3)
34
bagi
pembangunan
yang
berkesinambungan
dan
bagi
komunitas-komunitas mereka.
4.2.2 Koperasi Simpan Pinjam dan Keanggotaannya
Dari segi jenisnya, ada bermacam-macani koperasi, tergantung dari
aspek apa penjenisan itu dibuat. Kalau dilihat berdasarkan fungsinya,
koperasi dikelompokkan menjadi:
1. Koperasi Konsumen/Pembelian/Pengadaan adalah koperasi yang
menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumen akhir. Di sini
anggota berperan sebagai pemilik dan pembeli atau konsume bagi
koperasinya.
2. Koperasi Pemasaran/Penjualan adalah koperasi yang menyelenggarakan
fungsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar
sampai di tangan konsumen. Di sini anggota berperan sebagai pemilik
dan pemasok barang atau jasa kepada koperasinya.
35
36
37
38
anggota,
maka
kemudian
wajib
bagi
koperasi
untuk
pemilik sekaligus
39
Kerangka Konseptual
Sesuai dengan jati diri koperasi, anggota memiliki kedudukan dan
fungsi yang sangat spesial. Anggota memiliki identitas ganda yaitu sebagai
40
41
42
Gambar 3.1
Diagram Kerangka Berpikir
MOTIVASI (X1)
-
Kebutuhan dasar
Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan akan Prestise
Kebutuhan Mempertinggi
kapasitas kerja
PERSEPSI TENTANG
KOPERASI (X2)
KEPUTUSAN MENJADI
ANGGOTA KOPERASI (Y)
-
Intuisi
Pengalaman
Fakta, data
Wewenang
Rasional
- Faktor Fungsional
- Faktor Struktural
5.2
Hipotesis
Hipotesis dalam suatu kegiatan penelitian ilmiah adalah hal yang
sangat penting untuk dirumuskan, karena hipotesis merupakan pernyataan
hubungan yang sistematis dari variabel-variabel yang menjadi objek
penelitian. Hipotesis berperan sebagai pembatas ruang lingkup serta
pengaruh dari suatu penelitian yang akhirnya akan diiringi keberlakuannya
oleh data penelitian itu sendiri.
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, perlu ditegaskan bahwa
berdasarkan data yang terkumpul atas gelaja yang diteliti, bisa saja terjadi
penerimaan atau penolakan atas hipotesis yang diajukan. Hal ini karena
hipotesis dirumuskan memang untuk diuji kebenarannya.
43
44
6. METODE PENELITIAN
6.1
Identifikasi Variabel
a. Variable bebas ( independent ) yaitu variable yang tidak
dipengaruhi oleh variable lainnya. Dalam penelitian ini yang
menjadi variable bebas adalah Motivasi (X1) dan Persepsi tentang
Koperasi (X2).
b. Variable terikat (dependent) yaitu variable yang dipengaruhi oleh
variable lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variable terikat
adalah Keputusan Menjadi Anggota Koperasi Tritunggal.
45
46
47
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal
atau varaibel yang berupa catatan, laporan keuangan dan statistik, notulen
rapat.
6.5
Analisis Data
48
0,66
Jumlah bilangan
3
49
r 2 yx1 r 2 yx 2 2ryx1rx1x 2
1 r 2 x1x 2
Dimana:
Ryxlx2 : korelasi antara variabel XI dengan X2 secara bersama-sama
dengan variabel Y
ryx1
ryx2
rx1x2
50
pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan apabila (-)
maka terjadi penurunan.
X = Variabel independen.
6.5.2.3 Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase pengaruh semua
variabel independen terhadap variabel dependen, yang dinyatakan dalam
persentase. Untuk mencari koefisien determinasi dilakukan dengan cara
menguadratkan nilai koefisien korelasi (r) dikalikan seratus.
bi
sbi
Dimana:
t
= t-test
51
= regresi
6.5.2.5 Uji F
Digunakan untuk mengetahui apakah korelasi variabel-variabel
independen (X1 dan X2) secara bersama-sama dengan variabel dependen
(Y) signifikan; dalam arti apakah korelasi yang ditemukan pada penelitian
sampel bisa digeneralisasi untuk populasinya, yaitu dengan cara
membandingkan Fhitung dengan Ftabel.
Rumus mencari Fhitung menurut Sugiyono (2008:223) adalah:
R2 / k
Fh =
(1 R 2 ) /( n k 1)
Dimana:
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
Nilai Fhitung kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel. Keputusannya adalah:
-
52
Product and Service Solution versi 17.0 (SPSS 17). Namun demikian,
analisis kualitatif tentu tetap digunakan, karena pada dasamya variabelvariabel dalam penelitian ini adalah variabel-variabel kualitatif.
53
USULAN PENELITIAN
KOMPETENSI, MOTIVASI DAN PERSEPSI TENTANG
KOPERASI TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI ANGGOTA
KOPERASI TRI TUNGGAL TUKA DENPASAR
Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun
skripsi S1
Oleh :
Margaretha Ni Made Surtini
Nim : 20122411061