Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER

HUKUM PERKOPERASIAN/BISNIS

KEDUDUKAN HUKUM PENGURUS DALAM KOPERASI,KEKUASAAN DAN


TANGGUNGJAWABNYA

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ADE ROSMALIA
NIM : A1A121031
KELAS : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat allah swt karena atas rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. saya menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-
kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan makalah ini selanjutnya, akan saya terima dengan senang hati.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Karena tanpa bantuan dari mereka makalah ini tak akan dapat
saya selesaikan dengan baik. Semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian

Kendari,15 November 2022

Penulis

ADE ROSMALIA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN KOPERASI
B.HUKUM PENGURUS DALAM KOPERASI
C.KEKUASAAN PENGURUS DALAM KOPERASI
D.TANGGUNG JAWAB PENGURUS DALAM KOPERASI

BAB III PENUTUP


A.KESIMPULAN
B.SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Koperasi sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Badan usaha yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan atas asas kekeluargaan ini juga telah cukup
banyak membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dan pembangunan nasional.
Sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia, badan usaha koperasi telah
mampu membantu masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya melalui
kegiatan-kegiatan usaha koperasi. Prinsip usaha dan karakter koperasi yang berbeda dengan
badan usaha lainnya membuat badan usaha ini disenangi oleh masyarakat Indonesia yang
melaksanakan seluruh kegiatan perekonomiannya berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan.
Sistem ekonomi kerakyatan yang ada di Indonesia ini memang secara umum sangat cocok
dengan badan usaha yang berbentuk koperasi. Keduanya sama-sama menganut asas
kekeluargaan dan mengedepankan prinsip gotong-royong.
Koperasi merupakan bentuk perusahaan organisasi dimana tujuan utama nya bukan
mencari keuntungan tetapi mencari kesejahteraan dari anggotanya.Koperasi sebagai
perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang
pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotannya. Koperasi mempunyai peranan yang
cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan
ekonomi terbatas. Dalam rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki
kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan Koperasi. Pemerintah Indonesia
sangat berkepentingan dengan Koperasi, karena Koperasi di dalam sistem perekonomian
merupakan soko guru. Koperasi di Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan
peranannya secara efektif dan kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan
struktural dalam penguasaan faktor produksi khususnya permodalan.
Sampai dengan detik ini,koperasi semakin berkembang dan diminati oleh masyarakat
Indonesia. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan meningkatkan
pembangunan serta perekonomian nasional. Pada awal kemerdekaan Indonesia, koperasi diatur
oleh Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian. Setelah itu, terjadi beberapa
peraturan mengenai koperasi tersebut mengalami beberapa pergantian, mulai dari dihapusnya
Undang-undang tersebut dan digantikan oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang
Pokok-Pokok Perkoperasian, kemudian oleh Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian

B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari koperasi itu ?
2. Bagaimana kedudukan hukum pengurus dalam koperasi
3. Bagaimana kekuasaan pengurus dalam koperasi
4. Bagaimana tanggungjawab pengurus dalam koperasi

C.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian koperasi


2. Untuk mengetahui badan hukum dalam koperasi
3. Untuk mengetahui sistem kepengurusan dalam koperasi
4. Untuk mengetahui kekuasaan pengurus dalam koperasi
5. Untuk mengetahui tanggung jawab pengurus dalam koperasi
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Koperasi

1.Pengertian Koperasi Menurut Istilah


Pengertian koperasi secara sederhana berawal dari kata ”co” yang berarti bersama dan
”operation” (operasi) artinya bekerja. Jadi pengertian koperasi adalah kerja sama. Sedangkan
pengertian umum, Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan sama,
diikat dalam suatu organisasi yang berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan
anggota.
2.Pengertian Koperasi Menurut Undang – Undang UU No. 25 Tahun 1992
(Perkoperasian Indonesia)
Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang beradasarkan atas dasar asas kekeluargaan.
3.Pengertian Koperasi Menurut Beberapa Para Ahli
Agar lebih memahami apa arti koperasi, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli.
Berikut ini adalah pengertian koperasi menurut para ahli:
1.Arifinal Chaniago
Menurut Arifinal Chaniago, pengertian koperasi adalah sebuah perkumpulan yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota
untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.
2. Muh.Hatta
Bapak Koperasi Indonesia ini mengatakan bahwa pengertian Koperasi adalah usaha bersama
untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.
3. Munkner
Menurut Munkner, pengertian koperasi adalah organisasi tolongmenolong yang menjalankan
‘urusniaga’ secara kumpulan, yang berazaskan konsep tolong-menolong. Aktivitas dalam
urusniaga sematamata bertujuan ekonomi, bukan sosial seperti yang dikandung gotongroyong.
B.Hukum Pengurus Dalam Koperasi

Pengurus koperasi adalah orang-orang yang dipilih untuk masa jabatan paling lama
lima tahun sesuai dengan anggaran koperasi. Sepertiga anggota pengurus koperasi dapat dipilih
dari orang-orang yang bukan anggota koperasi, sedangkan sisanya sebesar dua pertiga adalah
harus benar-benar berasal dari anggota koprasi.

Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan mewakili anggota
dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Pengurus dapat menunjuk
manajaer dan karyawan sebagai pengelola untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan
ketentuanketentuan yang ada, sebagaimana jelas tercantum dalam pasal 32 UU Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Pasal 60 ayat (4) UU Perkoperasian menentukan bahwa pengurus yang karena


kesalahannya menimbulkan kerugian pada koperasi dapat digugat ke pengadilan oleh sejumlah
anggota n yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu perlima) anggota atas nama koperasi.
Penjelasan Pasal 60 ayat (3) UU Perkoperasian menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kesalahan yang menimbulkan kerugian tersebut adalah kesalahan pengurus sebagai pengelola
koperasi yang mengakibatkan kerugian material pada koperasi.

Pasal 61 UU Perkoperasian mengatur beberapa tindakan pengurus yang terlebih dahulu


harus mendapatkan persetujuan rapat anggota koperasi. Tindakan tersebut adalah:

a) mengalihkan aset atau kekayaan koperasi;


b) menjadikan jaminan utang atas aset atau kekayaan koperasi;
c) menerbitkan obligasi atau surat utang lainnya;
d) mendirikan atau menjadi anggota koperasi sekunder; dan/atau

e) memiliki atau mengelola perusahaan yang bukan koperasi.

Pasal 62 UU Perkoperasian berkaitan pengajuan permohonan kepailitan koperasi dan


tanggung jawab pengurus akibat adanya kepailitan. Pengurus dapat mengajukan permohonan
kepada pengadilan niaga agar koperasi dinyatakan pailit hanya apabila diputuskan dalam rapat
anggota. Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian pengurus yang
dinyatakan berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap,
pengurus yang melakukan kesalahan dan kelalaian karena kepailitan tersebut.

Pasal 63 UU Perkoperasian mengatur pemberhentian sementara pengurus. Pengurus dapat


diberhentikan untuk sementara oleh pengawas dengan menyebutkan alasannya. Hak
pemberhentian sementara tersebut berada pada pengawas. Dalam jangka waktu paling lambat
tigapuluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diadakan rapat anggota. Rapat
anggota dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara tersebut atau memberhentikan
pengurus tersebut. Apabila dalam jangka waktu tigapuluh hari tidak dilakukan rapat anggota,
maka pemberhentian sementara tersebut dinyatakan batal.

C.Wewenang/Kekuasaan Pengurus Dalam Koperasi


Pengelolaan koperasi menjadi tanggung jawab semua anggota. Pengelolaan itu
diwakilkan kepada sekelompok pengurus yang dipilih oleh anggota. Pengurus adalah
pemegang kuasa tertinggi dalam rapat anggota. Nama-nama dan susunannya dicantumkan
dalam akta pendirian koperasi.
Selain memiliki tugas,pengurus juga memiliki wewenang/kekuasaan dalam hal mengelola
koperasi. Kewenangan yang dimaksud di antaranya:
1. Mewakili koperasi di dalam dan di luar forum
2. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota
berdasarkan anggaran dasar koperasi
3. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai
tanggung jawabnya dan keputusan dalam rapat anggota
Dalam pengelolaan koperasi, pengurus juga bisa mengangkat pengelola atau manajer untuk
mengelola unit usaha koperasi.

Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari hasil keputusan RAT Pengurus
berkewajiban melaksanakan seluruh keputusan RAT guna memberikan manfaat kepada
anggota koperasi. Pengurus merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus dilakukan
pengelola (Tim Manajemen) dan menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut :
1.Mengelola organisasi koperasi dan usahanya
2. Membuat dan mengajukan Rancangan Program Kerja Serta Rancangan RAPBK (Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi).
3. Menyelenggarakan Rapat Anggota
4. Mengajukan Laporan Keuangan dan Pertanggung jawaban Pelaksanaan Tugas.
5. Menyelenggarakan pembukaan keuangan dan invetaris secara tertib.
6. Memelihara daftar buku Anggota, buku Pengurus dan Pengawas.
7. Memberikan Pelayanan kepada Anggota Koperasi dan Masyarakat.
8. Mendelegasikan tugas kepada manajer
9. Meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanaan dan anggota.
10. Meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kepada anggota
11. Mencatat mulai sampai dengan berakhirnya masa kepengurusan pengawas dan pengurus.
12. Mencatat masuk dan keluarnya anggota

D.Tanggungjawab Pengurus Dalam Koperasi


Badan hukum itu bukan makhluk hidup sebagaimana halnya pada manusia. Badan
hukum kehilangan daya berfikir, kehendaknya, dan tidak mempunyai “centraal bewustzjin”.
Oleh karena itu, badan hukum tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri. Ia
harus bertindak dengan perantaraan orang-orang biasa (natuurlijk personen), akan tetapi orang
yang bertindak itu tidak bertindak untuk dirinya, atau untuk dirinya saja melainkan untuk dan
atas pertanggung gugat badan hukum.
Ketentuan yang mengatur mengenai tanggung jawab Pengurus dalam UU Koperasi
terdapat dalam Pasal 34 UU Koperasi. Pasal 34 UU Koperasi menyatakan bahwa Pengurus,
baik bersama-sama, maupun sendiri-sendiri, menanggung kerugian yang diderita Koperasi,
karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau kelalaiannya.100 Di samping
penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan dengan kesengajaan, tidak
menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan penuntutan.
Berdasarkan pemahaman dari maksud tanggung jawab Pengurus koperasi tersebut, maka dapat
diidentifikasikan menjadi beberapa bagian penting, antara lain:
1. Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa orang anggota
pengurus, maka mereka berasma-sama menanggung kerugian;
2. Seorang anggota pengurus bebas dari tanggung jawabnya, jika ia dapat membuktikan
bahwa kerugian itu bukan akibat dari kelalaian atau kesengajaannya. Juga harus dapat
membuktikan bahwa ia telah berusaha dengan secepatnya untuk mencegah timbulnya
kerugian itu;
3. Penggantian kerugian oleh anggota/anggota-anggota pengurs yang melakukan kelalaian
atau kesengajaan, tidak menutup kemungkian bagi penuntut umum untuk menuntut
anggota pengurus yang bersangkutan dari sudut hukum pidana.

Dalam bahasa sederhannya adalah bahwa terhadap kerugian yang diderita oleh Koperasi,
pengurus secara bersama-sama (renteng) maupun sendiri-sendiri (pribadi) menanggung
kerugian tersebut, jika kerugian itu terjadi atau timbul karena tindakannya yang disengaja atau
akibat kelalaiannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kerugian tersebut bukan
akibat dari tindakan sengaja ataupun bukan akibat dari kelalaian pengurus dan pengurus
bersangkutan dapat membuktikannya, maka dia bebas dari tanggung jawab tersebut.
Sehingga dalam hal ini koperasi itu sendirilah yang bertanggung jawab dalam
kedudukannya sebagai suatu badan hukum. Tetapi apabila kerugian tersebut sebagai akibat
tindakan sengaja dari pengurus disamping dia bertanggung jawab untuk mengganti kerugian,
maka tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan tuntutan pidana.
Misalnya dalam hal: penyalahgunaan uang organisasi, melalaikan tugas, melakukan tugasnya
dengan tidak hati-hati dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Koperasi adalah bentuk organisasi yang tujuan utama nya bukan mencari keuntungan tetapi
mencari kesejahteraan anggota, Awalnya koperasi didirikan karena penderitaan dalam
lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak.

Koperasi merupakan asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha


bersama atas dasar prinsip-prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar
dengan biaya rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh
anggotanya.

B.Saran

1. Seharusnya KUD menerbitkan kartu Anggota untuk para Anggotanya


2. Melampirkan rencana kerja dan rencana anggaran belanja dan pendapatan Koperasi.
3. Mewujudkan Koperasi sebagai central Ekonomi dengan menyediakan bahan-bahan
kebutuhan masyarakat melalui pembangunan usaha yang skalanya lebih besar.
4. Berperan aktif sebagai pemberi bantuan dana dalam segala aktifitas Desa yang tujuannya
mensejahterakan ekonomi masyarakat.

5. Untuk menuju KUD yang sehat secara administrasi sebaiknya mendatangkan


auditor/akuntan publik untuk mendapatkan Sertifikat dari Akuntan Independen.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Koperasi Pembinaan Pengusaha Kecil, R.I. 1993, Pelatihan Perkoperasian Bagi
Pengurus Koperasi / KUD, Jakarta.

Folke Dubell, 1985. Pembangunan Koperasi Suatu Metode Perintisan dan Pengorganisasian
Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet Riyadi Bisri, Jatinangor :
Ikopin.

Tim Ikopin. 2000. Penjiwaan Koperasi. Bandung : Ikopin. Jatinangor, Bandung : Ikopin

T. Gilarso. 1998. Pengelolaan Koperasi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian

Hanel, Afred. 1994 Dual or Double Nature of Cooprative. Dalam International Handbook of
Cooprative Organizations. Vandenhoeck & Ruprecht. Gottingen.

Ima Soewandi, tanpa tahun Latar Belakang Sejarah dan Sendi Dasar Koperasi (sebuah out-
line), Jakarta : Departemen Perdagangan dan Koperasi.

Ropke, Joche, 1995. The Economic Theory of Cooprative Enterprises in Developing


Countries. With Special Reference tp Indonesia. Marburg.

Suarny Amran, 1992. Analisis Beberapa Permasalahan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, dalam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembangunan Koperasi, Editor Rusidi
dan Maman Suratman, Jatinangor, Bandung : Ikopin.

Anda mungkin juga menyukai