Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KELEMBAGAAN DAN KOPERASI AGRIBISNIS


“ STRUKTUR DAN KASUS ORGANISASI KOPERASI”

Dosen Pengampu :
Ir. M. Noerhadi Sudjoni, MBA. MP

Oleh :
1. Rakhmalia Dwi Septiandhari (22101032072)
2. Ulfi Wahyu Rahmawati (22101032071)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “ Sruktur dan Kasus Organisasi
Koperasi”. Makalah ini disusun guna untuk menambah ilmu pengetahuan ataupun
informasi yang semoga bermanfaat bagi khalayak umum. Makalah ini penulis susun
dengan segala kemampuan dan telah semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadiri
bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik, saran dan
pesan dari semua yang membaca makalah ini.

Malang, 27 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19, sebagai suatu reaksi terhadap sistem
liberalisme ekonomi yang pada waktu itu sekelompok kecil pemilikpemilik modal
menguasai kehidupan masyarakat. Pada saat itulah tumbuh gerakan koperasi yang
menentang aliran individualisme dengan asa kerjasama dan bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat (Anoraga dan Widiyanti, 2007).
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 telah menggariskan bahwa,
“Perekonomian Indonesia disusun secara usaha bersama dan berdasarkan atas asas
kekeluargaan”. Kemudian ditegaskan juga dalam Penjelasan UUD 1945 tentang pasal
tersebut bahwa, bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dan dalam
ketetapan MPR dinyatakan pula bahwa, ” Koperasi harus digunakan sebagai salah satu
wadah utama untuk membina kemampuan usaha golongan ekonomi lemah” (Anoraga dan
Widiyanti, 2007).
Anggota berpartisipasi aktif dalam pemupuk modal, pemanfaatan pelayanan,
manajemen koperasi serta menjadi pilar keberhasilan koperasi. Setiap anggota koperasi
memiliki hak suara yang sama, yaitu satu anggota satu suara (one men one vote) (Hendar
dan Kusnadi, 2005).
Menurut Ginting (2003) dalam Dummy (2003), tingkat kedinamisan organisasi yang
tinggi merupakan harapan dari satu kelompok atau organisasi, dan efektif sebagai
pemanfaatan potensi untuk mencapai tujuan organisasi. Dinamika adalah sesuatu yang
mengandung arti tenaga, kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan
diri secara memadai terhadap keadaan.
1.2 Masalah
Bagaimana Struktur dan Kasus Organisasi dalam Koperasi
1.3 Tujuan
Mengetahui Struktur dan Kasus Organisasi dalam Koperasi

4
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Struktur Organisasi Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan
untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Selain itu, koperasi juga ikut serta dalam mewujudkan masyarakat yang maju,
adil dan makmur.
Bentuk organisasi koperasi Di Indonesia, aturan mengenai koperasi, termasuk
bentuk organisasinya, tertuang di dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian. Menurut undang-undang ini, perangkat organisasi koperasi di Indonesia
terdiri dari rapat anggota, pengurus dan pengawas. Struktur organisasi ini menunjukkan
hierarki organisasi dan wewenang, serta aliran pertanggungjawabannya.
Bentuk organisasi koperasi Di Indonesia, aturan mengenai koperasi, termasuk bentuk
organisasinya, tertuang di dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Menurut undang-undang ini, perangkat organisasi koperasi di Indonesia terdiri dari rapat
anggota, pengurus dan pengawas. Struktur organisasi ini menunjukkan hierarki
organisasi dan wewenang, serta aliran pertanggungjawabannya.
Rapat anggota koperasi Rapat anggota adalah suatu wadah dari para anggota koperasi
yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi untuk mengambil suatu keputusan. Rapat
anggota diartikan sebagai institusi karena telah melembaga dalam organisasi koperasi
dan pelaksanaannya diatur dalam anggaran dasar. Oleh karena itu, rapat anggota
memiliki fungsi, wewenang dan ketentuan yang sifatnya mengikat semua pihak terkait.
Berdasarkan hierarki tanggung jawab, rapat anggota menempati posisi di atas pengurus
dan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Seluruh keputusan yang dihasilkan dalam rapat anggota memiliki kekuatan hukum
karena merupakan hasil suara terbanyak dari anggota. Semua yang diputuskan dalam
rapat harus ditaati dan bersifat mengikat bagi semua anggota, pengurus maupun
pengawas koperasi.
1. Pengurus koperasi
Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat anggota yang
bertugas mengelola organisasi dan usaha. Idealnya, sebagai perwakilan anggota,
pengurus koperasi diharapkan memiliki kemampuan teknis, manajerial dan wirakoperasi

5
sehingga dapat menjalankan koperasi dengan baik. Kedudukan pengurus sebagai
penerima mandat dari pemilik koperasi (anggota) dan pelaksana keputusan rapat anggota
sangat strategis dalam menentukan kemajuan koperasi. Untuk dapat dipilih dan diangkat
menjadi pengurus, anggota harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam anggaran
dasar.
2. Pengawas
Pengawas adalah bentuk organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandat untuk
melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi. Pengawas
mengemban amanat dari anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi. Sama seperti pengurus, pengawas juga dipilih
dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota berdasarkan syarat yang telah
ditentukan.
3. Pengelola
Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992, pengelola atau manajer tidak termasuk dalam
perangkat organisasi koperasi di Indonesia. Namun, pada struktur organisasi koperasi,
pengelola menjadi bagian dalam mengelola usaha koperasi. Pengelola koperasi adalah
orang-orang yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus koperasi untuk
mengembangkan usaha koperasi secara efektif dan profesional. Kedudukan pengelola,
yakni sebagai karyawan yang diberi kuasa dan wewenang oleh pengurus sehingga
mereka bertanggung jawab kepada pengurus. Hubungan antara pengelola usaha dan
pengurus koperasi merupakan hubungan kerja atas dasar perikatan yang tertuang dalam
bentuk perjanjian atau kontrak kerja.
4. Rapat Anggota (RA)
Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi, yang tercermin dalam forum
Rapat Anggota, sering kali secara teknis disebut RAT (Rapat Anggota Tahunan).
Fungsi Rapat Anggota adalah :
1. Menetapkan Anggaran Dasar/ART.
2. Menetapkan Kebijaksanaan Umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha
koperasi.
3. Menyelenggarakan pemilihan, pengangkatan, pemberhentian, pengurus dan atau
pengawas.
4. Menetapkan Rencana Kerja, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi
serta pengesahan Laporan Keuangan.
5. Mengesahkan Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus dan Pengawas dalam

6
melaksanakan tugasnya.
6. Menentukan pembagian Sisa Hasil Usaha.
7. Menetapkan keputusan penggabungan, peleburan, dana pembubaran Koperasi.

2.2 Kasus Organisasi Koperasi


Ekonom CORE Indonesia sekaligus Dosen Perbanas Institute, Piter Abdullah Redjalam,
mengungkapkan berulangnya kasus penipuan berkedok koperasi disebabkan beberapa faktor.

 Pertama, karena setiap kasus tidak diinvestigasi dan diungkap secara tuntas kepada
masyarakat untuk dijadikan pembelajaran.
 Faktor kedua adalah lemahnya pengaturan dan pengawasan koperasi. Harus diakui
bahwa selama ini Kementerian Koperasi dan UMKM sebagai lembaga yang mengatur
dan mengawasi koperasi tidak punya kapasitas untuk melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap koperasi secara komprehensif.
 Ketiga, maraknya penipuan berkedok koperasi terjadi karena sudah banyak
masyarakat yang mulai meninggalkan badan usaha atau organisasi ini. Akibatnya,
masyarakat menjadi tidak terlalu paham akan manfaat, fungsi, jenis, hingga peran
koperasi.

Masing masing koperasi, memiliki karakterisktik dan permasalahan sendiri-sendiri.


Perbedaan karakteristik yang ada merupakan kearifan lokal Koperasi yang perlu

7
mendapatkan perhatian secara arif dan bijaksana pula. Berikut beberapa permasalahan yang
ada di Koperasi masa kini

1. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengurus dan Pengawas mayoritas tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk
menjalankan koperasi dengan baik. Sehingga hal ini menyebabkan laju pertumbuhan koperasi
lambat dan tujuan mensejahterakan koperasi tidak dapat terwujud dengan baik. Pendidikan
Perkoperasian yang ada selama ini, baik yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi, Dewan
Koperasi, Pusat Koperasi, dan Primer Koperasi secara mandiri, belum memberikan arah yang
jelas mengenai kurikulum, proses dan capaian pembelajarannya.

2. Keberpihakan stakeholder

Koperasi di era sekarang dituntut untuk mandiri dan berdaya saing. Hal ini mengakibatkan
stakeholder merasa harus memaksa agar koperasi dalam wilayah binaannya lepas dan tidak
lagi memiliki hubungan saling ketergantungan. Akibatnya, beberapa koperasi fungsional
tidak mendapat rekomendasi dari pimpinan instansi ketika akan mengajukan pembiayaan
kepada Lembaga perbankan, bahkan beberapa koperasi terpaksa keluar dari lingkungan
instansi/lembaga nya disebabkan tidak mampu membayar sewa. Bahasa yang sering muncul
adalah tidak boleh ada badan hukum di dalam badan hukum.

3. Sistem monitoring kelembagaan

Di era milenial saat ini dirasakan oleh gerakan koperasi bahwa peran pemerintah dalam
melayanai dan mengawasi kelembagaan koperasi masih berbasis secara konvensional. Di
beberapa kasus terjadi, koperasi yang kehilangan Akta Pendirian dan Akta Badan Hukum
Koperasi, mengalami kesulitan ketika mengurus Salinan ke dinas koperasi. Walapun koperasi
yang bersangkutan sudah mengurus surat kehilangan dari kepolisian. Sehingga untuk
mengatasi hal ini dapat dilakukan digitalisasi data, dengan cara meng scan data yang ada di
dinas koperasi. Merubah data berbasis kertas, menjadi data digital. Sehingga ketika
membutuhkan data, akan mudah dan cepat dalam pencarian.

8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Organisaisi koperasi yang telah terbentuk memerlukan pelaksanaan manajemen koperasi
diantaranya mengenai Bagan Struktur Organisais yang relevan, perangkat dan fungsi
organisasai koeperasi. Bagan Struktur Organisasi Koeprasi menggambarkan sususnan, isi dan
luas cakupan organisasi koperasi, serta menjelaskan posisi daripada fungsi beserta tugas
maupun kewajiban setiap fungsi, hubungan kerja dan tanggung jawab yang jelas.
Adapun Struktur Koperasi:
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
3. Pengawas
4. Pengelola
Adapun kasus penipuan berkedok koperasi disebabkan beberapa faktor yaitu:
• Pertama, karena setiap kasus tidak diinvestigasi dan diungkap secara tuntas kepada
masyarakat untuk dijadikan pembelajaran.
• Faktor kedua adalah lemahnya pengaturan dan pengawasan koperasi. Harus diakui
bahwa selama ini Kementerian Koperasi dan UMKM sebagai lembaga yang mengatur dan
mengawasi koperasi tidak punya kapasitas untuk melakukan pengaturan dan pengawasan
terhadap koperasi secara komprehensif.
• Ketiga, maraknya penipuan berkedok koperasi terjadi karena sudah banyak
masyarakat yang mulai meninggalkan badan usaha atau organisasi ini. Akibatnya, masyarakat
menjadi tidak terlalu paham akan manfaat, fungsi, jenis, hingga peran koperasi.
3.2 Saran
Melampirkan rencana kerja dan rencana anggaran belanja dan pendapatan
Koperasi. Mewujudkan Koperasi sebagai central Ekonomi dengan menyediakan
bahan-bahan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan usaha yang skalanya lebih
besar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sattar. 2018. Buku Ajar Ekonomi Koperasi. Yogyakarta: Deepublish.


UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Departemen Koperasi Pembinaan Pengusaha Kecil, R.I. 1993, Pelatihan
Perkoperasian Bagi Pengurus Koperasi / KUD, Jakarta.
Folke Dubell, 1985. Pembangunan Koperasi Suatu Metode Perintisan dan
Pengorganisasian Koperasi Pertanian di Negara Berkembang, terjemahan Slamet
Riyadi Bisri, Jatinangor : Ikopin.

10

Anda mungkin juga menyukai