Anda di halaman 1dari 18

HAKIKAT IBADAH

MAHDHA DAN GAIRU


MAHDHA
Oleh:
NOLA MARZALINA
20190034
A. Konsep Ibadah
Ibadah merupakan salah satu tujuan penciptaan manusia dan untuk
merealisasikan tujuan tersebut, diutuslah para rasul dan kitab-kitab
diturunkan. Orang yang betul-betul beriman kepada Allah Taala tentu
akan berlomba-lomba dalam beribadah kepada Allah Taala, Akan
tetapi, karena ketidaktahuan tentang pengertian atau jenis-jenis
ibadah, sebagian mereka hanya fokus terhadap ibadah tertentu saja,
misalnya shalat, zakat, atau puasa. Padahal, jenis-jenis ibadah sangatlah
banyak.
Para ulama menjelaskan bahwa secara garis besar, ibadah dapat
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah
ghairu mahdhah. Dalam tulisan singkat ini, penulis akan mencoba untuk
menjelaskan perbedaan di antara keduanya
b. Perbedaan antara ibadah mahdhah dan
ibadah ghairu mahdhah
1. 1. Ibadah mahdhah ‫عبادت‬
( %%‫محضة لا‬%%‫( لا‬
adalah ibadah yang murni ibadah, ditunjukkan oleh tiga ciri berikut ini: Pertama,
ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah sejak
asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau ucapan tersebut
tidaklah bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa
jadi ibadah atau bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan dalil-
dalil yang menunjukkan terlarangnya ditujukan kepada selain Allah Taala, karena
hal itu termasuk dalam kemusyrikan. Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan
dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih
pahala di akhirat. Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan
wahyu, tidak ada jalan yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya. Contoh
sederhana ibadah mahdhah adalah shalat
Ibadah Mahdhah

• Hubungan antara hamba dgn Allah scr langsung


• Misal: Thaharah, Sholat, Zakat, Puasa, Haji
• Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah al-Maqbulah.
• Pelaksanaannya telah diatur, dan harus sesuai dengan contoh dari Rasulullah Saw.
• Prinsipnya: “Semua dilarang, kecuali yang diperintahkan,” contoh: Shalat yang tidak
diperintahkan hukumnya terlarang dilaksanakan.
• Penambahan dan pengurangan terhadapnya merupakan BID’AH
• Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal).
• Azasnya “taat”, yang dituntut dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau
ketaatan.
2. Ibadah ghairu mahdhah ‫عبادت‬
( %%‫محضة غير لا‬%%‫( لا‬
adalah ibadah yang tidak murni ibadah memiliki pengertian yang
berkebalikan dari tiga ciri di atas. Sehingga ibadah ghairu mahdhah
dicirikan dengan: Pertama, ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut
pada asalnya bukanlah ibadah. Akan tetapi, berubah status menjadi
ibadah karena melihat dan menimbang niat pelakunya. Kedua, maksud
pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau
kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun
tidak ada wahyu dari para rasul. Contoh sederhana dari ibadah ghairu
mahdhah adalah aktivitas makan.
Ibadah
Ghairu Mahdhah
 Ibadah yang di samping sebagai hubungan  hamba dengan Allah juga
merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk
lainnya. 
 Misalnya: Birrul walidaini (berbakti pada ortu), menuntut ilmu,
pemerintahan, dll.
 Aturan bersifat longgar dan globalnya saja.
 Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang
 Rasul mencontohkan yang bersifat umum, sedangkan detailnya
diserahkan umat Islam
 Penambahan dan pengurangannya BUKAN BID’AH
 Bersifat rasional,  ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-
ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau
logika. 
 Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh
dilakukan.
c.Syarat Diterimanya Ibadah

1Ikhlas karena Allah semata, 2 Sesuai dengan


bebas dari syirik besar tuntunan Rasul
dan kecil.

konsekuensi dari syahadat konsekuensi dari syahadat


Laa ilaaha illa-llah Muhammad Rasulullah
d.PRINSIP IBADAH

1.Yang berhak disembah hanya


Allah (an-Nisa: 36)
Dan sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah
kepada kedua orang tua, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat dan tetangga
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahaya yang kamu miliki
2. Ibadah tanpa perantara (al-Baqarah:186)
3. Ikhlas syarat ibadah diterima (al-Zumar: 11)

Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah


Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama.
4. Ibadah sesuai tuntunan (Ali Imran: 31
5. Memelihara keseimbangan ruhani dan jasmani (al-Qasas: 77)
6. Mudah dan meringankan (al-Baqarah: 286, al-Baqarah: 185, al-Hajj: 78)
Fungsi Ibadah.

Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk beramal
sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak hanya
terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata.
Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus
diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena
Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara
manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama
manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua
aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari
masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam, yaitu:
• 1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Mewujudkan hubungan
antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui “muqorobah” dan
“khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya Dengan
sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat
yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat.
Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur’an ketika berbicara tentang fungsi ibadah
menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. 3.
Melatih diri untuk berdisiplin Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk
ibadah menuntut kita untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan
jelas dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya,
berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk
berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik
dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama
manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak.
Tidak mau melakukan “amar ma’ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak
bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT
Hikmah Ibadah

. Hikmah agung disyariatkannya ibadah kepada manusia,


sebagaimana yang Allah Taala nyatakan dalam firman-Nya
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang
mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu” (QS
al-Anfaal:24).

Ayat ini menunjukkan bahwa kebaikan dan kemashlahatan merupakan sifat yang
selalu ada pada semua ibadah dan petunjuk yang diserukan oleh Allah dan Rasul-
Nya shallallahu alaihi wa sallam. Dan ini sekaligus menjelaskan manfaat dan
hikmah agung dari semua ibadah yang Allah Taala syariatkan, yaitu bahwa hidup
(bersih dan sucinya) nya hati dan jiwa manusia, yang merupakan sumber kebaikan
dalam dirinya, hanyalah bisa dicapai dengan beribadah kepada Allah dan menetapi
ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Imam Ibnul Qayyim menjelaskan
hikmah yang agung ini dal
Makna Spiritual Ibadah bagi kehidupan
sosial.
1. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah), baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan
sesungguhnya akan Kami
2. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar/solusi dari semua
masalah dan kesulitan yang dihadapi Barangsiapa yang bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam
semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezk
3. Penjagaan dan taufik dari Allah Swt
4. Kemanuisan dan kelezatan iman,
5. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah

Anda mungkin juga menyukai