Kelas : Farmasi D
Mata Kuliah : Kemuhammadiyahan 2
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Abdul Qodir, M.Pd
Tugas : Meresensi Modul Kuliah AIK 2 (Ibadah, Akhlak dan Muamalah)
Buku yang akan saya resensi sekarang adalah Modul Kuliah AIk 2 (Ibadah, Akhlak dan
Muamalah). Mata Kuliah AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan) 2 disusun untuk mempermudah
proses pembelajaran daring atau online yang dikarenakan pandemi covid-19 yang sedang
melanda Indonesia ini. Materi yang dibahas yaitu tentang Ibadah, Akhlak dan Muamalah. Tujuan
penulisan buku ini diharapkan dapat membuat proses pembelajaran PAI/AIK semakin sistematis
sehingga output dari standar mutu pembelajaran PAI/AIK tercapai
BAB 1
HAKEKAT IBADAH
Puasa atau Shiyam menurut bahasa bermakna: “menahan diri dari sesuatu dan
meninggalkan sesuatu”.Menurut arti istilah Shiyam adalah: “menahan diri dari makan,
minum dan bersenang-senang dengan istri, mulai dari fajar hingga maghrib, karena
mengharap akan ridha Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada-Nya, dengan
jalan memperhatikan Allah dan dengan mendidik bermacam kehendak”. Allah SWT
mewajibkan Puasa. Karena Puasa adalah perintah Agama, karena Puasa Adalah Rukun
Islam, karena Dengan Puasa Kita Bisa Bertaqwa, keutamaan Di Bulan Ramadhan. Tujuan
berpuasa adalah mencapai ketaqwaan, menjadi muttaqin.
Hikmah berpuasa antara lain adalah: Untuk Melatih Disiplin Spiritual (Rohani), Menjadi
Dasar Disiplin Moral, Nilai Sosial Ibadah Shiyam, Hikmah Shiyam bagi Kesehatan
Jasmani. Puasa merupakan manifestasi kemenangan atas nafsu, egoisitas, dan
individualitas. Puasa mer- upakan manifestasi dari ketulusan, keikhlasan, kerendahhatian.
BAB 4
KONSEP HAJI
Ibadah Maliyah merupakan ibadah yang termasuk dalam ibadah ghoiru mahdoh yaitu
segala perkataan dan perbuatan akan tetapi tidak ada aturan baku dari syariat dan dia akan
berniat ibadah apabila diniatkan dengan ikhlas dan dalam rangka ibadah. Ibadah harta
(ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun
yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal dengan Amal Jariyah. Ibadah harta
yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja dengan jumlah berapa saja adalah infak-
sedekah.
Ibadah maliyah seperti zakat termasuk ibadah ijtimai, yaitu ibadah yang dilaksanakan
dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial kemasyarakatan. Ibadah maliyah memiliki fungsi
sosial yaitu dengan memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa
menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan social,
mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan
dan ketidakadilan sosial.
Zakat merupakan salah satu sendi di antara sendi-sendi Islam lainn- ya. Ia (zakat)
merupakan ibadah fardiyah yang berimplikasi luas dalam kehidupan sosial (jamaiyah),
ekonomi (iqtishadiyah), politik (siyasiyat), budaya (tsaqafah), pendidikan (tarbiyah) dan
aspek kehidupan lainnya. Zakat merefleksikan nilai spiritual dan nilai charity
(kedermawanan) atau filantropi dalam Islam. Sejumlah ayat bertebaran dalam berbagai
surat dalam al Quran dan hadits Nabi ditemukan anjuran tentang pentingnya filantropi
terhadap sesama manusia, di antara QS. 30:39; QS. 9: 103; QS. 18:18. dalam al Quran surat
at Taubah [9]: 103, misalnya secara tegas dikatakan bahwa:
BAB 6
KONSEP AHKLAK DALAM ISLAM
Di dalam al Qur’an ada beberapa seruan yang sedemikian menge- sankan terkait
dengan kualitas manusia. Seruan itu adalah berbunyi sebagai berikut : ‘ kunuu uli
an-nuha, kunuu uli al-abshar, kunuu uli al-albab’. Beberapa kata yang sebenarnya
tidak berada pada satu tem- pat, namun sengaja disatukan tersebut jika diartikan
secara bebas adalah sebagai berikut : jadilah kamu sekalian orang yang memiliki
pikiran yang cerdas, jadilah engkau sekalian orang yang memiliki pandangan mata
dan telinga yang tajam, dan jadilah engkau sekalian orang yang memiliki hati yang
lembut.
Anjuran di dalam al Qur’an tersebut seharusnya dijadikan pedoman dalam
menjalani hidup ini. Namun sayangnya, upaya berpikir keras dalam rangka
memecahkan masalah dan membangun ide-ide atau gagasan baru, maupun berbagai
kegiatan keilmuan melalui observasi, eksperimen dan lainnya, ternyata masih belum
selalu disebut sebagai bagian dari menjalankan ajaran Islam.
Sebagai akibatnya, umat Islam menjadi tertinggal, terbelakang, dan bahkan belum
mampu bersaing dengan umat lainnya. Padahal dengan perintah itu, umat Islam
seharusnya tidak saja gemar membangun tempat ibadah, seperti masjid dan mushalla,
melainkan juga membangun pusat-pusat riset, perpustakaan, labororium, dan lain-lain.
Menjadi muslim seharusnya menjadi cerdas, memiliki pandangan mata dan tel inga
yang tajam, dan berhati lembut.
Kepribadian berasal dari kata “pribadi” yang berarti diri sendiri, atau
perseorangan. Sedangkan dalam bahasa inggris digunakan istilah personality, yang
berarti kumpulan kualitas jasmani, rohani, dan susila yang membedakan seseorang
dengan orang lain. Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga
yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik
terhadap lingkungannya. Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian
merupakan wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam
kehidupannya.
Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk
melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut
ambil bagian dalam membentuk kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian
apakah kepribadian seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap
sepenuhnya ditentukan oleh faktor yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup
seseorang tersebut.
Hasan Al Banna merumuskan 10 karakteristik muslim yang dibentuk didalam
madrasah tarbawi. Karakteristik ini seharusnya yang menjadi ciri khas dalam diri
seseorang yang mengaku sebagai muslim, yang dapat menjadi furqon (pembeda)
yang merupakan sifat-sifat khususn- ya (muwashofat).