Anda di halaman 1dari 10

Ibadah , Akhlaq dan Muamalah

Tugas Al- Islam dan Kemuhammadiyahan II


Progaram Studi S1 Teknik Sipil

Di Susun Oleh :

Satrio Dzuhry Syaifulloh

NIM: 2010521005

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas AIK ini
dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu“Ibadah,Akhlak dan
Muamalah” itu sangat berarti untuk pengethuan agama dari mulai dini.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Ibadah,Akhlak dan
Muamalah untuk pengetahuan . Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Dosen mata kuliah
Agama. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk
agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam
sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam
mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi
kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial,
menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter,
kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan,
berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama
adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga
orang yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang
yang lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya


bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing
mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (menurut hadis yang disampaikan Abu
Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang
sebenarnya hanya Allah saja yang mengetahuinya), semuanya menyerukan kepada
tauhid (diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam At Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad

dalam Al Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan
bahwa jumlah para Rasul 313 (diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Maurid 2085
dan Ath-Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir 8/139) agar mereka berjalan sesuai
dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang
yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang
yang ragu-ragu disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.
BAB II
2. Hakekat Ibadah

a. Konsep Ibadah
Disiratkan di dalam Al-Qur'an, pengertian ibadah dapat ditemukan melalui
pemahaman bahwa:

1. Dalam ajaran Islam, manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah,
atau dengan kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dzaariyaat 51:56).
2. Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia
yang berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin 36:61)
3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan
Allah, maka ia berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az
Zukhruf 43:43).

Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada Allah itu
ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu
Allah. Jadi pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang
disebut ibadah mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek
kehidupan yang ada selama wahyu Allah memberikan pegangannya dalam persoalan
itu.

Itulah mengapa umat Islam tidak diperkenankan memutuskan, mengubah dan


menambahkan suatu persoalan hidupnya sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah
memutuskan perkara itu.
b. Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah

Ibadah Mahdhah
Ibadah Mahdhah secara istilah adalah ibadah yang secara umum tidak dapat
diwakilkan, seperti ibadah badaniyah.

Apa itu ibadah badaniyah? Ibadah badaniyah adalah ibadah murni yang berupa
gerakan disik, tanpa dicampuri komponen lainnya. Untuk hal ini, contohnya yaitu
salat dan puasa.

Ibadah Ghairu Mahdhah

Beda dengan ibadah Mahdhah, ibadah Ghairu Mahdhah secara umum dapat
diwakilkan oleh oang lain, yang meliputi ibadah maliyah mahdhah dan ibadah
maliyah ghairu mahdhah.

Ibadah maliyah mahdhah adalah ibadah yang menyangkut urusan harta, seperti
sedekah dan zakat.

Sedangkan ibadah maliyah ghairu mahdhah adalah ibadah yang terdapat kaitanya
dengan harta, namun juga terkandung gerakan fisik di dalamnya. Dalam hal ini,
seperti haji dan umrah.
c. Fungsi Ibadah

1. Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah
menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi.
2. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi vertikal dengan
Sang Khaliq.
3. Meningkatkan derajat manusia di mata Allah.

d. Hikmah Ibadah

1.   Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa


beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk
syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari
segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2.   Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah
manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah
kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia
menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan.
Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul
ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak
menjalankankewajiban.
3.   Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga
dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa
dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus
selaludipakai dimanapun manusia berada.

4.  Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari
ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia
merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan.
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.

5.   Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi
milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
ilupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT,
senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa
miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya
semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan
hartauntuk keperluan umat

e. Makna Spiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial

Ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaligus keduniawian. Ibadah dalam ajaran


Islam tidak hanya dimaksudkan dalam kerangka hubungan

dengan Allah semata, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi para
pemeluknya. Semua bentuk ibadah memiliki makna sosialnya masing-masing
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
           Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa
shalat mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu tinggi.
Ketika melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka sesungguhnya
ibadah tersebut tengah menghimpun penduduknya lima kali sehari. Dalam aktivitas
tersebut, mereka saling mengenal, saling berkomunikasi, dan saling menyatukan hati.
Mereka shalat dibelakang seorang imam, mengadu kepada Tuhan yang satu,
membaca kitab yang sama, serta menghadap kiblat yang sama. Mereka juga
melakukan amalan yang sama yakni sujud, ruku, dan sebagainya. Allah berfirman
dalam surat Al-Hujurat ayat 10:

Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu ( yang berselisih ) dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat.”  ( Q.S Al-Hujurat:10).
      Kedua, ibadah puasa. Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi
pelakunya. Dengan berpuasa, si kaya merasakan betapa tidak enaknya merasakan
lapar. Puasa mengajarkan kepadanya untuk bisa mengenali serta merasakan
penderitaan orang yang sehari-hari senantiasa berada dalam kekurangan dan berbalut
kemiskinan. Kemudian puasa diakhiri dengan membayar zakat fitrah yang memaksa
seseorang untuk berderma, sekalipun mungkin hatinya belum sadar ini akan menjadi
latihan dan pembinaan tersendiri bagi orang yang besangkutan untuk menjadi orang
yang dermawan dan peduli terhadap orang-orang yang lemah.

     Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Secara
individu zakat mengandung hikmah untuk membersihkan dan menyucikan diri
beserta harta bendanya. Dengan begitu, zakat melatih manusia menghilangkan sifat
kikir, rakus, tamak yang melekat pada dirinya. Zakat menjadi tanda kedermawanan,
solidaritas, dan kasih sayang seorang muslim terhadap saudara-saudaranya agar bisa
ikut merasakan rezeki sebagai karunia Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai