Anda di halaman 1dari 12

STUDI IBADAH DAN SYARIAH

FIAZ FAUZI fiazfauzi@gmail.com


NYIMAS YUNIERTI PRIHATIN, S.Ag. M.Pd.I nyimasyuniertiprihatin_uin@radenfatah.ac.id

Abstract
Humans are creatures that cannot escape the view of the almighty God, this relationship is
called a religious relationship. The religious relationship is a sacred relationship that can
be established by humans to their god. That relationship can increase the religious value
of each person.Worship is a way for humans and god, namely Allah SWT, to establish a
religious relationship. From worship, it is an activity of Muslims, namely those who are
religious who are sure to communicate with God and can also be an activity that can make
a lot of its own meaning both as gratitude to God, thanks, and also as a reference in life.
Meanwhile, with sharia, which is still interconnected with worship because worship is a
form of our attention as Muslims to Allah SWT and sharia is how we carry out this
worship must be in accordance with the guidance of the Qur'an and Hadith.

Keyword: Religiius , Human, Relationship with God

Corresponding Author:
Fiaz Fauzi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Email: fiazfauzi@gmail.com

Abstrak
Manusia merupakan mahkluk yang tidak dapat luput dari pandangan tuhan yang maha
esa, hubungan inilah yang dinamakan hubungan religius. Pada hubungan religius
merupakan hubunganbyang sakral yang dapat dijalin oelh manusia kepada tuhannya.
Hubungan itulah yang dapat meningakatkan nilain religius setiap orang. Ibadah
merupakan suatu cara manusia dan tuhan yaitu Allah SWT menjalin hubungan religius.
Dari ibadah itulah merupakan kegiatan umat muslim yaitu yang beragama yang
pastinnya untuk berkomunikasi dengan allah dan juga bisa merupakan kegiatan yang
dapat banyak membuat arti tersendiri baik itu sebagai rasa syukur kepada tuhan,
1
terimakasih, dan juga sebagai acuan dalam hidup. Sedangkan dengan syaiah yaitu masih
saling berhubungan dengan ibadah karena ibadah yaitu bentuk perhatian kita sebagai
umat islam kepada Allah SWT dan syariah yaitu cara kita melakukan ibadah tersebut
harus sesuai tuntunan Al- Qur’an dan Hadist.

Kata kunci : Religius, Manusia, Hubungan dengan Tuhan

Penulis Korespondensi:
Fiaz Fauzi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Email: fiazfauzi@gmail.com

PENDAHULUAN
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan dirinya
tetapi dengan anugerah tersebut kdanng manusia lupakan dzat Allah swt atau
memanfaatkan anugerah Allah SWT. Hidup yang di bimbing oleh syariah akan
melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan
Rasul nya, salah satu cara untuk mencapai tuntunan tersebut adalah dengan beribadah.
Syariah islam ialah tata cara pengaluran tentang prilaku hidup manusia untuk mencapai
keridhaan dariAllah SWT. Ibadah merupakan suatu perkaran yang perlu adanya perhatian
terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam
islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah
di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab
yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW berupa kita suci Al-Qur’an dan
segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan kata lain disebut dengan
hadist nabi sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada Allah SWT.1
Dampak yang kita dapatkan dalam mempelajari ibadah dan syariah tentunya kiata dapat
memperoleh banyak manfaat baik untuk kita ataupun untuk orang lain. Kiata dapat
mendekatkan diri kita kepada tuhan yang maha esa yaitu allah SWT dan juga kita dapat
menjadi pribadi yang lenih baik serta mudah dalam melakukan sesuatu yang sesuai

1
Dr. Nurliana.(2021) “Fiqih Ibadah”,LPPM STUI Diniyah Pekanbaru, hal 4
2
tuntutna Al-qur’an dan hadist.2
Serta yang pastinya kita tidak akan di hantui rsa takut ataupun enggan melakukan
kehidupan didunia ini karena jika kita membpelajari studi tentang ibadah dan syariah
kerena kita sudah tau apa yang akan kita sesuaikan dengan Al,-qur’an dan as-sunah.
Ilmu-ilmu ibadah yang sering dan banyak kita pelajari ialah fiqih ibdah, fiqih ibadah
merupakan pembelajaran yang tidak dapat terluput dari kehidupan kita fiqih ibadah .
Dengan mempelajari fiqih ibadah yang mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
manusia yaitu kehidupan sehari-hari, manusia yang pastinya banyak yang kurang paham
akan tuntunan ibadah yang sesuai dengan ajaran islam.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah kajian pustaka atau library
research.Penelitian pustaka merupakan penelitian yang menggunakan jurnal, buku-buku
serta majalah yang berhubungan dengan kajian penelitian yang diangkat sebagai data
primer untuk dijadikan sebagai sumber referensi. Penelitian ini disajikan dalam
bentuk deskriptif yang memiliki fokus penelitian pada buku serta kajian pustaka
yang tidak membutuhkan penelitian lapangan. Kemudian jenis penelitian yang
digunakan dalam kajian ini adalah jenis penelitian kualitatif sehingga dapat menghasilkan
informasi dan juga catatan serta data deskriptif yang berasal dari teks yang diteliti.
Dalam penelitian kualitatif dibutuhkan analisis deskriptif sehingga dapat memberikan
penjelasan danjuga gambaran secara jelas, sistematis, objektif dan juga kritis
tentang moderasi beragama dalam hubungan antar umat beragama. Kemudian
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
sumber data primer berupa buku-buku yang secara khusus membahas tentang Studi
Ibadah dan syariah.

HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

1. Pengertian Ibadah dan Hakikat Ibadah


Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa arab yaitu abida-ya`budu-`abdan-
`ibadatan, yang berarti taat, tunduk, patuh,dan merendahkan diri. Kesemua pengertian itu
mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah).Kemudian pengertian ibadah
secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai berikut :
a. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:
2
Pendidikan Agama Islam, Drs. Nandang L. Hakim, 1988, Ganeca Exac, Bandung
3
“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan
menundukkan jiwa kepada-Nya”Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama
dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah
dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.
b. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:
“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala bentuk syari’at
(hukum)“Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang diwajibkan atas
pribadi, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat,
termasuk kedalam pengertian ibadah
c. Menurut ahli fikih ibadah adalah:
“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”
Jadi dari pengertian, Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai
dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-
terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya.”3
Hakikat Ibadah
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu
Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai
oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir
(nyata).
Adapun hakikat ibadah yaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang terdapat dalam surat adz-dzariat ayat 56,
yang menunjukkan bahwa tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah kepada
allah.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan
penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3 Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya.
4. Hakikat ibadah sebagai cinta.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai
Allah).
3
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cetakan Ke-2
4
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan
jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dasar-Dasar Ibadah dan Fungsi Ibadah
Ibadah harus dibangun atas tiga dasar. Pertama, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
dengan mendahulukan kehendak, perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah saw.
Bersabda,
“Ada tiga hal yang apabila terdapat dalam seseorang niscaya ia akan mendapatkan
manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain;
bahwa ia tidak mencintai seseorang melainkan semata karena Allah; dan bahwa ia
membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia
membenci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Bukhari dan Muslim, dari Anas bin
Malik)4
a. Fungsi ibadah
Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu
berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap
itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat,
serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5“Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap
manusia, harta benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat
yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena
itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga
dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin.
Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu,

4
Dasar – Dasar Agama Islam, Prof. Dr. Zakiah Haradjat Dkk, 1999, Jakarta.
Pendidikan Agama Islam, Drs. Nandang L. Hakim, 1988, Ganeca Exac, Bandung

5
ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya,
Ruang Lingkup dan Syarat diterimanya Ibadah
Ruang Lingkup Ibadah
1) Ibadah Secara Umum (ghairu mahdhah)
Ibadah umum atau ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh Allah,
misalnya; belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Jadi, ibadah
secara umum ini termasuk fardhu kifayah dan sebagian yang hukum asalnya mubah.
Ibadah umum sangat luas yang mencakupi atau merangkumi seluruh pekara yang
berkaitan kehidupan manusia. Akan tetapi jika bertemu adanya nash yang
mengharamkannya, misalnya ada dalil yang melarang mengucap dzikir dengan lisan di
dalam tandan atau WC, maka ia haram mengucapkannya selama berada di dalamnya.
Selain itu selama dalil umum yang memayungi keharusan ibadah sunah tersebut dan tidak
ada pula dalil pengharaman bentuk dan cara pelaksanaannya, maka dibenarkan untuk
mengamalkannya.
2) Ibadah Secara Khusus (mahdhah)
Ibadah khusus atau mahdhah adalah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan Allah
akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah
misalnya adalah Thaharah, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Jadi, jenis dari ibadah ini
keberadaannya harus berdasarkan sumber-sumber hukum Islam (Al-Qur’an dan Hadits),
bukan berasal atau ditetapkan oleh akal logika melainnya berasal dari wahyu Allah SWT.
Dan hamba (semua manusia) wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah
SWT.
Syarat diterimanya Ibadah
1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil
2. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Meninggalkan riya, artinya beribadah bukan karena malu kepada manusia dan supaya
dilihat oleh orang lain.
4. Bermuraqabah, artinya yakin bahwa Allah itu melihat dan selalu ada disamping kita
sehingga kita bersikap sopan kepada-Ny
Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya.
Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-
Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya
6
dicela. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

‫ِريَن‬ ‫َيْدُخ ُلوَن َجَهَّنَم َداِخ‬ ‫اَد ِتي َس‬ ‫َتْك ِبُروَن َع ْن ِعَب‬ ‫ِذ يَن َيْس‬ ‫َتِج ْب َلُك ْم ۚ ِإَّن اَّل‬ ‫وِني َأْس‬ ‫اَل َر ُّبُك ُم اْدُع‬ ‫َو َق‬

“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan


bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku
akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Al-Mu’min: 60]
Di antara keutamaan ibadah adalah
a. Ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat
tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
b. Manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat
membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh) kepada
Allah
c. Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang
merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata
d. Ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan
meninggalkan kemunkaran.
e. Seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari
belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada
mereka
f. Bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah.

2. Pengertian Syariah Islam dan Syariah Islam dalam kehidupan


a. Pengertian Syariah
Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi manusia di
dalam hidupnya untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Syariah Islam adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk
mencapai keridhoan Allah SWT yang dirumuskan dalam Al-Qur’an, yaitu Surat Asy-
Syura ayat 13 yang Artinya : “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang
telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu dan
apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu
7
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya).” (Quran surat Asy-Syura ayat 13). 5
b. Pengertian Syariah Islam Dalam Kehidupan
Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah, wajib dipatuhi. Orang
Islam yakin bahwa ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam syariah itu adalah
ketentuanm Allah SWT yang bersifat universal, oleh karena itu merupakan hukum bagi
setiap komponen dalam satu sistem.
Hal ini berarti bahwa setiap ketentuan yang ditinggalkannya atau dilanggar bukan saja
akan merusak lingkungannya tetapi juga akan menghilangkan fungsi parameter dalam
komponen atau fungsi komponen dalam sistem.
Ruang Lingkup dan Sumber-Sumber Syariah

Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut :

Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT
(ritual), yang terdiri dari Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat,
zakat, puasa dan haji.

Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rumun Islam :

a. Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan


menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh,
tasbih, istighfar, khitan, pengurusan mayit, dan lain-lain.
b. Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan
lain-lain.
Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang lainnya
dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang, pinjam-
meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan,
rampasan perang, utang-piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah,
pesanan, dan lain-lain.
Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain
dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya), diantaranya :
perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan
suami istri, mas kawin, berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu’, li’am
dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan lain-lain.
5
Pendidikan Agama Islam, Drs. Nandang L. Hakim, 1988, Ganeca Exac, Bandung
8
Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat, kifarat,
pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian dan
lain-lain.
Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik), diantaranya :
ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong
menolong), tasamu (toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), zi’amah
(kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.
Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar, tawadlu,
(rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah (berani), birrul walidain
(berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.
Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar,
pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah, perang, dan lain-
lain.
Sumber-sumber Syariah yaitu berupa :

1. Al-Qur’an,
Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang dihimpun dalam sebuah kita suci yang menjadi pegangan bagi
manusia. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan Undang-
Undang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.
2. Al-Hadist (As-Sunnah)

Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan rincian
terhadap hukum-hukum Al-Qur’an yang bersifat umum. Sunnah adalah sumber hukum
islam (pedoman hidup kaum muslimin yang kedua setelah Al-Qur’an).

3. Ra’yu (Ijtihad)

Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Qur’an dan As-Sunnah untukmenetapkan
hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Klasifikasi dan Pelaksanaan Syariah


Syariah adalah ketentuan, ketentuan Allah SWT yang mengatur dilaksanakannya atau
tidak dilaksanakannya suatu perbuatan seseorang baik yang menyangkut ibadah dalam
arti kata khusus atau ibadah dalam arti luas.

9
Klasifikasi sebagai berikut:
1. Kelompok Wajib (ijab)
2. Kelompok haram
3. Kelompok sunnat
4. Kelompok makru
5. Kelompok yang diizinkan (ibadah)
Bagi seseorang muslim melaksanakan syariah dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya
tidak hanya melaksanakan agama dalam arti khusus tapi melaksanakan agama yang
bersifat universal. Pelaksanaan syariah didalam islam ini sangat berhubungan dengan
kondisi, sebagai contoh orang yang tidak mampu untuk melaksanakan sesuatu kewajiban
secara normal maka dia pasti melaksanakannya dengan cara lain.
Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya
pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah
dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat
terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap
perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan.
Ibadah segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka
mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya, mensucikan jiwa,
mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, mendidik mental, dan
menjadikan manusia yang disiplin dan bertanggung jawa

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Dasar-dasar Pendidikan (Bumi Aksara, Jakarta, 2008).


Dasar – Dasar Agama Islam, Prof. Dr. Zakiah Haradjat Dkk, 1999, Jakarta.
Fiqh Islam, H. Sulaiman Rasjid, 1976, Attahiriyah, Bandung.
Pendidikan Agama Islam, Drs. Nandang L. Hakim, 1988, Ganeca Exac, Bandung.
Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cetakan Ke-2.
Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut
Anda Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Cet. Ke-1.
Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. Pamator, 1999), Cetakan Ke-1
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cetakan
10
Ke-1.
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cetakan Ke-2.
Zakiyah Daradjat, ILMU FIQIH, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cetakan
Ke-1, Hal. 5.

11
12

Anda mungkin juga menyukai