Anda di halaman 1dari 9

Ijtihad Dan Dinamika Pemikiran Islam

Nama : Nadila Afrilia


Nadilaafrilia39@gmail.com
Dosen Pengampuh : Nyimas Yunierti Prihatin,S.Ag,M.Pd.I
Nyimasyuniertiprihatin_uin@radenfatah.ac.id
UIN Raden Fatah Palembang

Abstrak
Ijtihad is a term in Islamic law that refers to the efforts of a faqih (Islamic jurist) to
understand and issue laws based on shara' propositions (evidence from the Quran and
Hadith). Ijtihad is one of the important aspects of Islamic law that allows the religion to
remain relevant and adaptable to the changing times.
Here are some important points that can be taken from the above explanation
Sources of Islamic teachings: The Quran and Hadith (Sunnah) are the two main sources of
Islamic teachings. They serve as the main guidelines in determining Islamic laws.
Role of Ijtihad: Ijtihad serves as a tool or method to derive knowledge of Islamic laws from
these sources. Without ijtihad, these sources become useless because no one can interpret
and apply them.
Additional Source: Ijtihad is considered an additional source in Islam, which means that it
does not replace the Quran and Hadith, but complements and develops our understanding of
Islamic teachings.
Open Door to Intellect: Ijtihad shows that Islam leaves room for the human intellect to think,
explore and apply religious principles in the context of modern life. This illustrates the
importance of critical thinking in Islam.
Human Welfare: In the process of ijtihad, the mujtahids (people who attempt ijtihad) consider
human welfare. They endeavor to
Control of Societal Development: Ijtihad also allows mujtahids to keep up with societal
developments and find legal solutions to new problems that arise over time.
Abstrack
Ijtihad adalah istilah dalam hukum Islam yang merujuk pada upaya seorang faqih (ahli
hukum Islam) untuk memahami dan mengeluarkan hukum berdasarkan dalil syara' (bukti-
bukti dari Al-Quran dan Hadis). Ijtihad adalah salah satu aspek penting dalam hukum Islam
yang memungkinkan agama ini untuk tetap relevan dan dapat beradaptasi dengan perubahan
zaman. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari penjelasan diatas
Sumber Ajaran Islam: Al-Quran dan Hadis (Sunnah) adalah dua sumber utama ajaran Islam.
Mereka berfungsi sebagai pedoman utama dalam menentukan hukum-hukum Islam.
Peran Ijtihad: Ijtihad berfungsi sebagai alat atau metode untuk mengambil pengetahuan
tentang hukum-hukum Islam dari sumber-sumber tersebut. Tanpa ijtihad, sumber-sumber
tersebut menjadi tidak berguna karena tidak ada yang dapat menginterpretasikan dan
mengaplikasikannya.Sumber Tambahan: Ijtihad dianggap sebagai sumber tambahan dalam
Islam, yang berarti bahwa ia tidak menggantikan Al-Quran dan Hadis, tetapi melengkapi dan
mengembangkan pemahaman kita tentang ajaran Islam.Pintu Terbuka Intelek : Ijtihad
menunjukkan bahwa Islam memberikan ruang bagi intelek manusia untuk berpikir, menggali,
dan menerapkan prinsip-prinsip agama dalam konteks kehidupan modern. Ini
menggambarkan pentingnya pemikiran kritis dalam Islam Kemaslahatan Manusia: Dalam
proses ijtihad, para mujtahid (orang yang berusaha melakukan ijtihad) mempertimbangkan
kemaslahatan manusia. Mereka berusaha untuk menjawab tantangan zaman dan
menghasilkan hukum-hukum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Kontrol
Perkembangan Masyarakat: Ijtihad juga memungkinkan para mujtahid untuk mengikuti
perkembangan masyarakat dan menemukan solusi hukum untuk masalah-masalah baru
yang muncul seiring waktu.
PENDAHULUAN
Pengertian Ijtihad Ijtihad Ijtihad adalah konsep dalam hukum Islam yang mengacu pada
upaya seorang cendekiawan atau ahli hukum Islam (faqih) untuk menggali hukum syariat
berdasarkan nash-nash (dalil) yang ada dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Ijtihad melibatkan
pemahaman mendalam terhadap teks-teks agama dan penggunaannya untuk mengambil
keputusan hukum dalam situasi-situasi yang belum diatur secara eksplisit oleh Al-Qur'an dan
Sunnah.Jihad adalah konsep yang lebih luas dalam Islam dan memiliki banyak makna,
termasuk perjuangan atau usaha untuk memperbaiki diri, berjuang melawan godaan dosa, dan
jika diperlukan, berperang dalam bentuk jihad fisik untuk membela agama atau diri sendiri
dalam situasi tertentu. Jihad tidak identik dengan ijtihad; keduanya memiliki makna yang
berbeda dalam konteks Islam.ijtihad adalah proses pemahaman hukum Islam oleh
cendekiawan Islam, jihad adalah usaha atau perjuangan yang mencakup banyak aspek,
termasuk jihad fisik yang harus dilakukan dengan aturan dan batasan tertentu sesuai dengan
ajaran Islam. Pada hari ijtihad, dua rukun Islam Al - Qur'an dan Sunnah disatukan , dan
ijtihad berfungsi sebagai instrumen penilaian . Itulah sebabnya ijtihad merupakan prinsip
dasar Islam. Alhasil, ijtihad menjadi sebuah kebutuhan bagi para penganutnya Islam.Ijtihad
adalah proses interpretasi hukum Islam yang dilakukan oleh seorang mujtahid (ahli hukum
Islam yang mampu melakukan ijtihad). Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
mujtahid sebelum ia dapat melakukan ijtihad adalah sebagai berikut:
Keilmuan yang Mendalam (A'lam): Seorang mujtahid harus memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang Al-Quran, Hadis, serta literatur-literatur Islam yang relevan. Dia harus
memahami dengan baik bahasa Arab dan tata bahasa Arab, serta memiliki pemahaman yang
kuat tentang hukum-hukum Islam.
Pengetahuan tentang Ushul al-Fiqh: Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar dalam ushul
al-fiqh sangat penting. Ini mencakup pemahaman tentang qiyas (analogi), istihsan
(kebijaksanaan), ijma (konsensus), dan maslahah mursalah (kepentingan umum).
Pengetahuan tentang Fiqh (Fiqh al-Furū) dan Perbedaannya: Seorang mujtahid harus
memiliki pengetahuan yang mendalam tentang fiqh, yaitu hukum-hukum praktis dalam Islam,
dan juga harus memahami perbedaan pendapat antara mazhab-mazhab fiqh yang berbeda.
Kemampuan Berpikir Analitis (Mantıq): Seorang mujtahid harus memiliki kemampuan
berpikir analitis dan logis. Ini diperlukan untuk menghubungkan berbagai nash (teks-teks
Islam) dan menerapkan prinsip-prinsip ushul al-fiqh secara tepat.
Adil dan Berakhlak Baik (Adilah): Seorang mujtahid harus adil dan berakhlak baik. Ini
berarti dia tidak boleh memiliki bias atau konflik kepentingan dalam membuat keputusan
hukum.
Kemampuan Menerapkan Ijtihad dengan Benar (Tajrīh): Seorang mujtahid harus mampu
menerapkan ijtihadnya dengan benar, yaitu dengan memahami konteks sosial dan budaya saat
ini dan bagaimana hukum Islam dapat diterapkan dalam konteks tersebut.
Pemahaman tentang Sejarah Hukum Islam: Pengetahuan tentang sejarah hukum Islam dan
bagaimana hukum-hukum tersebut telah berkembang dan diterapkan sepanjang sejarah juga
sangat penting.Kemampuan untuk Merujuk pada Sumber-sumber Primer: Seorang mujtahid
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah kajian pustaka
atau library research. Penelitian pustaka merupakan penelitian yang
menggunakan jurnal, buku-buku serta majalah yang berhubungan dengan kajian
penelitian yang diangkat sebagai data primer untuk dijadikan sebagai sumber
referensi. Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif yang memiliki fokus
penelitian pada buku serta kajian pustaka yang tidak membutuhkan penelitian
lapangan. Kemudian jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah jenis
penelitian kualitatif sehingga dapat menghasilkan informasi dan juga catatan serta
data deskriptif yang berasal dari teks yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif
dibutuhkan analisis deskriptif sehingga dapat memberikan penjelasan dan juga
gambaran secara jelas, sistematis, objektif dan juga kritis tentang moderasi
beragama dalam hubungan antar umat beragama. Kemudian sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer
berupa buku-buku yang secara khusus membahas tentang meoderasi beragama seperti buku
moderasi beragama yang disusun oleh Kementeian Agama RI serta
sumber sekunder berupa buku penunjang dan jurnal-jurnal yang berhubungan
dengan penelitian ini.

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN


1. Pengertian Ijtihad

Ijtihad adalah konsep dalam hukum Islam yang mengacu pada upaya seorang
cendekiawan atau ahli hukum Islam (faqih) untuk menggali hukum syariat berdasarkan nash-
nash (dalil) yang ada dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Ijtihad melibatkan pemahaman mendalam
terhadap teks-teks agama dan penggunaannya untuk mengambil keputusan hukum dalam
situasi-situasi yang belum diatur secara eksplisit oleh Al-Qur'an dan Sunnah. Jihad adalah
konsep yang lebih luas dalam Islam dan memiliki banyak makna, termasuk perjuangan atau
usaha untuk memperbaiki diri, berjuang melawan godaan dosa, dan jika diperlukan,
berperang dalam bentuk jihad fisik untuk membela agama atau diri sendiri dalam situasi
tertentu. Jihad tidak identik dengan ijtihad; keduanya memiliki makna yang berbeda dalam
konteks Islam. ijtihad adalah proses pemahaman hukum Islam oleh cendekiawan Islam, jihad
adalah usaha atau perjuangan yang mencakup banyak aspek, termasuk jihad fisik yang harus
dilakukan dengan aturan dan batasan tertentu sesuai dengan ajaran Islam. Pada hari ijtihad,
dua rukun Islam Al - Qur'an dan Sunnah disatukan , dan ijtihad berfungsi sebagai instrumen
penilaian . Itulah sebabnya ijtihad merupakan prinsip dasar Islam. 1 Alhasil, ijtihad menjadi
sebuah kebutuhan bagi para penganutnya Islam. Ijtihad adalah proses interpretasi hukum
Islam yang dilakukan oleh seorang mujtahid (ahli hukum Islam yang mampu melakukan
ijtihad). Ijtihad adalah istilah dalam hukum Islam yang merujuk pada proses penalaran dan
interpretasi hukum Islam yang dilakukan oleh seorang ulama atau cendekiawan agama Islam.
Fungsi ijtihad penting dalam menjaga relevansi ajaran Islam dengan perkembangan zaman
dan memahami bagaimana ajaran Islam dapat diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid sebelum ia dapat melakukan ijtihad
adalah sebagai berikut:

Keilmuan yang Mendalam (A'lam): Seorang mujtahid harus memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang Al-Quran, Hadis, serta literatur-literatur Islam yang relevan. Dia harus
memahami dengan baik bahasa Arab dan tata bahasa Arab, serta memiliki pemahaman yang
kuat tentang hukum-hukum Islam.Pengetahuan tentang Ushul al-Fiqh: Pengetahuan tentang
prinsip-prinsip dasar dalam ushul al-fiqh sangat penting. Ini mencakup pemahaman tentang
qiyas (analogi), istihsan (kebijaksanaan), ijma (konsensus), dan maslahah mursalah
(kepentingan umum).Pengetahuan tentang Fiqh (Fiqh al-Furū) dan Perbedaannya: Seorang
mujtahid harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang fiqh, yaitu hukum-hukum
praktis dalam Islam, dan juga harus memahami perbedaan pendapat antara mazhab-mazhab
fiqh yang berbeda.Kemampuan Berpikir Analitis (Mantıq): Seorang mujtahid harus memiliki
kemampuan berpikir analitis dan logis. Ini diperlukan untuk menghubungkan berbagai nash
(teks-teks Islam) dan menerapkan prinsip-prinsip ushul al-fiqh secara tepat.2
Adil dan Berakhlak Baik (Adilah): Seorang mujtahid harus adil dan berakhlak baik. Ini
berarti dia tidak boleh memiliki bias atau konflik kepentingan dalam membuat keputusan
hukum.
Kemampuan Menerapkan Ijtihad dengan Benar (Tajrīh): Seorang mujtahid harus mampu
menerapkan ijtihadnya dengan benar, yaitu dengan memahami konteks sosial dan budaya saat
ini dan bagaimana hukum Islam dapat diterapkan dalam konteks tersebut.Pemahaman tentang
1
Abd.Salam Arif , Ijtihad dan dinamika hukum islam(2017) Yogyakarta,7-8
2
Ibid,8
Sejarah Hukum Islam: Pengetahuan tentang sejarah hukum Islam dan bagaimana hukum-
hukum tersebut telah berkembang dan diterapkan sepanjang sejarah juga sangat penting.
Kemampuan untuk Merujuk pada Sumber-sumber Primer: Seorang mujtahid harus memiliki
kemampuan untuk merujuk ke sumber-sumber primer, seperti Al-Quran dan Hadis, dan
memahaminya dengan benar.Menghormati Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Seorang mujtahid
harus menghormati dan mengikuti kaidah-kaidah hukum Islam, termasuk prinsip-prinsip
keadilan, kebaikan umum, dan kemaslahatan.Syarat-syarat ini dirancang untuk memastikan
bahwa ijtihad dilakukan oleh individu yang memiliki pengetahuan dan kualifikasi yang
memadai dalam hukum Islam. Itu juga memastikan bahwa ijtihad dilakukan dengan itikad
baik dan integritas, serta mempertimbangkan konteks zaman modern. Ijtihad adalah istilah
dalam hukum Islam yang merujuk pada proses penalaran dan interpretasi hukum Islam yang
dilakukan oleh seorang ulama atau cendekiawan agama Islam. Fungsi ijtihad penting dalam
menjaga relevansi ajaran Islam dengan perkembangan zaman dan memahami bagaimana
ajaran Islam dapat diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan. Berikut adalah tiga fungsi
utama dari ijtihad:
Fungsi al-ruju’ atau al-I’adah (Kembali): Fungsi ini mengacu pada upaya untuk
mengembalikan ajaran Islam kepada sumber-sumber pokok, yaitu Al-Quran dan Sunnah
(tradisi dan tindakan Nabi Muhammad). Dalam ijtihad ini, ulama atau cendekiawan agama
berusaha untuk memahami dengan lebih mendalam apa yang terkandung dalam Al-Quran
dan hadis-hadis Nabi sebagai panduan utama dalam menentukan hukum Islam. Ini adalah
langkah awal dalam proses ijtihad, di mana sumber-sumber utama diuji kembali dan
diinterpretasikan sesuai dengan konteks saat ini.Fungsi al-ihya’ (Kehidupan): Fungsi ini
bertujuan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai dan semangat ajaran Islam dalam rangka
menjawab dan menghadapi tantangan zaman. Ini melibatkan upaya untuk memahami
bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diaplikasikan dalam konteks yang berubah seiring
waktu. Ijtihad dalam fungsi ini mendorong pemikiran kreatif untuk memastikan bahwa ajaran
Islam tetap relevan dan dapat menginspirasi kehidupan umat Islam di berbagai aspek
kehidupan mereka.Fungsi al-inabah (Pembenahan):Fungsi ini mencakup upaya untuk
membenahi ajaran-ajaran Islam yang telah diijtihadi oleh ulama terdahulu dan mungkin
memiliki kesalahan atau ketidaksesuaian dalam konteks zaman dan tempat yang berbeda. Ini
adalah respons terhadap perkembangan sosial, budaya, dan teknologi yang dapat
memengaruhi cara ajaran Islam diterapkan. Melalui ijtihad ini, ulama bisa merevisi atau
memperbarui pemahaman dan aplikasi ajaran Islam untuk menjawab tantangan baru.3
3
Syeikh Abdul Wahhab Khollafaf ,Itihad dalam syariat islam,Jakarta timur(2015),4-5
Dengan adanya ijtihad dan tiga fungsi di atas, Islam dapat terus beradaptasi dengan
perubahan zaman sambil tetap memegang teguh nilai-nilai dan prinsip-prinsip inti agama.
Ijtihad menjadi instrumen penting dalam menjaga fleksibilitas dan relevansi ajaran Islam
dalam masyarakat kontemporer.

2. Dinamika Pemikiran Islam

Perkembangan awal pemikiran Islam melibatkan berbagai peristiwa dan proses yang
terjadi selama konstruksi pemikiran Islam. Pemikiran Islam dipengaruhi oleh berbagai faktor,
termasuk kepercayaan, filsafat, kehidupan sehari-hari, dan lain-lain. Selama perkembangan
awal Islam, ada perbedaan dalam pendekatan terhadap iman, filsafat, dan aspek-aspek
kehidupan sehari-hari. Iman adalah inti dari agama Islam, sementara filsafat dapat digunakan
untuk memahami dan merenungkan berbagai aspek agama. Kehidupan sehari-hari mencakup
praktik-praktik keagamaan dan etika dalam kehidupan sehari-hari.Namun, penting untuk
dicatat bahwa Islam didasarkan pada tiga rukun utama, yaitu:
Al-Qur'an: Al-Qur'an adalah kitab suci Islam yang dianggap sebagai wahyu dari Allah
kepada Nabi Muhammad SAW. Ini adalah sumber utama ajaran agama Islam.
Sunnah: Sunnah mengacu pada tindakan, ucapan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW.
Ini juga dianggap sebagai sumber hukum dalam Islam dan memberikan panduan tentang
bagaimana umat Islam seharusnya menjalani kehidupan mereka.Ijtihad adalah proses
interpretasi dan analisis hukum Islam yang dilakukan oleh cendekiawan agama atau ulama.
Ini mencakup upaya untuk mengaplikasikan ajaran Islam dalam konteks kontemporer dan
menentukan hukum syariah dalam berbagai situasi Jadi, pernyataan bahwa Islam didasarkan
pada Ijtihad, Al-Qur'an, dan Sunnah adalah benar. Ketiga elemen ini memiliki peran penting
dalam pemahaman dan praktik agama Islam.
Keberadaan dan perkembangan ilmu-ilmu Islam dimulai sejak kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Pusaran ilmu itu ialah al-Qur’an dan Sunnah yang kemudian melahirkan berbagai cabang ilmu.
Adanya ekspansi umat Islam ke berbagai wilayah turut memperkaya khazanah intelektual muslim.
Berbagai keilmuan Islam pun lahir sebagai bagian dari proses interaksi Islam dengan budaya-budaya
lain, seperti Yunani, Persia, India, dan lain sebagainya.4

KESIMPULAN
Ijtihad adalah istilah dalam hukum Islam yang merujuk pada upaya seorang faqih (ahli
hukum Islam) untuk memahami dan mengeluarkan hukum berdasarkan dalil syara' (bukti-

4
M. Amin,Pemikiran Islam,(2013)Yogyakarta,7-8
bukti dari Al-Quran dan Hadis). Ijtihad adalah salah satu aspek penting dalam hukum Islam
yang memungkinkan agama ini untuk tetap relevan dan dapat beradaptasi dengan perubahan
zaman.
Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari penjelasan diatas
1. Sumber Ajaran Islam: Al-Quran dan Hadis (Sunnah) adalah dua sumber utama ajaran
Islam. Mereka berfungsi sebagai pedoman utama dalam menentukan hukum-hukum
Islam.
2. Peran Ijtihad: Ijtihad berfungsi sebagai alat atau metode untuk mengambil
pengetahuan tentang hukum-hukum Islam dari sumber-sumber tersebut. Tanpa ijtihad,
sumber-sumber tersebut menjadi tidak berguna karena tidak ada yang dapat
menginterpretasikan dan mengaplikasikannya.
3. Sumber Tambahan: Ijtihad dianggap sebagai sumber tambahan dalam Islam, yang
berarti bahwa ia tidak menggantikan Al-Quran dan Hadis, tetapi melengkapi dan
mengembangkan pemahaman kita tentang ajaran Islam.
4. Pintu Terbuka Intelek : Ijtihad menunjukkan bahwa Islam memberikan ruang bagi
intelek manusia untuk berpikir, menggali, dan menerapkan prinsip-prinsip agama
dalam konteks kehidupan modern. Ini menggambarkan pentingnya pemikiran kritis
dalam Islam.
5. Kemaslahatan Manusia: Dalam proses ijtihad, para mujtahid (orang yang berusaha
melakukan ijtihad) mempertimbangkan kemaslahatan manusia. Mereka berusaha
untuk menjawab tantangan zaman dan menghasilkan hukum-hukum yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat.
6. Kontrol Perkembangan Masyarakat: Ijtihad juga memungkinkan para mujtahid
untuk mengikuti perkembangan masyarakat dan menemukan solusi hukum untuk
masalah-masalah baru yang muncul seiring waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Rosnawi Nurdin, “pemikiran hukum Islam dan Dinamika Masyarakat kontemporer”
dalam Vol 5 No 1 (2022): Tarbawi: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islamda 20 november
2011.Nasrudin Rrazak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Alma Arif, 1985), cet.ke-1, hlm. 107
Juhana S. Praja, Ilmu Ushul Fikih, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet.ke-4, hlm. 99
Nasrudi Rrazak, Op.Cit, hlm. 108

Anda mungkin juga menyukai