Konsep maqasid kontemporer dibandingkan dengan klasik, antara lain dalam konsep klasik hukum
lebih kepada ‘penjagaan’ dan ‘perlindungan’ sedangkan dalam konsep kontemporer berkembangn
Pendekatan sistem adalah pendekatan yang holistik persoalan dilihat secara keseluruhan, tidak
secara parsial. Dalam presfektif filsafat sistem, suatu objek dipahami sebagai suatu strktur bertujuan
yang holistik dan dinamis, hubungan antar objek hukum sebagai kesatuan sistem. Menurut Auda
filsafat sistem dapat digunakan untuk melakukan pembaharuan terhadap bukti-bukti keimanan dan
argumentasi rasionalnya, sesuai dengan konteks kekinian. Pendekatan sistem pada hukum Islam,
menuntut pandangan hukum Islam sebagai ‘sistem’ dalam nuansa ontologis kata sIstem.
Fitur sistem menurut jasser Auda yang dioptimalkan sebagai pisau analisis :
1. Karakter Kognisi, Penerapan fitur ‘watak kognitif sistem akan memandu kepada konklusi yang
identik dengan musawibah (pembenar), yaitu hukum-hukum adalah apa yang dinilai oleh ahli
fikih sebagai kebenaran yang paling mungkin, dan pendapat-pendapat hukum yang berbeda,
seluruhnya merupakan ekspresi-ekspresi yang sah terhadap kebenaran dan seluruh pendapat
tersebut adalah benar.
2. Wholness/Holistik, pandangan Auda menyebutkan bahwa prinsip holism sebagaimana dalam
filsafat sistem, dapat berperan dalam usulan pembaruan kontemporer, bukan hanya dalam hukum
Islam, tetapi juga dalam ilmu kalam. Dalil penciptaan hendaknya disandarkan pada
kemustahilan suatu perbuatan tanpa suatu maksud, bukan ‘kemustahilan’ suatu perbuatan tanpa
suatu sebab.
3. Keterbukaan dan Pembaruan Diri, Perubahan hukum dengan perubahan ‘pandangan dunia’ atau
‘watak kognitif’ seorang fakih, diajukan sebagai sebuah mekanisme keterbukaan dalam sistem
hukum Islam. ‘Keterbukaan filosofis’ diajukan sebagai sebuah mekanisme pembaruan diri dalam
sistem hukum Islam.
4. Multidimensional, dikombinasikan dengan pendekatan maqasid, dapat menawarkan solusi atas
dalil-dalil yang bertentangan.
5. Kebermaksudan, merupakan fitur pokok dalam pendekatan sistem. Maqasid merupakan pengikat
umum di kalangan seluruh fitur sistem lainnya seperti kognisi, holism, keterbukaan, dan
multidimensionalitas. Dalam menggali maqasid harus dikembalikan kepada teks utama (al-
Quran dan hadits), bukan terhadap pendapat atau pikiran faqih. Perwujudan tujuan (maqasid)
menjadi tolok ukur dari validitas setiap ijtihad, tanpa menghubungkannya dengan kecenderungan
ataupun madzhab tertentu. Tujuan penetapan hukum Islam harus dikembalikan kepada
kemaslahatan masyarakat. efektivitas sistem hukum Islam dinilai berdasarkan tingkat pencapaian
Maqasid Syariah-nya. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat problem solving terhadap
permasalahan tertentu.