Anda di halaman 1dari 2

Tugas Mata Kuliah Fisafat Hukum : Filsafat Hukum Islam Pendekatan Sistem

FILSAFAT HUKUM ISLAM PENDEKATAN ISLAM


Maqhasid Syariah merupakan ‘metodologoi fundamental’. Validitas Metode Ijtihad apa pun
ditentukan berdasarkan kadar direalisasikannya maqasid oleh ijtihad tersebut, apabila maqhasidnya
tercapai maka efektivitas itjihat tersebut dapat dikatakan baik. Hasil kinerja Praktisnya adalah
melahirkan hukum Islam yang mendorong nilai-nilai keadilan, prilaku moral, kemurahan hati, hidup
berdampingan dan pengembangan Sumber Daya Manusia.
Beberapa kritik terhadap teori maqasid klasik antara lain:
1. Jangkauan maqasid tradisional meliputi seluruh hukum Islam. Tetapi upaya teori tersebut tidak
memasukkan maksud khusus dari suatu atau sekelompok nash/hukum yang meliputi topik
tertentu;
2. Maqasid Tradisional lebih berkaitan dengan individu dibandingkan keluarga, masyarakat atau
umat manusia;
3. Klasifikasi maqasid tradisional tidak memasukkan nilai-nilai yang paling umum seperti keadilan
dan kebebasan;
4. Maqasid tradisional dideduksi dari kajian ‘literatur fikih’ ketimbang sumber-sumber syariat.
Klasifikasi Jangkauan Maqashid Syariah Klasik :
• Daruriyat (kepentingan-kepentingan utama, seperti menjaga agama, jiwa, keturunan, dan harta)
• Hajiyat (kepentingan-kepentingan sekunder, sifatnya mendukung daririyat)
• Tahsiniyat (kepentingan-kepentingan yang bersifat tambahan, sifatnya mendukung hajiyat).
Klasifikasi Jangkauan Hukum Maqasid Kontemporer :
- Maqhosid Umum seperti kebebasan, keadilan
- Maqhosid khusus, sasaran-sasaran yang bersifat khusus seperti kesejahteraan anak dan
perlindungan wanita.
- Maqhosid parsial, terkait hukum-hukum pasrial dari hukum itu sendiri.
Sumber induksi maqasid dan tingkatan keumuman maqasid digali dari nas secara langsung bukan
dari literatur fikih dalam mazhab-mazhab fikih, Pendekatan ini memungkinkan maqasid melampaui
historisitas keputusan fikih serta merepresentasikan nilai dan prinsip umum dari nas.
Teori Maqasid Umum versi ulama kontemporer, seperti tujuan hukum menurut Yusuf al-Qaradawi:
Melestarikan keyakinan yang benar, menjaga harkat dan hak-hak asasi manusia, menyeru manusia
untuk beribadah kepada Allah SWT,menyucikan jiwa, memperbaiki nilai moral, membangun
keluarga harmonis, memperlakukan wanita secara adil, membangun bangsa muslim yang kuat dan
menyeru pada dunia yang kooperatif, terakhir.

Konsep maqasid kontemporer dibandingkan dengan klasik, antara lain dalam konsep klasik hukum
lebih kepada ‘penjagaan’ dan ‘perlindungan’ sedangkan dalam konsep kontemporer berkembangn

DEDI PURWANTO : E2A022021 – Program Magister Hukum Unsoed


Tugas Mata Kuliah Fisafat Hukum : Filsafat Hukum Islam Pendekatan Sistem
menuju ‘pengembangan’ dan ‘hak-hak asasi’ serta pembangunan sumber daya manusia sebagai
Maqasid.

Pendekatan sistem adalah pendekatan yang holistik persoalan dilihat secara keseluruhan, tidak
secara parsial. Dalam presfektif filsafat sistem, suatu objek dipahami sebagai suatu strktur bertujuan
yang holistik dan dinamis, hubungan antar objek hukum sebagai kesatuan sistem. Menurut Auda
filsafat sistem dapat digunakan untuk melakukan pembaharuan terhadap bukti-bukti keimanan dan
argumentasi rasionalnya, sesuai dengan konteks kekinian. Pendekatan sistem pada hukum Islam,
menuntut pandangan hukum Islam sebagai ‘sistem’ dalam nuansa ontologis kata sIstem.
Fitur sistem menurut jasser Auda yang dioptimalkan sebagai pisau analisis :
1. Karakter Kognisi, Penerapan fitur ‘watak kognitif sistem akan memandu kepada konklusi yang
identik dengan musawibah (pembenar), yaitu hukum-hukum adalah apa yang dinilai oleh ahli
fikih sebagai kebenaran yang paling mungkin, dan pendapat-pendapat hukum yang berbeda,
seluruhnya merupakan ekspresi-ekspresi yang sah terhadap kebenaran dan seluruh pendapat
tersebut adalah benar.
2. Wholness/Holistik, pandangan Auda menyebutkan bahwa prinsip holism sebagaimana dalam
filsafat sistem, dapat berperan dalam usulan pembaruan kontemporer, bukan hanya dalam hukum
Islam, tetapi juga dalam ilmu kalam. Dalil penciptaan hendaknya disandarkan pada
kemustahilan suatu perbuatan tanpa suatu maksud, bukan ‘kemustahilan’ suatu perbuatan tanpa
suatu sebab.
3. Keterbukaan dan Pembaruan Diri, Perubahan hukum dengan perubahan ‘pandangan dunia’ atau
‘watak kognitif’ seorang fakih, diajukan sebagai sebuah mekanisme keterbukaan dalam sistem
hukum Islam. ‘Keterbukaan filosofis’ diajukan sebagai sebuah mekanisme pembaruan diri dalam
sistem hukum Islam.
4. Multidimensional, dikombinasikan dengan pendekatan maqasid, dapat menawarkan solusi atas
dalil-dalil yang bertentangan.
5. Kebermaksudan, merupakan fitur pokok dalam pendekatan sistem. Maqasid merupakan pengikat
umum di kalangan seluruh fitur sistem lainnya seperti kognisi, holism, keterbukaan, dan
multidimensionalitas. Dalam menggali maqasid harus dikembalikan kepada teks utama (al-
Quran dan hadits), bukan terhadap pendapat atau pikiran faqih. Perwujudan tujuan (maqasid)
menjadi tolok ukur dari validitas setiap ijtihad, tanpa menghubungkannya dengan kecenderungan
ataupun madzhab tertentu. Tujuan penetapan hukum Islam harus dikembalikan kepada
kemaslahatan masyarakat. efektivitas sistem hukum Islam dinilai berdasarkan tingkat pencapaian
Maqasid Syariah-nya. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat problem solving terhadap
permasalahan tertentu.

DEDI PURWANTO : E2A022021 – Program Magister Hukum Unsoed

Anda mungkin juga menyukai