Anda di halaman 1dari 5

Tugas Filsafat Hukum Islam Syifa

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Tanggapan terhadap artikel (Ringkasan Artikel)

Judul Artikel: Maqasid Al-Shari’ah Sebagai Filsafat Hukum Islam (Pendekatan Sistematik
Versi Jaser Auda)

Artikel ini membahas tentang pemikiran Jaser Auda terhadap maqasid syariah yang
mana beliau menempatkannya pada filsafat hukum Islam. Dari judul artikel tersebut muncul
pertanyaan dari pikiran saya, apa itu maqasid syariah? Kenapa bisa maqasid syariah sebagai
filsafat hukum Islam? siapa itu Jaser Auda?

Maqasid Syariah adalah salah satu pembahasan dari ilmu ushul fiqh, akan tetapi
pembahasan maqasid syariah di ilmu ushul fiqh tidak dibahas secara mendalam, kalaupun
dibahas hanya membahas tentang dharuriatul khams saja. Kebanyakan kitab ushul fiqh
membahas tentang teori kebahasaan. Dan disini jaser menjadikan maqasid syariah berdiri
sendiri sebagai sebuah disiplin.

Kalau dilihat dari maqasid syariah kontemporer, itu banyak mengkritik ushul fiqh,
kenapa? Ada beberapa alasan mengapa ushul fiqh di kritik pada maqasid syariah kontemporer:

1. Ushul fiqh itu kecendrungannya/pendekatannya terlalu tekstual dan sangat


menekankan pada prinsip-prinsip kebahasaan. Kelemahan dari teori Bahasa ini
tidak dapat melihat subtansi apa yang dimaksud oleh nass.
2. Ushul fiqh itu kategorisasinya biner, selalu ada hitam putih. Jika ada dua dalil umum
dan khusus yang diambil adalah yang khusus, jika ada dalil mujmal dan mubayyan
yang diambil yang mubayyan,dsb.
Menurut jaser teori seperti ini membuat hukum islam menjadi susah, karena
menurutnya dua dalil itu punya konteksnya masing-masing. Jadi dua dalil itu bisa
digunakan.
3. Paradigma ushul fiqh itu sangat parsial.

Maqasid diartikan sebagai tujuan, sasaran, maksud dan cita-cita. Dengan demikian
maqasid dalam hukum islam bermakna tujuan dari seperangkat hukum Islam pada
terbentuknya keadilan dan kemaslahatan masyarakat, bukan sederet aturan yang mengantarkan
pada kerusakan tatanan sosial.

1
Oleh karena itu, semua tujuan dan konsep maqasid syariah mewakili hubungan antara
undang-undang islam, hak asasi manusia, keadilan social, dan sebagainya.

Berikut beberapa imam maqasid dan pendapat mereka tentang maqasid itu sendiri:

1. Imam Al-Juwayni
Beliau menulis al-muhkamat atau perkara-perkara fundamental adalah maqasid
yang tidak tunduk pada kecendrungan-kecendrungan dan perbedaan pendapat yang
bertentangan dalam penafsiran.
2. Imam Al-Ghazali
Beliau menggunakan istilah maqasid sebagai satu asas untuk beberapa hukum-
hukum Islam.
3. Al-‘Izz Ibnu Abd As-Salam
Beliau menulis dua buku tentang maqasid yang berarti hikmah dibalik hukum-
hukum yang ada, seperti maqasid shalah (tujuan-tujuan shalat), maqasid as-saum
(tujuan-tujuan puasa).
4. Imam Al-Qarafi
Beliau memberikan makna baru untuk maqasid sebaga tujuan ataupun niat nabi saw
dalam perbuatannya.
5. Imam Ibnu Al-Qayyim
Beliau meletakkan prinsip-prinsip maqasid ditempatnya yang asli, sebagai
fundamental dan sebuah falsafah kepada seluruh hukum.
6. Imam As-Shatibi
Beliau sudah mengembangkan teori maqasid menjadi tiga jalan utama, dan beliau
berpendapat bahwa maqasid adalah ushul ad-din (fundamental agama), qowaid as-
syariah (kaidah-kaidah syariah), dan kulliat al-millah (perkara-perkara universal
dalam kepercayaan agama).

Pembahasan tentang tema maqasid bukanlah merupakan hal yang baru, para ulama
klasik sudah membahasnya dalam beberapa karya, tetapi pembahasan tentang teori maqasid
syariah menjadi penting dalam hukum Islam. Karena, hukum Islam yang sumber utamanya
adalah al-Qur’an dan as-Sunnah diperuntukkan bagi umat manusia. Umat manusia dalam
perkembangannya bersifat dinamis, baik itu dari segi pola pikir maupun cara pandangnya
terhadap hukum itu sendiri. Disini, permasalahannya, bagaimana hukum Islam itu berhadapan
dengan perkembangan zaman? Bisakah hukum Islam itu beradaptasi dengan perubahan sosial?

2
Satu hal yang diperlukan untuk menjawab pemasalahan tersebut adalah dengan
melakukan ijtihad. Namun pernyataan bahwa “pintu ijtihad masih terbuka” bagi Jasser Auda
merupakan sesuatu yang mengalami jalan buntu. Buntu dalam artian bagaimana melakukan
ijtihad tersebut? Metode atau pendekatan apa yang sesuai untuk melakukan ijtihad tersebut?
Jasser Auda menggagas Maqasid al-Syari’ah sebagai filsafat hukum Islam dengan pendekatan
sistem. Dalam bukunya Maqasid Al-Shariah as Philosophy of Islamic Law; A System
Approach, Jasser Auda berusaha memaparkan jawaban dari pertanyaan tersebut dengan
menawarkan beberapa metode dalam pendekatan sistem sebagai upaya pembentukan kerangka
berpikir baru dalam memahami hukum Islam di era sekarang ini. Setidaknya dengan
pendekatan itu, penafsiran keagamaan diharapkan bisa menghasilkan produk hukum yang
sesuai dengan maksud yang disyariatkan Islam.

Apa yang ingin dikemukakan disini adalah sesuatu yang terkait dengan kegelisahan
intelektual beliau terkait pemahaman, pemikiran, penetapan, dan pelaksanaan hukum islam
dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya selama ini hukum islam sangat kaku, sehingga ketika
berhadapan dengan realitas yang beragam pada fokus yang berbeda, hukum Islam seakan tidak
dapat memberikan solusi apa-apa selain jawaban boleh-tidak boleh, halal-haram, dsb. Padahal
suatu hukum itu ditetapkan dengan maksud untuk memberikan kenyamanan, keamanan dan
kesejahteraan bagi kehidupan individu maupun sosial.

Pemikiran Jaser Auda yang hadir dikarenakan kegelisahan beliau terkait


ketidakberdayaan hukum Islam berhadapan dengan perkembangan kemajuan dunia modern.
Menurut beliau hukum Islam tidak mengalami kemajuan yang signifikan sebelum abad kedua
puluh. Berikut beberapa kegelisahan jaser:

1. Kejadian WTC, yang mana pada kejadian tersebut Islam dituduh sebagai teroris,
segelintir kelompok orang menggunakan islam sebagai alat kekerasan atau
diistilahkan sebagai radikalisme.
2. Karna beliau orang Mesir, pada saat itu negara Arab mengalami revolusi dan
mengorbankan banyak nyawa. Buku beliau yang berjudul ‘Daulah Madaniyah’
sebagai kritik terhadap sistem otoriter yang sangat banyak diterapkan di negara
Arab.
3. Dari hasil research umat Islam itu kebanyakan terbelakang, dari segi Pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan, dan lain-lain dibanding negara-negara sekuler.

3
Jadi dari beberapa kegelisahan itu jaser merenungi dimana letak kesalahannya? Dan
apa mungkin yang salah itu adalah pemahaman kita terhadap sumber-sumber yang ada? Dari
sini beliau mulai memperdalam maqasid syariah dan kelebihannya beliau punya pengalaman
terhadap filsafat, sebagaimana yang dituliskan pada artikel. Sehingga beliau mampu
menjadikannya lebih komprehensif.

Jika membaca karya yang dihasilkan oleh Jasser Auda, maka secara terus terang dapat
disimpulkan bahwa cara berpikir atau pendekatan yang digunakan olehnya adalah pendekatan
sistem. Adapun yang dimaksud dengan sistem dalam istilah filsafat sistem adalah sebuah
pendekatan filsafat sistem yang memandang bahwa penciptaan dan fungsi dari alam dan semua
komponennya terdiri dari sistem yang luas dan menyeluruh yang terdiri dari jumlah yang tak
terbatas dari sub sistem; berinteraksi, terbuka, hierarki, dan memiliki tujuan. Sistem adalah
sesuatu yang terdiri dari beberapa rangkaian yang saling terkait antara yang satu dengan yang
lainnya secara menyeluruh dan utuh, karena sistem adalah lahan multi disiplin yang muncul
dari berbagai bidang ilmu dari bidang kemanusiaan.

Jasser Auda tampaknya dipengaruhi oleh teori sistem dalam sosiologi dengan tokoh-
tokohnya antara lain: Walter Buckley (1967), Richard A. Ball (1978), dan Nilas Lughma
(1998). Walter Buckley dalam bukunya, Sociology and Modern System Theory, menjelaskan
bahwa apa yang didapatkan sosiologi dari teori sistem adalah:

1. Karena teori sistem diturunkan dari ilmu pasti dan teori ini, setidaknya di mata
pendukungnya, dapat diaplikasikan ke semua ilmu sosial dan behavioral, maka ia
mengandung harapan bisa menyatukan ilmu-ilmu itu.
2. Teori sistem mengandung banyak tingkatan dan dapat diaplikasikan ke aspek dunia
sosial berskala terbesar dan terkecil, ke aspek yang paling subjektif dan obyektif.
3. Teori sistem tertarik dengan keragaman hubungan dari berbagai aspek dunia sosial
dan karena itu dapat diaplikasikan di berbagai analisis dunia sosial. Argumen dari
teori sistem adalah bahwa hubungan dari bagian-bagian tidak dapat diperlakukan di
luar konteks keseluruhan.
4. Pendekatan sistem cenderung menganggap dan melihat semua aspek sistem sosio-
kultural dari segi proses, khususnya sebagai jaringan informasi dan komunikasi.
5. Teori sistem secara inheren bersifat intregratif.

Berdasarkan pendekatan sistem yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan pendekatan sistem adalah sebuah pendekatan yang holistik, dimana sebuah

4
entitas merupakan bagian dari keseluruhan sistem yang terdiri dari sejumlah sub-sistem.
Pengertian tersebut jika diaplikasikan sebgai perangkat untuk menjelaskan kerangka sistem
hukum Islam, maka Islam merupakan supra-sistem yang salah satu sistem yang dicakupnya
adalah fiqh dan ushul fiqh sebagai perangkat pengembangnya.

Untuk mengimplementasikan teori sistem, langkah-langkah yang harus dilakukan


adalah dengan memvalidasi semua pengetahuan, meninggalkan pendekatan atomistic dan
reduksionis menuju pendekatan holistik, senantiasa terbuka dan memperbaharui pengetahuan,
selalu melihat sesuatu dari perspektif yang multidimensi, dan memperhatikan purposefulness
sebagai prinsip berpikir.

Teori sistem dapat ditelusuri jejaknya dalam proses perubahan paradigma filsafat
khususnya filsafat Yunani terkait teori teologi. Menurut Auda letak penting Filsafat Sistem
Islami yang diajukannya adalah karena filsafat selalu terkait dengan logika yang merupakan
the heart of reasoning about law. Sementara Sistem merupakan disiplin ilmu baru yang
independen. Dapat disimpulkan bahwa teori sistem merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari filsafat.

Teori sistem yang diajukan Jaser bersifat openness atau interaksi hukum dengan
lingkungan luar. Dengan teori sistem ini Jaser mampu mendialogkan nass dengan realitas
kehidupan masyarakat muslim.

Dari semua penjelasan yang sudah disampaikan dapat disimpulkan bahwa maqasid
adalah salah satu wasilah dan metodologi intelektual yang sangat penting untuk al-islah
(perubahan) dan tajdid (pembaharuan). Mempelajari maqasid membuka ruang dinamika yang
luar biasa. Dan dari sini kita mempelajari bahwa metodologi hukum islam itu sangat fleksibel,
terbuka, dan mungkin untuk dikritisi dan diperbaharui.

Apa yang dilakukan Jaser mirip dengan apa yang dilakukan oleh Imam Ghazali. Imam
Ghazali memperkuat pondasi ushul fiqh dengan mantiq, sedangkan jaser menguatkan pondasi
maqasid syariah dengan filsafat sistem. Dan pandangannya terhadap maqasid tidak jauh
berbeda dengan para ulama ushul sebelumnya, karena jaser hanya melakukan penambahan dan
pengembangan konsep yang pernah diajukan oleh pemikir sebelumnya. Dan konsep yang
betul-betul baru dari beliau adalah menempatkan maqasid syariah sebagai filsafat hukum
Islam.

‫وهللا أعلم بالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai