Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Filsafat Hukum Islam
Dosen Pengampu: Masyhari, Lc., M.H.I

Disusun Oleh Kelompok 4 (Hukum Ekonomi Syariah A/4)

1. Arif Muhamad (1908202016)


2. Rena Dwi Aria A. (1908202020)
3. Indah Lestari (1908202025)
4. Disna Arya Savitri (1908202031)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

2021 M/1442 H
KAJIAN KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM

Arif Muhamad, Rena Dwi Ani Arianingsih, Indah Lestari, Disna Arya Savitri
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: arifmuhamad0707@gmail.com, renadwianiarianingsih@gmail.com,
iel.lestari24@gmail.com, disnaaryas16@gmail.com,

ABSTRACT
In the journal, he explains more about the nature of Islamic law and the
characteristics of Islamic law itself. By using the penDalam method, the journal
explains more about the nature of Islamic law and the characteristics of Islamic
law itself. By using the literature writing method, this journal concludes that the
essence of Islamic law is syari'ah itself, which is sourced from the Qur'an and the
Prophet's Sunnah which is based on the concept of tawhid. Islam upholds plurality.
Wasathiyyah's attitude can be seen from the legal position that does not recognize
the dichotomy between positivism and idealism. Furthermore, insaniyyah as the
pinnacle of every individual Muslim, his happiness and fortune with blessings will
arise. Meanwhile, waqi'iyyah (contextual) which is based on the objective reality
of human beings, the problem of universaiism. Meanwhile, Murunah is a qualified
trait and is able to adapt to self and circumstances. And rabbaniyyah in the sense
that all laws and regulations made must be sourced from and taken from the
provisions of Allah's law.
Keywords: Characteristics, Islamic Law.

ABSTRAK
Dalam jurnal memaparkan lebih lanjut mengenai hakikat hukum islam dan
karakteristik dari hukum islam sendiri. Dengan menggunakan metode penulisan
kepustakaan, jurnal ini menyimpulkan tentang hakikat hukum islam adalah
syari’ah itu sendiri, yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah Rasul yang mana
berdasarkan konsep tauhid Adapun karakteristik hukum islam yaitu

1
takamul/syumul, karakter ini menandakan bahwa Hukum Islam menjunjung tinggi
pluralitas. Wasathiyyah sikap yang tampak dari posisi hukum yang tidak mengenal
adanya dikotomi antara positivisme dan idealisme. Selanjutnya, insaniyyah
sebagaimana menjadi puncak setiap individu muslim maka kebahagian dan
keberuntungannya dengan nikmat-nikmat akan muncul. Adapun, waqi'iyyah
(Kontekstual) yang berpijak pada kenyataan objektif manusia persoalan
universaiisme. Sedangkan, Murunah yaitu sifat yang mumpuni dan berkemampuan
dalam menyesuaikan diri dan keadaan. Dan rabbaniyyah dalam artian bahwa
semua perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang dibuat harus
bersumber dan diambil dari ketentuan-ketentuan hukum Allah.
Kata Kunci: Karakteristik, Hukum Islam.

2
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, ilmu filsafat pernah kita dengar sebelumnya. Di mana
filsafat itu sebuah pengetahuan yang digali berdasarkan akal pikiran terkait hakikat,
sebab, asal serta hukum sesuatu itu ada. Inipun berlaku untuk filsafat hukum islam
yang mana suatu pengetahuan yang di dalamnya membahas pokok hukum atau
mengapa hukum itu berlaku yang dikaji berdasarkan sumber hukum islam. Namun,
terletak perbedaan dari keduanya pada aspek ontologis pun dengan sumber
hukumnya. Adapun, dalam filsafat hukum islam terdapat hal-hal yang mendasar
seperti hakikat hukum islam, asas-asas hukum islam dan karakteristik hukum islam.
Hukum islam memiliki karakter atau wataknya sendiri. Jelas, karakter itulah
yang dapat membedakan hukum islam dengan lainnya. Sebagaimana yang telah
diketahui bahwa hukum islam bersumber dari Allah SWT. dan dari karakter itu
sendiri juga. Karakter-karakter tersebut di antaranya komprehensif
(takamul/syumuliyyah), moderat (wasatiyah), dinamis (murunah), ketuhanan
(rabbaniyyah), humanis (insaniyyah) dan kontekstual (waqi’iyyah). Dengan
mempelajari karakter-karakter ini seseorang dapat memahami secara cermat
bagaimana hukum islam yang berlaku di masyarakat. Namun, banyak di luar sana
yang masih awam akan karakteristik hukum islam itu sendiri sehingga tidak paham
bagaimana karakter hukum islam pada masyarakat. Oleh karena itu, perlunya kajian
tentang karakteristik hukum islam.
Dari pemaparan di atas maka kami tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai kajian karakteristik hukum islam, dimana terdapat beberapa pertanyaan
yang akan menjadi pokok pembahasan nantinya, yaitu Pertama, Bagaimana
karakter komprehensif (takamul/syumuliyyah) dalam hukum islam? Kedua,
Bagaimana karakter moderat (wasatiyah) dalam hukum islam? Ketiga, Bagaimana
Bagaimana karakter dinamis (murunah) dalam hukum islam? Keempat, Bagaimana
karakter ketuhanan (rabbaniyyah) dalam hukum islam? Kelima, Bagaimana
karakter humanis (insaniyyah) dalam hukum islam? Keenam, Bagaimana karakter
kontekstual (waqi’iyyah) dalam hukum islam?

3
METODOLOGI PENULISAN
Metode penulisan yang kami gunakan dalam karya ilmiah ini adalah
penulisan kepustakaan (library research) dengan meninjau beberapa referensi
sebagai data sumbernya yaitu buku-buku dan jurnal serta metode yang digunakan
dalam penyusunan karya ilmiah ini yaitu metode kualitatif. Dimana, pemikiran
terpenting dalam pembahasannya ialah memberikan pemahaman dan pengetahuan
bagi mahasiswa mengenai kajian karakteristik hukum islam.

LITERATURE REVIEW
Mengkaji mengenai konsep penulisan essai dan artikel ilmiah populer, maka
pada penulisan ini terdapat beberapa buku dan jurnal yang membahas mengenai hal
tersebut, diantaranya Pertama, Sya’ban Mauluddin dalam jurnalnya yang berjudul,
“Karakteristik Hukum Islam (Konsep dan Implementasinya)”. Jurnal ini
memaparkan mengenai karakteristik hukum islam seperti takamul, wasatiyah serta
harakah. Namun, dalam jurnal kami bukan hanya takamul, wasatiyah serta harakah
saja tetapi ada juga murunah, rabbaniyyah dan sebagainya.
Kedua, Rossa Ilma Silfiah dalam jurnal yang berjudul, “Kontribusi Hukum
Islam dalam Membangun Hukum Nasional Berwawasan Multikultural”. Jurnal ini
mendiskusikan mengenai karakteristik hukum islam yang mana dibahas pula
kontribusi hukum islam dalam pembangunan hukum nasional. Hukum islam yang
didiskusikan dalam jurnal ini seperti takamul, wasatiyah dan harakah. Dan yang
menjadi perbedaan dalam jurnal karya Rossa Ilma Silfiah adalah adanya
pembahasan hubungan hukum islam dengan hukum nasional.
Ketiga, Muhammad Harfin Zuhdi dalam jurnal yang berjudul,
“Karakteristik Pemikiran Hukum Islam”. Jurnal ini membahas tentang
karakterisitik hukum islam yaitu Al-Qur’an. Watak hukum islam yang dikaji dalam
jurnal ini seperti tradisional, moderat dan liberal. Adapun, yang menjadi perbedaan
jurnal karangan Muhammad Harfin Zuhdi dengan jurnal kami adalah hanya
terdapat tiga karakteristik hukum islam. Sedangkan, dalam jurnal kami terdapat
lebih dari tiga karakter yang menjadi ciri khas hukum islam.
Keempat, A. Saiful Aziz dalam jurnal yang berjudul, “Karakteristik Hukum
Islam dan Penerapannya”. Jurnal ini megupas tentang bagaimana watak hukum

4
islam itu sendiri sehingga menjadi ciri khas dari hukum islam dengan hukum yang
lain. Selain itu, jurnal ini mengupas mengenai asas penerapan hukum islam
berdasarkan karakeristik itu sendiri.
Kelima, Maragustam dalam jurnalnya dengan judul, “Reformasi Pendidikan
Islam Menapaki Millenium Ketiga”. Jurnal ini memaparkan terkait masyarakat
millennium yang harus memiliki wawasan yang universalisme sebagaimana sama
halnya dengan watak dari hukum islam yaitu waqi’iyyah. Dalam jurnal tersebut
lebih dominan pada pembahasan manusia yang sesuai dengan waqi’iyyah sendiri.
Hal tersebut yang menjadi pembeda dari jurnal kami.
Dari kelima literatur yang telah kami paparkan, ternyata belum mampu
memberikan pembahasan yang komprehensif mengenai kajian karakteristik hukum
islam. Oleh karena itu, makalah ini hadir untuk meramu pembahasan dari berbagai
sumber hingga menghadirkan sebuah pemahaman yang komprehensif. Hal ini yang
membedakan pembahasan kali ini dengan kelima sumber di atas.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Islam adalah ajaran Allah yang diturunkan melalui wahyu kepada Nabi
Muhammad untuk disampaikan kepada umat manusia, sebagai pedoman hidup
demi kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat. Dalam Ushul Fiqh
mengemukakan bahwa hukum Islam adalah seperangkat aturan yang ditetapkan
secara langsung dan tegas oleh Allah sudah ditetapkan untuk mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan
alam semesta. (Rossa Ilmi Silfiah, 2020: 96).
Din al-Islam adalah sistem yang mana di dalamnya terdapat aspek-aspek
yang mengatur kehidupan manusia, baik hubungan antara manusia dengan
Tuhannya secara vertikal, maupun hubungan dengan sesama manusia serta
hubungan manusia dengan alam atau makhluk lainnya secara horizontal. (A. Saiful
Aziz, 2019: 157).
Adanya aspek-aspek inilah yang melahirkan suatu aturan yang harus
dipatuhi makhluk hidup, dalam hal ini adalah hukum. Hukum yang bersumber dari
Al-Qur’an dan sunnah Nabi itu yang disebut dengan hukum islam. Adapun,
menurut A. Saiful Aziz (2019: 157) menyatakan bahwa terdapat tiga aspek yang

5
tergambar dalam hadist Nabi SAW yaitu iman, islam serta ihsan. Aspek iman
sendiri merupakan landasan yang utama, di mana berisi ajaran atau ketentuan-
ketentuan tentang akidah yang disebut dengan Ahkam I'tiqadiyah. Aspek yang
kedua itu Islam, yang disebut juga aspek syari'ah jika dalam arti sempit. Aspek
kedua ini berisi ajaran atau ketentuan-ketentuan yang mengatur perbuatan
(‘amaliyah) manusia, berlandaskan kepada aspek pertama. Aspek yang kedua ini
disebut juga dengan ahkam ‘amaliyah. Sedangkan, aspek yang ketiga adalah ihsan,
di mana berisi ajaran atau ketentuan-ketentuan tentang etika atau akhlak.
Pada dasarnya, menurut Sya’ban Mauluddin (2014: 5) menyatakan bahwa
hakikat hukum islam adalah syari’ah itu sendiri, yang bersumber dari Al-Qur’an
dan sunah Rasul yang mana berdasarkan konsep tauhid sebagai fondasi dan struktur
dalam hukum islam. Oleh karena itu, hukum islam memiliki watak sendiri yang
menjadikannya berbeda dengan hukum yang lain. Adapun karakteristik hukum
islam sebagai berikut:

1. Sempurna (takamul) dan menyeluruh (syumul)


Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy sebagaimana yang dikutip oleh
Rossa Ilmi Silfiah (2020: 96) bahwa hukum Islam mampu membentuk
kesempurnaan umat. Walaupun berbeda bangsa dan berlainan suku maupun
budaya umat islam tetap bersatu padu dalam menyatukan asas-asas. Tidak
menurunkan semangat dalam mengikuti perkembangan zaman Umat Islam
terus menampung segala perkembangan dan kecenderungan serta dapat
berjalan seiring dengan perkembangan zaman dengan cepat. Karakter
takamul dan syumul ini menandakan bahwa Hukum Islam menjunjung
tinggi pluralitas. Pluralitas hukum Islam dapat dilihat dari indikator sebagai
berikut :
a. Allah menghendaki umat manusia berbhinneka
b. Manusia memang diciptakan berbangsa dan bernegara
c. Perbedaan di antara umat manusia adalah rahmat
d. Piagam Madinah yang digunakan Muhammad SAW untuk
membangun masyarakat Madinah bersifat pluralis, membangun
masyarakat yang terdiri dari berbagai agama dan suku bangsa dalam
satu kesatuan wilayah. Di wilayah Madinah terdapat pemeluk agama

6
Islam, agama Yahudi, dan agama Nasrani. Tetapi mereka semua
warga dalam masyarakat Madinah ini diberlakukan sama dan
menghargai kebebasan beragama tanpa memandang itu dari kalangan
apa dan beragama apa.
2. Wasathiyyah (Moderat)
Moderat dalam konsep Islam adalah satu prinsip yang digunakan
setiap Muslim untuk mampu merangkul dan menyatuhkan elemen-elemen
yang dapat disatuhkan dalam satu keharmonisan tanpa adanya saling
permusuhan antara sesame. Dalam ranah filsafat hukum Islam, sikap
moderat ini tampak dari posisi hukum yang tidak mengenal adanya dikotomi
antara positivisme dan idealisme yang dalam teori hukum digambarkan
saling bertentangan. Hukum Islam sebagai hukum yang berdasarkan atas
wahyu, mencakup “hukum sebagaimana adanya” dan “hukum sebagai yang
seharusnya”.
Nasaruddin Umar mengungkapkan sikap moderat yang sudah
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dengan memperkenalkan konsep
integralisme keilmuan sejati, dengan memadukan secara harmonis antara
unsur rasionalitas, moralitas dan seni ke dalam tiga landasan ilmu, yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Jika kata “moderat” disatukan dengan
kata “Muslim” dan membentuk frase “Muslim moderat” maka secara
sederhana memiliki arti Muslim moderat adalah mereka yang berdiri di
antara dua ekstrimitas yang saling berhadapan, tidak memihak pada salah
satu kubu dan berada di garis atau “jalan ketiga” dengan menawarkan solusi
yang komprehensif, seimbang dan adil. (Muhammad Harfin Zuhdi, 2014:
147).
Wasathiyyah selain memiliki arti moderat bisa juga diartikan
sebagai keseibangan yang memiliki arti hukum Islam menempuh jalan
tengah, jalan yang seimbang tidak berat sebelah, menghimpun kepentingan
individu maupun sosial, menyelaraskan hati dan pikiran, dunia dan akhirat.
3. Insaniyyah (Humanis)
Dalam hal ini Yusuf Qardnawi memulai dengan pertanyaan yang
sekiranya banyak manusia akan bertanya, karena menganggap bahwa

7
terdapat pertentangan antara ketetapan karakteristik ke Tuhanan (khasais al-
rabbaniyyah) dengan ketetapan karakteristik kemanusian (khasais al-
Insaniyyah) jika dalam pandangan Islam puncak tujuan manusia adalah
Allah, mencari ridha Nya. Di mana tempat atau posisi manusia? beliau
menjawab jika kita sandarkan pertanyaan itu kepada Iman kepada Allah
maka sungguh akan hilang pertanyaan atau pandangan seperti itu.
Beliau mengatakan bahwa jika ada pernyataan yang timbul dari
pikiran sebagian manusia bahwa sesungguhnya ketetapan takdir Allah dan
syariat-Nya menyia-nyiakan atau menghapuskan peran (pikiran dan
kehendak manusia). Apa yang masih dimiliki manusia jika perannya
(keinginan dan pikiran) dihapus atau dibatalkan? inilah pemahaman atau
pertanyaan yang keliru, yang didasarkan kepada pandangan al-Jabariyyah
dalam hal takdir dan pandangan al-Zhahiriyyah dalam hal syara. Jika
sumber Islam rabbaniyyah menjadi tujuan puncak dan meliputi masyarkat
muslim, sebagaimana menjadi puncak setiap individu muslim maka
kebahagian dan keberuntungannya dengan nikmat-nikmat akan muncul.
Sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa rabbaniyyah dan al-insaniyyah
saling melengkapi. (Samsirin, 2017: 53)
4. Waqi'iyyah (Kontekstual)
Islam memiliki Karakteristik hususnya dalam hal al-waqi'iyyah, al-
waqi'iyyah berpijak pada kenyataan objektif manusia persoalan
universaiisme Islam dapat dipahami secara lebih jelas, termasuk dalam
reformasi pendidikan. Al-Qur'an memperkenalkan dirinya sebagai agama
yang sesuai dengan fitrah manusia. Fitrah (naluri kemanusiaan) sesuatu
yang dimlliki oleh setiap orang, maka itu berarti Al-Qur'an mengklaim,
ajarannya sesuai dengan seluruh manusia. Hanya saja, disisi lain ada pula
kenyataan perbedaan antara mereka, baik perbedaan yang diakibatkan
lingkungan sosial-budaya maupun oleh kodrat masing- masing pribadi
manusia.
Dua kenyataan objektif di atas memberi gambaran bahwa Al-Qur'an
yang bersifat universal yang berpijak pada kesamaan yang dimlliki oleh
semua manusiadan ada pula yang partikular dan kondisional akibat

8
perbedaan manusiawi atau tempat dan waktu. Yusuf Qardhawi
menyebutciri ini dengan fleksibilitas Sepanjang menyangkut persoalan yang
prinsipal, Islam mempunyal pendirian yang teguh, tetapi, daiam persoalan
furu' khususnya strategi pembelajaran agama Islam ia justru fieksibel.
Waqi'iyyahnya juga tercermin dari prinsipnya yang memberi
peluang untuk tidak melaksanakan petunjuk-petunjuk, apabila
pelaksanaannya mencapai tingkat gangguan terhadap salah satu aspek
maqaashid al-syar'i pemeliharaan kehormatan agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta dan nilai itu bersifat universal sedang penjabaran nya dapat
bersifat partikular. Islam dalam menghadapi perbedaan-perbedaan, lebih
mementingkan isi dan makna dibandingkan dengan bentuk formalnya.
Untuk itulah di samping ajaran' Al-Qur'an dipahami secara tekstual, tetapi
juga harus dikaitkan dengan konteksnya. (Maragustam, 1999: 22)
5. Marunah ( Dinamis )
Definisi Dinamis atau Murunah yaitu sifat atau tabi’at yang
mumpuni dan berkemampuan dalam menyesuaikan diri dan keadaan.
Dalam dinamis hukum Islam terletak pada dasar-dasar yang menjadi
landasan dan tiang pokok bagi hukum, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits.
Manusia tidak dapat diperintah jika perintah itu tidak ikhlas atau menawan
hatinya, atau mempunyai daya dinamika. Syari’at Islam dapat menarik
manusia dengan amat cepat dan manusia dapat menerimanya dengan
ketetapan hati ikhlas, karena Islam menghadapkan perbincangan nya
kepada akar dan mendesak agar manusia tergerak, berusaha serta memenuhi
kehendak fitrah yang sejahtera, sebagaimana hukum Islam menuju kepada
toleransi, persamaan, kemerdekaan, menyuruh untuk berbuat yang ma’ruf
dan mencegah yang munkar. ( Suparman Usman dan Itang, 2015: 78).
Hukum Islam juga memiliki sifat elastis (murunah) yang
menakjubkan sehingga menjadikannya fleksibel terhadap masalah baru dan
mampu mengatasi berbagai kegelisahan zaman modern ini . (Mudassir dan
Edi Gunawan, 2017: 123).
Hukum Islam memberikan kepada manusia beberapa hukum yang
positif yang dapat dipergunakan untuk segenap masa dan tempat. Dalam

9
gerakannya hukum Islam menyertai perkembangan hidup manusia,
mempunyai kaidah asasiyah, yaitu ijtihad. Ijtihad lah yang akan menjawab
segala tantangan waktu, dapat memenuhi harapan zaman dengan tetap
memelihara kepribadian. Dari nilai-nilai asasinya. (Sya’ban Mauluddin,
2004: 6).
Dalam paradigma agama, Hukum Islam wajib dilaksanakan oleh
setiap umat manusia beragama Islam secara kaffah, tidak mengenal ruang
dan waktu. Pluralitas aliran mazhab merupakan rahmat dalam pelaksanaan
Fiqh. Keterbukaan ijtihad dan tajdid merupakan bagian dari karakter
dinamis dan elastis (murunah) Hukum Islam dalam merespon
perkembangan zaman. Penerapan ke dalam kehidupan sosial menjadi misi
agama yang suci. (Mochammad Muslim, 2014: 233).
Di waktu yang sama, Hukum Islam berada dalam penguasaan
negara. Negara mempunyai hukumnya sendiri, yaitu sistem hukum
Pancasila. Politik hukum negara Orde Baru yang menghendaki hanya ada
satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional, yaitu
satu sistem hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan
mempertimbangkan pluralitas agama, etnis, ras, dan golongan. Hukum
nasional yang belum tertata pada keadilan dan kepastian itu dibentuk untuk
menunjang dan mendukung program-program pembangunan nasional.
Abdurrahman Wahid sebagaimana yang dikutip oleh Mochammad Muslim
(2014: 234) juga berpendapat bahwa hukum agam (Islam) dimanapun
berada memiliki hakikat ganda, di satu pihak dilaksanakan oleh penguasa
dengan menjadi bagian hukum formal, di pihak lain ia dilaksanakan secara
sukarela oleh masyarakat.
6. Rabbaniyah ( Ketuhanan )
Hukum Islam bersifat ke-Tuhanan, dalam Karakteristik yang
pertama dari hukum Islam adalah berdasarkan ke-Tuhanan, dalam artian
bahwa semua perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang dibuat
harus bersumber dan diambil dari ketentuan-ketentuan hukum Allah, dapat
dikembalikan serta tidak bertentangan dengan adanya kehendak Allah, oleh
karena itu semua perundang-undangan Islam harus berfokus atau berasal

10
dari Allah SWT. Al-Qur`an sebagai sumber utama hukum Islam
menjelaskan bahwa tidak seorang pun boleh menyuruh atau membuat
perintah atas haknya sendiri dan tidak seorang pun diwajibkan untuk
menaatinya.( Musnad Rozin, 2016: 315).
Hukum Islam memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh
semua undang-undang yang buatan manusia dalam berbagai segi dan
makna. Hukum buatan manusia hanya seperangkat peraturan yang bersifat
materil dan mengacu pada dunia semata. Hukum-hukum yang ada
terkandung di dalamnya terbatas kepada mempertahankan hal-hal yang
bersifat zahir saja, dan tidak ada pemikiran halal-haram, tidak ada hal-hal
yang bersifat batin dalam hubungannya dengan Khaliq (sang pencipta).
Oleh karena itu, jika badan legislatif dan yudikatif lemah atau lembaga
hukumnya tidak tepat, sementara terdakwa mampu membebaskan diri dari
tuduhan yang diajukan kepadanya, maka hal tersebut diterima tanpa dosa
dan keadilan tetap dikesampingkan. ” (Mudassir dan Edi Gunawan, 2017:
123)
Menurut Eko Siswanto, kalimat syahadatain (asyhadu alla ilaha
illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah), tidak hanya
berhubungan dengan ketauhidan, ketaatan umat Islam atau akidah saja,
tetapi ungkapan ini juga mengandung syariat, jika dialihkan ke dalam
bahasa hukum akan berbunyi “tiada hukum kecuali hukum Allah”. Itu
artinya bahwa hukum itu hanya bersumber dari satu hukum, yakni hukum
yang berasal dari Allah swt. Dan hukum tersebut berlaku di dunia dan
akhirat, serta dapat membawa manusia untuk kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Sedangkan hukum yang dibuat oleh manusia, hanya berlaku untuk
kita sebagai manusia kehidupan dunia, dan belum tentu dapat membawa
kepada kemaslahatan.
Hukum Islam adalah hukum yang diciptakan oleh Allah SWT.
Untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani manusia, dunia dan akhirat.
Dalam pelaksanaannya sangat tergantung pada iman dan akhlak seorang itu
sendiri, di samping tergantung pada kekuatan dan kekuasaan. Hukum Islam

11
memberikan balasan akhirat di samping balasan dunia yang sudah di
tetapkan oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, penghormatan dan ketaatan terhadap syariat yang
cemerlang ini tidak hanya terbatas pada hukum-hukum yang nashnya
bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah saja, tetapi juga mencakup berbagai
hukum hasil ijtihad dan peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh
negara dalam memelihara kemaslahatan umum, seperti peraturan
perpajakan, lalu lintas dan sebagainya. Mentaati peraturan yang dibuat oleh
negara merupakan sesuatu hal yang wajib diikuti berdasarkan QS an-
Nisa/4:59, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, kepada
Rasul, dan Ulil Amri (pemimpin) di antara kamu”.
Syari’at Islam diturunkan dalam bentuk yang mudah di ketahui
banyak orang dari garis besar permasalahan. Oleh karena itu hukum-
hukumnya bersifat tetap, tidak berubah-ubah lantaran berubahnya masa dari
berlainannya tempat. Untuk hukum-hukum yang lebih rinci, syari’at isi nya
hanya menetapkan kaidah dan memberikan patokan umum. Penjelasan dan
rinciannya diserahkan pada ijtihad pemuka masyarakat. (Sya’ban
Mauluddin, 2004: 5).

12
KESIMPULAN
Berdasarkan mengenai pembahasan di atas tentang Konsep Penulisan Essai
dan Artikel Ilmiah Populer, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni tentang
hakikat hukum islam adalah syari’ah itu sendiri, yang bersumber dari Al-Qur’an
dan sunah Rasul yang mana berdasarkan konsep tauhid sebagai fondasi dan struktur
dalam hukum islam. Adapun karakteristik hukum islam terdiri dari 6 karakter yaitu
Sempurna (takamul) dan menyeluruh (syumul), karakter takamul dan syumul ini
menandakan bahwa Hukum Islam menjunjung tinggi pluralitas. Wasathiyyah
(Moderat) dalam ranah filsafat hukum Islam, sikap moderat ini tampak dari posisi
hukum yang tidak mengenal adanya dikotomi antara positivisme dan idealisme
yang dalam teori hukum digambarkan saling bertentangan. Selanjutnya, insaniyyah
(humanis), jika sumber Islam rabbaniyyah menjadi tujuan puncak dan meliputi
masyarkat muslim, sebagaimana menjadi puncak setiap individu muslim maka
kebahagian dan keberuntungannya dengan nikmat-nikmat akan muncul. Oleh
karena itu, insaniyyah dan rabbaniyyah saling melengkapi.
Adapun waqi'iyyah (Kontekstual) yang berpijak pada kenyataan objektif
manusia persoalan universaiisme Islam dapat dipahami secara lebih jelas, termasuk
dalam reformasi pendidikan. Al-Qur'an memperkenalkan dirinya sebagai agama
yang sesuai dengan fitrah manusia. Berbeda halnya dnegan dinamis atau Murunah
yaitu sifat atau tabi’at yang mumpuni dan berkemampuan dalam menyesuaikan diri
dan keadaan. Dan, asas yang ketujuh adalah rabbaniyyah atau ke-tuhanan dalam
artian bahwa semua perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang dibuat
harus bersumber dan diambil dari ketentuan-ketentuan hukum Allah, dapat
dikembalikan serta tidak bertentangan dengan adanya kehendak Allah, oleh karena
itu semua perundang-undangan Islam harus berfokus atau berasal dari Allah SWT.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. Saiful. “Karakteristik Hukum Islam dan Asas Penerapannya”, Jurnal


Iqtisad, Vol. 6, No. 2 (2019).
Maragustam, "Reformasi Pendidikan Islam Menapaki Milienium Ketiga", Jurnal
Reformasi Pendidikan, Vol. 5, No. 4 (Agustus, 1999).
Mauluddin, Sya’ban. “Karakteristik Hukum Islam (Konsep dan
Implementasinya)”, Jurnal Hukum Al-Syir’ah, Vol. 2, No. 1 (2014).
Mudassir dan Edi Gunawan. “Karakteristik dan Pendekatan Aspek Sosial Hukum
Islam”, Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, Vol. 15, No. 2 (2017).
Muslim, Mochammad.”Pengaruh Konfigurasi Politik Hukum Orde Baru Terhadap
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Di Indonesia”, Jurnal Hukum dan
Perundingan Islam, Vol. 4, No. 1 (April, 2014).
Rozin, Musnad. “Karakteristik Hukum Islam dalam Perubahan Sosial”, Jurnal
Hukum, Vol. 13, No. 2 (2016).
Samsirin, "Nilai-nilai Pendidikan Karakter Menurut Konsep Yusuf Qardhawi",
Jurnal Educan, Vol. 01, No. 01 (Februari, 2017).
Silfiah, Rossa Ilmi. “Kontribusi Hukum Islam dalam Membangun Hukum Nasional
Berwawasan Multikultural”, Jurnal Arena Hukum, Vol. 13. No. 1 (April,
2020).
Usman, Suparman dan Itang. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Laksita Indonesia,
2015.
Zuhdi, Muhammad Harfin. “Karakteristik Pemikiran Hukum Islam”, Jurnal
Ahkam, Vol. XIV, No. 2 (Juli, 2014).

14

Anda mungkin juga menyukai