Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH PERKEMBANGAN

HUKUM ISLAM

KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah

Sejarah Perkembangan Hukum Islam, Jurusan Perbandingan Madzhab dan

Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Makassar.

Oleh:

Kelompok 2 :

Andi Wulanjiha Noer Paraga (103000118003)

Nur Febrianti Burhanuddin (10300118004)

Reza Damaisar (10300118005)

Dosen Pengampu :

Dr. Azman M, Ag.


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Segala puji bagi Allaah sebagaimana Allaah mensifati dirinya dalam Al-

Qur’an dan melebihi dari apa yang disifati oleh makhluk-Nya sehingga kami

dapat menyelesaikan penulisan makalah “Fiqih Munakahat” ini . Salam dan

shalawat semoga terlimpah kepada penutup para nabi dan rasul, nabi Muhammad

shallalahu ‘alaihi wasallam, pembawa agama yang sangat bijaksana dan

terpelihara dari segala macam perubahan dan pergantian berkat pemeliharaan

Allaah Rabb al-‘Alamin sampai hari kiamat. Semoga terlimpah juga kepada

keluarga beliau, para shahabat, dan orang-orang yang meniti jalan mereka serta

berpegang pada sunnah hingga akhir zaman.

Amma Ba’du.

Tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah

Sejarah Perkembangan Hukum Islam bapak Dr. Azman M, Ag, yang telah

memberi kami tugas ini sehingga menambah wawasan kami mengenai materi

yang kami kerjakan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Sejarah Perkembangan Hukum Islam. Didalamnya akan dipaparkan

beberapa pembahasan mengenai pengertian hukum islam serta bentuk-bentuk

karakteristik hukum Islam.

Sarana pembuatan makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang

bermacam-macam dengan tujuan agar mahasiswa lebih mudah dalam

memahaminya. Namun demikian kami menyadari bahwa dalam penulisan

makalah ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan dari berbagai sisi. Oleh

karena itu, kami akan senantiasa menyambut dengan penuh kelapangan segala

kritikan maupun saran yang membangun dari para pembaca.Akhir kata, semoga

2
yang tersaji dalam makalah ini dapat membantu dalam memahami hakikat dari

materi tersebut diatas serta dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di

kampus.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Sungguminasa, 26 Maret 2019 M

Penulis

DAFTAR ISI

3
KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

Abstract...........................................................................................................4

BAB I.............................................................................................................6

PENDAHULUAN.........................................................................................6

A. Latar belakang Masalah.........................................................................6

B. Rumusan Masalah.................................................................................6

C. Tujuan Penulisan..................................................................................6

BAB II............................................................................................................7

PEMBAHASAN............................................................................................7

A. Pengertian Hukum Islam..................................................................7

B. Bentuk-bentuk dan Karakteristik Hukum Islam.........................13

BAB III........................................................................................................29

PENUTUP...................................................................................................29

A. Kesimpulan..........................................................................................29

B. Saran.....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................30

Abstract

Islamic law is a law that has character, it has characgeristic that are different from

other legal sciences, these characters are provisions that do not change, which is

4
where Islamic law takamul (Perfect), Wasatiyah ( harmonious, balance), harakah (

move and develop in accordance with the times). The Qur’an introduces an

integral, concept of law in which it is integrated between sunnatullah and sunnah.

As integrated between the aqidah and the integrated moral with the law in the

formula taught by the Qur’an. By its very nature, Islamic law has its own streght

that does not depend on the existence of something as a force of force from

outside the law.

Abstrak

Hukum Islam adalah hukum yang berwatak, ia mempunyai karakteristik yang

berbeda dengan ilmu hukum lainnya, Karakter tersebut merupakan ketentuan-

ketentuan yang tidak berubah-ubah, yaitu dimana hukum Islam bersifat takamul

(sempurna), wasatiyah (seimbang, harmonis), harakah (bergerak dan berkembang

sesuai dengan perkembangan zaman). AI-Qur'an memperkenalkan satu konsepsi

hukum yang bersifat integra1, Di dalamnya terpadu antara Sunatullah dengan

Sunnah. Sebagaimana terpadu antara aqidah dan moral, terpadunya dengan hukum

dalam rumusan yang diajarkan al-Qur'an. Dengan sifatnya yang demikian, maka

hukum Islam memiliki kekuatan sendiri yang tidak tergantung pada adanya

sesuatu kekuasaan sebagai kekuatan pemaksa dari luar hukum tersebut.

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Hukum islam adalah hukum yang berwatak, ia mempunyai karakteristik yang

berbeda dengan ilmu hukum lainnya. Karakter tersebut memiliki karakter yang

tidak berubah-ubah, yaitu dimana hukum islam bersifat sempurna (takamul),

seimbang (wasatiyah), serta bergerak dan berkembang sesuai perkembangan

zaman (harakah). Al-Quran memperkenalkan satu konsepsi hukum yang bersifat

integral, dimana didalamnya dipadukan dengan sunnah dan sunnatullah.

Sebagaimana terpadu antara aqidah dan moral.

Terpadunya dengan hukum dalam rumusan yang diajarkan dalam Al-Quran.

Dengan sifatnya yang demikian, maka hukum islam memiliki kekuatan sendiri

yang tidak tergantung pada suatu kekuasaan sebagai kekuatan pemaksa dari luar

hukum tersebut.

B. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud hukum islam?

b. Bagaimanakah bentuk-bentuk dan karakteristik hukum islam?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah

Perkembangan Hukum Islam, serta untuk mengetahui pengertian hukum

islam dan bentuk-bentuk karakteristiknya.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam

Al-Quran dan literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebutkan kata

hukum Islam sebagai istilah. Yang ada dalam Al-Quran adalah kata syar’iyah,

fiqh, hukum Allaah, dan yang seakar dengannya. Istilah hukum Islam merupakan

terjemahan dari islamic law dalam literatur barat.1

Istilah ini kemudian menjadi populer. Untuk lebih memberi kejelasan tentang

makna hukum Islam, maka perlu diketahui terlebih dahulu arti masing-masing

kata. Kata hukum secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu hakama-

yahkumu yang kemudian bentuk mashdar-nya menjadi hukman. Lafadzh al-

hukmu adalah bentuk tunggal dari jamaknya al-ahkam.

Berdasarkan akar kata tersebut kemudian muncul kata al-hikma yang

memiliki arti, kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang yang memahami

hukum kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dianggap

sebagai orang yang bijaksana.2

Arti lain yang muncul dari akar kata tersebut adalah “kendai atau kekangan

kuda”, yakni bahwa keberadaan hukum pada hakikatnya adalah untuk

mengendalikan atau mengekang seseorang dari hal-hal yang dilarang oleh

agama. Makna “mencegah atau menolak” juga menjadi salah satu arti dari lafazh

hukmu yang memiliki akar kata hakama tersebut. Mencegah ketidakadilan,

mencegah kedzaliman, mencegah penganiayaan, dan menolak mafsadat lainnya.

1
Mardani,Pengantar Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h.
14
2
Mardani, Pengantar Ilmu Hukum Islam h.7

7
Al-Fayumi dalam buku Zainuddin Ali, Pengantar Hukum Islam di Indonesia

menyebutkan bahwa hukum bermakna memutuskan, menetapkan, dan

menyelesaikan setiap permasalahan.3

Muhammad Daud Ali menyebutkan bahwa kata hukum yang berasal dari

lafzh Arab tersebut bermakna norma, kaidah, ukuran, tolok ukur, pedoman, yang

digunakan untuk menilai dan melihat tingkah laku manusia dengan lingkungan

sekitarnya.

Selanjutnya Islam , bermakna sebagai sebuah ketundukan dan penyerahan diri

seorang hamba saat berhadapan dengan Tuhannya. Hal ini berarti bahwa

manusia dalam berhadapan dengan Tuhannya, haruslah merasa kerdil, bersikap

mengakui kelemahan dan membenarkan kuasa Allah subhanahu wata’ala.

Kemampuan akal dan budi manusia yang berwujud dalam ilmu pengetahuan

tidaklah sebanding dengan Allaah. Kemampuan manusia sangat terbatas , tidak

mampu mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada (invention).4

Jika kata hukum disandingkan dengan Islam maka muncul pengertian bahwa

hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah

Rasul-Nya tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini

berlaku mengikat untuk semua umat beragama Islam, untuk mewujudkan

kedamaian dan kepatuhan baik secara vertikal maupun horizontal.

Hukum Islam adalah sekumpulan aturan keagamaan, perintah-perintah

Allah yang mengatur perilaku kehidupan orang Islam dalam seluruh aspeknya.

3
Zainuddin Ali, Pengantar Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Mas, 2006) h.1

4
Mardani, Pengantar Ilmu Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h.8-9

8
Hukum Islam adalah representasi pemikiran Islam, manifestasi pandangan hidup

Islam, dan intisari dari Islam itu sendiri.5

Kata-kata syariat atau yang seakar dengan kata itu munculdalam Al Quran

sebanyak 5 kali, Begitu pula kata fiqh atau yang seakar dengan kata itu muncul

dalam 20 ayat secara terpisah dalam Al Quran.

Demikian pula terdapat kata Hukum Allah dalam Al Quran. Pada Surah Al

Mumtahinah ayat 10 yang berarti hukum syara. Tetapi tidak satupun kata

Hukum Islam dalam Al Quran. Dalam Literatul hukum dalam islam tidak

ditemukan lafaz hukum islam. Yang biasa digunakan adalah syariat islam,

hukum syara, fiqh dan syariat atau syara.

Dalam Literatul Barat terdapat termn Islamic Law yang secara harfiyah dapat

disebut hukum islam. Dalam penjelasan terhadap kata Islmic Law sering

ditemukan definisi, Keseluruhan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap

muslim dalam segala aspeknya” (Schact Introduction: 1). Dari definisi ini

terlihat bahwa hukum islam itu mendekat kepada arti syariat islam.

Dalam uraian tentang perkembangan dan pelaksanaan Hukum Islam yng

melibatkan pengaruh luar dan dalam terlihat bahwa yang mereka maksud dengan

Islamic Law di sini tentunya bukan syariat tetapi fiqh yang telah dikembangkan

oleh fukaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Terlihat kekaburan arti dari

Islamic law antara syariat dan fiqh. Kata Hukum Islam dalam istilah bahasa

Indonesia agaknya diterjemahkan dari bahasa barat.

Prof. Hasbi memberi definisi hukum islam dengan: “Koleksi daya upaya para

ahli hukum untuk menerapkan syariat atas kebutuhan masyarakat”. Tarif ini

lebih dekat kepada fiqh bukan kepada syariat, Walaupun penulis menggunakan
5
Joseph Schacht, Pengantar Hukum Islam, Terjemah An Introduction to Islamic Law,
(Bandung: Nuansa 2010) h.5

9
kata atau yang berarti menyamakan syariat dengan fiqh. Untuk lebih

mendekatkan arti kepada hukum islam, perlu diketahui dulu kata hukum dalam

bahasa Indonesia, kemudian hukum ini disandarkan kepada kata Islam. Dari

kesulitan pemberian definisi yang sempurna terhadap kata hukum, secara

sederhana dapat diartikan “Seperangkat peraturan tentang tindak tanduk atau

tingkah laku, yang diakui oleh suatu Negara atau masyarakat berlaku dan

mengikat untuk seluruh anggotanya” (M.Muslihuddin: 17). Definisi ini masih

mengandung kelemahan namun dapat mendekatkan kepada pengertian yang

mudah dipahami.

Bila hukum itu dihubungkan kepada islam atau syara’ maka hukum islam

akan berarti seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul

tentang tingkah laku manusia mukallar yang diakui dan diyakinini berlaku dan

mengikat untuk semua umat yang beragama islam.

Kata seperangkat peraturan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

hukum islam itu adalah peraturan yang dirumuskan secara terperinci yang

mempunyai kekuatan mengikat. Kata berdasarkan wahyu Allah dan sunnah

Rasul menjelaskan bahwa seperangkat peraturan itu digali dari dan berdasarkan

kepada wahtu Allah dan sunnah Rasul, atau yang populer dengan sebutan

syariat.

Kata-kata tentang tingkah laku mukallaf berarti bahwa hukum islam mengatur

tindakan lahir dari manusia yang telah dikenai hukum orang yang meyakini

kebenaran wahyu sunnah Nabi tersebut yang dimaksudkan dalam hal ini adalah

umat islam.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hukum islam adalah hukum yang

berdasarkan wahyu Allah. Dengan dimikian, hukum islam menurut ta’rif ini

10
mencakup hukum syara dan juga mencakup hukum fiqh, karena arti syara’ dan

fiqh terkandung di dalamnya.6

Adapun Loka karya yang telah dirumuskan bahwa pengertian hukum islam

itu adalah “ Hukum Fiqh Mualamah dalam arti luas, yakni pengertian manusia

tentang kaidah-kaidah (norma-norma) kemasyarakatan yang bersumber pertama

pada Al-Quran, kedua pada sunnah Rasulullah, dan ketiga pada akal pikiran.7

Ada yang memakai kata syariat sebagai sinonim dari kata “din”dan “millat”.

Adapula yang membedakan syariat dengan fiqh. Maka dapat dipahami bahwa

hukum islam merupakan istilah yang dikembangkan dan di bakukan di

Indonesia. Dengan dimikian hukum islam yang ada diindonesia adalah

peraturan-peraturan yang diambil dari wahyu dan diformulasikan ke dalam lima

produk pemikiran hukum yaitu, fikih, fatwa ulama, keputusan pengadilan, dan

undang-undang, serta sosiologi hukum yang dipedomanidan diberlakukan bagi

umat islam di Indonesia.8

Hukum Islam Adalah hukum yang diyakini memiliki keterkaitan dengan

sumber dan ajaran islam, yaitu hukum amali berula interaksi sesame manusia,

selain jinayat (pidana islam).9

Hukum islam atau syariah, menurut teori klasik adalah perintah Tuhan yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Hukum islam merupakan system

ketuhanan yang mendahului Negara Islam dan tidak didahului olehnya,

mengontrol Masyarakat Islam dan tidak di kontrol olehnya.

6
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Bumi Aksara 1991) h.16-17
A. Djazuli, Ilmu Fiqh,Penggalian,perkembangan, dan penerapan hukum islam (Jakarta:
7

Prenada Media Group 2005) h.13


8
Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum islam di Indonesia, (Jakarta: Gema Insani Press
1996) h. 23-24
9
Supardin, Materi Hukum Islam, (Makassar: Alauddin Universtiy Press 2011) h. 22

11
Hanya Allah semata yang merupakan penguasa bagi Negara islam. Dialah

yang memberikan kepada Negara kekuatan tertinggi untuk mengontrol, dimikian

pula otoritas mutlak dan independen. Surat pembuka Al-Qur’an yang disebut

sebagai esensi al-Kitab, memberikan kepada kita sifat-sifat Tuhan. “segala puji

bagi Allah, Tuhan seru kalian alam” merupakan kata-kata yang pertama kali

menyatakan Allah sebagai “Rabb” yang biasanya di terjemahkan dengan lord

tetapi ini merupakan terjemahan yang tidak memadai untuk kata “Rabb” yang

menunjuk tidak hanya arti penguasa tetapi juga pemberi rezeki dan pemberi

harapan kepada seluruh alam.10

Hukum islam terdiri atas dua kata yakni hukum dan Islam.Hukum seperti

dikemukakan oleh para ahlinya selalu tidak dapat didefinisikan secara tuntas.

Oleh karena itu, kesepakatan yang diperoleh para ahli hukum ialah bahwa tidak

mungkin mendefinisikan hukum yang dimikian tidak mungkin mendefinisikan

hukum yang dimikian bahwa aspeknya dengan kata-kata hingga tuntas.11

Dalam Khazanah Ilmu Hukum di Indonesia, Istilah hukum islam adalah

istilah khas bangsa Indonesia yang terdiri atas dua kata, yakni kata hukum dan

kata islam sebagaimana yang telah penulis uraikan.12

Jadi, hukum islam adalah sekumpulan aturan hukum yang yang mengatur

norma, kaidah, tolak ukur, serta pedoman dalam hidup bermasyarakat yang

bersifat mengikat bagi para pemeluknya.

10
Muhammad Muslehuddin, Filsafat Hukum Islam Dan Pemikiran Orientalis,
(Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya 1991) h.45
11
Abdurrauf, al-Qur’an dan ilmu hukum,(Jakarta: Bulan Bintang 1983) h.21
12
Fatimah, Studi Kritis terhadap petautan amtara hukum islam dan hukum adat dalam
sistem hukum nasional, (Makassar: Alauddin University Press 2011) h. 22

12
B. Bentuk-bentuk dan Karakteristik Hukum Islam

Hakikat Hukum Islam itu tiada lain adalah syariah itu sendiri yang bersumber

dari al-qur’an, as-sunnah, al-Ra'yu Doktrin pokok dalam Islam itu sendiri yaitu

konsep tauhid merupakan fondasi dalam struktur hukum Islam, yaitu hubungan

hablun win Allah (hubungan vertikal), dari hablun Min al-nas (hubungan

horizontal), al-aniritbil nia'ruf wa alnahyu al-munkar, taqwa, adil, dan bijaksana

serta mendahulukan kewajiban daripada hak dan kewenangan.

Sehubungan dengan doktrin di atas, maka terdapat lima sifat dan

karakteristik hukum Islam, antara lain:

1. Hukum Islam yang bersifat sempurna

Syari'at Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dari garis besar

permasalahan. Oleh karena itu hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak

berubah-ubah lantaran berubahnya masa dari berlainannya tempat. Untuk

hukum-hukum yang lebih rinci, syari'at isi am hanya menetapkan kaedah

dan memberikan patokan umum. Penjelasan dan rinciannya diserahkan

pada ijtihad pemuka masyarakat.13 Hukum islam bersifat sempurna karena

dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di

masyarakat, hukum yang sifatnya tetap, tidak seperti hukum yang dibuat

oleh manusia yang masih memiliki banyak kekurangan.

Syariat Islam adalah syariat yang memiliki terminologi ialahia oleh

karena sumber utama syariat islam adalah Al-Qur’an yang mutlak

memiliki terminology wahyu ilahi14

13
Faturrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos 1997) h.46
14
Muh. Aydi syam, Analisi terhadap Qs, an-Nisa (4):1,3 dan 129 dalam perspektif
metodologi ilmu tafsir, (Makassar: IAIN Alauddin Program Pascasarjana, 1425 H/ 2004 M) h.3

13
2. Hukum Islam yang bersifat Elastis

Hukum Islam juga bersifat elastis (lentur, luwes), Ia meliputi Segala

bidang dan lapangan kehidupan manusia,. Hukum Islam memperhatikan

berbagai segi kehidupan baik bidang muamalah, ibadah, jinayah dan lain-

lain. Meski demiklan ia tidak memiliki dogma yang kaku, keras dan

memaksa. Hukum Islam hanya memberikan kaidah-kaidah urnurn yang

mesti dijalankan oleh umat manusia.15

Hukum yang Allah turunkan adalah untuk kemaslahatan ummat

manusia, Allah tidak pernah menurunkan hukum tanpa hikmah

didalamnya, maka sudah sepatutnya jika dikatakan bahwa karakteristik

hukum islam yaitu bersifat elastis.

Sebagai bukti bahwa hukum Islam bersifat elastis. Dapat dilihat dalam

salah satu contoh dalam kasus jual beli; bahwa ayat hukum yang

berhubungan dengan jual beli(Q.S. al-Baqarah (2): 275, 282, Q.S. an-Nisa'

(4): 29, dan Q.S. (62): 9). Dalam ayat-ayat tersebut diterangkan hukum

bolehnya jual beli, persyaratan keridhaan antara kedua belah pihak,

larangan riba, dan larangan jual beli waktu azan Jum'at. Kemudian Rasul

menjelaskan beberapa aspek jual beli yang lazim berlaku pada masa

beliau.

Selebihnya, tradisi atau adat masyarakat tertentu dapat, dijadikan

sebagai bahan penetapan hukum jual beli.

Ada 2 segi yang dapat dibentangkan secara factual menyangkut

argumentasi mengapa hukum islam memiliki karakter elastis (harakah),

yakni:

15
Faturrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam h.47

14
1. Menyangkut masalah hukum dala memberi beban taklif kepada subjek

hukum (mukallaf)

Penetapan-penetapan hukum bagi para subjek hukum selalu

memperhitungkan kondisi-kondisi khusus subjek hukum dalam

menjalankan hukum mereka. Setiap diberlakukannya suatu bagi

mukallaf (subjek hukum) diberlakukan pula hukum-hukum

pengecualian atau keringanan (azimah dan rukhshah). Perhitungan

terhadap kondisi-kondisi seperti itu mencakup 3 kategori yaitu:

a. Kondisi dari subjek hukum sendiri berupa kondisi uzur, seperti

shalat tepat waktu dapat dikerjakan secara gabungan (jamak takdim

atau ta’khir), dan lain sebagainya.

b. Disebabkan oleh orang lain seperti berlakunya hukum qishas bagi

pembunuh dapat diganti dengan hukum diyat bila keluarga korban

memaafkan tindakan pidana tersebut.

c. Kondisi situasional dimana keadaan sanagat luar biasa seperti

kelaparan membolehkan ia memakan binatang yang diharamkan

selama tidak melampaui batas dan aniaya.

2. Segi hukum dalam merespon atau menyikapi perkembangan zaman

dan zaman dan perubahan social. 16

3. Hukum Islam yang bersifat Universal dan Dinamis

Ajaran Islam bersifat universal. Ia meliputi seluruh alam tanpa tapal

batas, tidak dibatasi pada daerah tertentu seperti ruang lingkup

16
Anwar Harjono, Hukum islam kekuasaan dan keagungannya, h. 23

15
ajaranajaran Nabi sebelumnya.Berlaku bagi orang Arab dan orang `Ajam

(non Arab). Universalitas hukum Islam ini sesuai dengan pemilik hukum

itu sendiri yang kekuasaan tidak terbatas. Di samping itu,hukum Islam

mempunyai sifat yang dinamis (cocok untuk setiap zaman).

Islam adalah agama yang diturunkan dengan segala kesempurnaanya

ersifat menyeluruh dan cocok untuk diterapkan dalam setiap zaman, dari

waktu ke waktu. Ia tidak hanya dapat di implementasikan di negara

tertentu, melainkan diseluruh dunia ini. Hukum Islam memberikan kepada

kemanusiaan sejumlah hukum yang positif yang dapat dipergunakan untuk

segenap masa dan tempat. Dalam gerakannya hukum Islam menvertai

perkembangan manusia, mempunyai kaidah asasiyah, yaitu ijtihad.

Ijtihadlah yang akan menjawab segala tantangan masa, dapat memenuhi

harapan zaman dengan tetap memelihara kepribadian. dari nilai-nilai

asasinya.17

Dalam kaitannya dengan keuniversalan tersebut dapat dipahami lewat

konstitusi negara muslim pertama. Madinah, menyetujui dan melindungi

kepercayaan non-muslim dan kebebasan mereka untuk mendakwahkan.

Konstitusi ini merupakan kesepakatan antara Muslim dan Yahudi, serta

orang-orang Arab yang bergabung di dalamnya.

Non-Muslim dibebaskan dari keharusan membela negara dengan

membayar Jizyah, yang. berarti hak hidup dan hak milik mereka dijamin.

Istilah Zimmi, berarti orang non-Muslim yang dilindungi Allah dan

Rasul. Kepada orang-orang non-Muslim itu di berikan hak Otonomi

yudisial tertentu.

17
M. Hasbi As-Shiddieg, Falsafah Hukum Islam ( Jakarta:Bulan Bintang, 1993), h.108

16
Oleh karena itu pada periode mekkah, dimana nabi Muhammad SAW

masih memfokuskan dakwahnya mengenai tauhid pada khususnya dan

akidah pada umumnya, kita lihat ayat-ayat Al Quran pada umunya

dipergunakan panggilan Ya Ayyuha n’Nas’ (Wahai manusia) untuk

mencakup siapa saja dan dimana saja. Akan tetapi mengenai hukum-

hukum nya meskipun tidak dibatasi oleh lautan dan daratan, namun pada

umumnya, terutama mengenai ibadah, hanya khusus bagi kaum muslimin

saja. Oleh karena itu kita lihat ayat-ayat Al-Quran yang turun pada periode

Madinah di mana Islam sudah mulai mentasyri’kan hukum, panggilan di

pergunakan Ya Ayuha ‘I-Ladzina Aammuu (Wahai orang-orang yang

beriman).18

Walaupun hukum islam dimulai dari Negara Arab (al-Qur’an

merupakan sumber utama hukum islam dan diturunkan disana), bahkan

ditulis dengan menggunakan bahasa arab pula namun hukum islam bukan

berarti terbatas hanya untuk orang arab saja.19

Konstitusi Negara muslim pertama, Madinah, menyetujui dan

melindungi kepercayaan non Muslim dan kebebasan mereka untuk

mendakwahkan. Konstitusi ini merupakan kesepakatan antara muslim

dengan yahudi, serta orang-orang arab yang bergabung didalamnnya. Non

muslim dibebaskan dari keharusan membela Negara dengan membayar

jizyah, yang berarti hak hidup dan hak milikmereka dijamin. Istilah zimmi

berarti orang non muslim dilindungi Allah dan Rasul, kepada orang-orang

non muslim itu diberikan hak otonom yudisial tertentu. Warga Negara dan

ahli kitab dipersilahkan menyelenggarakan keadilan sesuai dengan apa

yang Allah wahyukan. Rasullah SAW sendiri bersabda “ Aku sendiri yang
18
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Bumi Aksara 1991) h.113
19
Al-Qardawi, Al-fiqh al-Islam Bayn Al-Asalah wa al-tajdid, h.12

17
akan menanya pada hari kiamat, orang yang menyakiti orang zimmi atau

memberinya tanggung jawab melebihi kemampuannya atau merampok

yang menjadi haknya.20

Untuk memperhatikan keuniversalan hukum islam minimal 3 segi

yaitu:

a. Menyangkut pemberlakuan hukum bagi para subjek hukum yang

berkesan kepada keadilan universalnya tanpa dibedakan kaya ataupun

miskin, antara manusia biasa bahkan terhadap seorang nabi atau utusan

tuhan sendiri berlaku hukum.

b. Dari segi kemanusiaan yang universal

c. Dari segi efektivitas hukum bagi seluruh manusia dengan segala

dampak yang ditimbulkan adalah untuk seluruh manusia pula.21

4. Hukum Islam yang bersifat Sistematis

Hukum Islam itu bersifat sistematis adalah bahwa hukum Islam

mencerminkan sejumlah doktrin yang bertalian secara logis, saling

berhubungan anatara satu dengan yang lain.22

Sebagai agama yang ilmiah, yang bersumber dari wahyu Allah dan

sunnah rasul-Nya tentu saja hukum islam bersifat sistematis agar dapat

lebih mudah dalam pengimplementasiannya.

Perintah shalat dalam al-Qur'an senantiasa diiringi dengan perintah

zakat. Dan berulang-ulang Allah berfirman "makan dan minumlah kamu

tetapi jangan berlebihan".

20
Muhammad Muslehuddin, Philoshopy of Islamic law and the orientalis, (Lahore:Islamic
Publication Ltd 1980) h. 277-278
21
A. Sukris Sarmadi, Membangun refleksi Nalar filsafat hukum islam Paragdimatik,
(Yogyakarta: Pustaka Prima 2007) h.108-109
22
Faturrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos 1997) h.51

18
Dalam hal ini dipahami bahwa hukum Islam melarang seseorang hanya

mermuamalah dengan Allah dan melupakan dunia. Manusia diperintahkan

mencari rezeki, tetapi hukum Islam melarang sifat imperial dan kolonial

kctika mencari rezeki tersebut.

Hukum islam Berorientasi pada kemudahan dan jauh dari kesulitan-

kesulitan yang bersifat formalitas (al-ta’qidat al-shakliyah), berbeda

dengan hukum romawi misalnya, yang cenderung idealis dan berorientasi

pada formalitas. Hal ini juga diakui oleh sebagian pemerhati hukum islam

seperti halnya Joseph Schact yang mengatakan bahwa hukum islam itu

bersifat sistematis. Ia memiliki doktrin-doktrin yang antara satu dengan

yang lainnya saling bertalian secara logis.23

5. Hukum Islam bersifat Ta'aquli dan Ta'abbud

Sebagaimana dipahami bahwa syari'at Islam mencakup bidang

mu'amalah dan bidang ibadah. Dalam bidang ibadah terkandung nilai-nilai

ta'abbudil ghairu ma' qulah al ma'na (Irasional), artinya manusia tidak

boleh beribadah kecuali dengan apa yang telah disyari'atkan dalam bidang

ini, tidak ada pintu ijtihad bagi umat manusia. Sedangkan bidang

muamalah, didalamnya terkadang nilai-nilai ta'aquli/ma’aqulah al-ma’na

(rasional). Artinya, umat Islam dituntut untuk berijtihad guna

membumikan ketentuan-ketentuan syari'at tersebut.24

Dengan demikian hukum Islam yang bersifat irasional, aturanaturan

hukum Islam itu sah atau baik, karena semata-mata eksistensi kebajikan

23
Joseph Schact, Pengantar Hukum Islam, Terj. Said dkk (Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Agama Islam DEPAG 1985) h.259
24
Faturrahman Jamil, Filsafat Hukum islam, (Jakarta: Logos 1997) h.52

19
yang terkandung di dalamnya,bukan karena rasionalitasnya. Dari uraian di

atas bahwa sifat hukum Islam tersebut, mempunyai hubungan simbiosis

(sangat erat), sehingga dapat dipahami bahwa kelima sifat yang telah

disebutkan itu, merupakan satu keterpaduan karakteristik hukum Islam

yang sangat sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk Allah SWT,

yang dilengkapi dengan dua kelebihanndaripada makhluk lainnya yaitu

akal (intelegensia) dari kalbu (hati nurani).

6. Hukum Islam bersifat kemanusiaan

Mensyariatkan wajib tolong-menolong,zakat,infaq,wakaf dan sedekah.

Zakat di wajibkan kepada orang kaya yang hartanya nisab. Zakat itu

terutama diperuntukkan kepada orang-orang yang membutuhkan, baik

yang disebut fakir miskin, maupun yang sudah tak sanggup lagi membayar

utang, demikian pula orang-orang yang ingin melepaskan diri dari

perbudakan.25

Dalam Hal ini, Al-Qardawi menyitir hadist yang diriwayatkan oleh al-

Bukhari bahwa suatu saat ada jenazah orang yahudi sedang diusung dan

lewat depan Nabi Muhammad SAW, kemudian beliau berdiri untuk

memberi penghormatan. Para sahabat yang melihatnya serta merta

memberi tahu dengan berkata: “ Ya Rasul, itu adalah jenazah orang

yahudi!” kemudian rasul dengan tenang menjawab: “ Apakah dia bukan

manusia?”. Dari hadist ini jelas sekali bahwa islam mengajarkan pada

umatnya menghormati dan menghargai siapapun dibumi ini walaupun

berbeda keyakinan dan agama sekalipun dia telah meninggal dunia.26


25
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 1991) h.118
26
Al-Qardawi, Al-fiqh al-Islami Bayn Al-Asalah wa al-tajdid, h.9

20
Kenyataan seperti ini cocok dan sesuai dengan sebuah statemen yang

menyatakan “ Islam benar-benar memanusiakan manusia”

Ungkapan tersebut tidak berlebihan, sebagai bukti al Qardawi telah

menyatakan bahwa hukum fikih sanbat memperhatikan masalah

kemanusiaan. Hal ini terbukti, dalam khazanah ilmu fikih kajian secara

khusus membahas tentang “Ubudiyah” hanya berkisar seperempat dari

keseluruhan kajian fikih. Selebihnya, fikih membicarakan hal-hal yang

berkaitan erat dengan persoalan kemanusiaan, Mulai dari ahwal al-

shakhsiyah (hukum personal atau hukum keluarga), Jinayah (pidana

islam), Uqubah (Sanksi), semuanya menyangkut hubungan pribadi

seseorang dengan orang lain dalam sebuah jalinan ikatan.27

7. Hukum Islam yang berlandaskan Ketuhanan

Berlandaskan ketuhanan yang mana sumber utama dari asas ini adalah

kalam atau wahyu. Dari wahyu itulah syariat/fikih ditetapkan, selain

memandang dan mempertimbangkan prinsip-prinsip agama serta kaidah-

kaidah fikih, serta mempertimbangkan tujuan dan orientasinya.28

Oleh Karena Hukum islam berlandaskan wahyu, Maka mentaati serta

mengamalkan hukum-hukum tersebut dianggap sebagai ibadah dan qurbah

kepada Allah, seperti halnya shalat, puasa, sedekah, dan lain-lain. Bahkan

menerima ketentuan hukum-hukumnya dengan ridla dengan lapang dada

dan berserah diri dengan sepenuh hati merupakan hal yang menjadikan

sempurnanya Iman.
27
Al-Qardawi, Karakteristik islam; kajian Analitik. Terj. Rafi Munawwar (Surabaya:
Risalah Gusti 1995)h.75
28
Al-Qardawi, Al-fiqh al-Islami Bayn al-Asalah wa al-tajdid, (Kairo: Maktabat Wahbah
1999) h.7

21
8. Hukum Islam bersifat Komperensif

Karakteristik hukum islamyang membedakan dengan hukum kain

diantaranya lagi adalah al-Shumul wa al-Ihatah (bersifat mencakup dan

meliput, dengan bahasa yang lebih tepat yaitu komperensif). Hukum islam

mencakup segala aspek kehidupan, mulai dari kehidupan spiritual,

kehidupan material, kehidupan individu dan social kemasyarakatan bahkan

sampi pada kehidupan begama dan politik, hukum islam mencakup

semuanya dan tidak pernah meninggalkan salah satu aspeknpun dari

semua aspek-aspek tersebut, kecuali semuanya diatur dan ditata oleh

islam. Mulai dari urusan hidangan (makan dan minum), sampai pada

urusan bagaimana membangun sebuah negara dan bahkan sampai pada

taraf cara mengatur harta dengan baik dan efesien.29

Dengan bahasa lain, ke-komprehensif –an yang dimiliki oleh hukum

islam adalah selain ia mengatur hubungan vertical antara manusia dengan

penciptanya, hukum islam juga mengatur hubungan horizontal antar

sesame umat manusia. Hal ini tentu berbeda sama sekali dengan hukum

atau undang-undang buatan manusia yang hanya mengatur hubungan

horizontal semata dan tidak sampai menyentuh ranah ubudiyah, etika serta

moral sebagaimana yang diatur oleh hukum islam.

9. Memiliki Teori dan kaidah umum

Diantara hal-hal yang membedakan antara hukum islam dengan

undang-undang maupun hukum yang telah ada, bahkan mampu

mengunggulinya adalah atas kepemilikan hukum islam pada seperangkat

29
Al-Qardawi, Al fiqh al-Islami Bayn al-Asalah wa al-tajdid, h.10

22
teori dan kaidah umum yang mengatur penggalian hukum, baik berupa

metode bayan dan tafsir yang digunakan untuk menggali hukum-hukum

yang sudah ada nas-nya, maupun dengan metode qiyas, istihsan dan

istislah terhadap hukum-hukum yang tidak ada dalilnya.30

10. Mampu berkembang dan Diperbarui

Karakteristik yang dimiliki oleh hukum islam perspektif al Qardawi

yang terakhir adalah sifat elastis sehingga mampu memberikan ruang

gerak terhadap hukum islam untuk berkembang dan mengadakan

pembaharuan. Dengan karakteristik ini hukum islam tidak lagi jumud,

tidak lagi stagnam dan tidak lagi eksklusif. Fikih islam akan selalu mampu

memberikan solusi atas setiap persoalan yang muncul kapanpun dan

dimanapun.

Perbaharuan dan berkembangnya fikih islam merupakan sebuah

keniscayaan mengingat tidak seluruh ayat al-Qur’an menujukkan qat’I al-

dilalah walaupun seluruhnya merupakan qat’I al-thubut. Begitu pula tidak

semua sunnah, zanni al-dilalah, walaupun hamper seluruhnya zanni al-

thubut. Berdasarkan atas thubut dan dilalah-nya ini, ulama kemudian

menetapkan dua jenis hukum yang disebut dengan qat’I dan zanni. Mereka

sepakat bahwa ijtihad hanya boleh dilakukan pada jenis hukum yang

kedua, dan disinilah terdapat apa yang telah disebut oleh Ali yafie

sebagai” ruang gerak ijtihad”31

11. Hukum islam Bersifat Moderat

30
Al-Qardawi, Al fiqh al-Islami Bayn al-Asalah wa al-tajdid, h.19
Ali Yafie, Posisi Ijtihad dalam keutuhan ajaran islam, dalam ijtihad dalam sorotan,
31

(Bandung: Mizan 1996) h.75-78

23
Menurut al-Qardawi, sikap moderat adalah keseimbangan diantara dua

jalan yang saling berhadapan ataupun saling berlawanan, yang mana salah

satu dari keduannya tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya dengan

tanpa mengabaikan sisi yang lain.32

Kemoderatan yang dimiliki hukum islam, tentunya susah ditemukan

dalam hukum-hukum positif buatan manusia yang pada kenyataannya

masih banyak yang menimbulkan kontradiksi, spritualisme dan

materialisme, antara individualisme dan keloktifisme antara

individualisme dan antara idealism dan empirisme.

12. Hukum Islam bersifat tafsili (partikularitas)

Hukum islam itu mencerminkan sejumlah doktrin yang bertalian secara

logis. Beberapa lembaganya saling berhubungan satu dengan lainnya.

Perintah shalat dalam Al-Quran senantiasa diiringi dengan perintah zakat.

Berulang-ulang Allah SWT berfirman: “Makan dan minumlah kamu,

tetapi jangan berlebih-lebihan.

Dari ayat diatas dipahami bahwa islam tidak mengajarkan spiritual

yang mandul. Dalam hukum islam manusia diperintahkan mencari rezeki,

tetapi hukum islam melarang sifat imperial dan colonial ketika mencari

rezeki tersebut.

Memahami realitas karakter partikulatistik hukum islam merupakan

bagian yang tak terpisahkan pada pemahaman universal pada hukum

islam. Bila pada keuniversalan pada hukum islam berlaku 3 saja, maka

dalam karakteristik ini juga berlaku 3 segi pemahaman yaitu:

32
Al-Qardawi, Karakteristik Islam;kajia analitik, (Surabaya: Risalah Gusti 1995) h.75

24
A. Bila ditinjau menyangkut pemberlakuan hukum terhadap para subjek

hukum tanpa dibedakan status seseorang, kaya atau miskin dan

seterusnyauntuk suatu karakter univerlitas hukum, maka atas dasar

keadilan pula hukum islam membelakukan hukum yang khusus demi

kesebandingan penjeratan sanksi hukum atas subjek hukum.

B. Bila hukum islam memiliki karakter sesuai dengan perhatian manusia

sepanjang sejarah manusia dapat menciptakan hukum atau yang

disebut dengan kemanusiaan yang universal, maka hukum islam juga

memiliki hukum kemanusiaan yang particular. Misalnya larangan

orang islam menikah dengan orang yang bukan islam, berlakunya

hukum-hukum ibadah secara rinci,larangan nudi dan minum khamar

dan lain sebagainya.

C. Bila ditinjau dari berlakunya efektifitas hukum secara umum adalah

berlaku untuk setiap manusia yang daripadanya terlihat

keuniversalannya maka hukum-hukum lainnya tidak lagi melihat

subjek hukum sebagai manusia umumnya, tetapi terhadap manusia

yang telah dianggap patug menjalankan hukum islam.33

13. Hukum Islam bersifat Tahsini

Pengertian yang lazim untuk estetik adalah keindahan. Pesan dasar

yang bias ditangkap dari makna khusus bahwa keindahan didudukkan

pada kualitas kebaikan (maslahat) yang tertinggi. Paling tidak dalam

pengertian literal tahsiniyah adalah puncak kebaikan yang dituju pada

33
Anwar Harjono, Hukum islam kekuasaan dan keagungannya, (Jakarta: Bukan Bintang
tt) h. 109-111

25
maslahat atau puncak moral. Dalam hukum-hukum ibadah juga Nampak

berlakunya karakter etestik hukum islam.

Secara umum para subjek diberlakukan hukum-hukum wajib ibadah

seperti shalat 5 waktu, puasa ramadhan, zakat dan naik haji, akan tetapi

hukum memberikan pula pilihan-pilihanyang lebih baik agar para subjek

hukum melaksanakan ibadah-ibadah anjuran seperti shalat sunnah yang

beragam macam, iti’kaf di masjid, puasa sunnah dan shadaqah.34

Selanjutnya ciri-ciri khusus hukum Islam yang membedakannya dengan

hukum lain, adalah:

1. Hukum Islam berdasar atas wahyu Allah AWT, yang terdapat dalam al-

Qur'an dan dijelaskan oleh Sunnah Rasul-Nya.

2. Hukum Islam dibangun berdasarkan prinsip akidah (iman dan tauhid)

dan akhlak (moral).

3. Hukum Islam bersifat universal (alami), dan diciptakan untuk

kepentingan seluruh umat manusia (rahmatan lil 'alamin).

4. Hukum Islam memberikan sanksi di dunia dan sanksi di akhirat (kelak).

5. Hukum Islam mengarah kepada jama'iyah (kebersamaan) yang

seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat.

6. Hukum Islam dinamis dalam menghadapi perkembangan sesuai dengan

tuntutan waktu dan tempat.

7. Hukum Islam bertujuan menciptakan kesejahteraan di dunia dan

kesejahteraan di akhirat.35

34
Fatuhrahman Djamil, Filsafat Hukum islam, (Jakarta: Logos 1997) h.117-118
35
Suparman Usman, Hukum Islam,Asa-asas dan Pengantar studi Hukum Islam dalam
Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama 2001) h 64-65

26
Adapun ciri-ciri utama hukum islam, yakni :

1. Merupakan bagian dan bersumber dari agama islam

2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau

akidah dan kesusilaan atau akhlak islam.

3. Mempunyai dua istilah kunci yakni syariat dan fikih.

4. Terdiri dari dua bidang utama yakni ibadah dan muamalah

5. Strukturnya berlapis

6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dan pahala

7. Dapat dibagi menjadi hukum taklifi dan hukum taklif

8. Berwatak universal 36

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat dipahami bahwa tidak ada satupun unsur-unsur hukum Islam yang

mengandung nilai negatif. Sebaliknya pesan-pesan yang terkandung dalam al-

Qur'an dan Hadis itu berintikan satu hal yang sangat positif yang dirumuskan

dalam al-Qur'an yaitu rahmatan lil ‘alamin, yaitu Islam menawarkan

36
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2014) h. 58-59

27
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang hakiki secara universal kepada

seluruh manusia bukan kebahagiaan yang semu dan temporer.

B. Saran

Setelah kita mempelajari pengertian Hukum Islam serta bentuk-bentuk dan

karakteristiknya semoga kita dapat memahami hakikat pokok bahasan materi

tersebut dengan baik serta mengambil faedah didalamnya.

Mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan

saran sangat kami butuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih

baik dari yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Daud, Muhammad. Hukum Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2014.

28
Ali, Zainuddin. Pengantar Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Mas,

2006.

Arifin, Busthanul. Pelembagaan Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta: Gema

Insani Press, 1996.

Dzajuli,A. Ilmu Fiqh. Jakarta: Pranada Media Group, 2005.

Fatimah. Studi kritis terhadap pertautan antara hukum islam dan hukum adat

dalam system hukum nasional. Makassar: Alauddin University Press,

2011.

Harjono, Anwar. Hukum islam kekuasaan dan keagungannya. Jakarta: Bulan

Bintang tt.

Hasbi As-Shiddiegy, Muhammad. Falsafah Hukum Islam.Jakarta:Bulan

Bintang, 1993.

Jamil, Faturrahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos, 1997.

Mardani. Pengantar Hukum Islam di Indonesia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2015.

Muslehuddin, Muhammad. Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis.

Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1991.

Muslehuddin, Muhammad. Philosopy of Islamic law and The orientalis.

Lahore: Islamic Publication Ltd, 1980.

Qardawi, Al. al-fiqh al-Islami Bayn al-Asalah wa al-Tajdid. Kairo: Maktabat

Wahbah, 1999.

Sarmadi A, Sukris. Membangun Refleksi Nalar Filsafat Hukum Islam

Paradigmatik. Yogyakarta: Pustaka Prima, 2007.

29
Schacht, Joseph. Pengantar Hukum islam. Terj. Said, Moh dkk. Jakarta:

Dirjen kelembagaan Agama Islam DEPAG RI, 1985.

Schacht, Joseph. Pengantar Hukum Islam. Terjemah An Introduction to

Islamic Law. Bandung: Nuansa, 2010.

Supardin. Materi Hukum Islam. Makassar: Alauddin University Press, 2011.

Syah Muhammad, Ismail. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Syam Aydi, Muhammad. Perspektif Metodologi Ilmu Tafsir. Makassar: IAIN

Alauddin Program Pascasarjana, 1425 H/ 2004 M.

Usman, Suparman. Hukum Islam Asas-Asas dart Pengantar Studi Hukum

Islam Dalam Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama,

2001.

Yafie, Ali. Posisi Ijtihad dalam keutuhan Ajaran Islam dalam ijtihad dalam

sorotan. Ed Rahmat al-Din, Jalal, 1996.

30

Anda mungkin juga menyukai