TENTANG
SUMBER HUKUM ISLAM
DISUSUN
O
L
E
H
KELAS : X.IPA.4
GURU PEMBIMBING : RIA AGUSTINA, S.Ag
Syukur Alhamdulillah kita sampaikan kepada kehadirat Allah S.W.T. karena dengan rahmat
Dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini tepat pada
waktunya.
Solawat serta salam tak bosan – bosannya kita ucapkan kepada baginda Rasulullah S.A.W,
yang telah membawa ummatnya kepada jalan kebenaran yang diridhai oleh Allah dari dunia
sampai akhirat.Makalah ini berjudul ‘Sumber Hukum Islam ’’ditulis dengan tujuan untuk
menyelesaikan tugas sekolah.
Namun perlu disadari bahwa, masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karenanya segala perbaikan yang mengarah supaya makalah ini mendekati sempurna, penulis
sangat mengharapkan kritik dan syaran dari pembaca.
Penulis
DAFATR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
A. Pengertian Hukum Islam .................................................................................................
B. Tujuan Hukum Islam........................................................................................................
C. Sifat dan Fungsi Hukum Islam.........................................................................................
D. Kedudukan Hukum Islam di Indonesia............................................................................
E. Peran Hukum Islam Sekarang..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung.
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah
segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran
yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama
agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak)
dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim
dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hukum Islam ?
2. Apa Tujuan Hukum Islam ?
3. Apa Sifat dan Fungsi Hukum Islam?
4. Jelaskan Sumber-sumber Hukum Islam !
5. Bagaimana Kedudukan Hukum Islam di Indonesia ?
6. Bagaimana Peran Hukum Islam Sekarang ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Hukum Islam ?
2. Untuk Mengetahui Apa Tujuan Hukum Islam ?
3. Untuk Mengetahui Apa Sifat dan Fungsi Hukum Islam?
4. Untuk Mengetahui Sumber-sumber Hukum Islam !
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Kedudukan Hukum Islam di Indonesia ?
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Hukum Islam Sekarang ?
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam. Dalam
konsep hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Yang diatur tidak
hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri
dan benda serta alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan tuhan.
Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan
atau pedoman syari’at islam Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber utama
hukum Islam adalah al Qur’an dan Hadis. Rasulullah SAW bersabda: “aku tinggalkan bagi
kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (al Qur’an) dan sunahku (Hadis).” (H.R.
Baihaqi).
Dalam sistem hukum islam terdapat lima kaidah yang dipergunakan untuk mengukur
perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun dibidang mu’amalah. Kelima jenis kaidah
tersebut, dinamakan al-ahkam al-homsyah atau penggolongan hukum yang lima yakni :
a. Jaiz atau mubah,
b. Sunat,
c. Makruh,
d. Wajib, dan
e. Haram.
Untuk memahami hukum islam dengan baik dan benar seseorang harus memahami beberapa
istilah yang berkenaan dengan hukum islam. Dalam pembahasan kerangka dasar agama
islam disebutkan bahwa komponen kedua agama islam adalah syariat yang terdiri dari dua
bagian yakni ibadah dan mu’amalah.
Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama
dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih. Al-Qur’an juga
membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukum-hukum yang terkandung
dalam sebagian ayat-ayatnya.
Karena kedudukan Al-Qur’an itu sebagai sumber utama dan pertama bagi penetapan hukum,
maka apabila seseorang ingin menemukan hukum maka dilakukan penyelesainnya terlebih
dahulu berdasarkan dengan Al-Qur’an. Dan apabila menggunakan sumber hukum lain di luar
Al-Qur’an, maka harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak boleh melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan Al-Qur’an.
Hal ini berarati bahwa sumber-sumber hukum selain Al-Qur’an tidak boleh menyalahi apa
yang telah ditetapkan Al-Qur’an. Al-Qur’an juga mengatur hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam.
Maka hukum selain ibadah dalam istilah syara’ disebut hukum muamalah. Sedangkan
menurut istilah modern hukum muamalah telah bercabang cabang sesuai dengan hal-hal yang
berhubungan dengan muamalah manusia yakni :
a. Hukum badan pribadi yaitu hukum yang dengan unit keluarga , mulai dari pemulaan
berdirinya.contohnya: mengatur hubungan anak dengan orang tua, suami istri, dan
kerabat. Ayat –ayat mengenai hukum ini dalam Al Qur’an sekitar 70 ayat.
b. Hukum perdata yaitu : yang berhubungan dengan muamalah antara
perorangan ,masyarakat dan persekuatannya, seperti : jual beli,sewa-menyewa , gadai-
menggadai, pertanggungan, dll. Dalam Al Qur’an ada 70 ayat.
c. Hukum pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf dan masalah
pidananya bagi si pelaku kriminal. Dan dalam Al Qur’an terdapat sekitar 30 ayat.
d. Hukum acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian , dan sumpah.
Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat
e. Hukum ketatanegaraan ,yaitu: yang berhubungan dengan peraturan pemerintahan dan
dasar-dasarnya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 13 ayat .
f. Hukum internasional, yaitu : yang berhubungan dengan masalah-masalah hubungan antar
negara-negara islam dengan bukan negara islam,dan tata cara pergaulan selain muslim di
negara islam. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 25 ayat.
g. Hukum ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian dari harta orang kaya. Dalam Al
Qur’an tercatat sekitar 10 ayat.
2. As-Sunah atau Hadist
a. Pengertian
Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Sunnah menurut istilah
syara’ ialah perkataan nabi Muhammad saw., perbuatannya, dan keterangannya yaitu sesuatu
yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat dan ditetapkan oleh nabi, tiada ditegurnya sebagai
bukti bahwa perbuatan itu tiada terlarang hukumnya.
Dalil penetapan ijma' sebagai sumber hukum islam ini antara lain adalah :
Firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 59 :
ْازعْ ُت ْم ِفيَ ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا اَطِ ْيعُوا هّٰللا َ َواَطِ ْيعُوا الرَّ س ُْو َل َواُولِى ااْل َمْ ِر ِم ْن ُك ۚ ْم َف ِانْ َت َن
َشيْ ٍء َف ُر ُّد ْوهُ ِا َلى هّٰللا ِ َوالرَّ س ُْو ِل ِانْ ُك ْن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن ْو َن ِباهّٰلل ِ َو ْال َي ْو ِم ااْل ٰ خ ۗ ِِر ٰذل َِك َخ ْي ٌر
ࣖ واَحْ َسنُ َتْأ ِو ْياًلَّ
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya dan Ulil Amri diantara kamu".
Yang dimaksud "ulil amri" ialah orang-orang yang memerintah dan para ulama. Menurut
hadits:
Artinya:
"Ummatku tidak bersepakat atas kesesatan".
Menurut sebagian ulama bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri fid-dunya, yaitu penguasa,
dan Ulil Amri fid-din, yaitu mujtahid. Sebagian ulama lain menafsirkannya dengan
ulama.Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'iy, yaitu setelah Al-Qur'an dan
as-Sunnah. Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat dijadikan alternatif dalam
menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam Al-Qu'an atau as-Sunnah tidak ada atau
kurang jelas hukumnya.
4. Qiyas
a. Pengertian Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau mempersamakan sesuatu
dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan. Sedang menurut istilah qiyas ialah
menetapkan hukum sesuatu yang belum ada ketentuan hukumnya dalam nash dengan
mempersamakan sesuatu yang telah ada status hukumnya dalam nash.Berbeda dengan ijma',
qiyas bisa dilakukan oleh individu, sedang ijma' harus dilakukan bersama oleh para mujtahid.
Firman Allah :
Artinya:
"Hendaklah kamu mengambil i'tibar (ibarat = pelajaran) hai orang-orang yang berfikiran". (S.
Al-Hasyr ayat 2)
Pemasukan tujuh kata pada Piagam Jakarta, tampak bukan dalam konteks tuntutan umat
Islam untuk mendirikan "negara Islam" seperti yang sering disuarakan, melainkan lebih
menghendaki adanya jaminan konstitusional bagi penerapan atau pemberlakuan hukum
agamanya yang lazim dikenal dengan sebutan syariat Islam. Sebab umat Islam dahulu sampai
sekarang, sadar bahwa negara yang hendak dibangun oleh bangsa Indonesia ialah negara
bangsa (nation state) dengan segala kemajemukannya. Termasuk kemajemukan dalam hal
agama.
Kata "agama" berikut turunannya dapat dibaca baik dalam Pancasila maupun UUD 45,
maupun dalam peraturan perundang-undang lainnya. Termasuk kata "agama" adalah tentu
pengamalan dalam bidang hukumnya, sekurang-kurangnya dalam bidang hukum tertentu
yang menurut keyakinan umat beragama itu sendiri, hukum merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari ajaran agama juga didasarkan atas peran agama itu sendiri terhadap
kemerdekaan Indonesia yang secara konstitusional diakui peran dan eksistensinya. "Atas
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya."
Ketika dihubungkan dengan kenyataan, hukum bahwa yang menjadi sumber hukum nasional
Indonesia pada dasarnya adalah hukum adat, hukum agama khususnya hukum Islam dan
hukum internasional khususnya hukum barat.
Bangsa Indonesia yang beragama Islam sekurang-kurangnya telah memiliki tiga buah
peraturan perundang-undangan yang mengatur hukum keluarga, yakni:
a. UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
b. PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
c. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berkenaan dengan hukum Islam dalam sistem hukum nasional Indonesia dewasa ini ialah
kenyataan bahwa hukum materiil ekonomi dan keuangan Islam? Syariah belum/tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan negara, akan tetapi dituangkan dalam bentuk fatwa.
Dalam waktu tujuh tahun (1999-2006) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN MUI) telah menghasilkan 54 fatwa hukum Islam berkenaan dengan berbagai masalah
yang berhubungan dengan ihwal ekonomi dan keuangan syariah Indonesia.
Contoh lain eksistensi hukum Islam adalah UU Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otsus NAD
Aceh dan UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Belum lagi perda-perda yang bernuansakan syariah atau bermuatan hukum Islam.
Keterlibatan hukum Islam dalam sistem hukum nasional seringkali berkenaan dengan hal-hal
yang sangat menentukan dalam mekanisme ketatanegaraan Indonesia. Contohnya fatwa MUI
dalam pelaksanaan pemilu 2004. Pemilu tersebut diperlukan fatwa MUI tentang hukum tinta
yang hendak digunakan dalam pemilu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum menurut bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak menetapkannya. Hukum islam
adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam. Dengan demikian
sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan atau pedoman
syari’at islam.
B. Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus mempelajari
sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajari sesuia dengan al-
qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-sunnah (hadist).
DAFTAR PUSTAKA