Anda di halaman 1dari 36

IMAN ISLAM DAN IHSAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Dr. Buhori Muslim, M.Ag.

Kelompok 6
Semeater 3
Aat Solihat 1177040001
Abdul Khafid 1177040003
Anggia Siti Febrianti 1177040012
Eva Asadah 1177040025

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya, walaupun masih terdapat kekurangan
dari segi manapun.
Makalah ini berjudul “Iman, Islam dan Ihsan” dengan bertujuan dapat
menambah wawasan bagi para mahasiswa/pelajar yang ingin menambah
pengetahuan tentang Ilmu Tauhid. Makalah ini disusun berdasarkan sumber
bacaan, pengetahuan yang kami ketahui, dari berbagai buku serta sumber lainnya
yang relevan dalam bahasan ini. Sehingga masih banyak kekurangan –
kekurangan didalam pembahasan ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ikut berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita dan dapat menambah
informasi, pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca . Aamiin

Bandung, 29 September 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
BAB II ISI ............................................................................................................................................... 4
A. Agama Dan Syariat ..................................................................................................................... 4
B. Iman, Islam Dan Ihsan Menurut Lughat ..................................................................................... 7
C. IMAN ISLAM DAN IKHSAN MENURUT AL-QURAN ...................................................... 10
D. IMAN ISLAM DAN IKHSAN MENURUT SYARA’ ............................................................ 21
E. GOLONGAN MANUSIA BERDASKAN KEIMANAN,TINGKATAN
IMAN,THARIQATUL IMAN.......................................................................................................... 25
F. AKTUALISASI DAN IMPLEMENTASI IMAN,ISLAM,IHSAN .......................................... 30
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 34

2
BAB 1
PENDAHULUAN

Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk


ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena
Allah SWT. Beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga
komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen untuk dijaga dan
diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang menjadikan
sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah
Iman, Islam, dan Ihsan.
Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan adanya
Allah ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-
kitab samawi, hari Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang
dikatakan muslim ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan
agama dan dikatakan muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya
beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya segala
yang diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya.
Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen tersebut,
makalah ini dibuat untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu iman, islam dan
ihsan, mengetahui rukun-rukun iman dan islam, mengetahui tingkatan-tingkatan
dalam iman maupun islam, serta korelasi antarketiga komponen tersebut.
Makalah ini bertujuan Memahami iman, ihsan, dan islam., Mengerti proses
terbentuknya iman dan upaya meningkatnya., Memahami manifetasi iman dan
islam.

3
BAB II
ISI

A. Agama Dan Syariat


Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak
gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat
membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah
umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti
melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian,
perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulang-
ulang.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin
yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan
dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin”
merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada
Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai
manifestasi ketaatan tersebut.
Dalam bahasa arab agama adalah din yang secara etimologis memiliki
arti balasan atau pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat,
patuh dan kebiasaan. Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus
dipatuhi, menguasai dan menuntut untuk patuh kepada Tuhan dengan
menjalankan ajarannya, membawa kewajiban yang jika tidak dilaksanakan
akan menjadi hutang yang akan membawa balasan baik kepada yang taat
memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.
Menurut endang saefudin anshari (1990) Agama meliputi sistem kredo
kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia, sistem ritus
tatacara peribadatan manusia kepada yang mutlak dan sistem norma atau tata

4
kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan
hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan
tata peribadatan tersebut.
Dan secara umum, Agama adalah suatu sistem ajaran tentang Tuhan, di
mana penganut-penganutnya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral atau
sosial atas dasar aturan-aturan-Nya. Oleh karena itu suatu agama mencakup
aspek-aspek sebagai berikut :

a. Aspek kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus


diyakini.

b. Aspek ritual, yaitu tentang tata cara berhubungan dengan Tuhan, untuk
minta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk menunjukkan
kesetiaan dan penghambaan.

c. Aspek moral, yaitu ajaran tentang aturan berperilaku dan bertindak yang
benar dan baik bagi individu dalam kehidupan.

d. Aspek sosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup bermasyarakat

Syari’at Islam merupakan aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk


kemaslahatan ummat manusia. Hukum atau peraturan dalam menjalankan dan
mengamalkan agama Allah termasuk syari’at Islam. peraturan yang telah
ditetapkan Allah kepada manusia, baik hubungannya terhadap Allah, maupun
hubungan terhadap sesama manusia, alam dan kehidupan. (Daradjat, 1996).
Hukum secara umum belum mutlak dinamakan Syari’at Islam dalam era
modern. Sebab hukum yang bersumber dari Allah (seperti Syari’at Islam)
dinamakan hukum samawi, sedangkan hukum yang dibuat oleh manusia
disebut hukum wadh’i. Syari’at Islam sebagai hukum samawi berlaku mutlak
sedangkan hukum wadh’i sifatnya berlaku relatif hanya berdasarkan kepada
kepentingan dan kebutuhan manusia dalam masa-masa tertentu .
Menurut etimologi , Syari’at berarti al-thariqah al-sunnah; atau jalan dan
juga dapat diartikan sumber mata air yang hening bening .

5
Sedangkan pengertian/ta’rif menurut terminologi/istilah yang umumnya
dipakai oleh para ulama salaf, dalam memberikan batas pengertian syari’at
Islam sebagai suatu pedoman hidup dan ketetapan hukum yang digariskan oleh
Allah SWT . Secara lengkap batasan tersebut adalah:
“Hukum yang disyari’atkan Allah untuk hamba-hamba-Nya yang telah
didatangkan para Nabi-nabi baik berhubungan dengan cara menyebutkannya,
yang dinamai fa’riyah amaliyah, yang untuknyalah didewakan ilmu fiqhi
maupun yang berhubungan dengan itiqad yang dinamai ashliyah ‘itiqadiyah
yang untuknyalah didewakan ilmu kalam dan syara itu dinamai pula Addin dan
Millah” .
Syari’ah dinamakan Ad-Din memiliki pengertian bahwa ketetapan
peraturan Allah yang wajib ditaati. Ummat harus tunduk melaksanakan ad-Din
(syari’at) sebagai wujud ketaatan kepada hukum Allah. Ad-Din dalam bahasa
Arab berarti hukum..
Syari’ah dinamakan Al Millah mempunyai makna bahwa agama
bertujuan untuk mempersatukan para pemeluknya dalam suatu perikatan yang
teguh . dapat pula bermakna pembukuan atau kesatuan hukum-hukum agama .
Syari’ah sering juga disebut syara’, yaitu aturan yang dijalani manusia,
atau suatu aturan agama yang wajib dijalani oleh manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun kelak di akhirat .
Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian syari’ah adalah :
“Hukum agama yang diamalkan menjadi peraturan-peraturan upacara
yang bertalian dengan agama Islam, palu memalu, hakekat balas membalas
perbuatan baik (jahat) dibalas dengan baik (jahat) “.
Istilah teknis dalam bahasa Inggris :
“Canon law of Islam; yaitu keseluruhan dari perintah-perintah Tuhan.
tiap-tiap perintah Tuhan dinamakan hukum, jama’nya ahkaam. Oleh karena itu,
syari’at tidak dapat disamakan dengan hukum dalam dunia modern ini.
Syari’at secara umum adalah segala aturan hukum yang diwahyukan
kepada para nabi berupa kitab suci seperti : Taurat, Zabur, injil dan Al-Qur’an,
maupun berupa syari’at yang disampaikan kepada para nabi yang tidak berupa

6
kitab/tidak dibukukan sebagai kitab yang mempunyai nama, misalnya syari’at
Nabi Adam, syari’at Nabi Ibrahim maupun nabi-nabi yang lainnya yang
diwahyukan kepada mereka untuk membentengi ummat dimana mereka diutus.
Syari’at Islam adalah peraturan/ hukum-hukum agama yang diwahyukan
kepada nabi besar Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci Al-Qur’an,
sunnah/hadist nabi yang diperbuat atau disabdakan dan yang ditakrirkan oleh
nabi termasuk juga bagian dari syari’at Islam .
Syari’at meliputi di dalamnya semua tingkah laku manusia , yang
disandarkan pada wahyu Allah dan sunnah Rasul-Nya. Dalam perkembangan
hukum Islam dikenal ijtihad hal disandarkan kepada Fiqhi yang di dalamnya
termuat hukum hasil kecerdasan mengistimbatkan satu nilai hukum. Di dalam
fiqh didapati suatu tindakan sah atau tidak sah, boleh atau tidak, sedangkan di
dalam syari’at didapati tindakan hukum boleh dan terlarang, harus diakui
bahwa syari’at dan fiqh mempunyai perbedaan, tetapi dalam perkembangannya
para ulama tidak terlalu prinsipil membedakannya.

B. Iman, Islam Dan Ihsan Menurut Lughat


a. Iman
Iman (bahasa Arab:‫ا‬secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan
iman diambil dari kata kerja 'aamana' -- yukminu' yang berarti 'percaya'
atau 'membenarkan'. Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan).
Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati,
Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan
melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf
menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa
bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan
berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati,
perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.

7
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka
yang sudah ada.” QS. Al Fath [48] : 4.

Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan


perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan
sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam
Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia
bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab
meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu
dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku
tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah
perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.

Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan


dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang
bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai)
kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman."
Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada
dua Iman Hak dan Iman Batil.

b. Islam
Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh
para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya
dicantumkan dalam Quran, yaitu:
1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui
bagimu Islam sebagai Agama”.
2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama
disisi Allah adalah Islam”.
Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam
diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama
hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut.

8
Ada beberapa pengertian Islam, yaitu:
1.Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.
2.Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan
diri dan kepatuhan.
3.Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar
yaitu berasal dari kata kerja.

Kata kerja asalnya ialah:


a.Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia
dalam berhadapan dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya
dan mengakui kemutlakan kekuasaan Tuhan. Bagaimanapun
tingginya kemampuan manusia yang berujud menghasilkan ilmu
pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan tetapi kalau
dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.
b.Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu
menyelamatkan, menentramkan dan mngamankan orang lain baik
dari kata-kata maupun perbuatannya.
c.Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan
mengamankan diri sendiri.

Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya


3 aspek, yaitu:
1.Aspek vertikal Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan
kholiknya (manusia dengan Tuhannya). Dalam hal ini manusia
bersikap berserah diri pada Allah.
2.Aspek horisontal Aspek horisontak mengatur hubungan antara
manusia dengan manusia. Islam menghendaki agar manusia yang
satu menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia
yang lain.
3. Aspek batiniah Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri,
yaitu supaya dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin.

9
c. Ihsan
Ihsan berasal dari kata ‘hasana’ yang artinya adalah berbuat baik,
sedangkan bentuk masdarnya adalah ‘ihsana’ yang artinya kebaikan.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an mengenai hal ini. Jika kamu
berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’:
7) “…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah
berbuat baik terhadapmu” (al-Qashash:77)
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak
mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat
mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt. Rasulullah
saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-
ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak.

C. IMAN ISLAM DAN IKHSAN MENURUT AL-QURAN


a. Iman
Kata Iman dan perubahannya didalam Al –Qur’an terulang sebanyak
43 kali adapun kata dasarnya yaitu ‫ أ َ ِمن‬dan ‫أ َ َمن‬dengan seluruh bentuk
perunbahannya, maka kita akan menemukan didalam Al – Qur’an terulang
sebanyak 913 kali, jika kata ‫ أ َ ِمن‬dan ‫أ َ َمن‬digabungkan dengan kata ‫اإليمان‬
dengan segala bentuk perubahannya terulang didalam Al – Qur’an
sebanyak 956 kali. (Baqi, 1992).
Menurut (Asfahany, 458 H) setidaknya menyebutkan terdapat 5
makna dari kata Iman yang terdapat dalam Al – Qur’an diantaranya adalah
sebagai berikut:
Pertama: bermakna syari’at yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad
SAW seperti yang tertera dalam firman Allah SWT:

10
‫ٱَّللِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡل ٓ ِخ ِر َو َع ِم َل‬
َّ ِ‫ص َر َّٰى َم ۡن َءا َمنَ ب‬
َ َّٰ َّ‫بُٔٔ ونَ َوٱلن‬ َّ َّٰ ‫إِ َّن ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َوٱلَّذِينَ هَاد ُواْ َوٱل‬
ِ ‫ص‬
َ‫علَ ۡي ِه ۡم َو ََل ه ُۡم يَ ۡحزَ نُون‬ َ َّٰ
ٌ ‫ص ِل ٗحا فَ ََل خ َۡو‬
َ ‫ف‬

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi,


Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka)
yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Surah Al –
Maidah ayat 69)

Pada ayat ini menjelaskan bahwa keimanan yang dapat


menghantarkan kepada pahala yang besar dan rasa aman adalah keimanan
dengan mengikuti syari’at yang di bawa oleh Rasulullah SAW, karena
syari’at beliau merupakan syari’at penutup dan penyempurna atas Rasul –
rasul terdahulu. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kata iman yang dimaksud dalam ayat ini adalah syari’at Khotam An –
Nabiyyin. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW menjadikan landasan
syari’at Islam adalah keimanan kepada enam perkara sebagaimana sabda
beliau ketika ditanya oleh Malaikat Jibril A.S.

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :

Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang
lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam.
Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang
pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi,
lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua
tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai,
Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam”.Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang
berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya
Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah,

11
jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau
benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi
menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah, malaikatNya,
kitab-kitabNya, para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir
Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”

Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau


beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun
engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu”.Lelaki itu
berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”.Nabi
menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya”. Dia
pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”

Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya;


jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju
(miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam
mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi”.Kemudian lelaki
tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku :
“Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”, Aku
menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia
adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR
Muslim, no.8].

Kedua: Kata iman didalam Al –Qur’an datang dalam bentuk pujian


yaitu panggilan jiwa untuk percaya akan kebenaran yang datang dari Allah
yaitu dengan jalan membenarkan dalam hati, membenarkan dalam lisan
dan dalam perbuatan/pekerjaan. Dan Allah SWT berfirman:
ٓ
ُ ُ‫ٱلص ِديقُونَ َوٱلش َهدَآ ُء ِعندَ َر ِب ِه ۡم لَ ُه ۡم أَ ۡج ُره ُۡم َون‬
‫وره ُۡم‬ ِ ‫س ِل ِ ٓۦه أ ُ ْو َّٰلَئِكَ ُه ُم‬ ُ ‫ٱَّللِ َو ُر‬ َّ ‫َوٱ َّلذِينَ َءا َمنُواْ ِب‬
ٓ
‫بَٔٔ ا َّٰ َي ِتنَا ٓ أ ُ ْو َّٰلَئِكَ أَصۡ َّٰ َحبُ ۡٱل َج ِح ِيم‬ ِ ْ‫َوٱلَّذِينَ َكفَ ُرواْ َو َكذَّبُوا‬

12
Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka
itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi
Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang
yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-
penghuni neraka.(Surah Al – Hadid ayat 19)

Maksud Ash – Shiddiqun dalam ayat ini adalah mereka yang


mengesakan Allah SWT.

Ketiga: bermakna amalan – amalan sholeh, sebagaimana pada surah


Al – baqarah ayat 143

‫ش ِهي ٗد ۗا َو َما َج َع ۡلنَا‬


َ ‫سو ُل َعلَ ۡي ُك ۡم‬
ُ ‫ٱلر‬ َّ َ‫اس َويَ ُكون‬ ِ َّ‫ش َهدَآ َء َعلَى ٱلن‬ُ ْ‫س ٗطا ِلت َ ُكونُوا‬ َ ‫َو َك َّٰذَلِكَ َج َع ۡل َّٰنَ ُك ۡم أ ُ َّم ٗة َو‬
‫يرةً ِإ ََّل َع َلى‬َ ‫سو َل ِم َّمن َينقَلِبُ َعلَ َّٰى َع ِق َب ۡي ِۚ ِه َو ِإن كَان َۡت لَ َك ِب‬
ُ ‫ٱلر‬ َّ ‫ۡٱل ِق ۡبلَةَ ٱلَّتِي ُكنتَ َعلَ ۡي َها ٓ ِإ ََّل ِلنَعۡ لَ َم َمن َيتَّ ِب ُع‬
‫يم‬ٞ ‫وف َّر ِح‬ ِ َّ‫ُضي َع إِي َّٰ َمنَ ُك ِۡۚم إِ َّن ٱ ََّّللَ بِٱلن‬
ٞ ‫اس لَ َر ُء‬ ۗ َّ ‫ٱلَّذِينَ َهدَى‬
َّ َ‫ٱَّللُ َو َما َكان‬
ِ ‫ٱَّللُ ِلي‬

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan
Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelok. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.(Surah Al –
Baqarah ayat 143)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT memberikan istilah iman


terhadap sholat, hal ini menjelaskan bahwa hakikat iman adalah ketika
melakukan dalam wujud implementasi jasad, sebab sholat adalah bentuk
keimanan yang ditampakkan dalam bentuk ruku’ dan sujud yang
didalamnya terdapat bacaan – bacaan yang khusu’ pula.

Keempat: bermakna kepercayaan

13
ِ ُ‫ف ِعندَ َم َّٰت َ ِعنَا فَأ َ َكلَه‬
‫ٱلذ ۡئبُ َو َما ٓ أَنتَ بِ ُم ۡؤ ِم ٖن لَّنَا َولَ ۡو ُكنَّا‬ ُ ‫قَالُواْ َّٰ ٓيَأَبَانَا ٓ إِنَّا ذَه َۡبنَا ن َۡست َ ِب ُق َوت ََر ۡكنَا يُو‬
َ ‫س‬
َ َّٰ
َ‫ص ِدقِين‬

Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi


berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami,
lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada
kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar".(Surah ayat 51)

Para ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud iman pada


ayat ini yaitu kepercayaan yang merupakan lawan kata dari kebohongan
yang bertujuan untuk menenangkan diri dari kegelisahan hati akibat
kecerobohan yang disengaja.

Kelima: kata Iman didalam Al – Qur’an datang dalam bentuk celaan


atas keyakinan dan kepercayaan yang salah. Sebagaimana tentang Ahli
kitab yang menyandarkan keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap
dukun dan berhala – berhala.

ْ‫ت َو َيقُولُونَ ِللَّذِينَ َكفَ ُروا‬ َّ َّٰ ‫ت َوٱل‬


ِ ‫طغُو‬ ِ ‫ب ي ُۡؤ ِمنُونَ ِب ۡٱل ِج ۡب‬
ِ َ‫َصيبٗ ا ِمنَ ۡٱل ِك َّٰت‬ِ ‫أَلَ ۡم ت ََر ِإلَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ن‬
ً ‫س ِب‬
‫يَل‬ ٓ َ ‫َّٰ َٓهؤ‬
َ ْ‫َُل ِء أ َ ۡهدَ َّٰى ِمنَ ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا‬

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian


dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan
kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar
jalannya dari orang-orang yang beriman.(Surah ayat 51)

Para mufassir berbeda pendapat pada makna al-jibt dan ath –


thogut, lalu Imam Malik menyimpulkan dari berbagai perbedaan pendapat
para mufassir dari makna al-jibt dan ath – thogut yaitu, adalah segala
bentuk sesembahan yang disembah selain Allah SWT.

14
b. Islam

‫ب ِإ ََّل ِم ۢن َبعۡ ِد َما َجا ٓ َء ُه ُم ۡٱل ِع ۡل ُم بَ ۡغ ۢيَا بَ ۡي َن ُه ۡ ۗم َو َمن يَ ۡكفُ ۡر‬


َ َ‫ف ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِك َّٰت‬ ۡ ‫ٱۡل ۡس َّٰلَ ۗ ُم َو َما‬
َ َ‫ٱختَل‬ ِ ۡ ِ‫ٱَّلل‬
َّ َ‫إِ َّن ٱلدِينَ ِعند‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ ‫س ِري ُع ۡٱل ِح‬
َ َ‫ٱَّلل‬ َّ ‫ٱَّللِ فَإ ِ َّن‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫بَٔٔ ا َّٰ َي‬
ِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya. (Surah Ali Imran ayat 19)
Al – Qur’an hingga kini masih terjaga keorisinalitasnya, islam ini lah yang
merupakan agama terakhir yang berlaku untuk semua umat manusia hingga
akhir zaman. Terdapat 5 dasar Islam menurut Al – Qur’an :
1. Islam berasal dari kata ‘salm’ (‫ )الس َّْلم‬yang berarti damai atau kedamaian.
Firman Allah SWT dalam Al-Quran:
‫س ِمي ُع ۡٱلعَ ِلي ُم‬
َّ ‫ٱَّللِ ِإنَّ ۥه ُ ه َُو ٱل‬ ۡ َ‫۞و ِإن َجنَ ُحواْ ِللس َّۡل ِم ف‬
ِۚ َّ ‫ٱجن َۡح لَ َها َوت ََو َّك ۡل َعلَى‬ َ .1
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. (Surah Al-Anfal ayat 61)
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang mengajarkan umatnya untuk cinta damai atau senantiasa
memperjuangkan perdamaian, bukan peperangan atau konflik dan kekacauan.
‫َان ِمنَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ ۡٱقتَتَلُواْ فَأَصۡ ِل ُحواْ َب ۡينَ ُه َما فَإ ِ ۢن َبغ َۡت ِإ ۡحدَ َّٰى ُه َما َعلَى ۡٱۡل ُ ۡخ َر َّٰى فَ َّٰقَ ِتلُواْ ٱلَّ ِتي ت َۡب ِغي‬ َ ‫َو ِإن‬
ِ ‫طا ٓ ِئفَت‬ .2
ِ ‫ٱَّللَ ي ُِحب ۡٱل ُم ۡقس‬
َ‫ِطين‬ ُ ‫ٱَّللِ فَإِن فَا ٓ َء ۡت فَأَصۡ ِل ُحواْ بَ ۡينَ ُه َما بِ ۡٱلعَ ۡد ِل َوأ َ ۡق ِس‬
َّ ‫ط ٓواْ إِ َّن‬ ِۚ َّ ‫َحت َّ َّٰى ت َ ِف ٓي َء إِلَ َّٰ ٓى أَمۡ ِر‬
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah
kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian
terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi
sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah
antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.(Surah Al –
Hujurat ayat 9)

15
Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah Allah SWT melalui Al-Quran baru mengizinkan atau
memperbolehkan kaum Muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-
musuhnya.

ِۚ ُ ‫أُذِنَ ِللَّذِينَ يُ َّٰقَتَلُونَ بأَنَّه ۡم‬


‫ِير‬ َ َ‫ظ ِل ُمواْ َوإِ َّن ٱ ََّّلل‬
ٌ ‫علَ َّٰى نَصۡ ِر ِه ۡم لَقَد‬ ُ ِ
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu, (Surah Al- Hajj ayat 39)

2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’ (‫ )أَ ْسلَ َم‬yang berarti berserah diri atau pasrah.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang


yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah
SWT.Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang
Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.

‫يم َخ ِل ٗيَل‬ َّ َ‫ِيم َحنِ ٗيف ۗا َوٱتَّ َخذ‬


َ ‫ٱَّللُ ِإ ۡب َّٰ َر ِه‬ َ ‫ِن َوٱت َّبَ َع ِملَّةَ ِإ ۡب َّٰ َره‬ٞ ‫سنُ د ِٗينا ِم َّم ۡن أَ ۡسلَ َم َو ۡج َه ۥهُ ِ ََّّللِ َوه َُو ُم ۡحس‬
َ ‫َو َم ۡن أ َ ۡح‬

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya.

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk


menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah


baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya
kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya.

َ‫ط ۡوعٗ ا َوك َۡر ٗها َوإِلَ ۡي ِه ي ُۡر َجعُون‬ ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬
َ ‫ض‬ َّ ‫ٱَّللِ يَ ۡبغُونَ َولَ ٓۥهُ أ َ ۡسلَ َم َمن فِي ٱل‬
ِ ‫س َّٰ َم َّٰ َو‬ ِ ‫أَفَغ َۡي َر د‬
َّ ‫ِين‬

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik

16
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.(Surah Ali Imran ayat 83)

3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada


Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

َ‫َب ۡل ُه ُم ۡٱل َي ۡو َم ُم ۡست َۡس ِل ُمون‬

Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.(Surah As – Shaffat ayat 26)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua).


Seorang Muslim atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya
kepada Allah SWT.
‫ين‬ َ َّٰ ‫ش ۡي‬
ٞ ِ‫ُو مب‬ٞ ‫ط ِۚ ِن إِنَّ ۥهُ لَ ُك ۡم َعد‬ َّ ‫ت ٱل‬ ُ ‫َّٰ ٓيَأَي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ۡٱد ُخلُواْ فِي ٱلس ِۡل ِم َكآفَّ ٗة َو ََل تَت َّ ِبعُواْ ُخ‬
ِ ‫ط َّٰ َو‬
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu.( Al – Baqarah ayat 208).

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada
Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi
segala yang dilarang-Nya. Inilah yang disebut Takwa menuruf definisi yang
populer.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫س ِل ْي ٌم‬


َ ) yang berarti bersih dan suci.
‫س ِل ٖيم‬ ٖ ‫ٱَّللَ ِبقَ ۡل‬
َ ‫ب‬ َّ ‫ِإ ََّل َم ۡن أَت َى‬

kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (Surah Ash
– Shu’ara ayat 89)

‫س ِل ٍيم‬ ٖ ‫إِ ۡذ َجا ٓ َء َربَّ ۥه ُ بِقَ ۡل‬


َ ‫ب‬

lngatlah ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.(Surah As –


Shaffat ayat 84)

17
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih,
yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan
kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di
dunia maupun di akhirat.

5. Islam Berasal dari ‘salam’ (‫سَلَ ٌم‬


َ ) yang berarti selamat dan sejahtera.

‫سأ َ ۡست َۡغ ِف ُر َلكَ َر ِب ٓي ِإنَّ ۥهُ َكانَ ِبي َح ِف ٗيا‬ َ ‫س َّٰلَ ٌم‬
َ َ‫علَ ۡيك‬ َ ‫قَا َل‬

Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan


memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku.(Surah Maryam ayat 47)

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa


membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam
memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
Pengertian Islam menurut Al-Quran tersebut sudah cukup mengandung
pesan bahwa kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan
Allah SWT, bersih dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-
akhirat jika melaksanakan risalah Islam. Lalu, bagaimana jika faktanya banyak
pemeluk Islam (Muslim) yang tidak beperilaku sebagaimana digambarkan dalam
pengertian Islam di atas? Mudah saja jawabnya: mereka tidak mengamalkan
Islam dengan baik dan benar, dan perilaku mereka tidak identik dengan Islam,
karena Islam dan Muslim adalah dua hal yang berbeda.

18
c. Ihsan
Kata ihsān dalam al Qur’an tertulis dalam 165 ayat1. Ihsān dalam al Qur’an adalah
sebuah perbuatan yang melampaui kebiasaan pada umumnya, ia dapat berbentuk
perilaku ataupun perbuatan. Mengenai hal ini Allah berfirman surat al Isra’ ayat 7
yang berbunyi:
ْ‫سُٔٔ وا‬ ُ ‫س ۡأت ُ ۡم فَلَ َه ِۚا فَإِذَا َجا ٓ َء َو ۡعد ُ ۡٱۡل ٓ ِخ َر ِة ِل َي‬
َ َ ‫سنت ُ ۡم ِۡلَنفُ ِس ُك ۡم َوإِ ۡن أ‬
َ ‫سنت ُ ۡم أ َ ۡح‬
َ ‫ إِ ۡن أ َ ۡح‬.d
2
‫يرا‬ َ ‫ُو ُجو َه ُك ۡم َو ِليَ ۡد ُخلُواْ ۡٱل َم ۡس ِجدَ َك َما دَ َخلُوهُ أ َ َّو َل َم َّر ٖة َو ِليُتَبِ ُرواْ َما‬
ً ‫ع َل ۡواْ تَ ۡت ِب‬
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain)
untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid,
sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk
membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (Surah al Isra’ ayat
7)

Redaksi ayat ini menunjukkan kecenderungan manusia kepada kebaikan yang


diawali dengan berbuat baik kepada diri sendiri. Hal tersebut juga dijelaskan al
Suyuthi dalam Tafsir al Jalalain, yakni perbuatan baik yang dilakukan akan
berbalik kepada diri sendiri. Begitu juga sebaliknya, perbuatan buruk yang
dikerjakan juga akan berbalik pada diri sendiri.3

Al Qur’an mengungkapkan perbuatan ihsān dalam berbagai macam bentuk


misalnya dengan menggunakan kata “ ‫ ”إحسان‬sebagaimana terdapat dalam
surat an Nahl ayat 90 :

َ ‫ع ِن ۡٱلفَ ۡح‬
َ ‫س ِن َوإِيتَآي ِٕ ذِي ۡٱلقُ ۡربَ َّٰى َو َي ۡن َه َّٰى‬ ۡ َّ ‫۞إ َّن‬
‫شا ٓ ِء‬ ِ ۡ ‫ٱَّللَ يَأ ُم ُر بِ ۡٱلعَ ۡد ِل َو‬
َ َّٰ ‫ٱۡل ۡح‬ ِ
4 ُ ‫َو ۡٱل ُمن َك ِر َو ۡٱلبَ ۡغ ِۚي ِ َي ِع‬
َ‫ظ ُك ۡم َلعَلَّ ُك ۡم تَذَ َّك ُرون‬
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

1
Ahmad Luthfi Fathullah, al Qur’an al Hadi 11 Kemudahan Berinteraksi dengan al Qur’an,
(Jakarta: Pusat Kajian Hadits, tth).
2
Al Qur’an, 17:7
3
Jalal al Din al Suyuthi, Tafsir al Jalalain, (Surabaya: al Haramain, 2008), 228.
4
Al Qur’an, 16:90

19
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran. (Surah An - Nahl ayat 90 )

Ayat ini termasuk ayat yang sangat luas dalam pengertiannya. Dalam suatu
riwayat dari Rasulullah SAW yang dikeluarkan oleh Bukhari, Ibnu Jarir, Ibnu
Mundzir, Thabrani, dan Baihaqi dari Ibnu Mas’ud menyatakan:

‫واجمع اية في كتاب هللا للخير والشر اَلية التى في النحل ان هللا يامر‬
5
‫بالعدل واَلحسان‬
Dan ayat yang paling luas lingkupannya dalam al Qur’an tentang kebaikan dan
kejahatan ialah ayat dalam surat An-Nahl yang artinya: Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.Dalam ayat ini, Allah
memerintahkan kepada hamba-Nya tiga perkara, yaitu berlaku adil, berbuat
kebajikan, dan memberi sedekah kepada kerabat dan melarang melakukan tiga
perkara yaitu berbuat keji, munkar, dan permusuhan.

Yang dimaksud berbuat kebajikan atau ihsān ini ialah melakukan perbuatan-
perbuatan yang mendatangkan manfaat bagi orang lain dan menghindarkan
perbuatan-perbuatan yang menimbulkan madharat bagi mereka. Membalas
perbuatan baik orang lain dengan yang lebih baik, memaafkan dan berbuat baik
kepada orang yang berbuat kesalahan termasuk perbuatan ihsān.

Perbuatan ihsān ini merupakan perwujudan dan sikap manusia yang menyadari
akan eksistensinya sebagai makhluk sosial. Hal ini berartibahwa manusia
disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa
memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain. Karena itulah, Allah menyuruh
kepada manusia agar mereka menjalin hubungan baik, saling menghormati,
membantu dan berbuat kebajikan, sekaligus melarang melakukan perbuatan-
perbuatan yang akan menimbulkan ke-madharat-an bagi sesama manusia.

Dalam konteks ini, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa definisi adil dalam
ayat tersebut adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya,
sedangkan ihsān menempatkannya bukan pada tempatnya. Dengan kata

5
Wahbah bin Musthafa al Zuhaily, al Tafsir al Munir fi al ‘Akidah wa al Syari’at wa al Manhaj,
(Damaskus: Dar al Fikr, 1418 H), 14: 216.

20
lain, ihsān adalah memperlakukan pihak lain lebih baik dari perlakuannya, atau
memperlakukan yang bersalah dengan perlakuan yang baik. Sikap ihsan dinilai
sebagai sesuatu yang melebihi keadilan. Namun dalam kehidupan bermasyarakat,
keadilan lebih utama dari pada kedermawanan atau ihsān. Pengertian berbuat
kebajikan tersebut dibangun dari kutipan M. Quraish Shihab terhadap pernyataan
Ali bin Abī Thālib.6 (Mahali, 2008)

D. IMAN ISLAM DAN IKHSAN MENURUT SYARA’


a. Iman

Secara terminologi (istilah) ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan,


yaitu :
1. Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi :
7
‫اَليمان فهو التصديق با لقلب‬
“ Iman ialah pembenaran dengan hati”.
2. Menurut imam Ab Hanifah.
8
‫اَليمان هو اَلقرار و التصديق‬
“ Iman ialah mengikrarkan (dengan lidah ) dan membenarkan (dengan hati)”.
3. Menurut Hasbi as-Shiddiqy ;
9
‫القول باللسان والتصد يق بالجنان والعمل بااَلرك‬
“ Iman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan
mengerjakan dengan anggota tubuh”.
Dari ketiga definisi di atas terdapat perbedaan, menurut Muhammad
Amin al-Kurdi, iman cukup hanya dibenarkan (tasdiq) dalam hati, tanpa perlu
diucapkan dengan lidah, karena memang iman letaknya di dalam hati. Apabila
hati telah membenarkan, maka secara otomatis anggota badan akan
melaksanakan. Sedangkan Ab ¦anifah iman tidak hanya cukup dibenarkan
dalam hati tetapi perlu diikrarkan dengan lidah. Mengikrarkan dengan lidah
menunjukkan seseorang itu benar-benar beriman atau tidak kepada Allah.
Sedangkan menurut Hasbi as-Siddiqy tidak hanya dengan pembenaran dalam

6
M. Quraish Shihab, Wawasan al Qur’an Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Pustaka Mizan, 2013), 166.
7
Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub, (Singapore : Al-Haramain, T.th), hlm.83-
84
8
Imam Ab Hanifah, Al-Fiqh al-Akbar, (Hedrabad : Dairah al-Ma’arif al-‘Usman³yah, 1979), hlm.6
9
Imam Ab Hanifah, Al-Fiqh al-Akbar, (Hedrabad : Dairah al-Ma’arif al-‘Usman³yah, 1979), hlm.6

21
hati dan diikrarkan dengan lidah., tetapi juga harus diamalkan dengan anggota
badan. Jadi pengikraran dan pengamalan dengan anggota badan itu sebagai
bukti dalam pentauhidan yang Maha Kuasa.
Sedangkan Syekh Muhammad Abduh mengatakan Iman ialah keyakinan
kepada Allah, kepada rasulnya dan pada hari ahir tanpa terikat oleh sesuatu
apapun, kecuali harus menghormati apa-apa yang telah disampaikan dengan
perantaraan lisan para rasul Tuhan.10
Dengan melihat definisi dia atas dapat dikatakan bahwa iman itu paling
tidak harus ada pembenaran dan keyakinan adanya Tuhan dengan segala ke-
Esaan-Nya dan segala sifat kesempurnaan serta pembenaran dan keyakinan
terhadap Muhammad SAW dan risalah kerasulannya.11

b. Islam

Secara istilah kata islam dapat dipahami sebagai yang dikemukan oleh beberapa
pendapat :
1. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :
12
‫الظاهر‬ ‫واَلنقياد‬ ‫اَلستسَلم‬ ‫وهو‬ ‫اَلسَلم‬
“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.
2. Abu A’la al-Maudud berpendapat, pengertian lain dari
kata islam adalah damai. Hal ini berarti bahwa seseorang akan memperoleh
kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan
taat kepada Allah. Demikian pula suatu kehidupan yang selalu taat kepada
Allah akan membawa kedamaian di dalam hati dan lebih jauh akan
menghasilkan kedamaian di dalam masyarakat.13

3. Menurut Hammudah Abdalati.Kata Islam berasal dari akar kata Bahasa


Arab salm, yang antara lain berarti damai, suci, patuh, dan taat. Dalam

10
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976),
hlm.257
11
Al-Imam Syihab ad-Din Abi ‘Abbas Ahmad Muhammad as-Syafi’i al-Qas¯alani, Irsyad as-Sari,
Syarah Bukhari.(Beirut : Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1996), hlm.203.
12
Imam Abu Husein Muslim ibn Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. RH. Muslim bi syarah an-
Nawawi, (Kairo : al-Ma¯ba’ah al-Mi¡riyah, T.th), hlm.2
13
Al-Maudud. Towards Understanding Islam, (Jeddah : One seeking Mercy of Allah, T.Th),
hlm.85

22
pengertian syar’i kata islam berarti patuh (tunduk) kepada kemauan Tuhan
dan taat kepada Hukum-Nya. Hubungan antara pengertian asal kata dengan
syar’i dari kata islam adalah kuat dan nyata. Hanya dengan patuh kepada
kehendak Tuhan dan taat kepada hukumnya, seseorang dapat memperoleh
kedamaian yang sesungguhnya dan merasa bahagia dalam kesucian yang
abadi.14
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa islam itu
ialah tunduk dan taatkepada perintah Allah dan kepada larangannya. Perintah
dan larangan Allah tertuang dalam ajaran Islam, oleh karena itu hanya orang
yang tunduk dan taat kepada ajaran islam, yang akan mendapat keselamatan
dan kedamaian hidup, dunia dan akhirat.

c. Ihsan
Ihsan Menurut pengertian istilah ada beberapa definisi dan pengertian yang
diberikan oleh ulama yaitu :

1. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh
Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam
sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah.15

2. Menurut Imam Nawawi ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang
hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan
sebagainya.16

Iman, Islam dan ihsan adalah unsur-unsur agama (ad-Din), hal ini
berdasarkan Hadis Nabi SAW :

‫حديث ابي هريرة قال كان النبي صلى هللا عليه و سلم بارزا يوما‬
‫ اَليمان ان تؤمن باهللا ومَلئكته و‬:‫ ما اَليمان؟ قال‬:‫للنافاتاه رجل فقال‬
‫ اَلسَلم ان تعبد هللا‬:‫ ماَلسَلم؟ قال‬:‫بالقائه وبرسله وتؤمن بالبعث قال‬
.‫وَل تشرك به و تقيم الصَلة وتؤدى الزكاة المفرضه وتصوم رمضان‬
14
Hammudah Abdalati, Islam in Focus, (Riyadh : National Offset Printing Prees, 1986), hlm.8
15
Muhammad Amin al-Kurdi, Op.cit., hlm.84
16
Muslim bi Syarh an-Nawawi, Op.cit., hlm.159

23
.‫ ان تعبد هللا كانك تراه فان لم تكن تراه فانه يراك‬:‫ مااَلحسان؟ قال‬:‫قال‬
‫ ما المسئول عنها باعلم من السائل وساخبرك عم‬:‫ متى الساعة؟ قال‬:‫قال‬
.‫اشرا طها اذا ولدت اَلمة ربها واذا تطاول رعاة اَلبل البهم فى البنيان‬
‫ ثم ادبر‬.‫ ان هللا عنده علم السعاة‬:‫فى خمس َل يعلمهن اَل هللا ثم تَل النبى‬
.17‫ هذا جبريل يعلم الناس دينهم‬:‫ فقال‬.‫ "ردوه" فلم يرواشيئا‬:‫فقال‬

Artinya:’ Ab Hurairah r.a berkata : Pada suatu hari ketika Nabi saw duduk
bersama sahabat, tiba-tiba datang seseorang bertanya : Apakah iman ?. Jawab
Nabi : Iman ialah percaya kepada Allah dan Malaikat-Nya dan akan bertemu
dengannya, dan pada Nabi utusan-Nya, dan percaya pada hari berbangkit dari
kubur. Lalu Nabi ditanya : Apakah Islam ?. Jawab Nabi SAW ; Islam adalah
menyembah kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun, dan mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat yang telah
diwajibkan dan puasa pada bulan Ramadan. Lalu Nabi ditanya : Apakah Ihsan ?.
Jawab Nabi : Ihsan adalah menyembah pada Allah seakan-akan engkau
melihatnya, tetapi apabila kamu tidak melihat-Nya, dia pasti melihat kamu. Lalu
Nabi ditanya : Kapankah hari kiyamat ?. Jawab Nabi : Orang yang ditanya tidak
lebih mengetahui daripada orang yang menanya, tetapi saya katakan padamu
beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari kiyamat, jika budak sahaya telah
melahirkan majikannya dan jika pengembala onta dan ternak lainnya telah
berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Termasuk lima perkara yang tidak
diketahui keciali Allah.

17
Imam ‘Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Mughirah ibn Bardizbah al-
Bukhari, HR Bukhari, (Beirut : Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1992), hlm.22 Kemudian, Imam Abu
Husin Muslim ibn Hajjaj al-Qusayri an-Naisabui, RH Muslim bi Syarah an-Nawawi, Op.cit.,
hlm.157

24
E. GOLONGAN MANUSIA BERDASKAN KEIMANAN,TINGKATAN
IMAN,THARIQATUL IMAN
1. Tingkatan Iman
Para Ulama membagi iman ke dalam lima tingkatan:
a. Iman Matbu’ (Iman yang ditabi’atkan)
yaitu imannya para malaikat, maksudnya iman yang sudah
dibentuk sedemikian rupa, tidak ada yang ragu-ragu dan tidak
mungkin pasang surut imannya dan tidak mungkin durhaka kepada
Allah.
b. Iman Ma’shum (Iman yang dijaga)
yaitu imannya para nabi, maksudnya senantiasa terjaga, terpelihara
dari apa-apa yang akan menodai imannya dan tidak mungkin dapat
digoyahkan lagi.
c. Iman Maqbul (Iman yang diterima)
yaitu imannya orang-orang mukmin, maksudnya imannya orang-
orang yang betul-betul iman kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak
tercampur syirik dan tidak ada keraguan lagi dalam imannya.
d. Iman Mauquf (Iman yang ditangguhkan)
yaitu imannya para ahli bid’ah, maksudnya imannya para ahli
bid’ah yang masih bercampur syirik. Dalam sebuah hadits
diungkapkan ada orang yang “paginya ia beriman tetapi sore hari ia
kafir.
e. Iman Mardud (Iman yang ditolak)
yaitu imannya orang-orang munafiq, maksudnya imannya orang
munafiq yang pada dasarnya adalah orang kafir, tetapi di hadapan
orang yang beriman mereka suka mengatakan ‘aamannaa’ (kami
beriman). Walaupun mereka menyatakan iman, tetap pernyataan
imannya akan ditolak, tidak akan diterima.18

18
Abusalman,2013 (https://abusalmanz.wordpress.com/tingkataniman/)

25
2. Tingkatan thariqatul iman
Pengertian Thoriqoh
Bermacam-macam para ulama mendefinisikan thoriqoh, namun
dari semua difinisi ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa, Thoriqoh
adalah jalan yang ditempuh oleh seorang hamba (salik) yang ingin
mencapai Ridho Alloh swt.dengan cara melaksanakan berbagai ibadah
secara sempurna. Sebagaimana Firman Alloh Swt. :
Artinya : Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan
itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada
mereka air yang segar (rezki yang banyak). (QS.72:16).19

 Pertama, iman taqlid.


Iman tingkatan paling rendah ini adalah imannya orang muslim
yang tidak mengetahui tentang hal-hal fundamental iman kecuali sangat
sedikit, atau bila mengetahuinya maka ia tidak meyakininya. Ia sayup-
sayup saja mendengar tentang bahkan hal yang paling dasar sekalipun,
semisal sifat dan nama-nama Allah swt. ‘Apakah bukti dan dalil bahwa
Allah itu ada ? Apakah bukti dan dalil bahwa malaikat itu ada ? Apakah
bukti dan dalil bahwa Muhammad itu utusan Allah ?’ Terhadap
pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan yang serupa, muslim yang
berada dalam tingkat iman ini hanya dapat menjawab ‘saya pernah
mendengar orang lain berkata bahwa Allah itu ada, maka sayapun
mengatakan demikian’. Demikian pula ketika menjawab untuk yang lain.
Biasanya, walaupun tidak selalu, muslim dengan iman taqlid ini juga tidak
fasih membaca al Qur’an dan tidak terlihat ikhtiarnya untuk belajar.

 Iman tingkat kedua adalah iman ilmu.


Yakni iman yang tumbuh atas dasar ilmu-ilmu agama. Muslim
yang berada dalam tingkat ini mengerti dan memahami benar struktur
keimanan beserta semua dalil, bukti dan sistem logika yang
mendukungnya. Mereka dapat dengan fasih menguraikan seluruh sifat-

19
Q.S Al Jinn: ayat 16

26
sifat Allah swt, seperti bahwa Allah itu exist (wujud) sejak awal dulu
hingga di akhir nanti (al-Awwalu wa al-Akhiru) sekaligus pada saat yang
sama – sesuatu yang sulit diterima dengan baik kecuali dengan penjelasan
yang ‘mengeluarkan’ dzat Allah swt dari dimensi waktu dengan
menggunakan teori-teori fisika modern. Mereka juga dapat menjelaskan
bahwa Allah swt itu bersifat kekal (baqa) dengan cara membandingkan
‘inner characteristics’ milikNya dengan milik benda lain yang terlihat di
alam ini.
Orang islam yang berada pada tingkat keimanan ini dapat dengan
mudah menjelaskan tentang dalil adanya hari akhirat, tidak saja yang
bersifat naql (dari Qur’an dan hadist) maupun yang bersifat aql (logika),
dan lalu menghubungkannya dengan salah satu nama Allah swt, yakni al-
‘Adl (yang adil). Dalam hal surga dan nerakapun – satu tema dimana
sesuatu yang virtual dan reality bertemu dalam sejumlah besar ayat-ayat al
Qur’an – mereka dapat menerangkannya pula. Pendeknya, basis keilmuan
mereka ini cukup kuat melandasi iman yang dipunyai. Dalam kehidupan
bermsyarakat, mereka ini giat membela kebenaran islam karena mereka
sendiri percaya sepenuhnya bahwa islam adalah yang terbaik dan terbenar
diantara semua aliran dan agama yang lain.
Hanya saja, iman yang dipunyai muslim tingkat ini belum
sepenuhnya masuk kedalam hati sehingga belum terekspresikan dalam
amal. Amalnya tidak lengkap. Sholatnya kadang-kadang masih bologn-
bologn, atau sering melambatkannya.
Berinfaq-nya tidak rutin. Membaca al Qur’annya hanya kalau sempat dan
luang waktu. Mereka melakukan dakwah dengan syarat tidak mengganggu
kehidupannya. Dan lalin-lain.
 Yang ketiga adalah iman ‘ayan.
‘Ayan artinya teguh, pasti, eksak. Muslim dengan iman ‘ayan
adalah muslim yang beriman atas dasar ilmu dan lalu mengekspresikannya
dalam bentuk amal. Imannya telah masuk kedalam hati. Iman ini adalah
iman yang lengkap. Mereka yang berada ditingkat ini keyakinannya pada

27
Allah swt, malaikat dan semua yang menjadi rukun iman telah memenuhi
ruang pikiran dan hatinya. Mereka bukan sekedar menyadari dengan akal
adanya Allah tetapi merasakan dengan hati wujudnya Allah.
Beberapa sifat mereka adalah sebagai berikut. ‘Mereka yang senantiasa
mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring, dan selalu
memikirkan semua peristiwa di bumi dan langit, lalu setelah itu mereka
menyadari dan berkeyakinan bahwa tidaklah semua makhluk ini dijadikan
sia-sia, dan mereka berlindung dari azab neraka karena kuatir tak dapat
melaksanakan perintah-perintah Allah pada diri mereka’ (seperti
disebutkan dalam Q.S Ali Imran 19). Mereka ini juga disebut dalam al-
Hujurat 15 : ‘Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar beriman adalah
mereka yang beriman kepada Allah dan rasulNya kemudian mereka tidak
ragu-ragu sedikitpun, dan berjihad dengan harta dan diri mereka pada jalan
Allah. Mereka itulah orang- orang yang benar Di peringkat iman ‘ayan ini,
24 jam sepenuhnya terpakai untuk ibadah dan dzikir kepada Allah swt.
Sekali-sekali mereka lalai dan berbuat dosa kecil, tetapi setiap kali terjadi
demikian, mereka sangat menyesal. Timbullah dalam hati mereka ini rasa
malu dan takut dihisab oleh Allah swt. Karenanya mereka segera
bertaubat, mohon ampun dan berjanji sekuat tenaga tidak akan mengulangi
lagi.
Rasulullah saw menggambarkan sikap itu dengan sabdanya :
‘Orang mukmin itu menganggap dosa yang dilakukannya bagaikan
gunung besar yang hendak menimpanya’.

Di dalam al Qur’an, banyak sekali disebutkan sifat orang dengan


iman ‘ayan ini, sebagai tambahan dari yang telah disebutkan diatas. Untuk
memudahkan dalam mendalaminya, berikut ini adalah ringkasannya

1) Khusyuk ketika sholat.


2) Melaksanakan puasa ramdlan.
3) Menunaikan zakat.
4) Pergi hajii bila telah sanggup.

28
5) Ridla menerima ketentuan Allah.
6) Sabar menanggung ujian Allah.
7) Bersyukur atas nikmatNya.
8) Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat seperti zina, minum arak,
berjudi, membunuh,bicara kotor, mengumpat, memfitnah orang,
menghibah orang islam, mengadu domba.
9) Bermujahadah melawan nafsu dan membuang sifat-sifat buruk seperti
ujub, riya’, sombong, hasud, dengki, dendam.
10) Tidak bermewah-mewah, cukup dengan apa yang ada, sederhana dalam
hidup, tidak susah dengan kemiskinan.
11) Berkasih sayang sesama muslim, tegas
12) Suka berbuat kebajikan dan menolong manusia terutama sanak audara,
kaum kerabat dan sahabat-sahabat dekat.
13) Tidak pernah berputus asa dalam menghadapi semua persoalan hidup.
14) Menjadikan perjuangan dan jihad sebagai kerja tetap sepanjang hidup.

 Iman tingkat ke empat adalah iman haq.


Mereka yang mencapai tingkat ini adalah mereka yang dapat
melihat Allah dengan mata hatinya ketika mata mereka melihat apa
saja. Ingatan itu bukan dibuat-buat tetapi datang secara spontan
sekaligus bersama rasa takut, hebat, pujian, sanjungan dan kasih
kepada Allah swt.
Nafsu mereka yang dalam tingkatan ini sudah benar-benar
ditundukkan dan syetan tidak berani lagi mendekat. Mereka ini adalah
‘muqarrabin’, kaum yang didekatkan dengan Allah. Sifat istimewa
mereka adalah (dari Yunus 62-63) ‘Sesungguhnya para wali Allah itu
tidak pernah merasa takut dan berduka cita.
Yaitu mereka yang selalu bertaqwa’. Mereka ini, sebagai hasilnya,
senantiasa zuhud (hatinya tidak terkait material), ikhlas, wara’
(waspada terus), tidak senang bila dipuji dan tidak merasa hina bila
dicaci. Hati dan imannya terkontrol.

29
 Iman tingkat ke lima adalah imannya para rasul, para nabi, para
syuhada’ (orang yang benar-benar menyaksikan), para shiddiqiin
(mereka yang membenarkan).
Sifat mereka diantaranya adalah bila mereka berperang,
mereka berperang di garis depan. Bila berinfaq, infaqnya paling besar
dan paling ikhlas. Bila mereka beribadah, ibadahnya paling bagus dan
lama, - seperti baginda rasul – sampai kakinya bengkak. Bila bergaul,
paling baik akhlaknya. Bila berdzikir, paling banyak air matanya.
Mereka inilah sebaik-baik ciptaan dari semua yang pernah
diciptakanNya.20

F. AKTUALISASI DAN IMPLEMENTASI IMAN,ISLAM,IHSAN


Iman adalah akar sikap hidup seorang muslim dalam segala
dimensinya. Islam adalah perwujudan nyata dari janji dan komitmen
seseorang dengan keimanannya. Sedangkan Ihsan diartikan sebagai
pengawasan Allah Swt kepada hamba-Nya dan kondisi merasa diawasi diri
hamba oleh Allah Swt. Hal ini dapat kita contohkan seperti sebuah cermin,
di mana kita dapat melihat diri kita melalui cermin tersebut. Orang yang
berbuat baik (muhsin) adalah orang yang dapat melihat Allah Swt baik
melalui zat (nanti di hari kiamat) maupun sifatNya, dan apabila tidak bisa
melihatNya maka yakinlah Allah Swt melihatnya. Dengan demikian,
muraqabah yaitu perasaan diri diawasi oleh Allah Swt dalam segala hal,
termasuk bekerja-merupakan hal penting dan utama untuk dilakukan karena
muraqabah adalah merupakan ihsan itu sendiri.
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut
adalah ibadah, muamalah, dan akhlak. Kita berkewajiban ihsan dalam
beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat,
puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan
syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Dengan kesadaran penuh bahwa
20
Nahdlatul Ulama Untuk Ukhuwah Umma (http://id-
id.facebook.com/note.php?note_id=156388137723742)

30
Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat
dan diperhatikan oleh Allah, minimal akan membuatnya dapat menunaikan
semua ibadah dengan sungguh-sungguh dan baik.
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri
sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak
kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat
terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri/suami dan bekerja.
Oleh karena itulah Rasulullah Saw menghendaki umatnya senantiasa dalam
keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan
dalam ibadahnya.21
Dalam bekerja, seharusnya kita bekerja secara Ihsan. Bekerja secara
ihsan adalah bekerja dengan ikhlas, bekerja dengan mengharapkan pahala
dan ridha dari Allah Swt. Seorang yang bekerja secara ihsan akan
melaksanakan pekerjaannya dengan sepenuh hati, baik ketika berada di
halayak ramai maupun ketika berada sendirian sehingga dia boleh
menghasilkan yang terbaik. Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri
seseorang yang diperoleh dari hasil ibadahnya, maka kita akan
menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia
bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya,
keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri.
Kesimpulannya, ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah,
muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan
hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya
agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di
mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang
telah naik ke tingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.22

21
Nadim al-Jisr, Qishshatul,1963. Iman (Kisah Mencari Tuhan)
22
Abduh, Muhmmad. 1998 Tafsir Alquran al-Karim

31
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Iman adalah ucapan yg disertai dgn perbuatan diiringi dgn ketulusan niat
dan dilandasi dengan Sunnah.Islam adalah inisial seseorang masuk ke dalam
lingkaran ajaran Ilahi.Sedangkan Ihsan adalah adalah cara bagaimana seharusnya
kita beribadah kepada Allah.
Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam.
Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya
pendekatan diri kepada Allah.
Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.Islam adalah
sikap aktif untuk berbuat atau beramal.Sedangkan Ihsan merupakan perwujudan
dari iman dan islam yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan
islam itu sendiri.
Iman,Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar dalam
pandangan islam ini karena bagi para pelakunya akan diberikan Syurga oleh
Allah SWT sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT didalam Al-
Qur’an dan Al-Hadits
Jadi betapa pentingnya Iman, Islam dan Ihsan. Ketiganya adalah pondasi
menuju kehidupan yang bahagia dan kekal karena ketiganya menentukan amal
dan ibadah manusia semasa hidupnya.Ketiganya ibarat sebuah bangunan, Iman
sebagai pondasi penyanggah dan penguat suatu bangunan dan islam sebagai atap
atau entitas yang ada di atasnya, sehingga bila iman yang di ibaratkan pondasi
rapuh dan mudah roboh maka islam pun yang di ibaratkan atap akan jatuh, semua
rukun-rukun islam dan kewajiban dalam islam akan di tinggalkan.Ihsan di
ibaratkan hiasan yang mempercantik dan memperindah bangunan tersebut dengan
tujuan untuk menarik perhatian sang Kholik. Karena hidup di dunia semata-

32
semata untuk mencari keridhoan-Nya. Dengan cara mengimplementasikan iman,
islam dan ihsan dalam kehidupan Allah akan meridhoi kita.

33
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhmmad. Tafsir Alquran al-Karim. Diterjemahkan oleh Bagir dengan
judul Tafisr Juz Amma. Cet. I; Bandung: Mizan, 1998.

al-Kurdi, S. M. (1990). Tanwir al-Qulub. Singapore: Al - Haramain.

Asfahany, A.-R. A. (458 H). Mufradat Al - Fadhl Al - Qur'an . Damaskus: Dar Al


- Qolam, T.Th.

At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, Ensiklopedia Islam Al-


Kamil, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010)

Baqi, M. (1992). Al - Mu'jam Al - Mufahras li Al - Fadhl Al - Qur'an. Beirut: Dar


Al-fikr.

Daradjat, Z. (1996). Dasar- dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Hammudah Abdalati, H. A. (1986). Islam in Focus. Riyadh: National Offset


Printing Prees.

Mahali, J. A. (2008). Tafsir Jalalain. Surabaya: Al - Haramain.

Muhammad Abduh, R. T. (1976). Risalah Tauhid, (terjemahan) H.Firdaus.


Jakarta: Bulan Bintang

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2001)

Nadim al-Jisr, Qishshatul Iman (Kisah Mencari Tuhan), (Jakarta; Bulan Bintang,
1963)

Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era


Intermedia,2004).

Zuhaily, W. b. (1418 H). al Tafsir al Munir fi al ‘Akidah wa al Syari’at wa al


Manhaj. Damaskus: Dar al Fikr.

34
https://www.facebook.com/notes/ski-smagol/lima-tingkatan-
iman/198541000168776/ diakses tanggal 30 september 2018

https://abusalmanz.wordpress.com/tingkataniman/ diakses tanggal 30 september


2018

35

Anda mungkin juga menyukai