Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MODERASI BERAGAMA DALAM TRADISI ISLAM

Disusun oleh :

WILDA ISMI KHOFIFATUN NISA


NIM : 2205046069

PROGRAM STUDI AKUTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih pelimpah

Cinta. Yang Maha Penyayang yang tiada Terbilang. Dialah satu-satunya Dzat

yang memberikan perlindungan dari kejahatan baik hidup di dunia ini maupun di

akhirat kelak. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi Petunjuk, yang tiada

dapat menyesatkan yang tidak akan mungkin ada yang dapat menunjukinya

setelah itu.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yangtelah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “ KONSEP MODERASI
BERAGAMA DALAM TRADISI ISLAM“. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Moderasi Beragama.

Selain itu, penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak

kekurangan dan banyak kesalahan. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih

terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Semarang, 28 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................xi
DAFTAR ISI....................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan penelitian..............................................................................3
D. Manfaat Penelitian...........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................5
A. Tradisi Arab Sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW
.........................................................................................................5
B. Tradisi Jawa menjadi tradisi Islam ..................................................9
C. Moderasi beragama dalam bidang aqidah
BAB III PENUTUP........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................57
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tradisi” berarti suatu adat

kebiasaan yang turun menurun yang berasal dari nenek moyang dan masih

lestarikan oleh masyarakat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)

dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disertai dengan tata

kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia lainnya

atau pun dengan lingkungannya. Jadi saat kedua kata ini digabungkan, maka

Moderasi Keberagama berarti merujuk pada sikap mengurangi kekerasan, atau

menghindari keekstreman dalam tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan

Yang Maha Esa . Tradisi Jawa dan Tradisi Arab bisa berubah menjadi sebuah

tradisi Islam berkat kehadiran Nbi Muhammad dan penyebaran yang dilakukkan

oleh Walisongo,
B. Rumusan Masalah

Beranjak dari latar belakang masalah, masalah utama penelitian ini

adalah bagaimana konsep moderasi beragama dalam tradisi Islam

1) Bagaimana tradisi Arab sebelum kelahiran nabi Muhammad SAW?

2) Bagaimana proses tradisi Jawa menjadi tradisi Islam?

3) Bagaimana konsep moderasi beragama dalam tradisi Islam, dalam bidang

Aqidah, Syari’ah, dan Tasawuf?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

konsep moderasi beragama dalam tradisi Islam:

1) Mengetahui bagaimana tradisi Arab sebelum kelahiran nabi Muhammad

SAW;

2) Mengetahui proses tradisi Jawa menjadi tradisi Islam;

3) Mengetahui konsep moderasi beragama dalam tradisi Islam, dalam bidang

Aqidah, Syari’ah, dan Tasawuf

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

teoretis konsep moderasi beragama dalam tradisi Islam.

2. Secara praktis
Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis

sebagai berikut:

1) Memberikan penjelasan tentang bagaimana tradisi arab sebelum kelahiran

nabi Muhammad SAW

2) Memberikan penjelasan tentang proses tradisi Jawa sebelum Walingsongo

yang diteruskan menjadi tradisi Islam

3) Memeberikan pemahaman tentang bagaimana konsep moderasi beragama

dalam tradisi Islam, dalam bidang Aqidah, Syari’ah, dan Tasawuf

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tradisi Arab Sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Pada abad pertengahan, kedatangan Islam menjadi revolusi sosial yang


spektakuler yang pernah tercatat dalam buku Qissot al-Hadharah. Kelahiran Nabi
Muhammad membawa tradisi – tradisi Islam yang akan mengubah Jazirah Arab
menjauh dari zaman Jahiliyyah. Sebelum kelahiran nabi, jazirah arab mengalami masa
Jahiliyyah. Arti kata Jahiliyyah ini ialah ketidaktahuan, kesombongan, serta kemarahan.
Pemakaian kata ini digunakan untuk mendeskripsikan ke 3 hal tersebut yang sangat
menonjol pada masa itu. Masa tidak adanya rasul atau yang dikenal dengan masa fatrah
terus berlangsung di tengah bangsa Arab dalam kurun waktu yang sangat panjang, tanpa
turunnya wahyu ilahi dan tidak ada pula pengemban hidayah (hidayah al-irsyad) yang
terjadi diantara masa kenabian Ismail ‘alaihissalam dengan masa kenabian
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menyebabkan, beragam adat kebiasaan
buruk sudah mulai bermunculan di tengah masyarakat Arab jahiliah. Adat kebiasaan
baik yang dulu ada, menjadi tertutupi oleh adat kebiasaan buruk yang mulai
mendominasi. Beberapa adat buruk pada masa Jahiliyyah antara lain yaitu

1. Suka melakukan perang

Perang sudah menjadi salah ciri khas gaya hidup orang Arab Jahiliyah,
hal tersebut seolah-olah telah menjadi tradisi dan sunnah. Kehidupan
mereka selalu dihiasi oleh membunuh atau terbunuh, darah tidak pernah
berhenti mengalir, sehingga aturan yang berlaku diantara mereka adalah
undang-undang balas dendam tidak ada kata perdamain dan
permusyawarahan.

2. Membunuh bayi perempuan yang baru dilahirkan

Dalam perangan, perempuan dan anak – anak dari pihak yang kalah
menjadi pihak pemenang. Hal ini tentu dianggap sangat menjatuhkan
martabat dan kehormatan dari suku yang mengalami kekalahan tersebut.
Untuk menghindari hal itu, mereka membunuh anak-anak perempuan
sejak bayi, agar mereka tidak akan mengalami derita hidup dan aib.
Mereka merasa memiliki aib jika mempunyai anak perempuan, apalagi
jika tidak memiliki anak laki-laki (abtar). Seseorang yang tidak mau
membunuh bayi-bayi perempuannya berarti telah memberi beban kepada
masyarakat karena itu dia dianggap merusak tata nilai yang ditetapkan
oleh masyarakat.

3. Gemar mabuk- mabukan

Amer bagi orang Arab dianggap sebagai suatu barang mewah. Mereka
yang sanggup bermabuk-mabukan berarti orang yang dianggap kaya.
Gemat memamerkan kekayaannya pada masyarakat yang miskin sering
dilakukan oleh manusia yang berwatak angkuh dan berbudaya rendah.
Orang seperti ini merasa puas dan bangga jika dia memamerkan
kekayaannya. Sudah jadi sifat manusia pada umumnya jika merasa malu
kalau terlihat miskin. Di samping itu bagi orang Arab, minum munuman
keras sampai mabuk juga sebagai tempat pelarian untuk melupakan
masalah hidup yang berat itu. Sering kita lihat orang yang menanggung
beban derita yang berat, putus asa, seperti tidak memiliki harapan masa
depan yang cerah menjatuhkan diri ke jurang mabuk-mabukan.

Banyak sekali adat buruk bangsa arab Jahiliyyah yang sangat berkembang
sebelum kelahiran Nabi Muhammad, mereka benar – benar terjerumus dalam perbuatan
yang keji. Sangat sulit sekali bagi bangsa arab Jahiliyyah untuk melepaskan diri dari
jerat masa Jahiliyyah. Kelahiran nabi Muhammad tentu memabwa dampak baik bagi
tradisi – tradisi arab disana, yang mana penghapusan tradisi tradisi buruk yang dulunya
merajalela sejak kemunculan nabi Muhammad terus digantikan dengan tradisi – tradisi
Islamm yang baik serta diridhai oleh Allah. Penghapusan tradisi buruk terdahulu tentu
bukan perkara yang mudah, tetapi dengan kegigihan nabi Muhammad serta ridha Allah
sedikit demi sedikit tradisi buruk terdahulu, diganti oleh tradisi arab yang baik.

B. Tradisi Jawa Sebelum Walisongo yang Diteruskan Menjadi Tradisi Islam

Islam datang ke Indonesia sebagai agama asing dikarenakan hampir


semua wilayah nusantara telah memiliki budaya dan agamanya sendiri.
Meskipun begitu, Islam membawa kepercayaan dan keberagamaan yang
memberi sensasi baru terhadap kehidupan beragama di Indonesia. Dahulu
Agama Islam termasuk agama misionaris, perkembangan dakwahnya mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat, sehingga memperoleh hasil yang gemilang.
Islam dan Jawa adalah entitas yang tidak dapat disamakan, tetapi pada saat yang
sama itu juga tidak dapat dihilangkan. Demikian kedua hal tersebut memiliki
hubungan yang erat.

Sebelum penyebaran Islam oleh Walisongo, masyarakat Jawa telah


memiliki tradisi dan adat yang dijalankan seperti upacara hari besar serta
pertunjukan kebudayaan. Namun, mereka masih belum menerapkan kaidah –
kaidah Islam dalam melakukannya. Kedatangan Walisongo kemudian,
mengkombinasikan tradisi Jawa dengan Tradisi Islam yang mana terjadi
percampuran dua tradisi, seperti pertunjukan wayang kulit yang disispkan
dengan cerita kenabian, serta tembang – tembang Jawa yang dimodifikasi untuk
mengajak masyarakat beribadah kepada Allah.

Pada dasarnya masyarakat Jawa ialah masyarakat yang religius, masyarakat

memiliki kesadaran untuk memeluk agama, selain itu mereka juga terus melestrarikan

tradisi meraka, hal itulah yang membuat Tradisi Jawa berubah menjadi Tradis Islam

diterima cukup baik bagi masyarakat Indonesia.

C. Moderasi Beragama dalam bidang aqidahP

Fenomena wasathiyah (moderat) sebagaimana dijelaskan sebelumnya mewarnai

ajaran aqidah, ajaran akhlak-tasawwuf dan ajaran syari‘ah, serta metodologinya

(manhaj) di dalam kehidupan. Beberapa contoh moderasi Islam dalam aspek aqidah ini

dapat dilihat dalam beberapa hal berikut ini:

1. Ketuhanan antara Atheisme dan Poletheisme

Islam ada di antara Atheisme yang mengingkari adanya Tuhan dan Poletheisme

yang memercayai adanya banyak Tuhan. Artinya, Islam mengambil faham Atheisme

dan tidak pula faham Poletheisme, melainkan faham Monotheisme, yakni faham yang

memercayai TuhanYang Esa.

2. Alam antara Kenyataan dan Khayalan

Islam yang memiliki watak moderat menempatkan dirinya di antara pandangan

yang tidak memercayai adanya wujud selain alam nyata dan pandangan bahwa alam ini

hanyalah sebuah khayalan yang tidak memiliki hakikat wujud yang sebenarnya. Bagi
Islam, alam ini merupakan sebuah hakikat yang tak diragukan, namun di balik itu, ada

hakikat lain yaitu Dzat Yang Menciptakan dan Mengaturnya

kedamaian, keamanan, dan ketertiban, termasuk dalam memfasilitasi terwujudnya

kerukunan umat beragama, menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian,

saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama bahkan menertibkan

rumah ibadah.

3. Sumber Kebenaran antara Akal dan Wahyu

Islam ada di antara kalangan yang memercayai akal sebagai satu-satunya sumber dan

alat untuk menemukan hakikat wujud, dan kalangan lain yang memandang bahwa

wahyu adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan hakikat wujud. Bagi Islam, akal

dan wahyu merupakan dua hal yang sama-sama memiliki peranan penting yang sifatnya

komplementer (saling mendukung antara satu sama lain). Kalau diibaratkan dengan

pengadilan, akal berfungsi sebagai syahid (saksi) sementara wahyu sebagai hakim, atau

sebaliknya, yakni akal sebagai hakim sementara wahyu sebagai syahid, sebagaimana

dikatakan al-Ghazali.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Tradisi Arab dan Tradisi Jawa sama – sama memerlukan waktu untuk menjadi

sebuah tradisi Islam. Islam dapat membaur dalam tradisi apapun. Kehadiran Nabi
Muhammad memberikan damapak yang besar terhadap perubahan tradisi Arab menjadi

tradisi Islam. Begitu pula dengan tradisi Jawa, para Walisongo memiliki peran penting

dalam mengubah tradisi Jawa dengan tradisi Islam untuk memeudahkan diterimanya

Islam di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Ahmad. 2 Juni 2018. Moderasi Islam Dalam Trilogi Islam. Pasuruan. Al Munjabi
Marzuki. Tradisi dan Budaya Masyarakat Jawa dalam Perspektif Islam.
Wargadinata, Wildana. Oktober 2003. Tradisi Arab di masa Nabi (dalam perspektifteori
change dan continuity). El Harakah

Anda mungkin juga menyukai