Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KESADARAN UNTUK TAAT HUKUM TUHAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK V

PUTRI DIANDRI V SAHIDA (D1B122024)

VIOLITA HERVARYANI (D1B122040)

KELAS: 1A

PRODI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2022
i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “KESADARAN

UNTUK TAAT HUKUM TUHAN”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala

saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah

ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 12 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................1

D. Manfaat............................................................................................2

BAB II PEMBAHSAN

A. Konsep Hukum Islam......................................................................3

B. Sumber Hukum Islam......................................................................4

C. Tujuan Hukum Islam.......................................................................7

D. Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum...............................9

E. Konstribusi Umat Islam Dalam Perumusan Hukum......................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................16

B. Saran.............................................................................................16

DAPUS.....................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia meskipun berbeda jenis, suku bangsa dan

ras, di hadapan Allah dan muka hakim semuanya sama. Sebagai orang

Islam yang taat, kita tidak hanya menerapkan syariat agama pada

kehidupan sehari-hari kita, tapi kita juga harus mengetahui, mencermati,

dan menerapkan agama di dalam lingkup hukum.

Dalam kesempatan ini, kami menulis makalah ini dengan alasan

agar para pembaca dapat mengenal lebih dalam apa itu hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menumbuh kembangkan kesadaran untuk taat hukum?

2. Bagaimana peran agama dalam perumusan dan penegakkan

hukum yang adil?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai

adalah:

1. Mengetahui bagaimana cara menumbuhkembangkan kesadaran

untuk taat pada hukum.


iv
2. Mengetahui pengertian dan maksud dari hukum Islam tersebut.

3. Mengidentifikasi hubungan antara hukum Allah serta fungsing

dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengidentifikasi peran agama dalam perumusan hukum.

5. Mempelajari cara agama mengajarkan keadilan dan fungsi profetik

agama dalam hukum.

D. Manfaat

1. Dapat menumbuhkembangkan kesadaran untuk taat pada

hukum.

2. Dapat mengetahui pengertian dan maksud dari hukum Islam

tersebut.

3. Dapat mengidentifikasi hubungan antara hukum Allah serta

fungsing dalam kehidupan sehari-hari.

4. Dapat mempelajari cara agama mengajarkan keadilan dan fungsi

profetik agama dalam hukum.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Hukum Dalam Islam

Hukum (peraturan/norma) yang mengatur perilaku manusia dalam

masyarakat adalah hal-hal, di antara aturan perilaku manusia dalam

masyarakat, adalah aturan atau norma yang merupakan kenyataan yang

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat serta aturan atau norma yang

kenyataan itu ada dalam suatu keadaan tertentu. cara dan ditegakkan oleh

penguasa.

Hukum Islam adalah hukum yang Allah buat untuk umatnya yang telah

memberikan Nabi, yaitu hukum yang berkaitan dengan keyakinan (aqidah) dan

hukum yang berkaitan dengan amaliyah (perbuatan).

Menurut hukum Islam, itu berarti ada batasan-batasan yang harus dihormati

dalam kehidupan. Karena tidak mungkin berpikir bahwa jika itu legal, siapa pun

akan melakukan apa saja, termasuk maksiat.

Hukum Islam dibagi ke dalam dua bagian :

 Bidang Ibadah (ibadah mahdah)

Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib dilakukan seorang

muslim dalam berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

 Bidang Mu’amalah ( ibadah ghairu mahdah )

3
Mu’amalah adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan

dengan kehidupan sosial manusia, yang sifatnya terbuka untuk dikembangkan

melalui ijtiad manusia yang memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu.

Dengan adanya hukum ibadah mahdah dan muamalah ini jika diamalakan

oleh manusia akan dapat terpelihara Agama, jiwa, dan akalnya.

B. Sumber Hukum Islam

Pembahasan tentang sumber hukum Islam, masalaam sesam (ushul)

yang paling penting karena semua hukum/syariat Islam dilepaskan dari

sumber tyumana. Oleh karena itu, dalam hal sukuk, sumber hukum Islam

harus berdasarkan ketentuan qath'i (tertentu), bukan pada keyakinan

spekulatif (dzanni). Ini adalah sumber hukum Islam:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan

malaikat Jibril kepada Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab

disertai kebenaran agar dijadikan hujjah(argumentasi) dalam hal

pengakuannya sebagai rasul dan agar dijadikan sebagai pedoman hukum

bagi seluruh ummat manusia, di samping merupakan amal ibadah bagi yang

membacanya. Sebagaimana dalam ayat 105 surat An-Nisa

4
Al-Qur'an diriwayatkan dalam bentuk tawatur (mutawatir), artinya banyak

orang meriwayatkannya dari generasi sahabat ke generasi berikutnya di

masyarakat. Oleh karena itu, tidak dapat dikatakan bahwa Al-Qur'an diucapkan

oleh seorang individu. Mereka yang merupakan musuh Al-Qur'an dan

membenci Islam sering mencoba untuk menantang keasliannya. Namun, fakta

sejarah dan bukti ilmiah telah membantah semua klaim yang dibuat. Al-Quran

adalah kalamullah, bukan ciptaan manusia, bukan koleksi Muhammad SAW

atau saduran dari kitab-kitab sebelumnya.

Al-Qur’an tetap menjadi mu’jizat sekaligus sebagai bukti keabadian dan

keabsahan risalah Islam sepanjang masa dan sebagai sumber segala sumber

hukum bagi setiap bentuk kehidupan manusia di dunia.

2. As-Sunnah

Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan /

persetujuan / diamnya) Rasulullah saw terhadap sesuatu hal/perbuatan

seorang shahabat yang diketahuinya. Sunnah merupakan sumber syariat

Islam yang nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur’an karena

sebenarnya Sunnah juga berasal dari wahyu. Berikut ini sebagaimana

yang terdapat pada surat Al-hasyr ayat 7

5
3. Al-Ijtihad

Al-Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga berdasar pada QS. 4 : 59

yang berisi perintah kepada orang-orang yang beriman agar patuh, taat

kepada ketentuan-ketentuan Rasul (sunah/hadits) serta taat mengikuti

ketentuan-ketentuan Ulil Amri (Ijtihad).Berikut ini potongan surat yang

menjelaskan tentang ijtihad.

6
Al-Ijtihad yaitu berusaha dengan keras untuk menetapkan hukum suatu

persoalan yang tidak ditegaskan secara langsung oleh Al-Qur’an dan atau

Hadits dengan cara istinbath (menggali kesesuaiannya pada Al- Qur’an dan

ataupun Hadits) oleh ulama-ulama yang ahli setelah wafatnya

Rasulullah.Ijtihad dapat dilakukan dengan menggunakan Ijma’, Qiyas, Istihsan,

Istishab, Mashalah Mursalah, ‘Urf (tradisi).

Syarat Mujtahid:

 Umum: Islam, baligh dan berakal

 Pokok: mengetahui al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan

qawaid al-fiqhiyah

 Penting: menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui

khilafiyah dan masalah-masalah yang sudah diijma’kan.

C. Tujuan Hukum Islam

1.) Menjaga agama (hifdz ad-din). Itu adalah Allah SWT yang

mengungkapkan agama wahyu melalui malaikat nabi Adam Bagaimana

Muhammad tumbuh untuk menginformasikan umat manusia. Pada pengiriman,

bagaimanapun, seharusnya tidak ada paksaan. Karena itu adalah hak asasi

manusia untuk memilih agama dan kepercayaan atau tidak.

2.) Menjaga jiwa (hifdz an-nafs). Hak untuk hidup dijamin dan dijamin dalam

Islam. Oleh karena itu, ada hukum qishos yang membunuh orang yang

membunuh orang lain jika keluarga tidak memaafkan dan membayar denda.

7
Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus mampu menyediakan pangan dan

sandang yang cukup untuk hidup secara bijaksana dan berkelanjutan.

3.) Menjaga akal (hifdz al aql). Hal yang membedakan manusia dengan

binatang adalah akalnya. Tanpa akal maka manusia sama saja dengan

binatang. Akal harus dijaga dengan sebaik-baiknya supaya tetap sehat dan

kuat. Akal yang sehat terletak pada jiwa sehat. Karena itu, hal-hal yang dapat

merusak dan menghilangkan akal wajib dihindari, seperti minuman keras,

narkoba, perjudian, dan lain-lain.

4.) Menjaga keturunan (hifdzan nasb). Salah satu kebahagian hidup

adalah manakalah memiliki keturuan dari hasil perkawinan legal / sah, baik

secara hukum agama maupun hukum negara, sehingga menjadi keturunan

yang indah dipandang mata (qurrota a’yun). Sebab ia akan menjadi generasi

penerus, dan yang akan mendoakan kedua orang tuanya setelah wafat.

5.) Menjaga harta (hifdzalmaal). Harta kita benar-benar milik Allah karena

hanya titipan. Namun, adalah tugas kita untuk tidak kehilangan atau

merusaknya, apalagi merusaknya. Sebenarnya, jika harta kita dirampok, lalu

kita bertarung dan mati, ini adalah syahid. Oleh karena itu kita perlu

memperhatikan dimana harta itu berada dan menggunakannya dengan baik

dan benar agar dapat bermanfaat bagi orang lain.

Tujuan hukum Islam Pada umumnya untuk mencegah malapetaka

bagi manusia dan memberi manfaat, sehingga mereka dapat mencapai

kebenaran kebahagiaan di dunia dan di akhirat, melalui segala sesuatu yang

bermanfaat dan menolak bumi yang bermanfaat atau yang tidak berguna bagi

kehidupan manusia.
8
D. Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum

Menurut ahli ushul fiqih, hukum Islam adalah ketentuan Allah yang

berkaitan dengan perbuatan yang mukallaf yang mengandung suatu tuntunan,

pilihan atau yang menjadikan sesuatu sebab, syarat, atau penghalang bagi

adanya sesuatu yang lain.

Menurut ahli fiqih, hukum syari’i (Islam) adalah akibat yang timbul dari

perbuatan orang yang mendapat beban Allah SWT., dan ini dibagi menjadi 2

bagian: Hukum taklifi, dan Hukum wad’i

a. Hukum Taklifi

Hukum Taklifi adalah ketentuan Allah yang mengandung ketentuan

untuk dikerjakan oleh mukallaf atau ditinggalkannya atau yang

mengandung pilihan antara dikerjakan dan ditinggalkan. Hukum Taklifi dibagi

menjadi 5 macam:

1) Ijab, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk dilakukan suatu

perbuatan dengan tuntutan pasti, disebut wajib.

2) Nadb, adalah ketetntuan Allah yang menuntut agar dilakukan suatu

perbuatan dengan tuntutan yang tidak harus dikerjakan. Sedangkan

kerjaan yang dikerjakan secara sukarela disebut sunah.

3) Tahrim, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk ditinggalkan

suatu perbuatan dengan tuntutan tegas. Perbuatan yang dituntut

untuk ditinggalkan disebut haram.

4) Karahah, adalah ketentuan untuk meninggalkan suatu perbuatan

dengan tidak tegas untuk ditinggalkannya, sedangkan perbuatan

yang dituntut untuk ditinggalkannya dusebut makruh


9
5) Ibahah, adalah ketentuan Allah yang mengandung hak pilihan orang

mukallaf antara mengerjakan dan meninggalkannya. Pekerjaan yang

diperkenankan untuk dikerjakan dan ditinggalkan disebut mubah

b. Hukum Wad’i

Hukum Wad’i adalah ktentuan Allah yang mengandung pengertian

bahwa terjadinya sesuatu itu sebab, syarat, atau penghalang sesuatu.

Misalnya:

 Sebab sesuatu, menjalankan sholat menjadi sebab kewajiban wudhu

 Syarat sesuatu, kesanggupan mengadakan perjalanan ke Baitullah

menjadi syarat wajibnya menunaikan haji

 Penghalang sesuatu, berbeda agama menjadi penghalang harta

pusaka-mempusakai.

Kesimpulannya, hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah

melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Qur’an dan dipertegas oleh

Nabi Muhammad melalui sunah-Nya yang kini terhimpun dengan baik dalam

hadist.

E. Konstribusi Umat Islam dalam Perumusan Hukum

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang bebeas dan merdeka,

karena inggin memperkuat kedudukan pribadinya untuk memenuhi keinginan

dan kegemarannya, mereka tidak sanggup menghadapi tantangan alam untuk

menyatukan diri dengan sodara sesama manusia dan menyatakan usahanya

dengan orang lain.Untuk mengatasi itu tidak ada cara lain.

Ada 3 program yang harus dicermati dan difahami, yaitu:

10
1. Terwujudnya masyrakat yang agamis, berperadaban luhur, berbasis

hati nurani yang diilhami dan disinari firman ajaran agama Allah.

2. Terhindarnya perilaku radikal , ekstrim, tidak toleran, dan eksklusif

dalam kehidupan beragama.

3. Terbinanaya masyarakat yang dapat menghayati, mengamalkan

ajaraj-ajaran agama dengan sebenarnya, mengutamakan persamaan,

menghargai HAM dan menghormati perbedaan melalui internalisasi

ajaran agama.

Aspek kehidupan sosial keadaanya selalu berubah-ubah mengikuti

perubahan waktu, tempat ,keadaan, maka syariat atau hukum yang

merupakan salah satu aspek sosial dengan sendirinya antara kehidupan sosial

dengan hukum mempunyai aspek yang saling mempengaruhi, maka kita

akan mendapatkan sebab perbedaan diantara berbagai hukum karena

perbedaan waktu dan tempat dan adanya bermacam-macam hukum

yang diwarnai oleh faktor kebangsaan dan faktor khusus dan sifatnya

tradisional.

Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional kita di Indonesia selama ini

dasarnya terbentuk atau dipengaruhi oleh tiga pilar subsistem hukum yaitu

sistem hukum barat, hukum adat dan sistem hukum Islam, yang masing-

masing menjadi sub-sistem hukum dalam sistem hukum Indonesia. Sistem

Hukum Barat merupakan warisan penjajah kolonial Belanda yang selama

350 tahun menjajah Indonesia. Penjajahan tersebut sangat berpengaruh

padasistem hukum nasional kita. Sementara Sistem Hukum


11
Adat bersendikan atas dasar-dasar alam pikiran bangsa Indonesia, dan

untuk dapat sadar akan sistem hukum adat orang harus menyelami dasar-

dasar alam pikiran yang hidup di dalam masyarakat Indonesia. Kemudian

sistem Hukum Islam, yang merupakan sistem hukum yang bersumber pada

kitab suci AIquran dan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad dengan

hadis/sunnah-Nya serta dikonkretkan oleh para mujtahid dengan ijtihadnya.

1. UUD 1945

Hukum Islam dalam bentuk peraturan khusus yang berlaku bagi umat

Islam misalnya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Pengadilan Agama dan keberadaan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang

penyebarluasannya dilakukan berdasarkan Inpres No. 1

Tahun 1991. Sedangkan Hukum Islam dalam hukum nasional yang

berlaku umum misalnya ada pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1960 tentang Pokok-Pokok Agraria khususnya yang mengatur tentang

perwakafan tanah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, dan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-undang yang berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan, UU

Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan Zakat,

dan UU Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa

undangundang lainnya yang langsung maupun tidak langsung memuat hukum

Islam seperti UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengakui

keberadaan Bank Syari’ah dengan prinsip syari’ahnya, atau UU NO. 3 Tahun

12
2006 tentang Peradilan Agama yang semakin memperluas kewenangannya,

dan UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Undang-undang Perkawinan

Dalam ikatan perkawinan sebagai salah satu bentuk perjanjian (suci)

antara seorang pria dengan seorang wanita, yang mempunyai segi-segi

perdata, berlaku beberapa asas, diantaranya adalah :

a. Kesukarelaan,

b. Persetujuan kedua belah pihak,

c. Kebebasan memilh,

d. Kemitraan suami-istri,

e. Untuk selama-lamanya,

f. Monogami terbuka.

3. Undang-undang Peradilan Agama

Peradilan adalah proses pemberian keadilan di suatu lembaga yang disebut

pengadilan. Pengadilan adalah lembaga atau badan yang bertugas

menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan setiap perkara yang

diajukan kepadanya. Peradilan Agama adalah proses pemberian keadilan

berdasarkan hukum agama Islam kepada orang- orang Islam yang

dilakukan di Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.

Untuk menegakkan hukum islam yang berlaku secara yuridis formal

dalam negara republik indonesia, pada tanggal 8 desember 1988 presiden

Republik Indonesia menyampaikan rancangan undang-undang peradilan


13
agama kepada dewan perwakilan rakyat untuk di bicarakan dan di setujui

sebagai undang-undang menggantikan semua peraturan perundang-

undangan tentang peradilan agama yang tidak sesuai lagi dengan undang-

undang dasar 1945 dan undang-undang tentang pokok- pokok kekuasaan

kehakiman 1970.

Pada hari kamis tanggal 14 desember 1989, rancangan undang- undang

peradilan agama itu di setujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat menjadi Undang-

Undang Republik Indonesia. Pada tanggal 29 desember 1989, oleh

presiden republik Indonesia dalam lembaran negara nomor 49 tahun 1989.

Pemeluk agama Islam yang telah menjadi bagian penduduk indonesia, dengan

undang-undang itu di beri kesempatan untuk menaati hukum Islam yang

menjadi bagian mutlak ajaran agamanya, sesuai dengan jiwa pasal 29

undang-undang dasar

1945 terutama ayat 2-nya. Undang-undang peradilan agama yang telah di

sahkan dan di undang-undang kan itu terdiri atas VII bab dan 108 pasal dengan

sistematika dan garis besar isinya sebagai berikut :

1. Bab 1 : memuat kententuan umum tentang pengertian, kedudukan, tempat

kedudukan dan pembinaan pengadilan dalam lingkungan peradilan agama.

2. Bab 2 : mengatur susunan pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama.

3. Bab 3 : mengatur kekuasaan pengadilan dalam lingkungan peradilan

agama.

4. Bab 4 : mengatur tentang hukum acara.

14
5. Bab 5 : menyebut ketentuan-ketentuan lain mengenai administrasi

pengadilan, pembagian tugas para hakim dan panitera dalam melaksanakan

tugas nya masing-masing.

6. Bab 6 : mengenai ketentuan peralihan.

7. Bab 7 : tentang ketentuan penutup.

Dengan disahkannya undang-undang peradilan agama ini,

perubahan penting dan mendasar telah terjadi dalam lingkungan peradilan

agama. Diantaranya sebagai berikut :

 Peradilan agama telah menjadi peradilan mandiri, kedudukannya benar-

benar telah sejajar dan sederajat dengan peradilan umum, peradilan militer,

dan peradilan tata usaha negara.

 Nama, susunan, wewenang (kekuasaan) dan hukum acaranya telah sama

dan seragam di seluruh indonesia. Terciptanya unifikasi hukum acara

peradilan agama itu akan memudahkan terwujudnya ketertiban dan

kepastian hukum yang berintikan keadilan dalam lingkungan peradilan

agama.

 Perlindungan terhadap wanita lebih di tingkatkan dengan jalan, antara

lain, memberikan hak yang sama kepada istri dalam berproses dan

membela kepentingannya di muka peradilan agama.

 Lebih memantapkan upaya penggalian berbagai asas dan kaidah

hukum islam sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan dan

pembinaan hukum nasional melalui yurisprudensi.

4. Undang-undang Pengelolaan Zakat

15
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggaI 23 September 1999

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 164, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3885).

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum Islam adalah hukum Allah, yang berkaitan dengan perbuatan

mukallaf, yang meliputi aturan, pilihan, sebab, perbuatan, atau ketetapan lain

yang berbobot bagimu.

Islam memenuhi hukum Syariah dan pemerintahan di antara umat Islam

lainnya Islam mendukung tujuan utama, yaitu distribusi masyarakat untuk

mendapatkan keuntungan dari semua tindakan yang dilakukan oleh individu.

B. Saran

1. Kami menyarankan agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang

makalah yang kami sajikan.

2. Kami menyarankan agar pembaca bisa menambah wawasan dengan

menerapkan ajaran Islam didalam lingkup hukum.

17
Daftar Pustaka

http://femimelinda.blogspot.com/2017/03/makalah-agama-islam-tentang-

hukum- islam.html

http://3x05.blogspot.com/2009/09/normal-0-false-false-false.html

file:///D:/Kuliah/Agama/Ecko%20File_%20Menumbuhkan%20Kesadaran%20Un

tuk%20Taat%20Terhadap%20Allah%20SWT.pd

http://parepai.blogspot.com/2014/10/materi-iii-konsep-hukum-dalam-islam.html

https://uliyasiwi.wordpress.com/2011/10/11/makalah-pendidikan-agama-islam/

18

Anda mungkin juga menyukai