Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TARIKH TASYRI

”Pengertian, Ruanglingkup dan tujuan”

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Rusdaya Basri, Lc,, M.Ag

Disusun Oleh:

Naharuddin SR (19.2100.026)
Aldiansyah (19.2100.047)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PARE-PARE 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami selaku kelompok 2 bisa menyelesaikan tugas makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Dr. Hj. Rusdaya Basri, Lc,, M.Ag pada mata kuliah Tarikh Tasyri. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tarikh Tasyri bagi pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami dari kelompok 1 mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Rusdaya
Basri, Lc,, M.Ag yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

PARE-PARE, 17-MARET-2021

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................3
1. pengertian tarikh tasyri.........................................................................................1
2. Ruang Lingkup Tarikh Tasyri..................................................................................4
3. macam-macam Tarikh Tasyri..............................................................................6
4. tujuan mempelajari tarikh tasyri...................................................................................

BAB III................................................................................................................................8
PENUTUP...........................................................................................................................8
A. Kesimpulan............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

       Syari'at Islam selama ini telah berjalan dari masa ke masa. Syariat islam cocok untuk
setiap generasi yang ada dan mampu berdialek dengan realitas kehidupan yang kompleks.
Prinsip–prinsip hukumnya telah mempengaruhi hukum dan perundang-undangan yang
hidup dan berkembang. Lebih dari itu syariat islam juga berfungsi untuk menjamin keadilan,
ketenangan, keharmonisan dan kemaslahatan hidup manusia dalam berbagai situasi dan
kondisi kapan dan dimana saja kehidupan manusia itu bergulir, bermetamorfosis,
berlangsung dan berada.
       Syari'at Islam dalam kenyataannya telah menunjukkan bukti dan dalil kebaikan serta
kemampuannya, bila diberi ruang dan kesempatan untuk berinteraksi dalam dunia rill.
Secara objektif bangsa-bangsa lain yang bergerak dengan aturan-aturan non muslim, telah
menyaksikan keluhuran dan kesempurnaan syari'at Islam. Syari'at Islam bersifat sangat
fleksibel terhadap problematika kehidupan manusia kontemporer sekalipun, yaitu untuk
mengatur masalah-masalah kemanusiaan dan memenuhi segala kebutuhannya meski adat
istiadatnya berbeda beda.
Teori hukum Islam telah mengenal berbagai sumber dan metode yang darinya dan
melaluinya hukum Islam itu diambil. Sumber-sumber yang darinya hukum diambil adalah al-
Qur’an dan  Sunnah Nabi. Sedangkan yang melaluinya hukum berasal adalah metode-
metode ijtihad dan interpretasi atau pencapaian sebuah consensus (ijma‘).
Untuk mengetahui kegunaan mempelajari sejarah hukum Islam, terlebih dahulu kita
mengetahui latar belakang munculnya suatu hukum baik yang didasarkan pada al-Qur’an
dan Sunah maupun tidak. Kalau tidak, maka akan melahirkan pemahaman hukum yang
cenderung ekstrim bahkan mengarah pada merasa benar sendiri. Oleh karena itu
memahami hukum Islam dengan mengetahui latar belakang pembentukan hukumnya
menjadi sangat penting agar tidak salah dalam memahami hukum Islam itu.
Dengan demikian mempelajari sejarah hukum Islam berarti melakukan langkah awal
dalam mengkonstruksikan pemikiran ulama klasik dan langkah-langkah ijtihadnya untuk di
implementasikan sehingga kemaslahatan manusia senantiasa terpelihara.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Dari Tarikh Tasyri’?


2. Apa saja Ruang Lingkup Dari Tarikh Tasyri’?
3. apa macam-macam tarikh tasyri ?
4. Apakah Tujuan Mempelajari Tarikh Tasyri’?

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami dan Mengerti Tentang Pengertian Dari Tarikh Tasyri’
2. Memahami dan Mengerti apa saja Ruang Lingkup Dari Tarikh Tasyri’
3. Memahami dan Mengerti macam-macam tarikh tasyri
4. Memahami dan Mengerti Tujuan Mempelajari Tarikh Tasri’
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Secara bahasa Tarikh artinya catatan tentang perhitungan tanggal, hari, bulan dan
tahun. Lebih populer dan sederhana diartikan sebagai sejarah atau riwayat. Menurut Prof.
Dr. Abdul Wahhab Khallaf yang dikutip oleh Wajidi Sayadi, tasyri' adalah pembentukan dan
penetapan perundang-undangan yang mengatur hukum perbuatan orang mukallaf dan hal-
hal yang terjadi tentang berbagai keputusan serta peristiwa yang terjadi dikalangan mereka.
Pengertian tasyri’ menurut istilah syara’ dan undang-undang adalah
pembuatan/pembentukan undang-undang untuk mengetahui hukum-hukum bagi
perbuatan orang dewasa, dan ketentuan-ketentuan hukum serta peristiwa yang terjadi
dikalangan mereka.
Tarikh al-Tasyri’ menurut Muhammad Ali al-sayis adalah “Ilmu yang membahas
keadaan hukum Islam pada masa kerasulan (Rasulullah SAW masih hidup) dan sesudahnya
dengan periodisasi munculnya hukum serta hal-hal yang berkaitan dengannya, (membahas)
keadaan fuqaha dan mujtahid dalam merumuskan hukum-hukum tersebut”. Tasyri’ adalah
bermakna legislation, enactment of law, artinya penetapan undang-undang dalam agama
Islam.
Dengan demikian, pada hakikatnya tarikh tasyri’ tumbuh dan berkembang di masa Nabi SAW
sendiri, karena Nabi SAW mempunyai wewenang untuk mentasyri’kan hukum dan berakhir dengan
wafatnya Nabi SAW. Dan dalam hal ini, nabi SAW berpegang kepada wahyu.
Para fuqaha, ahli-ahli fiqh, hanyalah menerapkan kaidah-kaidah kulliyah, kaidah-kaidah yang
umum meliputi keseluruhan, kepada masalah-masalah juz-iyah, kejadian-kejadian yang detail
dengan mengistinbathkan, mengambil hukum dari nash-nash syara’, atau ruhnya, di kala tidak
terdapat nash-nashnya yang jelas. Syariat memuat ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-
Nya, baik berupa larangan maupun berupa suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan
manusia1.
    Secara umum, kaidah-kaidah syari’at itu telah dikokohkan, ditegakkan asasnya dan disempurnakan
pokok-pokoknya pada zaman Nabi SAW. yang menjadi saksinya adalah firman Allah :

‫اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي و رضيت لكم اإلسالم دينا‬
“ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu 2.”  (Al-Maidah: 3) 
Nabi SAW bersabda:    “ Aku tinggalkan untukmu dua perkara, niscaya kamu tidak akan tersesat
selagi kamu berpegang pada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya.”     
Dari keterangan-keterangan di atas jelaslah bahwa Nabi SAW tidak akan meninggalkan
kehidupan ini kecuali setelah menyempurnakan pembangunan syari’at. Adapun hukum setelah
beliau wafat yang ditetapkan melalui hasil ijtihad para sahabat dan tabi’in, pada hakikatnya adalah
perluasan terhadap kaidah-kaidah universal dan penyesuaian terhadap peristiwa-peristiwa parsial
yang baru muncul, serta merupakan hasil pengambilan hukum-hukum dari nash yang dipahami
mereka (sahabat dan tabi’in), dan qiyas (analogi) terhadap nash dalam masalah yang tidak terdapat
dalam nash. Jadi, dengan demikian tidak ada sumber tasyri’ yang melebihi Al-Qur’an dan Sunnah
tingkat keuniversalannya, sekalipun sudah lama berlaku.  
Namun demikian banyak para fuqaha yang berbeda cara pandangnya dalam memahami
ruang lingkup dan rentang tarikh tasyri’. Ada beberapa pakar yang memahami tarikh tasyrik tidak
hanya berhenti pada era Rasul, melainkan proses sejarah penetapan hukum Islam sejak Rasul hingga
kini disebut sebagai fenomena tarikh tasyri’ dalam Islam.

B. Ruang Lingkup Tarikh Tasyri’


Secara umum ruang lingkup kajian tarikh tasyri’ hanya dibatasi pada keadaan perundang-undangan
Islam/syariatIslam dari zaman-ke zaman dimulai dari zaman Rasul hingga zaman masa kini yang
ditinjau dari sudut pertumbuhan perundang-undangan Islam. Sedangkan Fiqh adalah rumusan
konkret syariat Islam untuk diterapkan pada suatu kasus tertentu disuatu tempat dan disuatu masa.
Keduanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan 3.
Sementara itu menurut Kamil Musa dalam al-Madkhal ila Tarikhi al-Tasyri’ al-Islami
mengatakan bahwa ruang lingkup tarikh tasyri’ tidak hanya terbatas pada sejarah
pembentukan al-Qur’an dan al-Sunnah, melainkan juga mencakup pemikiran, gagasan, dan
ijtihad para ulama pada kurun waktu tertentu. Secara spesifik ruang lingkup kajian tarikh
tasyri’ islami itu adalah
sebagai berikut:
1. Ibadah
Bab ibadah khusus berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan.
Pembentukan hukumnya bersumber pada nash-nash syariat langsung, oleh karena itu
ketetapan hukum yang berhubungan dengan lapangan ibadah ini bersifat abadi, tidak
memerlukan perubahan dan sesuai dengan
segala zaman dan tempat.Hukum tersebut terkenal dengan hokum yang lima / khomsah 4
,hokum yang lima ini tidak hanya berhubungan dengan ibadah saja, tetapi dengan segala
aspek perbuatan manusia baik itu hablum minalloh ataupun hablum minannaas.
2. Hukum Keluarga
Lapangan pembahasan hukum  keluarga adalah lebih luas daripada lapangan munakahat,
karena membahas masalah pernikahan, warisan, wasiat dan wakaf.
3. Muamalat
Bab muamalat berisi tentang hak-hak manusia dalam hubungannya dengan satu sama lain.
4. Hukum Pidana
Hukum pidana ialah kumpulan aturan yang mengatur cara menjaga keselamatan hak dan
kepentingan masyarakatdari perbuatan-perbuatan yg tidak dibenarkan.
5. Hukum Kenegaraan/Siyasah Syar’iyyah
Siyasah syar’iyyah (politik Islam) ialah politik yang mengatur pemerintahan, teori-teori yg
menimbulkan suatu negara, syarat-syarat berdirinya suatu Negara serta keawajiban-
kewajibannya.
6. Hukum Internasional
Hukum ini ada dua, yaitu pertama hukum perdata internasional ialah kumpulan aturan-aturan yang
menerangkan hukum mana yang berlaku, dari dua hukum atau lebih, apabila ada dua unsur orang
asing dalam suatu persoalan hukum, seperti orang Indonesia hendak menikah dengan orang Jepang
dan perkawinan dilakukan di Amerika. Kedua hukum publik internasional, lapangan hukum ini
mengatur antara negara Islam dengan negara lain atau antara negara Islam dengan warga negara
lain, bukan dalam lapangan keperdataan.

C. Macam-macam Tasyri

Dari pengertian di atas dapatlah diketahui bahwa tasyri’ adalah suatu ilmu khusus yang
membicarakan tentang tata cara atau proses pembentukan hukum Islam. Dengan demikian tasyri’
akan menjelaskan bagaimana cara seorang ulama menetapkan suatu ketentuan hukum atau fiqh,
yang bersumber kepada nash atau syari’at, baik yang bersumber dari wahyu Allah maupun dari
penjelasan Rasulullah.

Pembentukan undang-undang Islam (tasyri’) ada dua sumber yakni:

1. Tasyri’ Samawi

Tasyri’ Samawi adalah kumpulan perintah, larangan, petunjuk dan kaidah-kaidah yang disyari’atkan
Allah kepada umat, melalui tangan rasul yang diutus dari bangsa mereka sendiri. Rasul mengajak
umat untuk mengamalkan semua itu dan menyampaikan apa yang dijanjikan Allah, yang terdiri dari
pahala bagi orang yang taat dan siksa bagi orang yang melakukan maksiat. Secara singkat tasyri’
samawi adalah hukum yang berasal dari ketetapan agama atau peraturan-peraturan yang
bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadits.

2. Tasyri’ Wadh’i

Tasyri’ Wadh’i adalah peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh para mujtahidin, baik mujtahidin
para sahabat, maupun mujtahidin para tabi’in atau tabi’ tabi’in dan seterusnya dengan jalan
mengistinbatkan dari nash Al-qur’an maupun al-Hadits dan mereka melaksanakan sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh hukum itu.

Sedangkan perbedaan dari kedua tasyri’ tersebut dapat dipandang dari berbagai segi, diantaranya :

1) Hukum samawi bermaksud membentuk seseorang seperti berakhlak baik, maka di


dalamnya dididik kesucian hati, ketinggian jiwa, ketanggapan perasaan,
menyebarluaskan kewajiban, dan memperhatikan kuatnya hubungan diantara
seseorang dengan saudaranya dan dengan penciptanya secara sempurna.

Berbeda dengan hukum wadh’i yang tidak memperhatikan itu kecuali apa yang wajib bagi seseorang
menurut pandangan manusia, walaupun menyalahi apa yang dikhususkan seseorang bagi jiwanya.

2) Hukum samawi memerintah dan menghendaki kebaikan melalui janji yang baik,
serta mencegah dari kemungkaran, dan macam-macam penyakit serta menjauhi itu
semua dengan ancaman yang menakutkan dan larangan keras.

Sedangkan undang-undang wadh’i, ia hanya memperhatikan, pertama-tama larangan berbuat


kejahatan demi menolak kerusakan dalam masyarakat.

3) Hukum samawi merupakan agama yang dianut, maka mengerjakannya merupakan


ketaatan dan diberi pahala karenanya, dan menyalahinya merupakan maksiat yang
diberi siksa.

Sedangkan hukum wadh’i, balasannya langsung di dunia dan bersifat materi, dilaksanakan oleh
penguasa badan eksekutif dan yudikatif.

4) Hukum samawi memperhitungkan amal perbuatan, baik lahir maupun batin dan
yang akan datang, yang merupakan wasilah pada yang lainnya.

Sedangkan hukum wadh’i tidak memperhitungkan itu, kecuali sebagian perbuatan lahir yang
mempunyai hubungan dengan yang lainnya.
5) Hukum samawi itu merupakan ciptaan Allah, ia meliputi semua perbuatan hamba-
hamba-Nya, baik yang nampak maupun yang tidak Nampak. Ia selalu abadi, adil dan
memenuhi apa yang mereka maksud, dari segi kemaslahatan yang Allah ajarkan
kepada mereka hingga habis waktu yang ditentukan untuk hukum itu.

Berbeda dengan hukum wadh’i, ia adalah hasil produk penguasa dalam masyarakat, dan tidak
diragukan lagi bahwa dalam penyusunannya dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, serta dalam
pengamalannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ‘urf (kebiasaan), adat dan lingkungan, serta
dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti waktu, tempat, dan cuaca.

D. Tujuan Mempelajari Tarikh Tasyri’


Fungsi dan signifikansi Tarikh Tasyri adalah bahwa dalam memahami hukum islam harus
mengetahui latar belakang munculnya suatu hukum islam harus mengetahui latar belakang
munculnya suatu hukum baik yang didasarkan pada Al-Quran maupun yang tidak. Tanpa
memahami ini akan melahirkan pemahaman hukum yang cenderung “ekstrem” bahkan
terkadang merasa benar sendiri. Hukum islam baik dalam arti fiqih, fatwa, atau ketetapan
adalah produk pemikiran ulama secara individu maupun kelompok.
Diantara tujuan mempelajari Tarikh Tasyri’ adalah sebagai berikut:
 Untuk mengetahui latar belakang munculnya suatu hukum atau sebab-sebab
ditetapkannya suatu hukum syari’at, dalam hal ini penetapan hukum atas suatu
masalah yang terjadi pada periode Rasulullah saw adalah tidak sama atau
memungkinkan adanya perbedaan dengan periode-periode setelahnya.
 Untuk mengetahui sejarah perkembangan hukum dari periode Rasulullah saw
sampai sekarang.
 Dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap hukum Islam.
 Agar membangkitkan dan menghidupkan kembali semangat umat islam dalam
mempelajari tarikh tasyri’.
 Agar kita mampu memahami perkembangan syari’at Islam.
 Agar kita tidak salah dalam memahami hukum Islam tersebut.
Dengan mempelajari tarikh tasyri kita melakukan langkah awal dalam
mengkonstruksi pemikiran ulama klasik dan langkah-langkah ijtihadnya untuk
ditransmisikan sehingga kemashlahatan manusia senantiasa terpelihara 5. Diharapkan,
melahirkan sikap toleran dan dapat mewariskan pemikiran ulama klasik dan langkah-
langkah ijtihadnya serta dapat mengembangkan gagasannya
Disamping itu ada urgensi dalam mempelajari tarikh tasyri’ antara lain 6:
 Mengetahui prinsip dan tujuan syari’at Islam
Melalui kajian tarikh tasyri’ kita dapat mengetahui prinsip dan tujuan syariat Islam. Dimana tujuan
dari syariat Islam adalah untuk menjaga harkat dan martabat seorang muslim dan sebagai pembeda
atau identitas seorang muslim dibandingkan dengan penganut agam yang lain
Prinsip syari’at Islam yang senantiasa mengedepankan unsure keadilan dan kasih saying
merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalah kehidupan dan manifestasi hukums Islam, dan
tentunya melalui pemahaman secara mendalam terhadap tarikh tasyri’ akan menumbulkan sikap
toleransi dan memandang setiap orang dengan pandangan yang sama karena memang yang peling
mulia disisi Allah Swt. Hanyalah yang dianugerahkan ketaqwaan dan menjadi keunggulan dari umat
lainnya.
 Pemahaman terhadap Islam yang komprehensif
Melalui kajian tarikh tasyri’ kita dapat mengetahui kesempurnaan dan syumuliyah
(integralitas) ajaran Islam terhadap seluruh aspek kehidupan yang tercermin dalam peradaban umat
yang agung terutama di masa kejayaannya. Bahwa penerapan syariat Islam berarti perhatian dan
kepedulian negara dan masyarakat terhadap pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, akhlaq,
aqidah, hubungan sosial, sangsi hukum, dan aspek-aspek lainnya. Dengan demikian adalah keliru jika
ada persepsi bahwa syariat Islam hanyalah berisi hukum pidana seperti qishash, rajam, dan
sejenisnya.
Islam bukan sekedar doktrin, bukan sekedar ibadah dan penghambaan, tapi Islam bersifat
holistic dan universal serta sesuai dengan perkembangan dan keadaan zaman. Jika saat ini masih ada
pemisahan dalam kajian hokum Islam dengan Negara misalkan, maka itulah yang disebut dengan
Liberal. Karenanya Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengatakan bahwa Islam adalah doktrin
ibadah, Islam adalah ekonomi, Islam adalah pedang dan Jihad, Islam adalah metode dan strategi
politik dan Islam yang menjamin kehidupan kesejahteraan masayarakt. Jika Islam hanya dipandang
dari satu sudut atau satu sisi tertentu maka dapat dikatakan bahwa ia masih mengkotak-kotakan
tentang pemahaman keislamannya karena Allah Swt. Memberikan perintah kepada ummatnya
untuk masuk kedalam agama ini secara kaaffah (totalitas) dan tidak setengah-setengah.
 Sebagai bentuk penghargaan atas jasa para ulama
Melalui kajian tarikh tasyri’ kita dapat menghargai usaha dan jasa para ulama, mulai dari
para sahabat Rasulullah saw hingga para imam dan murid-murid mereka dalam mengisi khazanah
ilmu dan peradaban kaum muslimin. Semua itu mereka ambil dari cahaya kenabian yang dibawa
oleh Rasulullah saw.
Para ulama terdahulu mencurahkan kehidupan mereka untuk perkembangan kelimuan
Islam, tidak hanya sebatas ilmu yang bersifat qauliyah akan tetapi juga ilmu kauniyah. Banyak kita
saksikan dalam literature sejarah, para tokoh muslim terfahulu tidak hanya ahli dalam bidang Al-
Qur’an dan Hadits, tapi ia juga seorang yang ahli filsafat, ahli kedokteran, ahli astronomi dan pula
ahli sejarah. Oleh krena itu dengan kita memahami tarikh tasyri’ adalah manifestasi kita terhadap
jasa dan peran penting mereka dalam mengembangkan hokum Islam dari waktu ke waktu agar Islam
disegani, tidak hanya sebagai agam yang menunjukan penundukan terhadap Allah Swt. Akan tetapi
sebagai solusi dalam setiap permasalahan yang terjadi, karena memang
Islam adalah agama masa depan.
 Menumbuhkan rasa bangga terhadap syaria’at Islam
Melalui kajian ini akan tumbuh dalam diri kita kebanggaan terhadap Syariat Islam, rasa
bangga itu muncul karena memahami bahwa syariat Islam adalah satu-satunya jalan yang akan
menyelamatkan umat manusia dari jurang kemurkaan Allah Swt. Serta syari’at Islamlah yang
menjadi standar baik dan buruk serta menjadi tolak ukur dalam setiap langkah dan pergerakan umat
Islam.
Serta yang tidak kalah penting pula nagaimana kita memberikan pemahaman dan
mewariskan sikap kebanggan akan syari’at Islam ini kepada generasi selanjutnya. Karena kita ketahui
bersama bahwa kalangan Yahudi dan Nashroni melalui propagandanya akan terus menerus
menyerang pemikiran serta membelokan pandangan generasi muda kepada pandangan yang
menyesatkan sehingga rapuhlah generasi pelanjut kejayaan Islam ini. Adalah sebauh keniscayaan
untuk tetap mewujudkan serta menanamkan kepada generasi muda bahwa syari’at Islam ini perlu
diwujudkan dengan mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil dan mulai dari saat ini.
 Menumbuhkan motivasi dan optimisme untuk mengembalikan kejayaan Islam.
Motivasi dan optimisme untuk kelangsungan syari’at bisa tegak dimuka bumi bukanlah
impian belaka dan bukan pula hanya sebuah wacana. Karena melalui pendalam kajian umat Islam
terhadap tarikh tasri’ ini akan menyulut api semangat bahwa Islam mengalami kejayaan yang
geilang, pernah melewati masa keemasan yang menjadi pusat dan tolak ukur dalam membangun
peradaban dan kebudayaan, dimana Islam dengan syari’atnya telah mebangun manusia-manusia
yang unggul dalam segala aspek kehidupan dan menjadin referensi utama dalam kajian keilmuan.
Optimisme akan kejayaan Islam dan syariat Islam menjadi payung dan landasan dalam setiap
memutuskan permasalah adalah sikap mulia yang perlu dan tetap ditanmakan dalam jiwa setiap
umat Islam. Karena keyakinan tersebut akan memulihkan Islam dari keterpurukan dan
menumbulkan ghiroh untuk melakukan yang terbaik dalam rangka tegaknya Syari’at Islam dimuka
bumi ini dalam satu kepemimpinan, dalam satu komando dalam dalam satu visi dan misi yang sama
dibawah naungan panji Al-Qur’an. Yang menjadikan Allah ‘Azza Wajalla sebagai
tujuan, Muhammad Saw. Sebagai suri teladan, Al-Qur’an sebagai Undang-undang, Jihad sebagai
jalan perjuangan dan Syahid sebagai cita-cita tertinggi.
 Melahirkan sikap toleran terhadap perbedaan diantara umat Islam
Sikap tasamuh atau toleransi terhadap perbedaan faham atau lebih tepatnya perbedaan
tatacara ibadah yang merupakan furu’iah bagi ummat Islam seharusnya tidaklah menjadikan konflik
yang akan mengakibatkan pecahnya semangat persatuan dan kesatuan umat Islam jika memahami
secara mendalam tentang tarkh tasyri’ ini. Karena telah dijelaskan diatas bahwa fiqih merupakan
produk ulama yang cenderung kepada kebenaran, artinya bukanlah kebenaran yang absolute tetapi
pula tidak salah.
Pemahaman terhadap tarikh tasyri’ akan melahirkan sikap toleran dan saling menghormati serta
saling menghargai terhadap perbedaan pendapat, perbendaan pemahaman dan pandangan selama
pemahaman tersebut berdasarkan pada Penafsiran Al-Qur’an dan Hadits yang benar dan luruS

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tarikh Tasyri’ secara terminologi berasal dari dua kata yaitu Tarikh yg berarti sejarah
(history) dan Tasyri yaitu penetapan Hukum syar’i. sedangkan secara estimologi atau istilah
adalah ilmu yang membahas tentang keadaan fiqih Islam pada masa kerasulan (Nabi
Muhammad SAW) dan masa-masa sesudahnya, dimana masa-masa itu dapat menolong
dalam pembentukan hukum, dan dapat menjelaskan hukum yang tiba-tiba datang, baik
terdiri dari nasakh, takhsis, dan sebagainya, maupun membahas tentang keadaan para
fuqaha dan mujtahidin serta hasil karya mereka dalam menyikapi hukum tersebut.
                 Ruang lingkup tarikh tasyri meliputi : 1. Ibadah, 2. Hukum Keluarga, 3.
Muamalah,  4. Jinayyat dan hudud, 5. Hukum Kenegaraaan, 6. Hukum Internasional.
Dari berbagai macam ruang lingkup yg begitu luas menjelaskan akan universalitas dari
syari’at islam itu sendiri. Sehingga sangat layak islam menjadi pedoman/panduan hidup bagi
seluruh manusia.
      Tujuan mempelajari tarikh tasyri adalah untuk mengetahui latar belakang terjadinya suatu
penetapan hukum. Tidak keliru dalam penetapan hukum syar’i, menumbuhkan semangat dalam
mempelajari ilmu tarikh tasyri dan terpenting ialah bagaimana kita mengetahui konsturksivisme
pemikiran ulama terdahulu dalam mneyusun dan menetapkan ijtihad. Urgensi dan Kegunaan
Mempelajari Tarikh Tasri’, yaitu: Mengetahui prinsip dan tujuan syari’at Islam, Pemahaman terhadap
Islam yang komprehensif, Sebagai bentuk penghargaan atas jasa para ulama,Menumbuhkan rasa
bangga terhadap syaria’at Islam, Menumbuhkan motivasi dan optimisme untuk mengembalikan
kejayaan Islam, dan Melahirkan sikap toleran terhadap perbedaan diantara umat Islam.

Daftar Pustaka
AlMahally,Jalaluddin, Assuyuthi,Jalaluddin,Tafsir jalalain, Semarang: Toha Putra
Khon,Majid ,Abdul. 2013. Ikhtisar Tarikh Tasyri’, Jakarta: AMZAH.
Usman,Mushlih. 1997. Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fathurrahman, Djamail, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997.
Hallag, Wael B,  Sejarah Teori Hukum Islam, Pengantar untuk Ushul Fiqh Mazhab Sunni,  Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2001.
Khaliel, Moenawwar,  - TARIKH TASYRI'     Sejarah perkembangan mazhab.htm
Mahjuddin, Ilmu Fiqih, Jember : P.T. GBI Pasuruan, 199.
fariabel.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-dan-ruang-lingkup-tarikh.html upload,Rabu 3
September 2015 . diakses Sabtu 3 September 2016 pkl. 20.50
hawariel-sundawy.blogspot .co.id/2014/03/makalah-tarikh-tasyri’.html diakses Sabtu 3 September
2016 pkl. 20.15
ilyas-atsary.blogspot.co.id/2015/12/makalah-tarikh-tasyri’-mata-kuliah-.html diakses 4 September
2015 pkl. 20.40

Anda mungkin juga menyukai