Anda di halaman 1dari 19

Definisi Syari’at, Fiqh, dan Permasalahannya

“Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulah Tarekh Tasyri’”

Disusun oleh
Alib Putra Pratama (2111110001)

Dosen pengampu

Dr. H. Suansar Khatib, SH, M.Ag

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU

2022

i
KATA PENGANTAR

Bersyukur Kita dengan mengucapkan Alhamdulillah atas kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas individu untuk mata kuliah

Tarekh Tasyri’ dengan judul : “Definisi Syari’at, Fiqh, dan Permasalahannya ”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan

banyak pihak yang dengan tulus memberikan bantuan , doa, saran dan kritik

sehingga makalah ini bisa sampai sejauh ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami

miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia

pendidikan.

Aamiin...

Bengkulu, 10 Maret 2022

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Definisi Tarekh Tasyri’ dan Ilmu Tarekh Tasyri’...................................... 4

B. Objek Tarekh Tasyri’ Islami ..................................................................... 6

C. Hukum Samawi dan Hukum Konvensional............................................... 7

D. Prinsip Prinsip Dasar Perundang Undangan Islam .................................... 9

E. Urgensi Mempelajari Tarikh Tasyri’ dan Fiqh Islam ................................. 12

F. Kebutuhan Masyarakat Terhadap Aturan yang Mengatur Perilakunya....... 13

G. Qanun ..................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 15

A. Kesimpulan .............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang Fiqh sangat kental hubungannya dengan Hukum Hukum

dalam Islam, oleh karena itu ketika kita membahas mengenai Fiqh dan Syari’at

dalam islam maka tak bisa dipungkiri jika kita juga akan mempelajari serta

memahami tentang Hukum Islam. Sangat banyak kajian ilmu yang harus dibahas

ketika mendalami Hukum Islam, tetapi sebelum kita memasuki lebih dalam

tentunya kita harus mengkaji terlebih dahulu suatu ilmu yang membahas

mengenai sejarah atau latar belakang munculnya suatu hukum islam, ilmu tersebut

yaitu TAREKH TASYRI’.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi tarekh tasyri’ dan definisi ilmu tarekh tasyri’ ?

2. Apa saja objek tarekh tasyri’ islami ?

3. Apa itu hukum samawi dan hukum konvensional ?

4. Bagaimana prinsip prinsip dasar perundang undangan islam ?

5. Apa urgensi mempelajari tarikh tasyri’ dan fikih islam ?

6. Bagaimana kebutuhan masyarakat terhadap aturan yang mengatur

perilakunya ?

7. Apa itu Qanun ?

1
C. Tujuan

1. Agar menjadi insan yang lebih mengerti syari’at.

2. Menjadi muslim yang paham tentang hukum hukum yang mengikatnya.

3. Paham akan ilmu tarikh tasyri’.

4. Agar mahasiswa HKI memiliki dasar yang kuat mengenai hukum islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Tarekh Tasyri’ dan Ilmu Tarekh Tasyri’

a. Tarekh Tasyri’

Pertama kita akan membahas mengenai Tarekh Tasyri’ kata Tarikh berasal dari

kata “ta’rikh” dengan kata kerja (FI’IL) arrakha yang berarti menentukan waktu

terjadinya sesuatu. Sementara itu kata Tasyri’ adalah bentuk masdhar dari kata

kerja “syarra’a” yang memiliki arti membuat syari’at. Kata ini digunakan oleh

penutur asli bahasa Arab untuk dua arti berikut:

1. Jalan yang lurus. Arti ini bisa kita lihat pada firman Allah SWT:

َ ْ َ‫ع ٰلى ش َِر ْيعَ ٍة مِن‬


َ‫اْل ْم ِر فَاتَّبِ ْع َها َو َْل تَتَّبِ ْع ا َ ْه َو ۤا َء الَّ ِذيْنَ َْل يَ ْعلَ ُم ْون‬ َ َ‫ث ُ َّم َجعَ ْل ٰنك‬
18. Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan)
dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan
orang-orang yang tidak mengetahui.( Q.S.Al Jatsiyah(45):18 )

2. Air mengalir yang bisa digunakan untuk minum. Hal ini merujuk pada

ucapan orang Arab: Syara’at al-libil yang artinya (unta itu tengah pergi

mencari tempat air). 1

1
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),

halaman : 1.

3
Kata Syari’at menurut terminologi Fuqaha’ juga dipakai untuk menjelaskan

tentang hukum hukum yang telah ditetapkan Allah kepada hambanya melalui

lisan seorang Rasul.

Jika berpandangan dari kedua pembahasan di atas maka dapat kita simpulkan

bahwasannya Syari’at merupakan suatu tuntunan ke arah yang lurus bagi seorang

hamba berupa ketetapan hukum yang berasal dari Allah SWT melalui lisan

Rasulnya agar seimbangnya hubungan manusia(dengan Allah dan dengan sesama

manusia). Pengertian ini bisa diperkuat dengan firman Allah SWT;

‫ص ْينَا ب ِ ٖ ْٓه ِاب ْٰر ِهيْم َ َو ُم ْوسٰ ى َو ِعي ٰ ْْٓسى اَ ْن‬ َّ ‫ي اَ ْو َح ْينَآْ ِا َليْكَ َو َما َو‬ ْ ْٓ ‫صى ب ِ ٖه نُ ْو ًحا َّوا َّل ِذ‬
ّٰ ‫الد ْي ِن َما َو‬ِ َ‫۞ ش ََرعَ َل ُك ْم مِن‬
‫ي ِا َل ْي ِه َم ْن‬ ۤ
ْ ْٓ ‫ي ِا َل ْي ِه َم ْن يَّشَا ُء َوي َ ْه ِد‬ ّٰ َ ‫الديْنَ َو َْل تَتَف ََّر ُق ْوا فِ ْي ِۗ ِه َكب َُر عَ َلى ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ َما ت َ ْدعُ ْو ُه ْم ِا َل ْي ِۗ ِه‬
ْ ْٓ ِ ‫ّللَا ُ ي َ ْجتَب‬ ِ ‫اَقِ ْي ُموا‬
ِۗ‫ب‬
ُ ‫يُّنِ ْي‬
13. diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa
yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu
berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk
mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang
Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
bagi orang yang kembali (kepada-Nya).( Q.S. Asy Syura(42):13 )2

Merujuk pada pengertian di atas, maka kata Tasyri’ mengandung arti

menetapkan syari’at, menjelaskan hukum, dan membuat undang undang.

Jadi Tarekh Tasyri’ adalah suatu pembahasan awal(sejarah)

dibentuknya/ditetapkannya suatu syari’at atau hukum.

2
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),

halaman : 2.

4
b. Ilmu Tarekh Tasyri’

Setelah mengetahui Definisi dari Tarekh Tasyri’, selanjutnya kita akan

membahas mengenai Definisi Ilmu Tarekh Tasyri’. Ilmu Tarekh Tasyri’

merupakan sebuah perluasan orientasi keilmuan islami dari pembelajaran Tarekh

Tasyri’, oleh karenanya DR. Rasyad Hasan Khalil berkesimpulan bahwa ilmu

tarekh tasyri’ merupakan “ilmu yang membahas tentang kondisi Fiqh islam pada

zaman Rasulullah SAW dan seterusnya dengan menentukan fase fase

perkembangan sumber sumber syari’at dan hukumnya, menjelaskan setiap

perubahan yang terjadi berupa naskh(amandemen), takhshih(pengkhususan), dan

tafri’(penjabaran)”.3

Menyimak dari definisi di atas maka Ilmu Tarekh Tasyri’ merupakan suatu

ilmu mengenai runtutan sejarah Fiqh dalam islam.

Jadi Perbedaan antara Tarekh Tasyri’ dengan Ilmu Tarekh Tasyri’ adalah pada

fokus kajian cabang keilmuan tersebut. Jika Tarekh Tasyri’ merupakan suatu

kajian yang berfokus pada sumber dari dibentuknya/ditetapkannya Hukum

Syari’at islam, maka Ilmu Tarekh Tasyri’ adalah sebuah cabang ilmu perluasan

dari Tarekh Tasyri’ yang membahas tetang kondisi Fiqh pada zaman Rasulullah

SAW dan seterusnya dengan cara menentukan tahap demi tahap perkembangan

sumber Syari’at dan hukumnya.

3
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),

halaman : 3&4.

5
B. Objek Tarekh Tasyri’ Islami

Setelah Mengetahui devinisi dan pengertian dari tarekh tasyri’ di atas maka

selanjutnya untuk memajukan dan menambah pengetahuan kita tentang cabang

ilmu ini maka kita selanjutnya akan membahas mengenai apa saja objek objek

dari Tarekh Tasyri’ islami. DR. Rasyad Hasan Khalil menyebutkan pada bukunya

beberapa objek dari tarekh tasyri’, sebagai berikut:

1. Al-Ahkam al-i’tiqadiyah(Hukum Hukum Teologis), yaitu semua hukum

yang berkaitan dengan akidah Islam seperti Tauhid kepada Allah, Kerasulan, para

Malaikat, Jin, Hari Akhir, Hari Mahsyar, Pembalasan, Surga dan Neraka. Semua

dibahas dalam kitab Tauhid dan Ilmu Kalam.

2. Al-Ahkam al-wijdaniyah(Hukum Hukum yang Berkaitan dengan Intuisi),

yaitu setiap yang berkaitan dengan masalah akhlak batin, perasaan jiwa seperti

zuhud, wara’, sabar, bijak, iffah, dermawan, dan lain sebagainya. Semua

pembahasan ini dijelaskan dalam kitab Akhlak dan Tasawuf.

3. Al-Ahkam al-‘amaliyah(hukum hukum yang berkaitan dengan amal

kebaikan), yaitu mengenai tiap tiap perbuatan indrawi/amali seorang hamba

seperti shalat, zakat, puasa, dan lain sebagainya. Semuanya dijelaskan secara

lengkap dalam kitab Fiqh,4

4
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),

halaman : 4.

6
Itulah tadi ketiga Objek Tarekh Tasyri’ Islami, dari pemahaman di atas kita

dapat mengetahui bahwasannya cakupan Tarekh Tasyri’ ini sangat lengkap yaitu

mencakup Ilmu Ketauhidan, Akhlak dan Tasawuf, serta tentunya Fiqh Islam.

C. Hukum Samawi dan Hukum Konvensional

Dari makna atau arti dari Syari’at secara umum pada halaman sebelumnya

maka Syari’at seperti itu bisa berupa syari’at samawi dan juga hukum

konvensional(wadh’i).

Nah oleh karena itu sekarang saatnya kita mengupas tentang apa sih itu hukum

Samawi dan hukum konvensional, beserta perbedaan diantara keduanya, yuk

sama sama kita simak makalah ini. Yang pertama yaitu hukum Samawi, menurut

buku yang dikarang oleh DR. Rasyad Hasan Khalil hukum Samawi adalah

“kompilasi perintah dan larangan yang mengatur kehidupan manusia di dunia dan

akhirat, syari’at ini diturunkan dari tangan Rasulnya untuk umat”. Sedangkan

hukum Konvensional merupakan “kompilasi kaidah dan aturan yang lengkap

berupa perintah dan larangan yang ditetapkan para pemimpin dalam satu umat

tertentu untuk mengatur hubungan antar sesama individu yang ada” 5. Inilah

pengertian hukum Samawi dan hukum Konvensional yang berlandaskan dengan

ucapan atau pembahasan dari DR. Rasyad Hasan Khalil.

5
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),

halaman : 18.

7
Dari pengertian di atas terlihat jelas perbedaan diantara keduanya yaitu, antara

lain:

1. Hukum Samawi berasal dari Allah SWT yang maha kuasa, maha pengasih

dan maha penyayang dan dibawa oleh Rasulullah SAW maka oleh karea itu taka

ada lagi keraguan atasnya karena Allah tahu betul apa apa saja yang dibutuhkan

oleh hambanya sehingga terbentuklah tuntunan ini demi kemaslahatan dan

kebahgian dunia akhirat. Sedangkan hukum Konvensional berasal dari manusia

yang penuh dengan keterbatasan dan kekurangan, oleh karena itu hukum ini

sangat bergantung pada faktor kecakapan, lingkungan, zaman, dan adat kebiasaan.

Oleh karena itu hukum ini banyak yang gagal mewujudkan kemaslahatan.

2. Karena syariat Islam mengatur hubungan antara Allah dan hamba Nya atas

dasar agama yang berlandaskan kepada pamrih ukhrawi dan perhitungan terhadap

amal-amal Zahir dan batin. Adapun undang undang konvensional tidak memiliki

semua itu, tidak ada perhitungan dan pamrih kecuali yang tampak saja dan

berhubungan dengan orang lain. Jadi, tidak ada filter yang terkait dengan hati dan

nurani.

3. Syariat langit memerintahkan yang baik dan mencegah yang mungkar. Adapun

undang-undang konvensional hanya mengatasi masalah kerusakan (akibat negatif)

dan andaikan ada kebaikan, itu hanya konsekuensi logis. 6

6
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),
halaman :18

8
Oleh karena itu, balasannya hanya bersifat duniawi yang dilaksanakan oleh para

penguasa. Sedangkan syariat samawi, taat dan patuh dinilai sebagai ibadah,

mendapat pahala dan mendapat kebaikan duniawi, serta jika melanggarnya

dianggap maksiat dan mendapat dosa.

4. Undang-undang konvensional terkadang melegalkan yang haram dengan alasan

manfaat manusia. Sedangkan syariat langit tidak seperti itu karena Allah Maha
7
Mengetahui dengan semua kebaikan walaupun manusia tidak mengetahuinya.

D. Prinsip Prinsip Dasar Perundang Undangan Islam

Hukum perundang undangan dalam islam sudah sangat lengkap, hal ini tak

dapat dipungkiri karena landasan hukum islam adalah Firman Allah SWT dan

Hadist Rasulullah SAW, selain itu hukum perundang undangan dalam islam ini

juga mengatur segala jenis hubungan dalam setiap aspek karena pembahasannya

sangat luas, dari hubungan antara manusia sampai hubungan dengan benda mati

sekalipun, serta masih banyak dan lebih luas lagi.

Segala asas dan prinsip prinsip dasar ini dapat disimpulkan dalam beberapa

poin sebagai berikut:

1. Memperhatikan Kemaslahatan Orang Banyak

Tujuan syari’at islam adalah mewujudkan kemaslahatan individu dan

masyarakat dalam dua sisi kehidupan yaitu dunia dan akhirat. 8

7
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),
halaman :19

9
Yang dapat kita ketahui dari pembahasan kali ini yaitu cara islam menetapkan

suatu syariat(hukum) yang tidak sama dengan syari’at(hukum) yang lainnya

sesuai dengan perubahan maslahat yang ada.

Misalnya jika sebuah hukum menjelaskan tentang satu kemaslahtan yang tetap,

tidak berubah maka ia termasuk hukum yang tetap dan wajib diamalkan dalam

setiap zaman dan waktu.

Namun, jika hukum menjelaskan tentang maslahat yang sudah tetap tetapi bisa

berubah sejalan dengan perubahan zaman dan waktu maka syariat akan

menetapkan suatu aturan atau kaidah dasar sehingga syariat bisa sesuai dengan

perubahan dan perkembangan manusia. Hal ini dapat saling berkait sebab

kebiasaan adalah bukti dari sebuah keperluan dan bisa melahirkan sebuah

kemaslahatan.

2. Mewujudkan keadilan sosial

Yang menjadikan syari’at islam ini istimewah salah satunya ialah memiliki

corak yang generalistik, datang untuk semua manusia agar menyatukan urusan

dalam ruang lingkup kebenaran dan memadukan dalam kebaikan. 9

Dari sini dapat sama sama kita pahami bahwa suatu keadilan sosial dalam

islam merupakan dasar penting dari tegaknya syari’at. Hal ini dipertegas dengan

firman Allah SWT:

8
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),
halaman :22

9
Ibid.hal 25

10
‫ئ ذِى ْالقُ ْر ٰبى َويَ ْنهٰ ى َع ِن ْالفَ ْحش َۤاءِ َو ْال ُم ْنك َِر َو ْال َب ْغي ِ يَ ِعظُكُ ْم لَعَلَّكُ ْم‬
ِ ‫ان َواِ ْيت َۤا‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫ّللَا يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَدْ ِل َو‬
َ ‫اْل ْح‬ َ ّٰ ‫۞ ا َِّن‬
َ‫تَذَ َّك ُر ْون‬
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran. (QS. An Nahl:90)

Keterpautan syari’at islam dengan sifat berkeadilan menjadikannya sebagai

aturan yang umum dan sempurna, setiap hukum yang disyariatkan Allah tegak di

atas dasar keadilan.

3. Tidak Memberatkan dan Mengurangi Beban

Yang dimaksud dengan tidak memberatkan ialah menghilangkan kesusahan

yang tidak mungkin kita akan tetap konsisten dalam ketaatan ketika ia masih ada.

Maka oleh karena itu syari’at datang masih dalam batas kemampuan seorang

hamba, dan ini tidak bertentangan dengan tabiat serta persepsi manusia, sebab

semua pekerjaan dalam hidup ini pasti ada masyaqqah (beban).

Syaria’t islam sangat memperhatikan prinsip ini ketika memberikan perintah

kepada seorang mukallaf dan hal ini dapat dilihat dalam banyak kejadian yang

berbeda beda untuk menunjukkan hal itu.

Contohnya yaitu Allah membolehkan musafir untuk berbuka puasa pada bulan

Ramadhan dan menggantinya setelah sampai, serta kepada orang yang sedang

sakit tidak diwajibkan puasa hingga ia menggantinya setelah sembuh. Yang

disebutkan tadi itu bisa terjadi karena Allah SWT berfirman: 10

10
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),
halaman :28

11
‫سا ا َِّْل ُو ْسع َ َها‬
ً ‫ّللَا ُ نَ ْف‬
ّٰ ‫ِف‬ُ ‫َْل يُكَل‬
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”(QS. Al Baqarah:286)

Jadi yang mesti harus kita sadari bahwa semua ibadah yang Allah wajibkan

kepada kita itu sangatlah sedikit dan mudah dilaksanakan, serta hal hal yang ia

haramkan pun juga terbatas dan telah dijelaskan dengan nash. Hal ini yang

harusnya semakin memperkuat keimanan kita kepada Allah serta semakin ridha

lagi dalam menjalankan ibadah.

E. Urgensi Mempelajari Tarikh Tasyri’ dan Fiqh Islam

Secara garis besar, dilihat dari sisi manfaat dan kegunaan, mempelajari Tarikh

Tasyri dapat berkontribusi dalam beberapa hal, yaitu: Mengetahui latar belakang

pembentukan Hukum islam itu penting agar kita tidak keliru dalam memahami

hukum tersebut, selain itu mempelajari perkembangan fikih atau fatwa berarti

mempelajari pemikiran ulama yang telah melakukan ijtihad dengan segala

kemampuan yang dimilikinya. 11

Mempelajari sejarah hukum Islam juga dapat melahirkan sikap toleran, dan

dapat mewarisi pemikiran ulama klasik dan langkah-langkah ijtihadnya dan

mengembangkan gagasannya. Dengan mempelajari Tarikh Tasyri, penuntut ilmu

juga diajak mempelajari sejarah perkembangan mazhab-mazhab fikih Islam,

karena kajian Tarikh Tasyri juga berkembang mencakup pemikiran, gagasan, dan

ijtihad ulama pada kurun waktu tertentu.

11
Al- Qaththan, Manna’ Khalil, Tarikh tasyri' : sejarah legislasi hukum islam, (Jawa Timur : Ummul Qura, 2018), abstrak

12
F. Kebutuhan Masyarakat Terhadap Aturan yang Mengatur Perilakunya

Manusia makhluk yang Allah ciptakan dengan adanya akal dan hawa nafsu, hal

ini yang kerap kali menjadi bentrokkan di dalam diri seorang manusia, apakah dia

dapat melakukan sesuatu dengan akal sehatnya dan menekan hawa nafsunya, atau

ia menngunakan hawa nafsu dan tidak memakai akal sehat dalam perbuatan nya,

jika hal ini terjadi maka bisa dipastikan manusia itu akan saling berebut, saling

meninggikan ego masing masing dan lebih parahnya lagi bisa sampai

menghilangkan nyawa orang lain. Jika kehidupan seperti ini tidak diatur dengan

sebuah peraturan atau undang undang yang adil, serta keadilan tidak ditegakkan

niscaya hal ini dapat menjadi bencana dan malapetaka bagi semua makhluk.

Sebab itulah harus ada satu konsep hukum yang mengatur komunitas insani ini,

mengarahkan jalan hidup mereka agar mendapatkan keamanan, terhindar dari

konflik, mencegah keserakahan hawa nafsu, serta dapat menunjukkan kunci kunci

kebaikan. 12

Namun berhubung manusia diciptakan dalam keadaan serba terbatas, baik itu

dari tingkat pemahaman maupun kemampuan maka ketika ia diminta untuk

membuat sebuah aturan atau undang undang pastilah apa yang ia buat itu tidaklah

sempurna atau membuat suatu produk peraturan yang sesuai, namun justru serba

terbatas, sama dengan keterbatasan manusia itu sendiri.

12
DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam, (Jakarta : AMZAH, 2018),
halaman : 12&13

13
Oleh karena itu, menjadi suatu keniscayaan agar yang membuat aturan hidup

manusia adalah yang maha pencipta, yang telah menciptakan manusia, serta dunia

dan isinya, sebab hanya Allah lah yang maha tau setiap potensi yang ada seperti

kebaikan, keburukan, nafsu, pikiran, dan reaksi hambanya, karena apa yang baik

dan buruk untuk hambanya ia tau. Maka dari itu Allah menurunkan Firmannya

yang berupa ayat ayat yang berisi syari’at kepada perantar nabi untuk disebarkan

kepada umatnya.

G. Qanun

Pengertian qanun sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikenal dengan

nama Kanun, yang artinya adalah: undang-undang, peraturan, kitab undang-

undang, hukum dan kaidah. Adapun pengertian Qanun menurut kamus Bahasa

Arab adalah: undang-undang, kebiasaan atau adat. Jadi dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari Qanun adalah suatu peraturan perundang-undangan atau aturan

hukum yang berlaku di suatu daerah.

Oleh karena itu pengertia Qanun tidaklah sama dengan perda, karena isi dari

Qanun haruslah berlandaskan pada asas keislaman atau tidak boleh bertentangan

dengan syari‟at Islam. Tetapi dalam hal hirarki hukum di Indonesia, sesuai

dengan ketentuan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, kedudukan Qanun dipersamakan dengan Perda di daerah

lainnya.13

13
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), Bab qanun

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tarekh Tasyri’ adalah suatu pembahasan awal(sejarah)

dibentuknya/ditetapkannya suatu syari’at atau hukum. Sedangkan ilmu tarekh

tasyri’ adalah suatu ilmu mengenai runtutan sejarah Fiqh dalam islam. Jadi

Perbedaan antara Tarekh Tasyri’ dengan Ilmu Tarekh Tasyri’ adalah pada fokus

kajian cabang keilmuan tersebut. objek dari tarekh tasyri’ yaitu: Al-Ahkam al-

i’tiqadiyah(Hukum Hukum Teologis), Al-Ahkam al-wijdaniyah(Hukum Hukum

yang Berkaitan dengan Intuisi), Al-Ahkam al-‘amaliyah(hukum hukum yang

berkaitan dengan amal kebaikan). Hukum Samawi adalah “kompilasi perintah dan

larangan yang mengatur kehidupan manusia di dunia dan akhirat, syari’at ini

diturunkan dari tangan Rasulnya untuk umat”. Sedangkan hukum Konvensional

merupakan “kompilasi kaidah dan aturan yang lengkap berupa perintah dan

larangan yang ditetapkan para pemimpin dalam satu umat tertentu untuk mengatur

hubungan antar sesama individu yang ada”. Prinsip dasar perundang undangan

islam yaitu: Memperhatikan Kemaslahatan Orang Banyak, Mewujudkan keadilan

sosial, Tidak Memberatkan dan Mengurangi Beban. Urgensi mempelajari ilmu ini

yaitu dapat meningkatkan rasa toleransi dan dapat berpikir cerdas. Manusia

membutuhkan syari’at atau hukum yang mengikatnya agar hidupnya teratur dan

tidak selalu mengedepankan hawa nafsu. Qanun adalah Undang undang yang

berlaku di suatu daerah.

15
DAFTAR PUSTAKA

 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,


(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman : 1.
 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,
(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman : 2.
 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,
(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman : 3&4.
 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,
(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman : 18.
 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,
(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman :19
 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,
(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman :22
 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,
(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman :25
 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,
(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman :28
 Al- Qaththan, Manna’ Khalil, Tarikh tasyri' : sejarah legislasi hukum
islam, (Jawa Timur : Ummul Qura, 2018), abstrak

 DR. Rasyad Husen Khalil , Tarikh Tasyri:sejarah legislasi hukum islam,


(Jakarta : AMZAH, 2018), halaman : 12&13
 Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2000), Bab qanun

16

Anda mungkin juga menyukai