Anda di halaman 1dari 10

Peradilan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Di Susun Oleh :

Olgi Norman Ilhami (2111110018)

A. Pendahuluan

Peradilan di pandang suci oleh semua bangsa dalam berbagai tingkat kemajuannya karena
dengan menegakkan keadilan. Berarti memerintahkan kebaikan dan mencegah bahaya
kedzaliman, mengusahahkan ishlah (persoalan) di antara manusia dan menyelamatkan sebagian
mereka dari kewenang-wenangan dari sebagian yang lain-lain. Dengan demikian peradilan,
merupakan sesuatu yang sangat di butuhkan untuk dapat meindungi kepentingan orang-orang
yang merasa di rugikan dan untuk menghidari timbulnya kekacauan-kekacauan di tengah-tengah
masyarakat.

Bedasarkan catatan sejarah, sebenarnya peradilan itu sudah dikenal jauh sebelum datang
nya agama islam namun dalam hal ini pemakalah akan mencoba menulis peradilan di masa
khulafaur rasyidin. Para sahabat telah sepakat untuk menegakkan keadilan peradilan itu adalah
kewajiban yang ditetapkan oleh sunnah yang harus diikuti. Sedang rasullulah sendiri telah
melaksanakannya di dalam kehidupannya beliau. Sepeninggal beliau, sahabat bersama tabi’in
juga melaksanakannya karena kehidupan sosial yang memerlukannya.

Pembahasan
Peradilan islam masa khulafaur rasyidin
Setelah kematian atau meninggal nya nabi muhammad SAW, para sahabat sebagai estafet
penerus pertama ajaran agama islam dan misi dakwah nabi muhammad saw. Berita
meninggalnya nabi muhammad SAW merupakan peristiwa yang mengejutkan bagi para sahabat
dan tabi’in. Para sahabat telah memilih dengan penggantinya sebagai penerus dan pelanjut
dakwah rasul. Pertama abu bakar ash siddiq sebagai kalifah pertama yang menggantikan nabi
lalu digantikan lagi oleh umar bin khattab lalu di gantikan dan diteruskan oleh utsman bin affan
dan terakhir di gantikan oleh ali bin abi thalib.
1) Peradilan pada masa abu bakar ash siddiq
Pada zaman abu bakar ash siddiq, keadaan ummat islam tidak jauh berbeda semasa
rasullulah SAW masih hidup dan dampak nya tidak jauh berbeda dengan perkembangan yang
ada pada saat nabi muhammad SAW masih hidup, terkusus di dalam ranah peradilan. Keadaan
peradilan di masa abu bakar ash siddiq relatif sama dengan peradilan islam yang ada pada saat
nabi muhammad SAW serta tidak memiliki banyak perubahan perubahan yang terjadi. Abu
bakar adalah ahli hukum yang tinggi mutunya, ia memerintah di tahun 662 M sampai 632 M,
sebelum masuk nya islam, ia terkenal sebagai orang yang jujur dan disegani semua orang dan
abu bakar ini ikut aktif dalam menyebarkan dan meluaskan seluruh ajaran agama islam.
Pada saat pemerintahan zaman abu bakar ini ia tidak terfokus dan tidak ada dampak perubahan
di dalam peradilan melaikan abu bakar ash siddiq ini sibuk untuk memerangi kaum muslimin
yang murtad keluar dari ajaran agama islam ketika sesudah wafatnya nabi muhamad SAW
serta urusan urusan pemerintahan dan politik-politik lainyya sehingga pada saat zaman
pemerintahan beliau ini tidak ada perubahan di dalam ranah peradilan.
Dalam persoalan peradilan ini, abu bakar ash siddiq ini banyak mengikuti jejak nabi
muhammad SAW. Yakni ia dengan sendirinya memberi keputusan hukum islam di antara
umat islam di madinah pada saat itu. Adapun sumber hukum pada saat pemerintahan abu bakar
ini Al-Qur’an dan as sunnah serta ijtihad kajian dan musyawarah para sahabat-sahabat. Dapat
juga di katakan ada 3 istilah kekuasaan pada saat pemerintahan abu bakar ini ialah pertama,
Quwwat al-syari’ah (legislatif), kedua Quwwat al-qadhaiyyah (yudikatif), ketiga, Quwwat
al-tanfidziyyah (eksekutif).
Dalam suatu riwayat mengatakan bahwa urusan peradilan di zaman pemerintahan di khilafah
abu bakar ini di serahkan kepada umar bin khattab kurang lebih 2 setengah tahun
Namun selama itu hanya terdapat dua orang yang berselisih dan mengadukan
permasalahannya kepada ummar bin khatab dan juga tidak adanya permasalahan yang perlu
dibawa dan dihadapkan di dalam muka pengadilan karena umar ini dikenal sebagai orang yang
tegas dan adil dalam menetapkan suatu permasalahan dan juga karena umat islam pada saat
itu sangat bersifat toleran terhadapa sesama umat islam sehingga hal ini memudahkan umar
dalam memutuskan dan menyelesaikan permasalahan sehingga dalam hal ini sejarah
mengatakan dan menobatkan orang yang pertama kali menjadi seorang qodhi pada awal
pemerintahan khulafaur rasyidin ini ialah umar bin khatab. 1
Pada saat pemerintahan abu bakar ini abu bakar ketika ia mendapatkan suatu pengaduan
kepadanya ia memerhatikan kandungan di dalam Al-Qur’an jika terdapat di dalam Al-Qu’an
solusi hukum di dalam permasalahan yang timbul itu, abu bakar ini pun lansung
mengukukuhkan perkara dan persoalan yang timbul ini dengan isi sesuai yang ada pada
dalam Al-Qur’an ini, dan jika tidak ada di dalam Al-Qur’an maka abu bakar ini menetapkan
suatu keputusan sesuai dengan sunnah yang ia ketahui dan berlaku sesuai dengan persoalan
yang terjadi. Dan apabila beliau tidak menemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan
maka abu bakar lansung menanyakan hal itu kepada para sahabat dan ahli ilmu abu bakar
berkata “Saya menghadapi suatu perkara dan masalah, maka apakah tuan-tuan mengetahui
hukum rasul yang sesusai dengan perkara itu?”. Maka setelah itu barulah para sahabat-
sahabat memberikan dan membantu abu bakar dalam memberi solusi dalam menghadapi
suatu permasalahan tersebut dengan menyebutkan suatu hukum yang di buat nabi sebagai
solusi bagi suatu permasalah yang terjadi. Dan jika tidak ada juga yang mengetahui hukum
nabi muhammad atas persoalan tersebut maka abu bakar memilih untuk mendengarkan
rembukkan dan putusan-putusan para sahabat dan jika mereka semua sama dalam
berpendapat maka itulah yang di ambil dalam menetapkan solusi bagi sebuah permasalahan
maka abu bakar ash siddiq berpegang teguh dengan pendapat para sahabat.

Ringkasnya, langkah abu bakar ash siddiq dalam istinbath al-ahkam adalah
sebagai berikut.
 Mencari ketentuan hukum di dalam Al-Qur’an dan jika ada maka ia akan
memustuskan suatu hukum sesuai dengan yang ada di dalam Al-Qur’an
 Apabila ia tidak menemukan ketetuan hukum di dalam alqur’an maka ia akan
mencari di dalam sunnah-sunnah nabi muhammad sebagai opsi kedua
 Apabila ia tidak menemukan ketentuan hukum di dalam sunnah maka ia akan
bertanya kepada sahabat lain untuk mengetahui bahwa adakah sunnah nabi untuk
menyelesaikan perkara tersebut

1 Prof.Dr. allaiddin koto, M.A, SEJARAH PERADILAN ISLAM, Raja Grapindo, Jakarta.
 Apabila tidak menemukan di dalam sunnah maka ia akan mengumpulkan pendapat
para sahabat sehingga tercipta la suatu ijma yang telah disepakati oleh para sahabat.

2) Peradilan Pada Masa Ummar Bin Khattab


Setelah abu bakar meninggal dunia, ummar menggantikan posisi abu bakar
sebagai khalifah e-2 setelah abu bakar ash siddiq. Pemerintahan zaman umar ini berkisar dari
tahun 634 M sampai 644 M. pada masa pemerintahan umar ini wilayah perluasan semakin
luas dan semakin bertambah banyak. Oleh karena kemajuan yang tercapai maka dengan itu
bangkitlah para qadhi atau hakim untuk menangani suatu perkara yang terjadi di kalangan
masyarakat. satu hal yang perlu juga di catat tentang kebijakan ummar dalam meneruskan
usahah pendahulunya ialah,
 Ummar turut aktif menyiarkan agama islam. Ia melanjutkan perjuangan abu bakar
meluaskan daerah islam sampai ke palestina, syria, irak, dan persia di sebelah utara
serta mesir di barat daya.
 Menetapkan tahun islam yang terkenal dengan tahun hijriah bedasarkan peredaran
bulan (Qomariyyah), dibandingkan dengan tahun masehi (Miladiyyah) yang di
dasarkan pada peredaran matahari.
 Sikap tolerannya terhadapan pemeluk agama lain

Di masa pemerintahan umar, urusan peradilan merupakan bagian dari kekuasaan


ummar. Maka di antara wewenang dari pada penguasa adalah menentukan qadhi terhadap
sebagian urusan peradilan yang harus ditanganinya, membatasi wewenang tersebut. Karena
itu ummar sebagai seorang penguasa, umar mengangkat pejabat-pejabat qadhi pada saat itu
dengan membatasi wewenang mereka, khusus tentang penyelesaian sengketa harta benda
(urusan perdata), tetapi perkara jinayah (pidana) yang menyangkut hukum qishas dan had,
maka ini di tangani khalifah dan penguasa daerah.

Bedasarkan uraian di atas, maka dapat kita pahami bahwa pada masa pemerintahan
ummar bin khatab telah diadakan pemisahan tugas antara kekuasaan pemerintahaan dan
kekuasaan peradilan. Namun peradilan pada masa itu masih dibatasi wewenangnya pada
masalah hukum perdata saja.

Adapun pengangkatan qadhi dalam masa umar bin khatab, yaitu qadhi daerah
mulanya di tunjuk oleh khalifah sendiri. Khalifah yang mengutus dari pusat pemerintahan ke
suatu daerah. Tetapi apabila khalifah tidak menetapkan dan mengutus seorang yang telah
ditetapkan untuk seorang daerah, maka khalifah menginstruksikan kepada gubernurnya
mengangkat qadhi menurut pilihannya sendiri. Sudah barang tentu bahwa pengangkatan qadhi
ini dilakukan oleh para gubernur itu atas nama khalifah. Oleh karena itu, khalifah dapat
menyetujui pengangkatan itu atau membatalkannya serta memecatnya karena khalifah adalah
pemegang kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara.
para hakim pada masa umar bin khatab dalam hal peradilan, mereka para hakim itu
memustuskan perkara dengan merujuk kepada ayat di dalam al-Qur’an. Jika mereka tidak
mendapati hukum di dalam al-Qur’an maka mereka mencari di dalam sunnah-sunnah nabi SAW.
Tapi, jika mereka tidak mendapatkan sesuatu di dalamnya, mereka bertanya kepada para
mujtahidin. Apabila mereka mendapatkan dan mengerti sesuatu di dalam sunnah maka mereka
para hakim akan berpedoman kepada orang yang mengerti tersebut sebagai penguat.
Surat umar ibn khattab kepada abu musa al-asy’ari
“ amma ba’du, sesungguhnya memustuskan perkara adalah fardhu yang di kokohkan
sunnah yang harus di ikuti. Lalu pahamilah apabila dilanjutkan kepadamu (suatu perkara), dan
putuskanlah apabila telah jelas (kedudukannya), karena sebenarnya tidaklah ada artinya bicara
soal keadilan tanpa ada pelaksanaanya. Sama ratakanlah manusia (pihak-pihak yang
berperkara) dalam masjlismu, dalam pandanganmu, dan dalam keputusanmu, sehingga orang
yang berpangkat tidak akan mengharapkan penyelewenganmu, dan orang lemah tidak sampai
putus asa mendambahkan keadilanmu. Bukti itu wajib atas penggugat (penuduh), sedangkan
sumpah itu wajib atas pihak yang menolak (gugatan/tuduhan). Dan boleh mengadakan
perdamaian di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal. Barang siapa yang mendakwahkan sesuatu yang tidak ada di
tempatnya, atas suatu bukti, maka berilah tempo kepadanya sampai ia dapat membuktikan
dakwaaanya, kemudian kalau ia dapat membuktikan, maka berikanlah hak nya itu, tetapu kalau
tidak mampu membuktikanya, karena yang demikian itu lebih mantap bagi keuzurannya dan
lebih menampakan barang yang tersembunyi. Janganlah sesekali menghalangi kepadamu, suatu
keputusan yang telah engkau jatuhkan hari ini, kemudian engkau tinjau kembali, lalu engkau
memperoleh petunjuk agar engkau kembali kepada kebenaran.
Karena itu sesungguhnya kebenaran itu harus di dahulukan, tidak dapat dibatalkan oleh apapun
itu lebih baik dari pada harus terus bergelimang dalam kebatilan. Orang orang islam itu di
anggap adil sebagian mereka terhadap sebagian yang lain, kecuali orang yang pernah
memverikan kesaksian palsu atau orang yang pernah dijatuhi hukuman had, atau orang yang
diragukan asal usul nya, karena sesungguhnya allah swt yang mengetahui rahasia rahasia
manusia dan menghindarkan hukuman atas mereka, kecuali dengan bukti adanya bukti bukti
atau sumpah sumpah. Kemudian pahamilah dengan sungguh sungguh tentang perkara yang di
ajukan kepadamu, yang tidak terdapatketentuan hukum nya di dalam al-Qur’an dan tidak pula
terdapat dalam sunnah nabi muhammad SAW. Kemudian bandingkanlah perkara itu, dan
perhatikanlah perkara serupa hukumanya dengan perkara-perkara itu kemudian pegangilah
mana hukum yang menurut pendapatmu lebih diridhai allah swt dan lebih mendekati kebenaran.
Hindarkanlah dirimu dari marah, pikiran yang kacau, rasa jemu, menyakiti orang yang
berperkara, bersikap keras pada waktu menghadapi mereka karena memutuskan perkara di
tempat yang benar adalah termasuk pekerjaan yang di pahali oleh allah SWT dan membawa
nama baik. Maka barang siapa memurnikan niatnya demi mencari kebenaran, walauun
merugikan diri sendiri, maka allah akan memberinya kecukupan, dan barang siapa berlagak
memiliki keahlian yang tidak ada pada dirinya, maka allah akan membuka rahasia kejelekannya
itu, karena sesunguhnya alah tidak akan menerima amal dari hambanya kecuali amal yang
disandari dengan ikhlas, lalu bagaimanakah persengkaanmu tentang pahala dari allah, baik
yang akan segera diberikan maupun yang ada di dalam perbendaharaan rahmatnya”.

2
Prof.Dr. allaiddin koto, M.A, SEJARAH PERADILAN ISLAM, Raja Grapindo, Jakarta
3) Peradilan Pada Masa Ustman Bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ustman bin affan ini ia memimpin dalam tahun 644
M sampai dengan 656 M. usman ketika ia menjabat kurang lebih berusia 70 tahun. Ustman bin
affan ialah orang pertama kali membuat dan mengukuhkan kantor peradilan. Peradilan di masa
utsman ini sama seperti di masa sebelum ia memerintah, ustman mengutus petugas sebagai
penagih dan pengambil pajak dan membuat penjaga batas-batas wilayah untuk menyeruh kepada
yang haq serta berlaku adil dan lembut kepada non muslim atau biasa disebut ahlul dzimah. Salah
satu kasus contoh yang di tangani oleh ustman ini ialah, yaitu ali bin thalib pada masa umar bin
khatab telah membangun pematang untuk penutup aliran air antara tanahnya dan tanah thalhah
bin abdullah, lalu keduanya mengadukan kedua perkara terebut kepada ustman bin affan.

Khalifah usman ini mengikuti jejak atau langkah khalifah sembelum nya yaitu umar bin
khatab dalam hal pemilihan Qadhi, dan begitu pula beliau selalu menyandarkan keputusan nya pad
al-Qur’an dan as-sunnah.
Pada masa khalifah ustman ini ia menganjurkan kepada petugas qadhi yang berada di
setiap daerah untuk selalu berlaku adil dalam menjalankan tugas nya di emban dari setiap qadhi
agar terciptanya sebuah kebenaran. Ustman bin affan pernah juga mengirimkan surat kepada yang
isinya.
“ maka sesungguhnya allah menciptakan mahkluk yang benar. Maka allah tidak akan menerima
juga kecuali yang benar. Ambillah kebenaran dan perhatikan amanah, tegakkanlah amanah itu dan
janganlah kalian merupakan orang yang pertama kali meniadakannya, maka kalian merupakan
kongsi orang-orang yang sesudah kamu, penuhilah! Penuhilah! Jangan kkalian berbuat aniaya
kepada anak yatim dan begitu juga yang berbuat aniaya kepada orang yang engkau mengikat janji
padanya”. Jadi pada zaman pemerintahan ustman bin affan ini ia sangat menekankan kepada
seluruh qadhi utusan-utusan setiap daerah untuk selalu berbuat adil dan menjunjung tinggi
kebenaran.
4) Peradilan pada masa ali bin abi thalib
Pada masa ali bin abi thalib ia memerintah dalam kurun waktu 656 M sampai
dengan 662 M. ke istimewaan ali sejak kecil ini ia telah lansung di didik lansung dengan nabi
muhammad SAW. Ali pun sering sekali di tunju untuk menyelesaikan masalah-masalah penting.
Semasa pemerintahan nya pun ali ini tidak banyak berbuat untuk mengembangkan hukum islam
karena keadaan negara pada saat itu. Nabi muhammad juga bersaksi apa-apa saja peradilan yang
di putuskan lansung oleh ali atau umat lainnya yang terbaik menurut nabi ia peradilan pada masa
khalifah ali bin abi thalib.
Salah satu contoh kasus yang terjadi pada masa ali bin abi thalib ialah. Seorang
pemuda mengaku di depan imam ali bin abi thalib bapaknya pergi bersama beberepa orang dalam
bepergian. Ketika pulang, mereka mengalihkan bahwa bapak nya ini telah meninggal dan tidak
meninggalkan harta apapun, maka amir al mukminin memerintahkan dua meminta dirinnya di
bebaskan dari jabatan tersebut. Dan pada waktu itu dia telah berumur 107 tahun. Di mana hidupnya
di isi dengan segala keagungan dan kebesaran.
KESIMPULAN

Dari semua segi dan sisi pemerintahan ke empat khalifah yang meneruskan
perjuangan mendakwahkan agama islam dan meluaskan daerah seluruh khulafaurasyidin ini
sangat menjunjung tinggi yang namanya kebenaran dan keadilan di setiap permasalahan yang di
hadapi karena para khalifah ini sangat menjunjung tinggi yang namanya ammar ma’ruf nahi
munkar sebagai pedoman ketika ia meminpin dan sangat berperilaku dan bisa jadi contoh bagi
para sahabat untuk selalu berlaku adil dan jujur dalam mengadapi semua permasalahan yang di
hadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr. allaiddin koto, M.A, SEJARAH PERADILAN ISLAM, Raja Grapindo, Jakarta
Hasbiyy as- sidqiiey, peradilan islam dan hukum acara islam (Yogyakarta P.T Ma’rif)

Anda mungkin juga menyukai