1
Departemen RI, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: Gunung Jati, 1986), 20.
2
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: kencana, 2011), 112.
3
Muhammad Ali As-says, Sejarah Fiqih Islam, cet I (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003) hal 59.
4
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (Jakarta, Amzah, 2011), 57-58.
Dengan beberapa kelebihan itulah maka wajib bagi para sahabat untuk
menegakkan tasyri’ atau hukum Islam dengan cara menyebarluaskan serta
memberi fatwa hukum sesuatu yang belum ada ketetapan hukumnya.
Merekalah pemegang kekuasaan tasyri’ pada periode ini selaku sebagai
pengganti Rasulullah. Diantara pera mufti (ahli fatwa) yang populer
dikalangan sahabat ialah:
5
Abdul hallaf Wahab, Sejarah Hukum Islam, Cet I, (Bandung: Maljah. 2005) hal 45.
a. Pidatonya pada waktu pelantikan yang berbunyi: “Aku telah
kalian pilih sebagai khalifah, kepala Negara. Tetapi aku bukanlah
orang yang terbaik diantara kalian. Kerena itu, jika aku melakukan
sesuatu yang benar, ikutilah, dan bantulah aku. Tetapi jika aku
melakukan kesalahan, perbaikilah. Sebab menurut pendapatku,
menyatakan yang benar adalah amanat, membohongi rakyat adalah
pengkhianat.” Selanjutnya beliau berkata, “Ikutilah perintahku
selama aku mengikuti perintah Allah dan Rasulnya. Kalian berhak
untuk tidak patuh kepadaku dan akupun tidak akan menuntut
kepatuhan kalian.6
b. Cara yang dilakukan dalam memecahkan persoalan yang timbul di
masyarakat. Mula-mula pemecahan masalah itu dicarinya dalam
wahyu tuhan. Kalu dalam wakyu tuhan tidak ada, dicarinya dalam
wahyu nabi. Kalau dalam sunnah nabi tidak diperoleh pemecahan
masalah, Abu bakar bertanya kepada para sahabat nabi yang
dikumpulkan dalam majelis. Mejelis ini melakukan ijtihad lalu
timbullah konsesus bersama yang disebut ijma’ mengenai masalah
tertentu.7 Dalam masa abu bakar inilah apa yang disebut dalam
kepustakaan sebagai ijma’ sahabat.
c. Pembentukan panitia khusus yang bertugas mengumpulkan catatan
ayat-ayat Alquran yang telah ditulis pada zaman nabi pada bahan-
bahan darurat seperti pelepah-pelepah kurma, tulang-tulang unta,
kemudian dihimpun dalam satu naskah. Panitia ini dipimpin oleh
Zaid bin Tsabit, salah seorang sekretaris nabi Muhammad.8
Sebelum diserahkan kepada Abu Bakar, himpunan naskah Alquran
itu diuji dahulu ketepatan pencatatannya dengan hafalan para
6
Muhammad Ali As-says, Sejarah Fiqih Islam, cet I (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003) hal 59.
7
Ibid,... 60
8
Ibid,... 61
penghafal Alquran yang selalu ada dari masa ke masa. Setelah
Khalifah Abu Bakar meninggal dunia, naskah itu disimpan oleh
Umar bin Khattab. Dan sesudah Khalifah Umar meninggal pula,
naskah Alquran itu disimpan dan dipelihara oleh Hafshah, janda
nabi Muhammad.
2. Masa khalifah Umar bin Khatab
Setelah khalifah Abu bakar meninggal dunia, Umar bin Khattab
menjadi khalifah tahun 13 H/634 M. Dalam masanya daerah islam
berkembang dan meluas antara lain : Mesir, Iraq, Adjebijan, Parsi, Siria.
Umar telah mengusir orang-orang Yahudi dan Jazirah Arab. Dan Umarlah
yang pertama kali menyusun adsministrasi pemerintahan, menetapkan
peradilan dan perkantoran, serta kalender penanggalan.
Umar dkenal sebagai Imam Mujtahiddin. Pada masanya ida berijtihad
antara lain tidak menghukum pencuri dengan potong tangan karena tidak
ada illat untuk memotongnya. Pencuri itu merupakan pegawai dari
majikannya yang kaya raya yang tidak memberikan gaji secara wajar.
Maka umar menjalankan istislah, yang kemudian dinamai almaslahatul
mursalah. Umat tidak memberikan zakat kepada almullafatu qulubuhum
karena tidak ada illat untuk memberikannya, maqashid yang terdapat
dalam ayat ma’qulun-nash itu tidak terdapat. Yang kemudian dianamai
dengan al-ihtihsaan dll.
Selain itu yang perlu dicatat dari Umar adalah sikap tolerannya
terhadap pemeluk agama lain. Hal itu terbukti ketika beliau hendak
mendirikan masjid (yang sekarang terkenal dengan masjid Umar) di
Jerussalem. Karena di tempat itu telah berdiri suatu tempat ibadah umat
Kristen dan Yahudi, sebelum mendirikan masjid tersebut, Umar turun
terlebih dahulu, memberitahukan maksudnya dan memohon kepada
pemimpin agama golongan Kristen dan Yahudi di tempat itu. Padahal
sebagai seorang khalifah atas seluruh daerah tersebut, Umar tidak wajib
melakukan hal itu. Namun, ia melakukan hal tersebut karena sikapnya
yang toleran terhadap pemeluk agama lain.
Karena usianya yang masih relatif muda dibandingkan dengan Abu
Bakar, Umar lama memegang pemerintahan. Sikapnya keras dan
sebagaimana biasanya orang yang mempunyai sikap keras, selalu berusaha
bertindak adil melaksanakan hukum. Terkenal keberaniannya dalam
menafsirkan ayat-ayat Alquran berdasarkan keadaan nyata pada suatu saat
tertentu. Ia mengikuti Abu Bakar dalam menemukan hukum. Namun
demikian, Khalifah Umar terkenal keberanian dan kebijaksanaannya
dalam menerapkan ketentuan hukum yang terdapat dalam Alquran untuk
mengatasi sesuatu masalah yang timbul dalam masyarakat berdasarkan
kemaslahatan atau kepentingan umum.
Tindakan –tindakan penting yang dilakukan Umar bin Khatab:
a. Turut aktif menyiarkan agama Islam sampai ke Palestina, Syiria,
Irak, danPersiaserta ke Mesir.
b. Menentukan tahun Hijriyah sebagai tahun islam yang terkenal
berdasarkan peredaran bulan (qamariyah). Dibandingkan dengan
tahun Masehi yang didasarkan pada peredaran matahari
(syamsiyahh), tahun Huijriyah lebih pendek. Perbedaan
pergeserannya 11 hari lebih dahulu dari tahun sebelumnya.
Penetapan tahun hijriyah ini dilakukan pada tahun 638 M dengan
bantuan para ahli hisab (hitung) pada waktu itu.
c. Menetapkan kebiasaan shalat tarawih., yaitu salat sunnah malam
yang dilakukan sesudah shalat isya’, selama bulan Ramadlan.9
3. Masa Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan
Panitia pemilihan khalifah memilih Utsman menjadi khalifah ketiga
menggantikan Umar bin khattab. Pemerintahan Utsman ini berlangsung
dari tahun 644 sampai 655 M. Ketika dipilih, Utsman telah berusia 70
9
Abdul hallaf Wahab, Sejarah Hukum Islam, Cet I, (Bandung: Maljah. 2005) hal 45.
tahun. Ia seorang yang mempunyai kepribadian yang lemah. Kelemahan
ini dipergunakan oleh orang-orang di sekitarnya untuk mengejar
keuntungan pribadi, kekayaan dan kemewahan.
Hal ini dimanfaatkan utamanya oleh keluarganya sendiri dan golongan
Umayyah. Banyak pangkat-pangkat tinggi dan jabatan-jabatan penting
dikuasai oleh familinya. Pelaksanaan pemerintahan seperti ini dalam bahas
orang-orang sekarang disebut nepotisme(kecendrungan untuk
mengutamakan atau menguntungkan sanak saudara/ keluarga sendiri).
Timbullah klik system dalam pemerintahan.
Tindakan –tindakan penting yang dilakukan Usman bin Affan
a. Membentuk kembali panitia yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit
dan Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin
Harrits menjalin kembali naskah-naskah Alquran kedalam lima
mushaf (kumpulan lembaran-lembaran yang ditulis, dan alquran
itu sendiri juga disebut mushaf), kemudian dikirim ke ibukota
provinsi (Makkah, Kairo, Damaskus, Bagdad). Naskah itu
disimpan di masjid besarnya masing-masing seperti umat
Indonesia menyimpan Alquran pusakanya di masjid Baiturrahim di
komplek Istana Merdeka Jakarta. Satu naskah disimpan di
Madinah untuk mengenang jasa Utsman. Hal itu terjadi pada tahun
30 H/ 650 M. Naskah mushaf Usmany adalah naskah yang dikirim
pada masanya. Sebagai kenang-kenangan atas jasa-jasanya,
Utsman disebut juga Al-imam. Mushaf Usmany di salin dan diberi
tanda-tanda bacaan di Mesir seperti yang kita liat sekarang ini.
b. Menyalin dan membuat alquran standar yang disebut dengan
kodifikasi Alquran. Standarisasi Alquran ini perlu diadakan.
Karena, pada masa itu, wilayah Islam sangat luas dan didiami oleh
berbagai suku bangsa dan dialek yang tidak sama. Karena itu, di
kalangan pemeluk agama islam terjadi perbedaan ungkapandan
ucapan tentang ayat-ayat alquran yang disebarkan melalui hafalan.
Perbedaan cara mengungkapakan itu menimbulkan perbedaan arti.
c. Meluaskan daerah pemerintahan sampai ke baros, Maroko, India
dan Konstantinopel.10
4. Masa Pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Setelah Utsman meninggal dunia, orang-orang terkemuka memilih Ali
bin Abi Thalib menjadi khalifah keempat. Ia memerintah dari tahun 656
sampai tahun 662 M. Sejak kecil ia diasuh dan didik oleh nabi
Muhammad, oleh karena itu, hubungannya rapat sekali dengan nabi. Ali
adalah keponakan dan menantu Nabi SAW, setelah ia menikah dengan
putri nabi, Fathimah Az-zahra. Ketika nabi Muhammas masih hidup, Ali
sering ditunjuk oleh nabi menggantikan beliau menyelesaikan masalah-
masalah penting.
10
Hanafi, Ahmad. 1970. Pengantar Dan Sejarah Hukum Islam. Cet II, Bandung: Malja. Hal 52.
Kelompok Ahlussunnah waljamaah (suni), yaitu kelompok atau jamaah
yang berpegang teguh pada sunnah nabi Muhammad;
Kelompok syiah yaitu pengikut ali bin Abi Thalib.
11
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, cet 2, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), hal 41.
12
Teungku Muhammad Hasbi As-shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, cet II (Semarang : Pustaka Rizki
Putra, 1999), hal 43.
13
Muhammad Zuhri, Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996),
36-37.
Para sahabat dituntut untuk mengeluarkan hukum (istinbath) dengan
metode yang jelas sesuai dengan pentunjuk Nabi SAW pada permasalahan
yang belum jelas dalilnya atau sumbernya, sehingga produk hukum yang
dihasilkan tidak kontradiktif. Seperti yang ada dalam kitab karya Imam al-
Baghawi, “mashabih As-Sunah” dari Maimun bin Mihran, ia berkata “jika ada
orang yang berselisih datang pada Abu Bakar, ia akan melihat kitab Allah.
Jika ia temukan didalamnya apa yang dapat memutuskan perkara itu, maka ia
akan memutuskan dengannya. Jika tidak ada didalam kitab Allah, maka ia
akan memtusskan dengan Sunnah Rasulullah. Kemudian jika tidak ada, Abu
Bakar akan keluar menemui kaum muslimin dan berkata “ada yang datang
begini, ada yang datang begitu, apakah dari kalian ada yang pernah tahu
bahwa Rasulullah pernah memutuskan hal itu,atau ada kelompok yang
berkumpul lalu baginda Rasulullah menceritakan hal itu kepada mereka” jika
ia tidak menemukan dalam Qur’an dan Sunnah, ia akan mengumpulkan para
pimpinan tokoh dan orang-orang pilihan untuk melakukan musyawarah
memutuskan perkara tersebut. Jika dalam musyawarah tersebut sudah
menemukan titik terang, maka itulah jawaban yang menjadi keputusanya.
Dari sini sudah jelas bahwa sumber hukum pada masa sahabat adalah
Al-Qur’an, As-Sunah, Ijma, dan Logika (ra’yi).14 Yang dimaksud ra’yi disini
adalah pendapat pribadi dengan mencurahkan segala upaya dalam rangka
mencari hukum dan mengeluarkanya dari dalil yang rinci, baik berupa Nash
Al-Qur’an maupun As-Sunah atau dalil aqli berupa qiyas, maslahat mursalah,
adat istiadat (‘urf), atau berupa hal yang darurat. Dalam pengambilan hukum
secara ra’yi ini para sahabat masih merasa ragu, karena mereka masih tidak
terbiasa denganya serta lebih memilih untuk bersepakat bersama dengan
sahabat yang lainya.15
14
Rasyid Hasan Khalil, Tarikh..., 61-62
15
Ibid..., 68-69
Dengan demikian karakterristik hukum islam pada masa Khulafaur
Rasyidin ialah:
1. Fiqh pada zaman ini sejalan dan serasi dengan permasalahan yang
muncul, tidak hanya terbatas pada apa yang pernah ada pada masa
Rasulullah.
2. Al-Qur’an telah dibukukan dan mushaf disentralisasikan dari kaum
muslimin agar terhindar dari pertikaian terkait sumber utama
syariat Islam yang menjadikan terpecah menjadi beberapa
kelompok.
3. Hadist masih terjaga kemurnianya karena masa ini masih dekat
dengan masa Rasulullah selain itu para penukilnya adalah sahabat.
4. Muncul sumber baru bagi perundang-undangan Islam yaitu ijma’.
5. Para sahabat tidak mewariskan fiqih yang tertulis yang dapat
dirujuk, namun mereka mewariskan fatwa dan hukum yang
tersimpan dalam dada para sahabat yang disampaikan dengan jalan
periwayatan.16
16
Ibid..., 76