Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN

PRANATAMANGSA

Revisi Makalah

Disusun guna memenuhi tugas

Hisab Rukyat Klasik

Dosen Pengampu : Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag

Oleh:

Li’izza Diana Manzil


NIM. 1600028006

MAGISTER ILMU FALAK


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
A. Pendahuluan
Di Indonesia, terdapat beragam jenis kalender. Kalender Jawa-Islam
merupakan salah satu kalender yang berkembang dan digunakan masyarakat
Jawa sampai saat ini selain kalender Hijriah dan Masehi. Kalender Jawa-Islam
digunakan masyarakat Jawa sebagai penentu waktu kegiatan ritual kejawen,
kegiatan-kegiatan masyarakat seperti pertanian, pembangunan, dan
perjodohan. Diantaranya adalah kalender pranatamangsa.
Pranatamangsa merupakan hasil budaya Jawa yang penuh dengan
muatan sains. Tanda-tanda alam yang menggambarkan suatu peristiwa bagi
orang Eropa dan Amerika lebih dipahami sebagai peristiwa fisika atau
astronomi semata, padahal dari tanda-tanda alam tersebut dapat terlihat
bagaimana alam mengatur dirinya dalam lingkaran kosmos yang serba
teratur. Dari sanalah sebenarnya hukum alam memberi isyarat kepada
manusia mengenai tata cara memperlakukan alam dan lingkungannya. Bagi
orang Jawa tanda-tanda yang terwujud dalam rasi bintang, iklim, angin,
maupun perilaku hewan merupakan hukum alam sebagai pertanda atau
penanda untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.1
Dari sinilah adanya sebuah keterkaitan, penanggalan Pranatamangsa
bukan hanya sebuah sistem penanggalan yang klasik yang menggunakan
sistem hukum alam namun dalam kenyataan realitas memuat astronomi
yang berkembang secara kontemporer. Sehingga dalam makalah ini akan
dijelaskan bagaimana pengertian, sejarah dan sistem penanggalan
pranatamangsa, serta bagaimana penanggalan pranatamangsa dilihat dari
prespektif astronomis.

1
Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam menurut Pikiran Orang
Jawa berdasarkan Pranata Mangsa”, Jurnal Dinamika Hukum, vol.12 No.3 September 2012,
h.433.

1
B. Pengertian dan Sejarah Penanggalan Pranatamangsa
Menurut Muhyiddin Khazin ada tiga macam penanggalan yang berlaku di
Indonesia khususnya masyarakat Jawa, yaitu Penanggalan Masehi,
penanggalan Hijriah, dan penanggalan Jawa Islam.2
Salah satu penanggalan Jawa Islam klasik yang masih berkembang hingga
saat ini adalah Kalender Pranatamangsa. Pranatamangsa berasal dari bahasa
Jawa, yakni pranata yang berarti aturan dan mangsa yang berarti musim. 3
Jadi pranatamangsa adalah aturan waktu yang digunakan para petani sebagai
penentuan atau mengerjakan suatu pekerjaan.4
Pranatamangsa merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat
jawa yang berkaitan dengan pengelolaan lahan pertanian. Selama ribuan
tahun, mereka menghafalkan pola musim, iklim dan fenomena alam lainnya,
yang akhirnya nenek moyang membuat kalender tahunan bukan berdasarkan
kalender Syamsiah (Masehi) ataupun kalender Kamariah (Hijriah/Islam) tetapi
berdasarkan kejadian-kejadian alam yaitu seperti musim penghujan,
kemarau, musim berbunga, dan letak bintang di jagat raya, serta pengaruh
bulan purnama terhadap pasang surut air laut.5
Pada awalnya Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung
membuat Kalender Jawa dengan mengubah sistem kalkulasi tahun Saka yang
didasarkan pada revolusi Bulan dan pergerakannya terhadap Bumi seperti
tahun Hijriah, tetapi nomer tahun mengikuti nomer tahun Saka. Pada
akhirnya, Ia berhasil mengintegrasikan sistem Islam dan Jawa (Hindu).6

2
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004, h.103.
3
Hartono Kristoko dkk, “Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local Knowledge
and Agro Meteorology using Fuzzy Logic for Determining Planting Pattern”, IJCSI International
Jurnal of Computer Science Issues, Vol.9 Issues 6 No.2 November 2012, h.367.
4
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, h.66.
5
Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “penjabaran Hukum Alam..... h.427.
6
Hartono Kristoko dkk, “Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local Knowledge
and Agro Meteoroogy using Fuzzy Logic for Determining Planting Pattern”, IJCSI International
Jurnal of Computer Science Issues, Vol.9 Issues 6 No.2 November 2012, h.367.

2
Perubahan kalender Jawa dilakukan pada saat tahun baru Saka 1555 dan
bertepatan dengan 1 Muharram 1043 H atau 8 Juli 1633 M.7
Pada tahun 1855 M penanggalan bulan dianggap tidak memadai sebagai
patokan petani untuk bertanam maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan
Matahari yang disebut Pranatamangsa diperbaharui oleh Sri Paduka
Mangkunegara IV.8
Menurut Ronggowarsito, Pranatamangsa baru dimulai tahun 1856, saat
kerajaan Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII yang memberi patokan
untuk para petani agar tidak ada rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal
22 Juni 1855 titik balik Matahari pada musim panas.9
Pranatamangsa sangat ketat dilakukan oleh petani di sekitar Gunung
Merapi dan gunung Merbabu di Jawa Tengah. Tujuan penggunaan
pengetahuan pranatamangsa adalah pengurangan resiko dan pencegahan
biaya produksi tinggi. Namun demikian, indikator kejadian alam tersebut
menjadi tidak tepat karena perubahan lingkungan global. Sebagai contoh
kejadian pergeseran musim hujan dan musim kemarau berdampak
pergeseran musim berbunga dan berpanen.

C. Sistem Penanggalan Pranatamangsa


Pranatamangsa merupakan pengenalan waktu tradisional yang menurut
Ronggowarsito sudah ribuan tahun yang lalu dikenal oleh masyarakat Jawa,
namun sebagai kalender diresmikan oleh raja Surakarta pada 22 Juni 1855.10
Pranatamangsa terdiri atas 12 mangsa yang masing-masing memiliki
indikator, dan indikator ini meski bersifat semi kuantitatif dapat

7
Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi,
Hijriyah dan Jawa), Semarang: Walisongo Semarang, 2011, h.18.
8
Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem Penanggalan Jawa Pranatamangsa dan
Sistem Penanggalan Syamsiyah yang Berkaitan dengan Sistem Musim”, Skripsi Strata 1 IAIN
Walisongo Semarang, 2014, h.38.
9
Isniyatin Faizah , “Studi Komparatif Sistem..... h.36.
10
Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.427.

3
dimanfaatkan untuk membuat perkiraan tentang permulaan musim hujan,
permulaan musim kemarau dan lain-lain.11
Pemahaman-pemahaman yang mendalam dibutuhkan dalam analisis
sistem pertanian pranatamangsa. Dasar penentuan musim didasarkan pada
datang dan perginya curah hujan, sehingga faktor curah hujan menjadi faktor
utama dalam penentu pranatamangsa12
Pranatamangsa dipergunakan untuk menentukan mulai tanam dan panen
tanaman. Pranatamangsa meliputi pembagian musim (mangsa) dan jumlah
hari, aktivitas (kegiatan) petani, ciri-ciri yang tampak (tanda-tanda alam) pada
masing-masing mangsa. Dalam satu siklus pranatamangsa terdiri dari
365/365 hari yang dibagi kedalam beberapa musim atau dalam bahasa Jawa
disebut “mangsa” dengan panjang hari yang berbeda-beda dikarenakan
posisi pulau Jawa di sekitar 7 derajat Lintang Selatan, yaitu Kasa (mangsa
pertama) terdapat 41 hari (22 Juni – 2 Agustus), Karo (mangsa kedua)
terdapat 23 hari (3 Agustus – 26 Agustus), sampai Sadha (mangsa ke dua
belas) terdapat 41 hari (14 Mei – 22 Juni).13

Gambar 1: Mangsa dalam Kalender Pranatamangsa

11
Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.427.
12
Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi Penginderaan Jauh Satelit
TRMM (Tropical Rainfall Measurement Mission) dengan sistem Pertanian Pranatamangsa untuk
Optimalisasi Produktivitas Pertanian di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah”, Jurnal
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Vol.2 No.2 Juni 2015, h.89.
13
Hartono Kristoko dkk, “Updated Pranata Mangsa..... h.368.

4
Pranatamangsa dibagi menjadi 3 kelompok musim. Kelompok pertama
disebut mangsa utama atau Musim utama. Empat musim umum tersebut, 14
yaitu
1. Musim kemarau (ketiga), yang lamanya sekitar 88 hari
2. Musim pancaroba menjelang hujan (labuh), yaitu musim peralihan
pertama dengan lama sekitar 95 hari
3. Musim hujan (rendheng), yang lamanya sekitar 94/95 hari
4. Musim pancaroba akhir musim hujan (mareng), yaitu musim peralihan
kedua yang lamanya sekitar 88 hari
Kelompok kedua terdiri dari 4 mangsa utama dan 2 mangsa pendek,
yaitu:
1. Mangsa terang (langit cerah, 82 hari)
2. Mangsa semplah (penderitaan, 99 hari)
3. Mangsa Udan (musim hujan, 86 hari)
4. Mangsa pengarep-arep (penuh harap, 98/99 hari)
5. Mangsa pendek, yaitu
a. Mangsa Paceklik, pada 23 hari pertama hujan
b. Mangsa Panen, pada 23 hari terakhir hujan.

Kelompok yang ketiga terdiri dari 12 musim dalam setahun, yaitu:

1. Mangsa Kasa (Kartika), 41 hari


2. Mangsa Karo (Poso), 23 hari
3. Mangsa Katelu, 24 hari
4. Mangsa Kapat (Sitra), 25 hari
5. Mangsa Kalima (Manggala), 27 hari
6. Mangsa Kanem (Naya), 43 hari
7. Mangsa Kapitu (Palguna), 43 hari
8. Mangsa Kawolu (Wasika), 26-27 hari

14
Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi..... h.89.

5
9. Mangsa Kasanga (Jita), 25 hari
10. Mangsa Kasepuluh (Srawana), 24 hari
11. Mangsa Destha (Pradawana), 23 hari
12. Mangsa Sadha (Asuji), 41 hari
Pranatamangsa sebagai kalender surya mulai disejajarkan dengan
kalender Gregorius (Masehi). Pengaitan pranatamangsa dengan kalender
Gregorian memungkinan periode (umur) masing-masing mangsa dapat dicari
kesejajarannya dengan periode dalam kalender Gregorian yang pada saat ini
sudah diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Sebelum disejajarkan
dengan kalender Gregorian, masyarakat dapat mengetahui perpindahan
mangsa dengan pedoman rasi bintang dan indikator masing-masing
mangsa.15
Contoh:
Februari 2012
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29
Tabel 2: Penanggalan Masehi bulan Februari 2012
Keterangan:
Tanggal 3-29 Februari: mangsa kawolu (Rendheng – Pengarep-arep),
penampakannya/ibaratnya anjrah jroning kayun (merata dalam
keinginan, musimnya kucing kawin). Tanaman padi sudah menjadi tinggi,
sebagian mulai berbuah, uret mulai banyak.

15
Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.427.

6
D. Penanggalan Pranatamangsa Prespektif Astronomis
Pranatamamangsa sebenarnya menunjukkan hubungan antara
manusia, alam (lingkungan), dan Tuhan, sekaligus juga menunjukkan cara
orang Jawa berhukum. Tuhan menciptakan alam semesta (kosmos) dengan
hukum-hukumnya yang berupa tanda-tanda alam. Tanda-tanda alam ini
dapat dikatakan merupakan hukum alam semesta yang merupakan bagian
dari keseimbangan kosmos. Hukum alam ini mengatur sirkulasi iklim, perilaku
hewan dan perlakuan manusia terhadap alam yang cocok pada alam agar
dihasilkan keseimbangan kosmos. Hukum alam ini kemudian dibaca oleh
orang Jawa dan menjadi rumusan pranatamangsa, atau yang oleh ilmu
pengetahuan dengan landasan ilmiah dijelaskan oleh suatu bidang ilmu yang
dinamakan astronomi.16
Pranatamangsa sebagai kalender surya mulai disejajarkan dengan
kalender Gregorius (Masehi). Masyarakat dapat mengetahui perpindahan
mangsa dengan pedoman rasi bintang dan indikator masing-masing
mangsa.17 Patokan yang digunakan dalam menentukan kapan dimulai dan
berakhirnya masing-masing mangsa ditentukan berdasarkan kemunculan rasi
bintang tertentu serta panjang banyangan manusia pada tengah hari juga
dipakai untuk menentukan lamanya suatu mangsa.
Mangsa dalam pranatamangsa berada dalam pola yang simetris,
dalam satu tahun panjangnya 365/366 hari dibagi menjadi 6 mangsa dalam 2
tengah tahunan. Panjang mangsanya berturut-turut 41-23-24-25-27-43.
Umur masing-masing mangsa berbeda-berbeda karena proses perubahan
deklinasi Matahari yang apabila digabungkan dengan lintang tempat akan
menimbulkan perubahan bayangan saat Matahari berkulminasi.18

16
Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.434.
17
Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi..... h.89.
18
Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem..... h.56.

7
Umur Permulaan Bayangan Tempat
Nama Mangsa
(hari) Mangsa Tengah Hari di
22 Juni – 1 4 delamak
Kasa 41 Selatan
Agustus (pecak) kaki
2 Agustus - 24 3 delamak
Katiga Karo 23 Selatan
Agustus (pecak) kaki
25 Agustus - 2 delamak
Katelu 24 Selatan
17 September (pecak) kaki
18 September 1 delamak
Kapat 25 Selatan
- 12 Oktober (pecak) kaki
13 Oktober - 8 0 delamak
Labuh Kalima 27 -
November (pecak) kaki
9 November - 1 delamak
Kanem 43 Utara
21 Desember (pecak) kaki
22 Desember - 2 delamak
Kapitu 43 Utara
2 Februari (pecak) kaki
3 Februari - 28 1 delamak
Rendeng Kawolu 26/27 Utara
Februari (pecak) kaki
1 Maret - 25 0 delamak
Kasongo 25 -
Maret (pecak) kaki
26 Maret - 18 1 delamak
Kasepuluh 24 Utara
April (pecak) kaki
19 April - 11 2 delamak
Mareng Destha 23 Selatan
Mei (pecak) kaki
12 Mei - 21 3 delamak
Sadha 41 Selatan
Juni (pecak) kaki
Tabel 1: Mangsa dalam Penanggalan Pranata Mangsa
Tanggal 22 Juni dipilih sebagai hari pertama dalam kalender
pranatamangsa rupanya karena didasari bahwa tanggal ini adalah hari

8
pertama bergesernya kedudukan Matahari dari garis balik utara ke garis balik
selatan. Perpindahan kedudukan Matahari berhubungan dengan keadaan
unsur-unsur meteorologis suatu wilayah yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap fenologi tanaman dan hewan yang merupakan dasar utama
indikator mangsa dalam pranatamangsa.19
Bayang-bayang Matahari saat berkulminasi merupakan posisi jarak
zenith Matahari, dan jarak zenith ditentukan oleh lintang dan deklinasi.
Panjang rentang waktu yang berbeda-beda pada mangsa ditentukan oleh
perubahan panjang bayangan. Mangsa pertama berakhir di saat bayangan
menjadi tiga pecak/kaki yaitu mulai masuk mangsa karo, demikian
selanjutnya hingga mangsa kapat berakhir saat bayangan tepat berada di kaki
yakni saat posisi Matahari berada di zenith.20

Gambar 2 : Peredaran Semu Tahunan Matahari


Sebelum disejajarkan dengan kalender Gregorius masyarakat
mengetahui perpindahan mangsa dengan dasar kedudukan dan penampakan
rasi bintang penunjuk dan indikator masing-masing mangsa. Indikator
tersebut adalah:21
Mangsa Indikator Tafsir Bintang Penunjuk
Sotya murca saka
1 Dedaunan gugur Sapi gumarang
embanan
2 Bentala rengka Permukaan tanah Tagih

19
Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.428.
20
Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem..... h.57.
21
Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.428. lihat juga
Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi..... h.90.

9
retak
Tanaman yang
menjalar (ubi)
tumbuh dan
3 Suta manut ing bapa Lumbung
mengikuti
penegaknya
(lanjaran)
Waspa kemembeng Sumber air banyak
4 Jaran dawuk
jroning kalbu yang kering
Pancuran emas
5 Mulai musim hujan Banyak angrem
sumawur ing jagad
Pohon buah-
6 Rasa mulyo kesucian Gorong mayit
buahan berbuah
Wisa kentar ing Munculnya banyak
7 Bima sakti
maruta penyakit
Periode kawin
8 Anjrah jroning kayun beberapa macam Wulanjar ngirm
hewan
Gareng
Wedaring wacana
9 (tonggreget) Wuluh
mulya
berbunyi
Gendhing minep Beberapa macam
10 waluku
jroning kalbu ternak bunting
Telur burung
menetas dan
11 Sotya sinarawedi Lumbung
induknya menyuapi
anaknya (ngloloh)
Tirta sah saking Orang sukar
12 Tagih
sasana berkeringat
Tabel 1.5 Rasi Bintang dalam Kalender Pranatamangsa
Masyarakat pada awalnya hanya menggunakan rasi bintang sebagai
pedoman, namun semakin lama terjadi pergeseran karena keberadaan rasi
bintang di angkasa untuk kedudukan yang sama setiap hari terjadi
keterlambatan + 4 menit.22

22
Sukardi Wisnubroto, “Pengenalan Waktu Tradisional Pranatamangsa menurut Jabaran
Meteorologi dan Pemanfaatannya, Jurnal Agromet, Vol XI No. 1 dan 2 tahun 1995, h.20

10
Prinsip-prinsip Pranatamangsa ini berbasis peredaran Matahari di
langit dan peredaran rasi bintang Waluku atau Orion. Oleh karena itu
kalender Pranatamangsa ada yang menyebutnya sebagai kalender Orionik,
karena kehadiran Orion menurut masyarakat agraris dipandang sebagai
wa(luku) atau bajak (bahasa Jawa) lebih memegang peranan bagi
masyarakat. Sehingga mereka mempercayai bahwa saat itu tanda dimulainya
masa tanam.

Gambar 3: Rasi Bintang Orion atau waluku pada tanggal 22 Juni


23
1856

Nama-nama 12 mangsa Pranatamangsa dan pejabarannya secara


astronomis, yaitu:
1. Mangsa Kasa (Kartika): “Sotyo murco saking embanan” (mutiara lepas
dari cincin pengikatnya). Berotasi selama 41 hari, dimulai 23 Juni sampai 2
agustus, menandai adanya musim kemarau. Masa puncaknya pada rasi
Sungsang Madangkungan, yang dapat dilihat di langit sebelah Timur
sekitar jam 05.00 WIB sampai jam 07.00 WIB. Masa terang yang biasanya
kering: sinaar Matahari 76%, kelembapan udara 60,1%, curah hujan 67.2
mm, suhu udara 27,4˚C.

23
http://langitselatan.com/2015/01/31/selayang-pandang-pranata-mangsa/ diakses
pada tanggal 30 November 2016 pukul 19.00 WIB.

11
2. Mangsa Karo (Poso): “Bantolo Rengko” (tanah retak). Berotasi selama 23
hari, mulai 3 Agustus – 25 Agustus, menandai adanya musim kemarau.
Hawa menjadi panas: kondisi meteorologisnya sama dengan mangsa
kasa, kecuali curah hujan menjadi 32.2 mm.
3. Mangsa Katelu: “Suto manut ing bopo” (anak menurut pada bapaknya).
Berotasi selama 24 hari, mulai 26 Agustus – 18 Sepetember. Kondisi
meteorologisnya sama dengan mangsa sebelumnya, tapi curah hujan naik
menjadi 42.2 mm.
4. Mangsa Kapat (Sitra): “waspo kumembeng jroning kalbu” (air mata
menggenang dalam kalbu/air mata mulai menggenang). Berotasi selama
25 hari, mulai 19 September – 13 Oktober. Kemarau mulai berakhir,
harapan mulai cerah, sinar Matahari 72%, kelembapan udara 75,5%,
curah hujan 83.3 mm, suhu udara 26,7˚C.
5. Mangsa Kalima (Manggala): “Pancuran rmas sumawur ing Jagad”
(pancuran emas menyinari dunia). Orbitnya selama 27 hari, mulai 14
Oktober – 9 November. Kondisi meteorologisnya sama dengan diatas,
hanya curah hujan naik menjadi 151.1 mm. Mangsa ini ditandai dengan
hujan pertama.
6. Mangsa Kanem (Naya): “Roso mulyo kasucian” (sedang banyak-
banyaknya buah-buahan). Berorbit selama 43 hari, mulai 10 November –
22 Desember. Kondisi meteorologisnya sama dengan sebelumnya, hanya
curah hujan naik menjadi 402.2 mm.
7. Mangsa Kapitu (Palguna): “Wiso kenter ing maruto” (Racun hanyut
bersama angin > banyak penyakit). Berorbit selama 43 hari, mulai 23
Desember – 3 Februari. Ketentraman manusia mulai sejenak terganggu.
Kondisi meteorologisnya: sinar Matahari 67%, kelembapan udara 80%,
curah hujan 501.4 mm dan suhu udara 26.2˚C.
8. Mangsa Kawulo (Wasika): “Anjrah jroning kayun” (keluarnya isi hati >
musim kucing kawin). Berorbit selama 27 hari, mulai 4/5 Februari – 1

12
Maret. Kondisi meteorologisnya sama dengan sebelumnya, kecuali curah
hujan turun menjadi 371.8 mm.
9. Mangsa Kasanga (Jita): “Wedaring wono mulyo” (munculnya suara-suara
mulia > beberapa hewan mulai bersuara untuk memikat lawan jenis).
Berorbit selama 25 hari, mulai antara 2 Maret – 26 Maret. Kondisi
meteorologisnya sama dengan mangsa sebelumnya, tapi curah hujan
turun menjadi 252.5 mm.
10. Mangsa Kasapuluh (Srawana): “Gedhong minep jroning kayun” (Gedung
terperangkap dalam kalbu > masanya banyak hewan bunting). Berorbit
selama 24 hari, mulai 26 Maret – 18 April. Kondisi meteorologisnya: sinar
Matahari 60%, kelembapan udara 74%, curah hujan 181.6 mm, suhu
udara 27.8˚C.
11. Mangsa Dhesta (Pradawana): “Setyo sinoro wedi” (Intan yang bersinar
mulia). Berorbit selama 23 hari, mulai 19 April – 11 Mei. Hujan mulai
habis. Kondisi meteorologisnya sama dengan diatas, tapi curah hujan
menjadi 129.1 mm.
12. Mangsa Sadha (Asuji): “Tirto sah saking sasono” (Air meninggalkan
rumahnya > jarang berkeringat karena udara dingin dan kering). Berorbit
selama 41 hari, mulai 12 Mei – 21 Juni. Kondisi meteorologisnya sama,
tapi curah hujan naik menjadi 149.2 mm.24
Awal mangsa kasa (pertama) adalah 22 Juni, yaitu saat posisi
Matahari di langit berada pada garis balik Utara (tropic of cancer), sehingga
bagi petani di wilayah antara Gunung Merapi dan Gunung Lawu saat itu
adalah saat bayangan terpanjang (empat pecak/kaki ke arah Selatan). Pada
saat yang sama, rasi bintang Waluku terbit pada waktu subuh (menjelang
fajar). Dari sinilah keluar nama “waluku”, karena kemunculan rasi Orion pada
waktu subuh menjadi pertanda bagi petani untuk mengolah sawah atau

24
Isniyatin Faizah, Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem..... h.39-44.

13
lahan menggunkan bajak, untuk menanam palawija (jagung dan kacang-
kacangan).25
Rasi bintang Orion merupakan penunjuk awal Pranatamangsa dan
arah Barat – Timur, apabila dilihat di langit 85˚ LU dan 75˚ LS, pada Januari –
Februari, akan tampak paling jelas pada pukul 21.00 WIB dan dilihat pada
pertengahan Juni – awal Agustus, pada Subuh (jam 04.00 – 05.00 WIB)
terlihat terang sehingga sebagai pertanda Musim Kemarau, petani mulai
membajak sawah untuk menanam Palawija.26
Mulai tanggal 21 Juni (akhir Mareng dalam pranatamangsa) – 23
September Matahari berangsur-angsur kembali menuju sebelah Selatan
mendekati khatulistiwa, siang hari terasa panjang sedikit, akan tetapi masih
tetap lebih pendek daripada malam hari. Pada saat itu terjadi musim panas di
belahan Utara dan musim dingin di belahan Selatan.27
Pada tanggal 23 September – 22 Desember (awal mangsa Rendeng)
Matahari mulai semakin menjauh dari khatulistiwa, akan tetapi berada di
seperdua bulatan Selatan. Titik terbitnya terletak di sebelah Selatan titik
Timur dan titik terbenamnya di sebelah Selatan dari titik Barat. Pada saat itu
terjadi musim gugur di belahan Utara dan terjadi musim semi di belahan
Selatan.28
Pada tanggal 22 Desember – 21 Maret dimulai dengan Matahari
berada di zenith garis balik Selatan Bumi (tropic of capricorn), Matahari mulai
berangsur-angsur kembali menuju sebelah Utara mendekati khatulistiwa,
sehingga siang hari bertambah pendek. Pada saat itu terjadi musim dingin di
belahan Utara dan musim panas di belahan Selatan.29 Dari sini penanggalan
Pranatamangsa mulai memasuki mangsa ke 7 (rendheng). Hingga Matahari
kembali lagi ke posisi garis balik Utara yakni pada tanggal 21 Juni.

25
Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem..... h.46.
26
Isniyatin Faizah, Ibid.
27
Isniyatin Faizah, Ibid.
28
Isniyatin Faizah, Ibid, h.51.
29
Isniyatin Faizah, Ibid, h.51.

14
Gambar 3: Posisi Bumi terhadap Matahari dalam Kalender Pranatamangsa

Demikian pranatamangsa bukan hanya sebuah rekasa perhitungan yang


dilakukan oleh nenek moyang namun juga mereka mempertimbangkan sisi
astronomisnya dan mengacu pada posisi rotasi terhadap Matahari ketika
berevolusi sehingga bisa menjadi tanda bagi permulaan maupun akhir
musim.

E. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah:
1. Pranatamangsa merupakan hasil budaya Jawa berupa sistem
penanggalan berdasarkan tanda-tanda alam yang digunakan untuk
bidang pertanian dan telah ada sejak sebelum jaman Hindu.
2. Sistem penanggalan pranatamangsa membagi siklus 365/366 hari
dalam 3 kelompok musim, musim utama yaitu musim penghujan
(rendheng), musim mareng (pancaroba), musim kemarau (ketiga),
dan musim labuh (menjelang hujan). Musim kedua dengan 4 musim
utama dan 2 musim pendek. Musim ketiga yang terbagi menjadi 12
mangsa kecil.
3. Penanggalan pranatamangsa merupakan penanggalan yang berbasis
sains, dan menggunakan sistem astronomi, hal ini terbukti dengan
penandaan tiap mangsa yang dilihat berdasarkan rasi bintang

15
terutama rasi bintang orion serta melihat kedudukan Matahari
sebagai permulaan siklus dan lamanya hari ditentukan oleh panjang
bayangan saat matahari berkulminasi.

F. Penutup
Demikian makalah ini dibuat. Penulis menyadari masih banyak
adanya kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu
kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis butuhkan untuk
pembuatan makalah kedepannya. Kiranya hanya itu yang dapat penulis
sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya
bagi masyarakat khususnya bagi pembaca. Sekian terimakasih.

16
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, Yosep, dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi Penginderaan Jauh
Satelit TRMM (Tropical Rainfall Measurement Mission) dengan sistem
Pertanian Pranatamangsa untuk Optimalisasi Produktivitas Pertanian di
Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah”, Jurnal Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika, Vol.2 No.2 Juni 2015.

Faizah, Isniyatin, “Studi Komparatif Sistem Penanggalan Jawa Pranatamangsa


dan Sistem Penanggalan Syamsiyah yang Berkaitan dengan Sistem
Musim”, Skripsi Strata 1 IAIN Walisongo Semarang, 2014.

Fidiyani, Rini dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam menurut Pikiran
Orang Jawa berdasarkan Pranata Mangsa”, Jurnal Dinamika Hukum,
vol.12 No.3 September 2012.
Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan
Masehi, Hijriyah dan Jawa), Semarang: Walisongo Semarang, 2011.
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004.
Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.
Kristoko, Hartono, dkk, “Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local
Knowledge and Agro Meteoroogy using Fuzzy Logic for Determining
Planting Pattern”, IJCSI International Jurnal of Computer Science Issues,
Vol.9 Issues 6 No.2 November 2012.
Wisnubroto, Sukardi, “Pengenalan Waktu Tradisional Pranatamangsa menurut
Jabaran Meteorologi dan Pemanfaatannya, Jurnal Agromet, Vol XI No. 1
dan 2 tahun 1995.
http://langitselatan.com/2015/01/31/selayang-pandang-pranata-mangsa/

17

Anda mungkin juga menyukai