Anda di halaman 1dari 72

Wasiat

al ustadz
Aceng
Zakaria
Terhadap
Seluruh
Alumni
Pesantren
Persatuan
Islam
Penulis

Editor

Setting & Layout

Desain Sampul

Penerbit
‫َّ َ ح َ ح َ َّ َ ح َ ُ ُ َ َ ح َ ح ُ ُ‬
‫‪III‬‬

‫ّلِل َنٍده ونصخ ِػيِّ‬ ‫ِإن اْلٍد ِ ِ‬


‫هلل ٌِ حَ ُ ُ‬ ‫ََح َح ُُ ََُحُ‬
‫ُش حو ِر‬ ‫ونصخغ ِفره وجػٔ ِ ِ‬
‫ا‬‫ة‬ ‫ذ‬
‫َ ح ُ َ َ ح َ ِّ َ َ ح َ َ َ ح َ ح‬
‫ات أخٍ ِاِلا‪ ٌَ ،‬حٓ ِد‬ ‫أجف ِصِا و ٌَِ شيئ ِ‬
‫ح ح َ َ‬ ‫ُ َ ح ح‬
‫اهلل ف ُٓ َٔ ال ٍُٓخَ ِدى َو ٌَ حَ يُظ ِيو فال‬
‫اهلل َو حح َدهُ‬ ‫ال ُ‬ ‫َ َ َ ُ َ ح َ ُ َ ح َ َ َ َّ‬
‫ْا ِدي َل‪ ،‬أشٓد أن ال ِإَل إِ‬
‫َل َوأَ حش َٓ ُد أَ َّن ُُمَ ٍَّ ًدا َختح ُدهُ‬ ‫م َُ‬ ‫َ َ ح َ‬
‫ُشي‬
‫ال ِ‬
‫ح‬ ‫َ‬ ‫َو َر ُش حٔ ُ ُ‬
‫َل‪ ،‬أ ٌَّا َبػ ُد؛‬
‫‪III‬‬
Pada tahun 1969 saya pergi ke Bandung
untuk belajar di Pesantren Persis Pajaga-
lan. Alhamdulillah saya bisa langsung
masuk di tingkat Mu’allimin kelas 1 catur
wulan ketiga, atas bantuan saudara kakak
saya, Bapak Mu’allim Anshor dari Wana-
raja. Itupun setelah melalui testing oleh
Ustadz K.H. E. Abdullah.
Saya sampaikan kepada beliau karya tulis
saya seperti ilmu Nahwu, Sharaf hasil
belajar dari guru saya, Ajengan Uyum.
Sewaktu di Wanaraja saya telah mem-
pelajari beberapa kitab pesantren tradisi-
onal, seperti Safinah, Tijan, Sulam Taufik,
Jurumiyah, Imrithi, Sharaf Kailani dan
kitab-kitab lainnya, kurang lebih ada 10
kitab yang telah saya pelajari.
Berarti saya telah terbiasa baca kitab-
kitab gundul. Dengan bekal itu saya tidak
merasa berat mengikuti pelajaran yang
diajarkan di Pesantren Persis Pajagalan.
Kemudian saya belajar bahasa Inggris
dengan mengikuti kursus di luar pesan-
tren. Alhamdulillah saya bisa naik ke
kelas 2 Mua’llimin sebagai kelas terakhir
di pesantren, karena waktu itu jenjang
Mu’allimin hanya dua tahun dan jenjang
Tsanawiyyah empat tahun.
Kemudian saya langsung mengikuti Ujian
Akhir Mu’allimin, sekaligus juga mengi-
kuti Ujian Akhir Tsanawiyyah. Berarti pada
akhir tahun yang sama, saya harus me-
ngikuti ujian Tsanawiyyah dan Mu’alli-
min. Alhamdulillah, dua-duanya lulus
dengan ijazah yang sama, yaitu Ijazah
Tsanawiyyah tahun 1970 dan Ijazah
Mu’allimin pada tahun yang sama.
Peserta ujian Mua’llimin hanya 2 orang,
yaitu saya sendiri dan Nashar dari Kopo
Bandung (sekarang sudah meninggal).
Setelah selesai belajar di Mu’allimin, saya
meminta nasihat kepada Al-Ustadz
‘Abdurrahman, kemana saya harus me-
lanjutkan? Ada yang menyarankan untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi, ada
juga yang menyarankan untuk pulang
kampung, ada juga yang menyarankan
untuk bergaul dengan para tokoh
Masyumi di Jakarta.
Al-Ustadz ‘Abdurrahman menyarankan
kepada saya untuk tetap di Bandung dan
membantu beliau untuk mengajar di
pesantren Pajagalan. Saya mengikuti
saran beliau dan mengajar di pesantren
Pajagalan, kurang lebih lima tahun, dari
tahun 1970 sampai 1975. Di samping itu
saya ikut bersama asataidz yang lainnya
untuk mengkaji kitab tafsir Ibnu Katsir di
rumah Ustadz ‘Abdurrahman setiap
malam Kamis di gang Hasan.
Pada tahun 1975, saya diminta oleh
Ustadz Djamaluddin untuk mengajar di
Pesantren Persis Bentar Garut yang
waktu itu dipimpin oleh alm. Ustadz Syi-
habuddin dan Ibu Aminah Dahlan. Kemu-
dian saya dipanggil oleh Ustadz ‘Abdur-
rahman dan ditanya; apakah saya siap
untuk mengajar di pesantren Bentar?
Saya menyatakan siap kalau ditugaskan
oleh beliau. Tetapi di saat itu saya belum
ditugaskan sebelum ada permohonan
langsung dari pimpinan Pesantren
Bentar, yaitu Ibu Aminah.
Akhirnya Ibu Aminah sendiri datang
lansung kepada Al-Ustadz ‘Abdurrahman
dan memohon agar saya ditugaskan ke
Pesantren Persis Bentar Garut. Akhirnya
saya pindah ke Garut dan mengajar dari
mulai tahun 1975.
Sebelum saya mengajar di pesantren,
saya sudah dikenal oleh jama’ah Persis
yang ada di Garut karena pada tahun
1973 saya suka diajak muthala’ah ber-
sama (diskusi) dengan para asatidz atau
para kiayi di luar Persis, yaitu dengan
Ajengan Karhi, tokoh ulama Garut, juga
dengan Ajengan Sulaeman, tokoh Muha-
madiyyah dan Raden Uje, juga tokoh
Muhammadiyyah Garut, alumni pesan-
tren Jombang. Muthala’ah tersebut rutin
dilaksanakan sebulan sekali dan men-
diskusikan masalah khilafiyah seperti;
1. Tatswib, apakah di adzan awwal
atau di adzan Shubuh ?
2. Masalah menggerak-gerakkan telun-
juk dalam Tasyahhud.
3. Masalah Bismillah dalam surat al-
Fâtihah, apakah dibaca dengan jahar
atau tidak ?
4. Masalah Ma’mum membaca al-Fâti-
hah di belakang imam, apakah di-
baca atau cukup dengan mendengar-
kan ?
5. Masalah Qunut Shubuh.
6. Masalah jumlah Raka’at Shalat
Tarawih.
7. Masalah Jama’ dan Qashar dalam
perjalanan.
8. Masalah waktu mengeluarkan Zakat
Fithrah.

Serta masalah-masalah khilafiyyah yang


lainnya. Alhamdulillah dalam pelaksana-
an muthala’ah berjalan dengan lancar
dan saling menghargai dan berjalan
kurang lebih satu tahun. Muthala’ah
tersebut disaksikan oleh sejumlah banyak
orang-orang baik dari jama’ah Persis
maupun dari luar jama’ah.
Demikian juga saya pernah diskusi
dengan Aceng Akik, tokoh Muhamma-
diyyah dari Tasikmalaya, yang ber-
langsung pada tahun 1973 di Cibodas
Samarang Garut. Adapun masalah yang
diperdebatkan adalah:
1. Nabi Adam bukan nabi.
2. Yang Haidh pun tetap wajib shalat
dan shaum di bulan Ramadhan.
3. Boleh menikah kepada 9 istri.
Juga masalah-masalah yang lainnya.
Debat tersebut hanya berjalan satu kali
dan untuk selanjutnya dibatalkan.
Dengan pengalaman perjalanan debat
tersebut, maka saya cepat dikenal oleh
masyarakat di Garut, terutama oleh
jama’ah Persis. Maka pada tahun 1975,
saya menikah dengan putri Ustadz Dja-
maluddin, yaitu Euis Nurhayati dan saya
langsung menetap di Garut.

1. Pengalaman mengajar pertama yaitu


di Bandung, tepatnya di Pesantren
Persis Pajagalan Bandung dari tahun
1970 sampai awal tahun 1975.
2. Kemudian mengajar di Pesantren
Persis Bentar, dari mulai tahun 1975
sampai 1992.
3. Kemudian saya mengembangkan
pesantren di Wanaraja dari tahun
1991 sampai 2000.
4. Kemudian saya mengajar di Pesan-
tren Persis Rancabogo dari mulai
tahun 1993 sampai 2000.
5. Kemudian karena lokasi Pesantren
Persis Bentar sudah tidak dapat
menampung lagi, maka saya bersama
Ustadz Djamaluddin mengembang-
kan lagi pesantren di Rancabango
dari tahun 1991, karena Ustadz Dja-
maluddin memiliki tanah seluas 600
tumbak dan langsung diwakafkan ke
jam’iyyah Persis.
6. Pada tahun 1979, saya mendirikan
pesantren tingkat Mu’allimin di
Pesantren Bentar.
7. Pada tahun 1991, saya mendirikan
Pasca Mu’allimin dan berjalan dua
tahun, kemudian saya mendirikan
Sekolah Tinggi (STAIPI) sebagai kelas
jauh dari STAIPI Bandung. Kemudian
secara mandiri mendirikan STAIPI di
Garut dan STKIP sebagai kelas jauh
dari Bandung. Alhamdulillah STAIPI
Garut berjalan sampai sekarang dan
telah mewisuda sebanyak 11 angka-
tan.
Saya memimpin STAIPI selama 18
tahun dan sekarang dipimpin oleh
Dr. Maman Sumpena, M.SI., dan
sekarang sedang dirintis untuk alih
status menjadi Institut karena sudah
memiliki 8 Program Studi (Prodi).
Dan saya sekarang memegang jaba-
tan sebagai Ketua Senat di STAIPI.
Alhamdulillah jumlah mahasiswanya
sekarang sudah mencapai lebih dari
1100 orang. Berarti, murid-murid
saya, baik alumni pesantren Persis
dan STAIPI mungkin sudah mencapai
5000an lebih.

Pada tahun 2015 saya mendapatkan


amanah untuk menjadi Ketua Umum
Persis. Tadinya saya menolak untuk men-
jadi Ketum karena saya merasakan
banyak kekurangan untuk menjabat
posisi tersebut. Tetapi jama’ah Persis
tetap menuntut saya untuk memimpin
jam’iyyah Persis. Maka dari tahun 2015
saya resmi dilantik menjadi Ketua Umum
Pusat Persatuan Islam. Berarti saya
sampai sekarang sudah 7 tahun me-
mimpin jam’iyyah karena ada perpan-
jangan jabatan Ketua Umum sehubungan
dengan tidak bisa dilaksanakannya Muk-
tamar pada tahun 2020 karena pandemi
Covid-19. Dan insya Allah, Muktamar
akan dilaksanakan pada tanggal 22 Sep-
tember 2022.
Alhamdulillah dengan dukungan Tasykil
Pimpinan Pusat Persis yang kebanyakan
para alumni pesantren yang pernah di-
ajar oleh saya, mereka dapat mendukung
pelaksanaan program jam’iyyah dan
mereka tetap menghormati saya sebagai
ustadz.
Kini saya telah berumur 74 tahun. Tentu
saja sisa umur saya hanya sedikit lagi dan
akan dipanggil untuk menghadap Rabb-
Nya.
Maka dengan ini saya ingin berwasiat
kepada seluruh alumni yang pernah
diajar oleh saya, untuk:
1. Memaafkan segala kekurangan saya
selama mengajar di pesantren.
2. Manfaatkanlah ilmu yang telah di-
terima di pesantren agar menjadi
‘ilmun yuntafa’u bihi bagi saya.
3. Kembangkanlah ilmu yang telah di-
terima karena saya hanya mem-
berikan ilmu dasar saja.

Alhamdulillah telah banyak alumni yang


aktif mengajar di pesantren bahkan men-
jadi mudir baik di tingkat Mu’allimin, Tsa-
nawiyyah, Ibtidaiyyah, Diniyyah dan TK.
Sekarang saja di Garut sudah ada 16
Pesantren tingkat Mu’allimin, 25 pesan-
tren tingkat Tsanawiyyah, 60 pesantren
tingkat Ibtidaiyyah/Diniyyah, 54 pesan-
tren tingkat TK/RA dan 1 sekolah tinggi
(STAIPI), yang mana pada umumnya di-
kelola oleh alumni.
Demikian juga banyak yang aktif di
jam’iyyah, baik di tingkat pusat (PP),
wilayah (PW), daerah (PD) atau kecama-
tan (PC).
Demikian juga telah banyak yang me-
lanjutkan kuliahnya ke luar negeri seperti
Mesir, Pakistan, Sudan, Malaysia dan
negara-negara lainnya. Dan banyak juga
yang telah meraih gelar doktor bahkan
profesor seperti Ustadz Jajang Rohmana
dari Subang yang aktif mengajar di UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Tentu saja
semua itu akan menggembirakan dan
membanggakan saya.
Demikian juga ada yang aktif di partai
politik, ada juga yang berprofesi sebagai
pengusaha, juga ada yang aktif di lem-
baga pemerintahan, dan alhamdulillah
masih tetap memiliki keterikatan dengan
jam’iyyah, masih ada hubungan emo-
sional dengan pesantren. Itu semua
cukup menggembirakan dan membang-
gakan saya, dimana hampir di semua lini
ada alumni dari pesantren.
Ada tiga kekuatan yang mesti dimiliki
atau dikuasai oleh ummat Islam khusus-
nya para alumni, yaitu:
1. Kekuatan Politik
Ada sebuah ungkapan; segenggam
kekuasaan dapat mengalahkan se-
gudang ilmu pengetahuan. Maka
dengan kekuatan politik dapat me-
nentukan segala kebijakan di peme-
rintahan. Maka setiap politikus
muslim harus dapat menguasai
bidang-bidang politik demi tercapai-
nya Baldatun Thayyibatun wa Rabbun
Ghafur (negeri yang baik, aman dan
sejahtera dan mendapatkan ampu-
nan Allah).
Maka jiwa seorang politikus tentu
saja harus memiliki iman yang kuat,
keberanian yang tangguh untuk men-
capai ‘Izzul Islam wa al-Muslimin
(kejayaan Islam dan kaum muslimin),
bukan malah sebaliknya, yaitu ‘Izzu-
hum bi al-Islam wa al-Muslimin (me-
raih kejayaan dengan Islam dan
kaum muslimin), justru harus bisa
membela Islam dan kaum muslimin,
bukan memanfaatkan Islam dan
kaum muslimin.
Dimana pun kita berada, landasilah
dengan tujuan Liya’budûnî dengan
dibarengi prinsip Hayâtunâ Kulluhâ
‘Ibadatun.

2. Kekuatan Ekonomi
Kekuatan ekonomi pun perlu di-
perhitungkan bahkan dalam Alquran
dinyatakan sebagai modal yang per-
tama, yaitu firman Allah SWT surat
al-Taubat ayat 41.
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa
hendaklah kamu berjihad di jalan
Allah dengan mengorbankan harta
dan jiwa dan itu lebih baik bagi kamu
kalau kamu mengetahuinya.
Dalam membangun ekonomi, per-
tama Nabi membangun muakhat
(mempersaudarakan) antara shaha-
bat Anshar dan Muhajirin. Dimana
orang Muhajirin ahli berdagang se-
dangkan shahabat Anshar tukang
tani.
Maka shahabat Muhajirin mampu
memasarkan hasil pertanian orang
Anshar, sehingga kuatlah ekonomi
orang Islam dan jatuhlah ekonomi
orang Yahudi. Bahkan akhirnya orang
Yahudi diserahi untuk menggarap
tanah di Khaibar. Malah pada zaman
khalifah ‘Umar, orang Yahudi diusir
dari Madinah. Itulah kekuatan iman,
politik dan ekonomi di zaman Nabi.

3. Kekuatan Mental
Dengan kekuatan iman, maka apa-
pun perintah Allah akan dapat di-
laksanakan dengan maksimal walau
menurut perhitungan akal akan me-
rugikan dan memberatkan. Seperti
halnya kejadian perang Badar,
jumlah pasukan muslimin 313 orang
sedangkan jumlah pasukan kafir
1000 orang dengan persenjataan
yang lengkap.
Tetapi dengan modal iman yang
kuat, tawakkal yang penuh, mereka
kaum muslimin berani menghadapi
kaum kafir dengan jumlah pasukan
yang tidak seimbang.
Dan akhirnya kaum muslimin meraih
kemenangan yang gemilang dengan
terbunuhnya 70 orang kafir termasuk
Abu Jahal dan tertawannya 70 orang,
sedangkan dari pasukan muslimin
hanya terbunuh 16 orang.

A. Kondisi Keilmuan
Dilihat dari keilmuan ummat Islam,
masih banyak kekurangan, di antara-
nya:
1. Masih banyak yang belum me-
ngenal huruf Alquran, belum bisa
baca Alquran.
2. Masih banyak yang belum bisa
baca Alquran sesuai dengan
kaidah ilmu Tajwid.
3. Masih banyak yang belum me-
ngenal isi dan kandungan
Alquran.
4. Masih banyak yang belum me-
ngenal Alquran sebagai petunjuk
hidup.
5. Masih banyak yang belum me-
ngenal hukum-hukum Alquran.
6. Masih banyak yang belum me-
ngenal mukjizat Alquran dan ke-
istimewaannya.

B. Tentang Hadits Nabi


Mengenai hadits Nabi, ummat Islam
dirasa masih banyak kekurangan, di
antaranya:
1. Masih banyak yang belum me-
ngenal hadits-hadits Nabi.
2. Masih banyak yang belum me-
ngenal kitab-kitab hadits Nabi
seperti Shahih al-Bukhari, Shahih
Muslim dan kitab-kitab hadits
yang lainnya.
3. Masih banyak yang belum me-
ngenal isi kitab Bulughul Maram.
4. Masih banyak yang belum me-
ngenal ilmu hadits.
5. Masih banyak yang belum me-
ngenal, mana hadits Shahih,
mana yang Dha’if.
6. Masih banyak yang belum me-
ngenal ilmu Mushthalah Hadits.

C. Tentang ilmu Alat


Dilihat dari segi ilmu alat, ummat
Islam pun masih banyak kekurangan,
di antaranya:
1. Masih banyak yang belum
mengenal ilmu Tajwid.
2. Masih banyak yang belum belajar
ilmu Nahwu dan ilmu Sharaf.
3. Masih banyak yang belum me-
ngenal ilmu Mushthalah Hadits.
4. Masih banyak yang belum me-
ngenal ilmu Ushul Fiqih.

D. Tentang Sirah Nabawiyyah


Dilihat dari segi sirah Nabi, ummat
Islam pun masih memiliki kekura-
ngan, di antaranya:
1. Masih banyak yang belum me-
ngenal Sirah Nabi.
2. Masih banyak yang belum me-
ngenal perjalanan Dakwah Nabi.
3. Masih banyak yang belum me-
ngenal sebab-sebab timbulnya
peperangan di zaman Nabi.
4. Masih banyak yang belum me-
ngenal sikap Nabi terhadap
orang-orang kafir.
5. Masih banyak yang belum me-
ngenal keberanian Nabi dalam
menghadapi orang-orang kafir.
6. Masih banyak yang belum me-
ngenal Nabi sebagai Uswatun
Hasanah.

E. Tentang kualitas Pengabdian diri


terhadap Allah
Dalam hal melaksanakan perintah
Allah, mestinya semaksimal mungkin,
sebagaimana diperintahkan dalam
Alquran; Bertaqwalah dengan se-
baik-baik taqwa. Tetapi kenyataan di
masyarakat masih beragam, yaitu:
1. Ada yang belum sadar untuk
melaksanakan shalat.
2. Ada yang melaksanakan shalat
tetapi masih belang betong.
3. Ada yang melaksanakan shalat
dengan tidak mengetahui arti
yang dibaca dalam shalat.
4. Ada yang melaksanakan shalat
tetapi tidak melaksanakan do’a
atau wirid setelahnya.
5. Ada yang hanya melaksanakan
shalat fardhu saja, tetapi belum
melaksanakan shalat rawatibnya.
6. Ada yang belum tergugah untuk
melaksanakan shalat Tahajjud
atau shalat Dhuha.
7. Dalam hal ibadah Mâliyah, ada
yang belum sadar untuk menge-
luarkan zakat, infaq dan sha-
daqah.
8. Ada yang belum tergugah untuk
mewakafkan hartanya di jalan
Allah.

Itulah lahan dakwah dan perjuangan


yang mesti dipersiapkan oleh para
alumni. Dalam Alquran dinyatakan:
ََّ‫ِيَ َّٱ ۡص َط َف ۡيِا‬ ََّ َٰ‫ُثًَّ َّأَ ۡو َر ۡث َِا َّٱ ۡىه َِت‬
ََّ ‫ب َّٱَّل‬
ۡ ّ ٞ َ ُۡۡ َ َ َ
َّ‫ص َِّّۦ‬ ِ ‫َّّلَف‬ ِ ًِ ‫ٌ َِۡ َّغِتادُِاۖ َّف ًٍِِٓ َّظال‬
َ ۡ ‫قََّّةٱ‬
َِّ َٰ ‫ۡل ۡي َر‬
َّ‫ت‬ ُ َ ۡ ُ ۡ َ ٞ ‫َوٌ ِِۡ ًَُّٓ ٌُّ ۡل َخ‬
ِ َّ ِ ‫ص َّدَّوٌِِٓ ًََّّشاة‬ ِ
َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ ُ َ َٰ َ ۡ
.‫ي‬ َُّ ِ ‫و َّٱىهت‬ َّ ‫للهِ َّذل ِم َّْٔ َّٱىفض‬ َّ ‫بِإِذ ِن َّٱ‬
)23 /‫(فاطر‬
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan
kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di
antara mereka ada yang menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara
mereka ada yang pertengahan dan
diantara mereka ada (pula) yang lebih
dahulu berbuat kebaikan dengan izin
Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.” (Q.S. Fâthir:
[35] 32)

Ayat di atas menjelaskan tentang


‘klasifikasi pewaris Alquran’, yaitu:
1. Zhâlimun Li Nafsihi
Zhalim terhadap dirinya, ialah mereka
yang acuh tak acuh terhadap agama-
nya. KTP-nya Islam tetapi dia tidak
dapat menjaga citra dan nama baik
Islam, ia sering melanggar aturan-
aturan Islam dan tidak melaksanakan
sepenuhnya ketentuan-ketentuan
Islam. Menurut Ibnu Katsir, Zhâlimun
Li Nafsihi adalah:
‫رررات‬َ‫رررر ُ ف ف حػرررو ال ح َٔاجت‬
ِّ ‫اَل ح ٍُ َف‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َّ َ ُ ‫ح‬ ‫َحُ ح َ ُ ح‬
ِ ٌ‫كب ِ َِلػ ِض الٍحر‬
.‫ات‬ ِ ‫الٍرح‬
“Orang yang lalai dalam melak-
sanakan sebagian kewajiban dan
kadang melakukan sebagian yang
diharamkan.”

2. Muqtashidun
Yaitu pertengahan, adalah orang
yang tidak serius dan tidak ber-
sungguh-sungguh dalam melaksana-
kan perintah agama. Ibnu Katsir men
definisikannya adalah:
ُ ‫رررِّ ِّدى ليح َٔاجتَرررات ا َ َُّرررار‬
َ ٍُ ‫اَل ح‬
ِ ِ ِ ِ
َ ‫َ َ ح َ حُ ح‬
‫ررُ ُ َبػررض‬ ‫ررات وكررد ح‬ َ َّ َ ُ ‫ح‬
ِ ٌ‫لِيٍحر‬
.‫ات‬ َّ َ َ ‫ح ُ ح‬
ِ ‫الٍصخحت‬
“Yang melakukan kewajiban dan
dapat meninggalkan yang diharam-
kan tetapi kadang ia meninggalkan
hal-hal yang disunnatkan.”

3. Sâbiqun bil Khairât


Ialah yang berlomba dalam melak-
sanakan kebaikan. Ia dapat meman-
faatkan semua peluang dan kesem-
patan untuk beramal shaleh.
Menurut Ibnu Katsir, mereka itu
adalah:
َّ َ َ ‫ح ُ ح‬ َ َٔ ‫اَىح َفاغ ُو ليح‬
ِ ‫رات َوالٍصرخحت‬
‫ات‬ ِ ‫اجت‬ ِ ِ ِ
‫ح‬
َ‫َ َ حُح‬ َ ‫ا َ َُّار ُ ليح ٍُ َح َّر‬
‫رات‬
ِ ْ ‫و‬‫ر‬‫ه‬ ٍ ‫ال‬‫و‬ ‫ات‬
ِ ٌ ِ ِ
َ َُ ‫ح‬ ‫َح‬
ِ ‫َوبػ ِض الٍتاح‬
.‫ات‬
“Yang melakukan hal-hal yang
wajib dan yang sunnat, yang me-
ninggalkan yang haram juga yang
makruh dan sebahagian perkara-
perkara yang mubah.”

Demikian klasifikasi pewaris Alquran. Kita


tidak dapat menutup mata, kenyata-
annya masih banyak ummat Islam yang
Zhâlimun Li Nafsihi bahkan mungkin
masih mayoritas dan sedikit sekali
ummat Islam yang Sâbiqun bi al-Khairât,
bahkan juga yang Muqtashid.
Jadi bagaimana mungkin Islam dirasakan
sebagai Rahmatan Li al-‘Âlamîn jika
kondisi ummat Islam masih banyak yang
Zhâlimun Li Nafsihi. Kondisi ini menuntut
bahwa masih diperlukan pembenahan,
pembinaan dan bimbingan agar ummat
Islam dapat meningkatkan kesadaran
beragamanya, siap untuk membela dan
memperjuangkan Islam di muka bumi ini.

Bahan ajar untuk dijadikan pedoman dan


bekal untuk meraih kebahagiaan dunia
dan akhirat adalah Alquran dan Alsun-
nah. Alquran mutlak harus dipahami dan
dikuasai oleh setiap muslim dan dijadikan
kurikulum dalam kehidupan setiap
manusia.
Alquran itu sebanyak 30 juz, 1 juz itu 10
lembar dan satu 1 lembar itu 30 baris.
Kita programkan saja dari usia 6 sampai
15 tahun untuk belajar membaca Alquran
dengan baik, yaitu memperhatikan ba-
caan panjang dan pendeknya.
Jangankan Alquran, basa Sunda pun
harus pakai tajwid. Seseorang ditanya;
dimana jongkonya pa Ahmad? Jawabnya:
pilarian we jongko nu pang payuna.
Kemudian ditanya lagi; Dupi jongko pa
‘Ali dimana? Jawab: pilarian we jongko
nu pang payunna. Beda maksud pang
payuna dengan pang payunna. Kalau
pang payuna adalah toko yang paling
laris, sedangkan pang payunna adalah
toko yang terletak paling depan.
Berarti, sembilan tahun kita programkan
untuk belajar membaca Alquran dengan
baik beserta tartilnya. Dari usia 15 tahun
kita programkan untuk belajar isi, arti,
maksud dan kandungan Alquran sampai
usia 45 tahun. Berarti 30 juz untuk 30
tahun, 1 juz 1 tahun. 1 juz itu 10 lembar
(atau 20 halaman), berarti 1 lembar 1
bulan. 1 lembar itu 30 baris, berarti 1
baris 1 hari. Sedang kan yang 2 bulan
untuk libur semester I 1 bulan dan se-
mester II 1 bulan.
Saya kira untuk belajar 1 baris per hari
tidak akan menyita waktu walau bagi
orang yang sibuk sekalipun. Kemudian
dari usia 45 sampai 60 tahun masih ada
sisa usia 15 tahun. Nah ini untuk dikaji
ulang yaitu 2 juz 1 tahun.
Berarti jika ummat Islam dapat menyi-
sihkan waktu untuk belajar Alquran 1
baris 1 hari, maka di usia 45 tahun setiap
orang Islam pasti memahami dan me-
nguasai isi dan kandungan Alquran se-
bagai petunjuk hidup.
Sedangkan program belajar hadits, ada
sebuah kitab yang paling sederhana te-
tapi memuat pokok-pokok kajian keisla-
man, yaitu kitab Bulughul Maram yang
terdiri dari 1596 hadits. Di dalamnya
terdapat lima kajian pokok, yaitu: Ibadah,
Munakahah, Mu’amalah, Jinayah, dan
Adab. Kalau kita programkan untuk di-
jadikan kurikulum selama 30 tahun,
berarti 1596 hadits dibagi 30 tahun = 53
hadits per tahun atau 5 hadits selama 1
bulan = kurang lebih 1 hadits 6 hari.
Sungguh ringan sekali untuk belajar 1
hadits selama 6 hari dan tidak akan me-
nyita waktu yang banyak. Kalau setelah
shubuh belajar Alquran 1 baris dan
belajar hadits 1 hadits per 6 hari, maka
ummat Islam di usia 45 tahun akan
menguasai Alquran dan Alhadits. Silah-
kan coba praktekkan !
Untuk lebih jelasnya, kurikulum Alquran
dan Alhadits dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Membaca Alquran 3 Juz
dengan baik dan 1 Hal /
6-15 10 Tahun 60 Hal 6 Hal
benar sesuai kaidah 5 Hari
ilmu Tajwid 900 Baris 90 Baris 3 Baris
1 Juz
Mempelajari
1 Hal /
16-45 30 Tahun terjemah, isi dan 20 Hal 2 Hal
16 Hari
kandungan Alquran
300 Baris 30 Baris 1 Baris
2 Juz
Muraja’ah dan
1 Hal /
46-60 15 Tahun evaluasi bacaan dan 40 Hal 4 Hal
8 Hari
pemahaman
600 Baris 60 Baris 2 Baris
KETERANGAN : Alquran 30 Juz | 1 Juz = 20 Halaman | 1 Halaman = 30 Baris.
Membaca Alhadits
1 Hadits /
6-15 10 Tahun dengan baik dan 159 Hadits 16 Hadits
2 Hari
benar.
Mempelajari
1 Hadits /
16-45 30 Tahun terjemah, isi dan 53 Hadits 5 Hadits
6 Hari
kandungan Alhadits.
Muraja’ah dan
1 Hadits /
46-60 15 Tahun evaluasi bacaan dan 106 Hadits 11 Hadits
3 Hari
pemahaman.
KETERANGAN : Kitab hadits yang digunakan yaitu Bulughul Maram karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani
yang berjumlah 1596 Hadits.
‫‪Di hari akhir nanti hanya ada dua tempat‬‬
‫‪kembali, yaitu surga dan neraka. Allah‬‬
‫‪SWT dalam firman-Nya menegaskan:‬‬

‫َّز َم ًراَّۖ‬
‫َّج َِٓ ًَ ُ‬‫ز َف ُر ٓوا ْ َّإ َ ََٰل َ‬
‫َ َ‬
‫ِيَ َّ‬
‫يق َّٱَّل َّ‬ ‫َو ِش ََّ‬
‫ِ‬
‫َ َ ُٓ َ ُ َ ۡ ََۡ ُ َ َ َ َ‬
‫َّت َّإِذاَّجاءوْاَّفخِحج َّأةوَٰبٓاَّوكالَّ‬ ‫َح ٰٓ‬
‫ِِسًَّۡ‬ ‫َُ ۡ َ َ َُ َ ٓ ََۡ َۡ ُ ۡ ُ ُ ‪ُ ّ ٞ‬‬
‫لًٓ َّخزجخٓا َّألً َّيأح ِسً َّرشو ٌَّ َّ‬
‫َ ُ‬ ‫َ َۡ ُ ۡ َ َ‬ ‫ُ َ‬
‫َّربِّس ًَّۡ‬ ‫َّءاي َٰ ِ‬
‫ج‬ ‫َح ۡخئن َّغييسً‬
‫َ ُ ُ َ ُ ۡ َ َٓ َۡ ُ ۡ َ َ َ ُ ْ‬
‫ويِ ِذروُسً َّى ِلاء َّئٌِسًَّهَٰذاهَّك َّال َّ‬
‫ٔاَّ‬
‫ََ‬ ‫َ َ َٰ َ َ َٰ ۡ َ ۡ َ ُ ۡ َ‬
‫اب َّلَعَّ‬ ‫ج ََّك ِ ٍَث َّٱى َػذ َِّ‬ ‫سَ َّحل‬ ‫ةَل َّول ِ‬
‫َ‬ ‫َ ۡ ُ ُ ْ‬ ‫ۡ َ‬
‫ِيو َّٱدخي َّٓٔا َّأةۡ َو َٰ َبَّ‬ ‫يَ َّ‪َّ ٧١‬ر َّ‬ ‫ٱىكَٰفِ ِر ََّ‬
‫َ َ ۡ َ َۡ‬ ‫َ َ َ َ‬
‫َّخ َٰ ِِل َ‬
‫ٌَّث َٔىَّ‬ ‫ِيَ َّذِيٓاۖ َّفتِئس‬ ‫جًِٓ‬
‫يَ‪( .‬الزمر‪)13-17 /‬‬ ‫ّب ََّ‬ ‫َُۡ َّ‬
‫ٱلٍخه ِِ‬
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka
Jahannam berombong-rombongan.
Sehingga apabila mereka sampai ke
neraka itu dibukakanlah pintu-pintu-
nya dan berkatalah kepada mereka
penjaga-penjaganya: “Apakah belum
pernah datang kepadamu rasul-rasul
di antaramu yang membacakan ke-
padamu ayat-ayat Tuhanmu dan mem
peringatkan kepadamu akan per-
temuan dengan hari ini? Mereka men-
jawab: “Benar (telah datang).” Tetapi
telah pasti berlaku ketetapan adzab
terhadap orang-orang yang kafir.
Dikatakan (kepada mereka): “Masuki-
lah pintu-pintu neraka Jahannam itu,
sedang kamu kekal di dalamnya.”
Maka neraka Jahannam itulah se-
buruk-buruk tempat bagi orang-orang
yang menyombongkan diri.” (Q.S.
al-Zumar: [39] 71-72)
َ ۡ َّ ‫ِيَ َّٱت َل َّۡٔا ْ َّ َرب ُٓ ًۡ َّإ ِ ََل‬
َِّ‫ٱۡلِ َّث‬ ََّ ‫َو ِش‬
ََّ ‫يق َّٱَّل‬
ََّ‫ج ََّأةۡ َو َٰ ُبٓا‬ ۡ ‫اَّوفُخ َح‬ َ ٓ َ َ ٰٓ َ ً َ ُ
ِ َ ْ‫َّتَّإِذاَّجا ُءو‬ ‫زمراَّۖح‬
ُ َ َ َ َ َ َ ََ
ًَّۡ ‫ال َّل ُٓ ًَّۡ َّخ َزج ُخ َٓا َّ َشل َٰ ًٌَّ َّ َغي ۡيس ًَّۡ َّ ِط ۡت ُخ‬
َّ ‫وك‬
َ ۡ َّ ْ ‫ٔا‬
َّ‫ٱۡل ٍۡ َُّد‬
ُ َ
َّ ‫ َّ َوكال‬٧٣َّ َ‫ِي‬ َ ‫ْٔا َّ َخ َٰ ِِل‬ َ ُ ُ ۡ َ
‫َّفٱدخي‬
َ
َََ ۡ َ ُ َ ۡ َ ََ َ َ
َّ‫لل ِ َّٱَّلِي َّصدرِا َّوغد َّهۥ َّوأورثِا‬ ِ
ٓ ََ ُ ۡ َ ُ ََ َ ۡ َ
َّۖ‫ٱۡلِثَِّ َّ َح ۡيد َّنشا ُء‬ ََّ َّ َِ َّ ٌَّ ‫ۡرض َُّت َتَّٔأ‬
َّ ‫ٱۡل‬
َ َٰ َۡ ُ ۡ َ َ ۡ َ
)17-12 /‫ (الزمر‬.‫ي‬ َّ ِ ‫فِِػًَّأجرَّٱىع ٍِي‬
“Dan orang-orang yang bertakwa ke-
pada Tuhan dibawa ke dalam surga
berombong-rombongan (pula). Sehing-
ga apabila mereka sampai ke surga itu
sedang pintu-pintunya telah terbuka
dan berkatalah kepada mereka pen-
jaga-penjaganya: “Kesejahteraan (di-
limpahkan) atasmu. Berbahagialah
kamu! maka masukilah surga ini,
sedang kamu kekal di dalamnya. Dan
mereka mengucapkan: “Segala puji
bagi Allah yang telah memenuhi janji-
Nya kepada kami dan telah (memberi)
kepada kami tempat ini sedang kami
(diperkenankan) menempati tempat
dalam surga di mana saja yang kami
kehendaki; maka surga itulah sebaik-
baik balasan bagi orang-orang yang
beramal.”(Q.S. al-Zumar: [39] 73-74)

Sungguh sangat beruntung orang yang di


hari akhir dengan masuk surga. Dalam

َ َۡ َ ۡ ُ َ
ayat lain, Allah berfirman:

َّ‫خوَّٱۡلِ َّث‬
َ ُ ٍَ ‫ َذ‬...
َّ ‫ََّز ۡح ِز َحَّغ ََِّٱّل‬
ِ ‫ارَِّوأد‬
ََ ٓ ۡ ُّ ُ َٰ َ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َ
َّ‫ٌَّتَٰ ُع‬ ‫ٱدلج َيَّا َّإَِّل‬ َّ ‫ذلد َّفاز ََّۗوٌا َّٱۡلئَّة‬
ُۡ
)781 /‫ (آل غٍران‬.ِ‫ور‬ َّ ‫ٱىغ ُر‬
“…barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanya-
lah kesenangan yang memperdaya-
kan.”(Q.S. Âli ‘Imrân: *3+ 185)

َ َ ُ ُۡ ُ َ
َّ٦٣َّ ‫ٔغ ُدون‬ َّ ِ ‫هَٰ ِذه ِۦ َّ َج َِٓ ًُ َّٱى‬
‫َّت َّنِخً َّح‬
َ ُ ۡ َ ُ ُ َ ََۡۡ َ َۡ ۡ
َّ ‫ِخ ًۡ َّحسف ُر‬
.‫ون‬ ‫ٱصئْا َّٱۡلٔ َّم َّةٍِا َّن‬
)37-32 /‫(يس‬
“Inilah Jahannam yang dahulu kamu
diancam (dengannya). Masuklah ke
dalamnya pada hari ini disebabkan
kamu dahulu mengingkarinya.” (Q.S.
Yâsîn: [36] 63-64)

Terdapat beragam nasib manusia di hari


akhir, yaitu:
1. Ada kelompok orang yang di dunia
saja di saat mereka masih hidup
sudah dinyatakan sebagai ahli surga,
yaitu 10 orang shahabat Nabi,
mereka adalah:
1) Abu Bakar al-Shiddiq.
2) ‘Umar bin al-Khaththab.
3) ‘Utsman bin ‘Affan.
4) ‘Ali bin Abi Thâlib.
5) Thalhah bin ‘Ubadillah.
6) Zubair bin ‘Awwam.
7) Sa’ad bin Abi Waqash.
8) Sa’id bin Zaid.
9) ‘Abdurrahman bin ‘Auf.
10) Abu ‘Ubaidillah bin Jarrah.
2. Ada yang dinyatakan sebagai ahli
neraka padahal mereka di saat itu
masih hidup, seperti; Abu Lahab, Abu
Jahal dan juga Fir’aun.
3. Ada yang dinyatakan masuk surga
tanpa dihisab lebih dahulu, sebagai-
mana dinyatakan dalam sabda Nabi:
َ ‫َ َّ َ ُ ح‬ َّ َ ‫َ ح‬
 ‫هلل‬ ِ ‫ا‬ ‫ل‬ ٔ‫اس أن رش‬ ٍ ‫غ َِ اة َِ خت‬
َّ ُ ‫ح‬ َ َّ ‫ح‬ ُ ُ ‫ح‬ َ َ
‫ يَدخو اْلَِث ٌَِ أٌ ِِت‬/‫كال‬
ُ َ‫َشتح ُػ حٔ َن أَىح ًفا ة َغْيح‬
ًُ ْ ،‫اب‬ ٍ ‫ِحص‬
ِ ِ
َ ُ ‫َّ ح َ َ َ ح َ ح‬
َ ُ َّ َ َ َ َ َ
‫ْي حون‬ ‫ُك حٔن‬
‫وال حخط‬ ‫اَّلحَ ال يص‬ ِ
ُ َّ
َ ‫َ َ ِّ ح َ َ ح‬
-‫رواه اِلخاري‬- .‫َوَع َرب ًِٓ حخ ََّٔكٔن‬
Dari Ibnu ‘Abbas, sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: “Akan
masuk surga dari umatku se-
banyak 70 ribu orang tanpa di-
hisab terlebih dahulu, mereka
adalah orang-orang yang tidak
minta diruqyah (dimanterai), tidak
meramal nasib dan dan hanya
kepada Allah-lah mereka ber-
tawakkal.” (H.R. al-Bukhâri)

4. Ada yang dinyatakan ahli surga sete-


lah proses hisab terlebih dahulu dan
ternyata hitungan amal shalehnya
lebih berat daripada amal salahnya.
5. Ada yang ditahan terlebih dahulu di
al-A’râf, yaitu mereka yang sama
timbangan amal shaleh dan amal
salahnya.
6. Ada yang dinyatakan masuk neraka
terlebih dahulu kemudian akhirnya
bisa masuk surga, sebagaimana di-
nyatakan dalam sabda Nabi SAW:
‫َ َ َح‬ ُ‫َ َ َُ ح‬
‫ َي ُر ُج‬/‫ كال‬ ‫هلل‬ ِ ‫كال رشٔل ا‬
َ َ‫ح‬ ‫َح‬ َ َ
‫ار ٌَ حَ َكن ِف كي ِت ِّ ٌِثلال‬ َّ َ
ِ ‫ٌَِ اِل‬
-‫رواه اِلخاري‬- .‫ان‬
َ ‫َ َّ ح ح‬
ٍ ٍ‫ذر ٍة ٌَِ ِإح‬
Rasulullah SAW bersabda: “Akan
keluar dari neraka orang yang
dalam hatinya ada iman walau-
pun seberat biji sawi.” (H.R. al-
Bukhâri)

7. Ada yang dinyatakan kekal dan abadi


di neraka selama-lamanya, sebagai-
mana ditegaskan dalam firman-Nya:
َّّ‫َّو ِ ٗۡلا‬
َ ‫ون‬َ ُ َ ٗ َ َ ٓ َ َ َٰ َ
‫ََّيد‬
ِ ‫ِيَ َّذِيٓا َّأةداََّّۖل‬
َّ ‫خ ِِل‬
ٗ ‫ص‬ َ َ
)31 /‫ (األحزاب‬.‫يا‬ ِ َُّ‫َوَّل‬
“Mereka kekal di dalamnya se-
lama-lamanya; mereka tidak
memperoleh seorang pelindung
pun dan tidak (pula) seorang pe-
nolong.” (Q.S. al-Ahzâb: [33] 65)

َ ُ َُ َ َ َ
ًَُّ ُٓ ِۡ ‫ِيٓا ََّّل َُّيفف َّخ‬ ََّ ‫خ َٰ ِِل‬
‫ِيَ َّذ‬
َ َ ُ َ ُ َ َۡ
‫ (آل‬.‫ون‬ َّ ‫اب َّ َوَّل َّْ ًۡ َّيُِظ ُر‬
َّ ‫ٱىػذ‬
)88 /‫غٍران‬
“Mereka kekal di dalamnya, tidak
diringankan siksa dari mereka,
dan tidak (pula) mereka diberi
tangguh.” (Q.S. Âli ‘Imrân: *3+ 88)
Alhamdulillah, tanpa terasa dan tak
terbayangkan sebelumnya, buku yang
saya susun judulnya sampai hari ini (Juni
2022) sudah berjumlah 114 judul yang
terdiri dari beragam kategori disiplin
keilmuan, baik yang ditulis dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa Arab, yaitu:

1 Akhlaq 7 Judul
2 Aqidah 9 Judul
3 Bahasa Arab 21 Judul
4 Dakwah 5 Judul
5 Ekonomi 2 Judul
6 Fiqih 32 Judul
7 Hadits 4 Judul
8 Tafsir 6 Judul
9 Sirah Nabawi 1 Judul
10 Kategori Lainnya 24 Judul

Adapun rincian judulnya yaitu:


1 Zad al-Muta'allim Arab
2 Kitab al-Adab Arab
3 Etika Hidup Seorang Muslim Indonesia
4 Prinsip-Prinsip Akhlak Mulia I Indonesia
5 Prinsip-Prinsip Akhlak II; Pokok-Pokok
Indonesia
Akhlak Tercela
6 Jad Muta'allim; Bekal Untuk Para Santri
Indonesia
dan Pelajar
7 Jad Muta'allim; Bekal Untuk Para Pencari
Indonesia
Ilmu
8 Ilmu al-Tauhid I Arab
9 Ilmu al-Tauhid II Arab
10 Ilmu al-Tauhid III Arab
11 Pokok-Pokok Ilmu Tauhid I Indonesia
12 Pokok-Pokok Ilmu Tauhid II Indonesia
13 Pokok-Pokok Ilmu Tauhid III Indonesia
14 Tauhid li Tamhid al-Muballighin Arab
15 Al-Tibyan Fi Makna al-Jama'ah Arab
Meluruskan Hakikat Syahadat, Bai'at,
16 Indonesia
Jama'ah Muslimin dan Khilafah
17 Mabadi Fi 'Ilmi al-Sharfi wa al-Nahwi Arab
18 Al-Muyassar Fi 'Ilmi al-Nahwi I Arab
19 Al-Muyassar Fi 'Ilmi al-Nahwi II Arab
20 Al-Muyassar Fi 'Ilmi al-Nahwi III Arab
21 Kompilasi Al-Muyassar Arab
22 Mahfuzhat al-Nahwi Arab
23 Belajar Nahwu Sistem 20 Jam Indonesia
24 Belajar Nahwu Sistem 40 Jam Indonesia
25 Belajar Nahwu Sistem 50 Jam Indonesia
26 Belajar Nahwu Sistem 80 Jam Indonesia
Ada Apa Dengan Ilmu Nahwu ?
27 Indonesia
Sebuah Pengantar
Lembar Kerja Santri (LKS) Ilmu Nahwu;
28 Indonesia
Untuk Pemula
29 Al-Kafi Fi 'Ilmi al-Sharfi I Arab
30 Al-Kafi Fi 'Ilmi al-Sharfi II Arab
31 Al-Kafi Fi 'Ilmi al-Sharfi III Arab
32 Kompilasi Al-Kafi Arab
33 Mahfuzhat al-Sharfi Arab
34 Belajar Tashrif Sistem 20 Jam Indonesia
35 Belajar Tashrif Sistem 40 Jam Indonesia
Kitab al-I'rab Fi Qawa'id al-Lughah
36 Arab
al-'Arabiyyah
Kamus Tiga Bahasa; Percakapan Prakrtis
37 Indonesia
Sehari-hari; Indonesia-Arab-Inggris

38 Etika Bisnis Dalam Islam Indonesia


39 Bisnisku Ibadahku Indonesia
Materi Dakwah I;
40 Indonesia
Bekal Untuk Para Da'i dan Muballigh
Materi Dakwah II;
41 Indonesia
Bekal Untuk Para Da'i dan Muballigh
42 Materi Khutbah Jum'at (Indonesia) Indonesia
43 Materi Khutbah Jum'at (Sunda) Indonesia
44 Prinsip-Prinsip Dakwah Indonesia
Adakah Tasyahhud Awwal dalam
45 Indonesia
Tarawih 4-4-3 ?
46 Al-Bid'ah Arab
Al-Fatawa I; Tentang Thaharah dan
47 Indonesia
Syarat-Syarat Sah Shalat
48 Al-Fatawa II; Tentang Shalat Indonesia
Al-Fatawa III; Tentang Shalat Berjama'ah
49 Indonesia
dan Shalat Jum'at
Al-Fatawa IV; Masalah-Masalah Seputar
50 Indonesia
Shalat Sunnat dan Jenazah
Al-Fatawa V; Tentang Zakat, Infaq dan
51 Indonesia
Shadaqah
Al-Fatawa VI; Tentang Fatwa Seputar
52 Indonesia
Ramadhan
Al-Hidayah Fi Masaila Fiqhiyyah
53 Arab
Muta'aridhah
54 Al-Hidayah I Indonesia
55 Al-Hidayah II Indonesia
56 Al-Hidayah III Indonesia
57 Al-Hidayah IV Indonesia
Al-Ishlah; Kajian Tentang Sunnah, Bid'ah,
58 Mashlahah Mursalah dan Masalah Indonesia
Khilafiyah
59 Do'a-Do'a Haji dan 'Umrah Indonesia
60 Do'a-Do'a Sehari-hari Indonesia
61 Do'a-Do'a Shalat (Indonesia) Indonesia
62 Do'a-Do'a Shalat (Sunda) Indonesia
63 Do'a-Do'a Shaum (Edisi Khusus) Indonesia
64 Fatawa Seputar Haji dan 'Umrah Indonesia
65 Fatawa-Fatwa Seputar Ramadhan Indonesia
66 Fiqh li Tamhid al-Muballighin Arab
67 Haramkah Isbal ? Dan Wajibkah Jenggot? Indonesia
68 Ilmu Al-Faraid Arab
69 Ilmu Faraid Indonesia
70 Kompilasi Al-Hidayah Indonesia
Kesalahan Umum Dalam Pelaksanaan
71 Indonesia
Ibadah Shalat
72 Makna Ahlu Alsunnah wa al-Jama'ah Indonesia
73 Prinsip-Prinsip Dalam Beribadah Indonesia
Tarbiyah al-Nisa Fi Fiqhi al-Mar`ah
74 Arab
al-Shalihah
Tarbiyah Nisa; Panduan Lengkap Bagi
75 Indonesia
Wanita Shalehah
76 Ushul Fiqh Li Tamhid al-Muballighin Arab

Mushthalah al-Hadits li Tamhid


77 Arab
al-Muballighin
78 Mushthalah al-Hadits Arab
79 Al-Ba'its al-Mugits Fi Hifzhil Hadits Arab
80 Pokok-Pokok Ilmu Musththalah Hadits Indonesia
81 Ahkam Alquran li Tamhid al-Muballighin Arab
82 Tafsir li Tamhid al-Muballighin Arab
83 Al-Bayan FI 'Ulum Alquran Arab
84 Tafsir Surat Al-Fatihah Indonesia
85 Dasar-Dasar Ilmu Tajwid Indonesia
Makna Kembali Kepada Alquran dan
86 Indonesia
Alsunnah

Sirah Dan Perjalanan Dakwah Nabi


87 Indonesia
Muhammad
88 Al-Mantiq Arab
89 Sakitku Ibadahku Indonesia
Upaya Meraih Husnul Khatimah di Usia
90 Indonesia
Senja
Jabatanku Ibadahku; Panduan Hidup
91 Indonesia
Para Pejabat
Studi Pemikiran Aliran-Aliran Sesat dan
92 Indonesia
Menyesatkan
Majmu'ah al-Durus li al-Qismi
93 Arab
al-Tajhiziyyah
94 Manusia dan Problematika Hidupnya Indonesia
Mengapa Harus Memilih Pemimpin
95 Indonesia
Muslim ?
96 Musibahku Kasih Sayang Tuhanku Indonesia
97 Bahaya dan Manfaat Cinta Harta Indonesia
98 Pernikahanku Ibadahku Indonesia
99 Jami' al-Durus li Tamhid al-Muballighin
Perempuan Menjadi Kepala Negara
100 Indonesia
Dalam Pandangan Islam
101 Mengapa Manusia Kufur Kepada Allah Indonesia
Mengapa Manusia Kufur Kepada Hari
102 Indonesia
Akhir
103 Mengapa Manusia Kufur Kepada Alquran Indonesia
Mengapa Manusia Tidak Bersyukur
104 Indonesia
Kepada Allah
Petunjuk Hidup Berjama'ah Menurut
105 Indonesia
Alquran Alsunnah
Sikap Seorang Muslim Dalam
106 Indonesia
Menghadapi Virus Corona
Pepeling Jeung Panggeuing; Kempelan
107 Indonesia
Anekdot Sunda
108 Adiyyah Arab
109 Prinsip-Prinsip Agama Islam Indonesia
110 Tarbiyah Aulad Indonesia
111 Tarbiyah Rijal Indonesia
Jumlah Total
Kepada seluruh alumni Pesantren Persis
diharapkan untuk:
1. Lanjutkanlah perjuangan saya untuk
membina ummat dan masyarakat
agar menjadi hamba Allah yang siap
untuk mengabdi dan berbakti ke-
pada-Nya.
2. Laksanakanlah dakwah dalam setiap
peluang dan kesempatan agar umat
mengenal jalan yang lurus untuk
meraih kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
3. Tingkatkanlah ilmu agar betul-betul
menguasai ilmu keislaman.
4. Bantulah saudara-saudara kita dalam
mengembangkan pesantren.
5. Perkuatlah silaturahim di antara para
alumni.
6. Yakinilah bahwa Allah akan mem-
berikan pertolongan kepada hamba-
Nya yang berjihad di jalan-Nya.
7. Janganlah mengharapkan keuntu-
ngan materi dengan melaksanakan
jihad di jalan-Nya.
8. Persiapkanlah agar di antara para
alumni ada yang khusus mendalami;
a. Ilmu Alquran dan Tafsir.
b. Hadits dan Ilmu Hadits.
c. Ilmu Ushul Fiqih.
d. Ilmu Nahwu dan Sharaf.
e. Masail Fiqih.
9. Ajaklah masyarakat agar mau ber-
gabung dalam jam’iyyah Persis.
10. Do’akanlah para Asatidz/guru-guru
kalian yang telah meninggal dunia
agar mendapatkan rahmat dan magh-
firah Allah.
‫‪11. Ingatlah Khutbah Wada’ yang pernah‬‬
‫‪saya sampaikan pada kalian di saat‬‬
‫‪pelepasan Wisuda Santri di Pesan-‬‬

‫ح َ‬ ‫ح ُ‬ ‫َ‬
‫‪tren, yaitu:‬‬
‫ات‪،‬‬ ‫ألد ححتَ‬ ‫ا‬ ‫اِت‬ ‫أل َدةَاء َوبََِ‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫د‬ ‫ح‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫أ ِ‬
‫آل‬ ‫و‬
‫َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ح‬
‫ْذا اْلَ حٔ َم أ ِخ ُر أيَّامِ د ُر حو ِشك حً ِف ْذا‬
‫ً َ َ ح‬ ‫اَلَ حػ َٓد‪َ .‬د َر حشخُ حً َُِْا شن ح َ‬
‫ْي َغ َددا‪ ،‬دخيخُ ًُ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َح ُ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫اَلَ حػ َٓ َد ٌُ حذ نِحخُ حً ص َغ ً‬
‫ارا ال تػ ِرف حٔن‬ ‫ِ‬
‫ح َ َ َ َ َ ح َ َ َ َ َ َّ َ َ ح َ َ‬
‫هخاةث وال اى ِلراءة وال ِشيٍا ح ِليلث‬ ‫اى ِ‬
‫ادلي ح َِ‪.‬‬ ‫ِّ‬
‫ح َح‬ ‫َح‬ ‫ح َ َ ح‬
‫َواآلن خ َرجخُ حً ٌِ ََ اَلػ َٓ ِد َبػ َد أن‬
‫ُ‬ ‫ُ حُ ح َ حَ َ‬
‫ْي َول حٔ ُج حز ًءا ٌِ حَ ِديحِِك حً‪،‬‬ ‫نِخً َعل ِ ٍِ‬
‫هِحخُ حً َُِْا َو َد َر حشخُ حً َد حر ًشا حَ ًّ‬ ‫َ َ‬
‫ِب ُٓ حٔ ٍد‬
‫اٌا ُ‬
‫ِ‬ ‫ش‬
‫َ‬
‫َ ح َ َ َ َ حَ َ َ ح ح‬
‫صتَحخُ حً ٌِ ََ‬ ‫ْي و ِغِاي ٍث ش ِديدةٍ حِت أ‬ ‫ن ِت ٍ‬
‫َّ ح َ‬
‫اَّلح ََ َنَ ُح حٔا‪.‬‬ ‫ِ‬
‫ك حً َش َل ُطٔاح‬ ‫َ ح ح ََ ح ََُ ُ‬
‫دل ٌَِ رفلائِ‬ ‫كً ٌَِ و ٍ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ادل حر ِس‪ ُٓ ٌِِ ،‬حً ٌَ حَ َشل َط ُٓ ًُ اِلَِّك ُح‬
‫ح‬ ‫اء َّ‬ ‫أَثحَِ َ‬
‫َ حُ ح َ ح َحََ ُ ُ ح َ ح ُ َ حُ ح َ ح َ‬
‫و ًٌِِٓ ٌَ أدركًٓ الٍٔت و ًٌِِٓ ٌَ ال‬
‫ي َ حصخَطيح ُع أَ حن َحخَ َح ٍَّ َو ُص ُػ حٔبَات َغدي ح َ‬
‫ات‬ ‫ٍ‬ ‫د‬ ‫ٍ ِ‬ ‫ِ‬
‫ح‬
‫ات ٌُخ ِػتَ ٍث‪.‬‬ ‫َ ََ‬
‫َوخلت ٍ‬
‫ُ َح‬
‫ان ِف ك حريَ ِخك حً كد‬
‫َ‬ ‫َ َ ح ح ُ َّ‬
‫وكً ٌَِ شت ٍ‬
‫َ َّ ح ُ ُ ح َ َ ُ ُّ ح َ ح َ َ‬
‫ادلجيَا َولٓ ُْٔا َوى ِػتُ َٓا َح َِّت‬ ‫غرتًٓ اْلياة‬
‫ح‬ ‫اَّل حح ََ ي َ ح َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ْشبُ حٔ َن اْل َ حٍرَ‬ ‫أصتحٔا ٌَِ ِ‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ح‬
‫ُ ُ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ ُ ح‬ ‫ح ح َ‬
‫هُِ ُٓ حً أن يَك حُٔ حٔا‬ ‫َواْل َ ِشيس‪ ،‬ال حٍ ِ‬
‫ك حً ٌاَ‬ ‫ُ َ َ َ َ َ َ ح ُ ُ ُّ َ َ ُ َ َّ ُ‬
‫شػداء‪َِّ .‬للِم أجخً الصػداء ِألُ‬
‫ز ح ُُ حً َوالَ حَ َزال ُ حٔ َن ُم حصيٍ ح َ‬
‫ْي‪.‬‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ ح ُ‬ ‫ُ‬ ‫َح‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ك حَ ٌَاذا تػ ٍَي حٔن َبػ َد خ ُر حو ِجك حً‬ ‫َوى ِ‬
‫ُ َ ح‬ ‫َح َ ُ َ‬ ‫َح‬
‫ٌِ ََ اَلػ َٓ ِد ؟ َوأح ََ ت حصهُِ حٔن ؟ يُ حٔ ِشم أن‬
‫صاحبٌ‬ ‫ك حً َ‬ ‫َح َ ُ ح َ َ ٌ ََ ح َ َ ُ‬
‫ِ‬ ‫يأ ِتيكً زٌان ويصحت‬
‫ح‬ ‫َّ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ ِّ ُ َ‬
‫أ َزىك حً خ حَ ِدي ح ِِك حً َويَ ُردك حً َبػ َد‬
‫َ َح‬ ‫ح َ ُ ح ُ َّ ً َ َ َ ح‬
‫ارا‪َِّ .‬للِم ُد ُغ حٔا اهلل أن‬ ‫إِحٍاُِكً نف‬
‫َ ُ ح ُ ح ُ َ َ ِّ ح َ ح ُ ح َ َ‬
‫اُشيح ََ‬ ‫هْي ةِ ِدي ِِكً وُ ِ ِ‬ ‫حكُٔٔا ٌخٍص ِ‬
‫ح َ‬ ‫َُ ح‬ ‫ُّ َّ َ‬ ‫حُ ح َ‬
‫ِلغال ِء‬ ‫اىلرآن َوالصِث َوُما ِْ ِدح ََ ِِ‬
‫ح ُ‬ ‫ح ُ ح َ ح َ َ ُ ح ُ ح َّ ُ‬
‫َّتذ حوا ِدحَِك حً‬ ‫ِدي ِِكً أحٍِا نِخً‪ِ .‬ا ِ‬
‫ُُح ُ ح ََ ح ً‬ ‫ح‬
‫اطا ٌَ ِخيًِا ِف كئبِكً وش ِبيال‬ ‫ربَ ً‬
‫ِ‬
‫ًََ َ ح ً‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ِِلَ َجاحك حً ال تش ُ‬ ‫ُ‬
‫ُ حوا ةِ ِّ ثٍِا ك ِييال‪.‬‬ ‫ِ‬
‫ح‬ ‫َ‬
‫ح ُ ح َ َ َ َّ ُ ح َّ ُ ح َ‬ ‫َ‬
‫اٌَِا‬ ‫آن إ ٌَ ُ‬
‫ِاغئٍا وتيلِٔا أن اىلر ِ‬
‫َ َّ ُ ح َ َ ح ُ َ َ ح ُ ح ح َ ح ُ‬
‫ْي إِخ َٔاجَِا‬ ‫والرشٔل ز ِخيٍِا والٍص ِي ٍِ‬
‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫اد َشبيحيَُِا َور َ‬ ‫َ ح َ َ‬
‫هلل أ حش ََم أ ٌَاُِيَِا‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ط‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اْلٓ‬
‫و ِ‬
‫َح َ َ‬ ‫َ ح َ ُ ح َّ ُّ ح َ ح‬ ‫َ‬
‫ادلجيَا َب ٌر َغ ٍِيح ٌق كد غ ِرق‬ ‫واغئٍا أن‬
‫َ َ َح‬ ‫ح َ ٌ َ حٌ َ ح ح‬
‫ْي‪ ،‬فاج َػو َش ِفيحنخَم تل َٔى‬ ‫ِفي ِّ ُاس ن ِث‬
‫َ َ َ َ َ َّ َ َّ ُ َ َ ح َ َ ح ح ُ‬
‫ِلح ٍَان‬ ‫هلل و ُِشائٓا أَُّك وحشْٔا ا ِ‬ ‫ا ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫م َتِح ُج حٔ‪َ .‬وكَال ُ‬ ‫َ َ َّ َ‬
‫اىل؛ أ ُغ حٔذ‬ ‫اهلل َت َػ َ‬ ‫ىػي‬
‫َ‬
‫يأ ُّح َٓاَّٱَّل ََّ‬
‫ِيََّ‬ ‫الر ِجيح ًِ‪ٰٓ َ /‬‬‫الشيح َطان َّ‬
‫ِ‬
‫َ َّ‬
‫هلل ٌَِ‬
‫ةِا ِ‬
‫َ َ ُ ْ َ َُ ُ ْ َ َ ُ َ َُ ُ ْ‬
‫ٔل َّ َوَتُٔ ٓٔاَّ‬ ‫ٱلل َّ َّوٱلرش َّ‬ ‫ءأٌِا ََّّل ََّتُٔٔا َّ َّ‬
‫َ َ َٰ َ َٰ ُ ۡ َ َ ُ ۡ َ ۡ َ ُ َ‬
‫ٔن (شٔرة األُفال‪/‬‬ ‫أمنخِسً َّوأُخً َّتػيٍ َّ‬
‫َ‬
‫ِه‬ ‫ِه احأل ٌَاَُ ُث اى َػ ِظيح ٍَ ُث َو ِ َ‬
‫ح‬ ‫‪َ .)31‬و َْا ِ َ‬
‫اس‬ ‫الر َشاىَ ُث احِللَٓ َّي ُث اىَِّت كَ حد حَ َر َك َٓا َّ‬
‫اِل ُ‬ ‫ِّ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َغ‬ ‫اء ِإ حن يَ َر حوا َش ِبيح َو اىح َ ِّ‬ ‫َح َِّت اىح ُػيَ ٍَ َ‬
‫َ َّ ُ ح ُ َ ح ً َ ح َ َ ح َ ح َ ُّ ح َ‬
‫حخ ِخذوه ش ِبيال و ِإن يروا ش ِبيو الرش ِد ال‬
‫ً‬ ‫َ ُ‬
‫ح َّخ ِخذ حو ُه َش ِبيحال‪َّ .‬‬
‫ح َ ُ ح َ َّ ُ َ َ َ َ َ َّ َّ ح‬
‫اُل َٔى‬ ‫ِاغئٍا أُّ ال نراٌث ِإال ةِ‬
‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ َ َ َّ‬
‫ادلي ح َِ َوال ِغ َّز إِال‬ ‫ال ة ِّ‬
‫وال شػادة إِ ِ‬
‫َ َ‬ ‫ح‬
‫ِل حشالمِ ‪ .‬أ حوآل ِدى َوبََِ ِاِت !‬ ‫ةِا ِ‬
‫كًح‬ ‫ََ ُ ُ ح َََ ُ ُ ح َ ح َ ُ ُ‬
‫اربكً و ِإخٔاُ‬ ‫َ أةاءكً وأك ِ‬
‫ُ‬ ‫َ ُ‬ ‫ح‬ ‫ُ‬ ‫حُ َ‬
‫َوأْو ك حريَ ِخك حً يَنخَ ِظ ُر حون ك ُد حو ٌَك حً‬
‫ُ ح ُ حُ ح َ َح‬ ‫ُ َ ِّ ُ ح َ َ َ‬
‫احكً‪ ،‬ي ِريدون أن‬ ‫َويِٓئٔن ةِِج ِ‬
‫ح ُ‬ ‫ح‬ ‫ح ُ‬ ‫ح‬
‫يَنخَ ِف ُػ حٔا ٌِ حَ ِغي ٍِك حً َويَٓخَ ُد حوا ٌِِك حً‪.‬‬
‫َ َّ‬ ‫َ حُ ُ‬ ‫َوكَ حد كَ َال اِلَّ ُّ‬
‫ْيك حً ٌَ حَ ت َػي ًَ‬ ‫ِب ‪ /‬خ‬ ‫ِ‬
‫ح‬ ‫َ‬ ‫ح ُ ح َ َ َ َّ َ ُ َّ َ َ َ َ‬
‫د‬ ‫اىلرآن وغيٍّ اِلاس‪ .‬وكال ِف ح ِدي ٍ‬
‫َّ ح َ َ ح ُ ح َ‬ ‫َ َ َ َ َّ ُ َّ ح َ ح ُ َ َ‬
‫اَّلحَ يروون‬ ‫أخر‪ /‬اليًٓ ارحً خيف ِاِئ ِ‬
‫آلن أَ حجخُ حً ُخيُ حٔ َفِاَ‬ ‫َح َ‬ ‫ح َح‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫أحا ِدي ِِث ٌَِ بػ ِدى‪ .‬وا‬
‫اْلَديحد َب حػ َدَُا‪َ َْ .‬ذا َر َ‬ ‫ح‬ ‫َحُ‬
‫ج ِاِئ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َوأْو‬
‫ُ‬
‫َود ََع ِِئ‪.‬‬
‫ُ ً‬ ‫ح‬ ‫َح‬ ‫َ‬
‫أ حوآل ِدى َوبََِ ِاِت! أجخُ ًُ اْلَ حٔ َم ش َّتاُا‬
‫اال‪َ .‬وأَ حج ُنَّ‬ ‫ََ ُ ح ُ ح َ حَ َح ُ َ ً‬
‫وشخص ِتحٔن ِفيٍا بػد ِرج‬
‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ٌ‬ ‫ح‬
‫اْلَ حٔ َم َبَِات َو َشخُص ِتح ََ ِفيح ٍَا َبػ ُد‬
‫كًح‬ ‫َ َ َّ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬
‫ات‪ ،‬أغزكً اهلل وأدام بلائ‬ ‫أمٓ ٍ‬
‫َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ َ َّ َ ح َ َ ُ َ َ‬‫َ‬
‫اٌك حً‪ .‬حذن ُر حوا أن أ َشاحِذك حً‬ ‫وثتج أكد‬
‫َ ُ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ ح َّ ُ‬
‫كد ةَذل حٔا ُج ُٓ حٔدْ حً ل ِ َص َػادحِك حً ِف‬
‫َ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ح‬
‫ُم حصخَلتَ ِيك حً‪ ْ ،‬حً َشيَ حص َػ ُد حون ِإذا َرأ حوا‬
‫ْي َصاْل ح َ‬ ‫اال ََعلٍ ح َ‬ ‫ح ُ ح َح ُ َ ً‬
‫ْي‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ٌِِكً بػد ِرج‬
‫َ‬ ‫ِّ ح ُ‬ ‫َ َ َّ َ‬
‫ادلح ََ ُيَا ِْ ُد حون ِف َش ِبيح ِو‬ ‫حخَفل ُٓ حٔن ِف‬
‫َ ََ ُ َ َ َ َ‬
‫هلل ال َياف حٔن ل حٔ ٌَث الئِ ًٍ‪.‬‬ ‫ا ِ‬
‫ح َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ ُ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬
‫ْذا ٌَا أك حٔل ىك حً‪َ ،‬غَس أن ح ِػيَ َٓا‬
‫اهلل إ َىل ِ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُُ ٌ َ ٌَ َ َ َ‬
‫ِصا ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫أذن وا ِخيث‪ْ ،‬داُ‬
‫ُم حصخَ ِليح ًٍ‪.‬‬
‫;‪Kukituna ka para alumni‬‬

‫‪Jung nantung geura padungdung‬‬


‫‪Bral miang tong salempang‬‬
‫‪Siapkeun bahtera taqwa‬‬
Pasang layar tawekal
Pinuhan ku iman jeung taqwa
Perjalanan dakwah masih panjang.

Sakitu wasiat ti ana, mudah-mudahan


Allah maparin kakuatan ka hidep sadaya-
na pikeun nanjerkeun Islam.
ۡ َ َ ّ َ ۡ
َّ ٦ًَّ‫ي‬ ََّ ِ‫طَّٱل ٍُ ۡص َخل‬ َّ َٰ ‫ٱلصر‬
ِ َّ‫ٱْ ِدُا‬
َ َ َ َ ۡ ََۡ َ
َِّ‫َّغي ۡي ِٓ ًَّۡد ۡي‬ ‫ِيََّأجػٍج‬ َّ ‫طَّٱَّل‬َّ َ َٰ ‫ص َر‬ ِ
ّ َ َ ًۡ ٓ‫ٔبَّ َغيَ ۡي‬ ُ ۡ ۡ
ََّ ‫َّوَّلَّٱلضٓاى‬
.‫ِي‬ ِ َِّ ‫ٱل ٍَغض‬
َّ )1-3 /‫(اىفاحتث‬
َّ
Garut, 20 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai