Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KELOMPOK 3

Shinta Wahyuningsih (11170340000005)


Abdurrahman Alrasyid Hasibuan (11170340000065)
Elsa Kusuma (11170340000088)
Maulana Azka (11170340000122)
Syifa Fauziyah ( 11170360000039)
ASSALAMUALAIKUM GUYS

Jangan ngantuk , semangat


BIOGRAFI AMINA WADUD MUHSIN  
Amina Wadud Muhsin terlahir dengan nama Maria
Teasley, lahir di Maryland Negara Amerika Serikat
pada 25 September 1952, ia merupakan warga
Amerika Serikat keturunan Afrika-Amerika (kulit
hitam). Amina menjadi seorang muslimah kira-kira
pada akhir tahun 1970-an (sekitar umur 20-an),
namun berkat ketekunan dalam melakukan studi
keislaman ia bias menjadi seorang pemikir yang bisa
diandalkan dedikasi keilmuannya terhadap Islam. Ia
juga pernah selama tiga tahun memberi kuliah pada
Universitas Islam Internasional, di Kuala Lumpur,
Malaysia.
 Sebelumnya, ia menyelesaikan studi di Universitas Michigan dan
mendapat gelar MA pada tahun 1982 dan gelar Ph. D pada tahun
1988. Amina Wadud Muhsin menguasai beberapa bahasa, seperti
Inggris, Arab, Turki, Spanyol, prancis dan Jerman, penguasaannya
terhadap berbaga bahasa dan keilmuan, ia dijadikan dosen tamu
kehormatan di berbagai kampus sedunia, diantaranya: Negara
Virginia yaitu Universitas Commonwealth menjadi Asisten
Profesor di Lembaga Studi Filsafat dan Agama pada tahun 1992
sampai 1998 dan tahun 1999 menjadi profesor penuh. Tahun 1997
sampai 1998 pula amina wadud menjadi dosen magister Studi
Wanita di lembaga penelitian program agama fakultas ketuhanan
Harvard Cambridge dan menjadi dosen terbang. Tahun 1989
sampai 1992 amina menjadi dosen di Universitas Islam
Internasional; Asisten Profesor di Lembaga Pengetahuan dan
Peninggalan Islam Wahyu. Tahun 1984 sampai 1986, Amina
wadud menjadi Asisten Riset Pengembangan bahan-bahan
Pengajaran Bahasa ArabUniversitas di Michigan.
 Adapun diluar kampus, amina juga aktif dalam berbagai
kegiatan misal menjadi Consultant Workshop dalam bidang
Islam dan Gender yang diselenggarakan oleh MWM
(Maldivian Women‟s Ministry) dan PBB pada tahun 1999.
Juga Amina Wadud termasuk tokoh feminis muslim yang
cukup produktif
Karya-karya Amina Wadud
Tidak banyak karya Wadud dalam bentuk buku, karena
karya tulisnya
lebih banyak berupa artikel yang sebarluas lewat media,
dan jurnal-jurnal ilmiah.
1. Karya dalam bentuk artikel diantaranya, “Muslim
Women as Minority”.
2. Jurnal of Muslim Minority Affairs, Landon (1989).
3. Karya dalam bentuk buku ialahQur’an and Woman:
Rereading The
Sacred Text From a Woman’s Prespective pada tahun
1999 dan Inside The Gender Jihad: Women’s Reform in
Islam yang terbit dalam tahun 2006.
Metodologi Amina Wadud dalam Menafsirkan Al-Qur’an
 Menurut Amina Wadud, sebenarnya selama ini tidak ada suatu metode penafsiran yang
benar-benar objektif, karena setiap pemahaman atau penafsiran terhadap suatu teks,
termasuk kitab suci al-Qur’an sangat dipengaruhi oleh perspektif mufassirnya, cultural
background, yang melatarbelakanginya. Itulah yang oleh Amina Wadud disebut dengan
prior texts/ pra teks.
 Terdapat beberapa metode yang digunakan oleh mufassir untuk menafsirkan ayat-ayat
Alquran, di antaranya adalah metode ijmali, tahlili, maudhu’i, muqaran dan feminis.
Dalam hal ini Amina Wadud lebih mengacu pada metode feminis.
 Pengertian metode feminis itu sendiri adalah menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan
melihat latar belakang sosial, pendidik, budaya, politik, maupun ekonomi, bahkan latar
belakang sejarah kehidupan para mufasir yang berpengaruh terhadap hasil penafsirannya.
 Wadud banyak berhutang dengan kontribusi Rahman terhadap kritik tafsir tradisional. Ia
memandang bacaan patriarki sebagai bangunan dari pemahaman para pendahulu tentang
teks Al-Quran. Alih-alih berfokus pada realisasi kata-kata ilahi, para komentator telah
"meruntuhkan wacana ketuhanan dengan interpretasi manusianya" (Barlas, 2004, hlm.
106) sehingga meninggalkan makna asli dan beralih ke pemahaman Alquran yang
terpusat. Ciri kedua yang dipinjamnya dari Rahman adalah teori gerakan ganda dalam
menghasilkan makna dari Alquran. Ia melanjutkan proyek Rahman dalam membagi
makna teks dari yang tidak langsung menjadi yang universal.
 Amina Wadud berusaha untuk meneggakan keadilan dalam masyarakat
tentang kesetaran perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sosial, budaya,
politik dan lain sebagainya. Karena pada saat itu sedang terjadi marginalisasi
terhadap kaum perempuan di ranah publik dan dibungkam kebebasannya
untuk berpendapat. Ditambah lagi hukum-hukum kegamaan dari penafsiran
klasik yang terkesan memojokkan kaum perempuan. itulah mengapa Amina
Wadud mencoba menafsirkan ulang dengan metodenya sendiri dengan
menggunakan semangat keadilan dan kesetaraan menurut pandangan
perempuan.
 Metodologi penafsiran Amina Wadud mencakup:
a. Dekontruktif-rekontruktif
b. Argumentatif-teologis
c. Hermeneutik-filosofis.
 Wadud memposisikan dirinya dalam genre tafsir melalui klasifikasi yang
diidentifikasinya secara khusus ketika berhadapan dengan eksegesis feminis
(Wadud, 1999, hal 1-3). Kategori pertama adalah tafsir tradisional; kedua
adalah tafsir reaktif dan mengacu pada tafsir Alquran yang bereaksi terhadap
implikasi yang diajukan oleh penafsir sebelumnya tentang posisi perempuan
dalam Alquran; dan terakhir adalah interpretasi holistik.
 Sebagaimana ditunjukkan oleh Barlas (2004, hlm. 113), proyek
hermeneutis Wadud dapat dibagi menjadi dua bagian: bagian pertama
adalah penciptaan ruang eksegetis yang tidak tunduk pada tafsir kanonik
masa lalu. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan model
hermeneutis yang mengikuti pedoman Alquran. Bagian kedua adalah
tafsir sensitif gender itu sendiri. Ini memberikan dasar untuk
pembacaan baru di masa depan dan memberikan cara untuk memulai
pembacaan pembebasan lainnya.
 Senantiasa mengikuti pedoman tafsir yang diberikan oleh Rahman,
Wadud terus mengemukakan pentingnya kontekstualisasi historis dari
ayat-ayat dan Alquran secara luas. Wadud tidak menganggap Alquran
sebagai buku catatan sejarah secara tegas, tetapi mengatakan bahwa ia
memberikan rincian sejarah yang cukup untuk memberikan informasi
tentang konteks sosial sejarah tetapi, pada saat yang sama, memberikan
makna yang lebih dalam menambah lapisan pemahaman lainnya (1999 ,
hlm. 31). Ia menggarisbawahi pentingnya asbab al-nuzul sebagai
metode kunci dalam proses kontekstualisasi.
Pemikiran Amina Wadud
A. Tujuan Amina Wadud adalah untuk membangkitakan
kembali peran perempuan dengan kesetaraan dan relasi gender
dengan berprinsip pada keadilan sosial dan kesetaraan gender.
B. Pemikiran Amina Wadud ada 3 metode tafsir
1. Tafsir tradisionalis
2. Tafsir reaktif
3. Tafsir holistik
# Tafsir tradisionalis yang di maksud ialah suatu interpretasi
tertentu
Sesuai nat dan kemampuan para mufasir dalam bidang apapuan
semisal Tasawuf, fiqih, hukum, maupun lainnya, metode yang
digunakan ialah mengupas Ayat-perayat secara berurutan.
 Tafsir reaktif yang isinya terutama mengenai reaksi para
pemikir modern terhadap sejumlah besar hambatan yang
dialami perempuanyang dianggap berasal dari Alquran
 Tafsir Holistik adalah tafsir yang menggunakan metode
penafsiran yang mengaitkan dengan berbagai persoalan sosial,
moral, ekonomi dan politik, termasuk isu perempuan pada era
Modern ini
Kurangnya pemahaman terhadap hermeneutika
pada mada pemikiran islam klasik disebabkan .a.
Faktor otoritas nabi
b. faktor Kesadaran umat islam
Aspek penting dalam pengaplikasian Pemikiran
amina wadud Tentang tafsir dan hermeneutika yang
Berhubungan Dengan gender
a. Prior text.
B. Aspek bahasa (linguistik)
C. Welstanchuung (pandangan dunia)
Contoh penafsiran Amina Wadud
1. Penafsiran nafs Wahidah, min, dan zawj dalam An-Nisa:
1, Ar-Rum: 21, Al-A'raf: 189, Az-Zumar: 6

 Kritik Wadud terhadap tafsir klasik, di mana ayat di atas


menunjukkan unsur pokok kisah asal-usul manusia tanpa ada
kejelasan tentang Adam dan Hawa.
 Kata nafs menurut wadud bermakna secara umum dan teknis.
Secara umum artinya "diri" jamaknya Anfus. Secara teknis
artinya merujuk pada asal-muasal manusia secara umum
 Lafal nafs secara tata bahasa berbentuk muannas (feminim),
namun secara konseptual bermakna netral baik laki2 maupun
perempuan.
maka kata nafs itu tidak merujuk pada kata mudzakkar tersebut.
melainkan merujuk pada kata Muannas yang berbentuk ta
Marbutah dalam kata ‫حدة‬N‫وا‬ yang menunjuk kepada jenis
perempuan. kemudian Dhomir “Ha” pada kalimat Zaujaha yang
menunjuk kepada jenis perempuan juga. Maka bila nafs itu
diartikan sebagai Adam seharusnya kata Dhomir “Ha” pada
kalimat Zaujaha berbentuk dhomir “Hu” yang menunjuk kepada
jenis laki-laki. Jadi pemakanaan Nafs dalam ayat tersebut
diartikan sebagai unsur yang sama atau jenis yang sama.
Kata min bisa berarti kata depan (penarikan suatu hal dari yang
lain. Bisa juga berarti kesamaan sifat/kualitas. Menurut wadud,
pada An-Nisa: 1 min berarti sejenisnya
Kata zawj berbentuk Muzakkar (maskulin), secara konseptual
tidak masuklin/feminim, bahkan menunjukkan pada tumbuh-
tumbuhan. Zawj diartikan sebagai satu dari dua hal yg
berpasangan.
2. Kritik terhadap poligami dalam An-Nisa: 3
Pada dasarnya Al-Qur'an menghendaki adanya monogami bukan
poligami.
Poligami menjadi solusi terakhir, yaitu menikahi anak yatim
perempuan hingga empat, ketika wali laki2 tak mampu mengelola
hak2 anak yatim perempuan
Kebolehan ini dengan syarat kemampuan suami untuk berlaku
adil kepada semua istrinya. Adil bukn hanya segi finansial, tetapi
juga soal waktu, kasih sayang, dukungan spritual, moral, dan
intelektual
Poligami tidak boleh untuk semua keadaan, ia hanya dilakukan
ketika darurat. Beberapa alasan untuk berpoligami tetapi ditolak
oleh Amina wadud
1. Permasalahan finansial
Jaman modern sekarang wanita sudah berkarier dan terjun
pada pekerjaan2 produktif. Jadi, poligami bukanlah solusi
mudah bagi masalah perekonomian.
2. Perempuan mandul
Solusi yang tepat adalah mengadopsi anak2 yatim. Bahkan
lebih bermanfaat lagi bagi anak2 korban perang, korban
kemiskinan, kelaparan dll
3. Pemenuhan kebutuhan seks laki2
Alasan ini tidak ada pijakan sama sekali dalam Alquran.
Anjuran dalam Al-Qur'an yaitu mengendalikan hawa nafsu,
dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT
Referensi
 1Khudori Soleh, Pemikiran Kontemporer, (Yogyakarta: Jendela, 2003), 66
 2Marwan Saridjo, Cak Nur: Diantara Sarung dan Dasi &Musdah Mulia Tetap
Berjilbab, (Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2005), 123
Daftar Pustaka
 Rodano, Filiberto. 2020. The hermeneutic of Fazlur Rahman
in the feminist tafsir of Amina Wadud and Asma Barlas.
Facultie of Humanities. Universiteit Leiden.
 Khairunnisa, Farah Nadhifa. 2019. Kesetaraan Gender
Menurut Pandangan Amina Wadud Dalam Penafsiran
Penciptaan Perempuan Pertama. Skripsi. Surabaya:
Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat. Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel.
 Mansur. 2018. Makalah Pemikiran Amina Wadud.
(menzour.blogspot.com, diakses pada 05 Oktober 2020).
Cukup sekian dan terimakasih
Assalamualaikum guys

Anda mungkin juga menyukai