Anda di halaman 1dari 3

AMINA WADUD SI PEREMPUAN RAMAH: DARI INDONESIA NEGARA

FAVORIT SAMPAI POLIGAMI


Oleh: Nassil Qur’ani
Mahasiswa Pascasarjana UIN Mataram

Biografi Amina Wadud


Lahir di daerah Bethesda Maryland negara bagian Amerika Serikat sebelah barat
laut Wasington D.C 25 September 1952 dengan nama Maria Teasley. Ayahnya seorang
pendeta, Ibunya Keturunan Budak Arab Muslim Afrika, Ia diasuh dengan penuh kasih
sayang dan pengasuhan kristen taat. Mulai berkuliah tahun 1970 di Universitas
Pennyslvania, 1972 memeluk agama Islam pada usia 19 tahun atas pilihan sendiri bukan
karena terpaksa atau mengalami pengalaman buruk serta tidak ada penolakan dari orang
tua, sebelum memeluk Islam pernah menjadi buddhis dan tinggal di Ashram selama satu
tahun, melakukan meditasi dan peraktek tekstual,1974 mengganti nama menjadi Amina
Wadud agar orang-orang mengetahui ia seorang muslimah dan 1975 menyelsaikan
perkuliahan dengan gelar sarjana sains. 1982 mendapat gelar MA bidang Kajian Timur
dekat di Universitas Michigan dan Agustus 1988 mendapat gelar Ph.D di bidang Bahasa
Arab di universitas tersebut, kemudian pergi ke Kairo untuk mendalami Bahasa Arab di
Universitas Amerika, mengambil Studi Al-Qur’an dan tafsir di Universitas Kairo, lalu
Kursus Filsafat di Universitas Al-azhar. Ia Menghabiskan hari-harinya dengan mengajar
di Libia dan Malaysia di Internasional Islamic University, 2009 mendirikan Musawah,
1992 menjadi Profesor bidang Agama dan Filsafat di Virginia Commonwealth
University.
Amina Wadud menguasai 6 bahasa yaitu Arab, Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol
dan Truki, karenanya tawaran menjadi dosen tamu berdatangan dari berbagai negara:
Pensylvania University (1970-1975), Harvard Divinity (1997-1998), American
University di Kairo (1981-1982), Universitas Gajah Mada (2008) dan UIN Sunan
Kalijaga . Ia juga menjadi Konsultan bidang Studi Islam dan Gender yang diadakan oleh
Maldivian Women’s Ministry dan PBB tahun 1999.
Indonesia Negara Favorit
Amina Wadud mengatakan bahwa Indonesia adalah negara favoritnya, ia memilih
menetap di Indonesia dan menjadi dosen tamu di berbagai universitas, ia merasa sangat
rekat secara emosional sejak tinggal di Asia Tenggara, saat melakukan tes DNA ia
berfikir bahwa ia mempunyai darah Asia, ternyata hasilnya tidak sama sekali.

Perempuan yang ramah


Umumnya Amina Wadud dikenal sebagai tokoh kontroversi, padahal menurutnya
ia tidak ada niat untuk menjadi kontroversi dan bertolak belakang dengan
keperibadiannya, ia hanya tertarik dengan kebenaran, disebut kontroversi karena
dianggap mengusik zona nyaman dan otoritas tertentu laki-laki yang dalam konstruksi
budaya sudah berjalan sangat lama. Suatu sumber menyebutkan bahwa Amina Wadud
merupakan perempuan yang sangat ramah, ia tidak berat untuk meminta maaf berkali-kali
terlebih ketika meminta bantuan, karakter tersebut mungkin yang membuat ia merasa
rekat secara emosional saat menetap di Indonesia. Ia juga merupakan perempuan yang
gemar beribadah dan sangat mencintai tuhannya, ia mengatakan bahwa telah sampai pada
tahap dimana urusan-urusan duniawi tidak dapat mengalihkanya dari Islam,
membuktikannya dengan tetap menjadi seorang muslimah hingga saat ini. Tahun ini
telah genap 17 tahun Amina Wadud pensiun. Walau demikian, pada Februari 2022 ia
masih berkarya dengan meluncurkan situs QIST1 berisi diskusi virtual bertema
keragaman seksualitas dan gender dalam konteks Islam.

Pemikiran Poligami
Amina Wadud berpendapat bahwa perkawinan yang lebih disukai al-Qur’an
adalah monogami, menurutnya pendapat ini juga senada dengan para mufassir. Q.S An-
Nisa’ayat 3 yang dijadikan legitimasi sebenarnya berbicara tentang tanggung jawab
terhadap harta kekayaan anak yatim perempuan dan keadilan, dimana jika hawatir salah
mengelola maka solusinya menikahi anak yatim tersebut. Dalam konteks keadilan, Q.S
An-nisa ayat 129 menegaskan bahwa ketidakmampuan laki-laki berlaku adil terhadap
istri-istrinya. Ia mengatakan ketidakmungkinan mencapai cita-cita dalam Al-qur’an surah
Al-baqarah ayat 187 ketika seorang suami yang juga sebagai seorang bapak membagi diri
dengan keluarganya yang lain.
Disamping argumentasi penafsiran Al-Qur’an, argumentasi wadud juga dibangun
dari bantahan berbagai alasan yang dikemukan oleh para pelaku dan pendukung
poligami, alasan-alasan tersebut sebagai berikut:

Ekonomi
Amina Wadud berpendapat bahwa di zaman modern dalam sudut pandang
ekonomi tidak relevan menganggap perempuan sepenuhnya bergantung
kepada laki-laki, produktivitas dalam bekerja tidak ditentukan oleh jenis
kelamin semata. Jenis kelamin hanyalah salah satu faktor sekian banyak faktor
yang ada dalam pekerjaan, karenanya poligami dipandang bukan solusi
terhadap permasalahan ekonomi yang sangat kompleks.

Perempuan mandul
Perempuan yang mandul bukanlah argumentasi yang disebutkan dalam al-
Qur’an untuk membolehkan poligami, perempuan mandul tidak berarti tidak
bisa merawat dan membesarkan anak. Banyak anak terlantar dan anak yang
dibuang oleh orang tuanya selagi bayi di depan mata menjalani kehidupan
yang sangat rentan sudah jelas-jelas nyata menjadi masalah sosial yang harus
diutamakan penyelsaiannya daripada berspekulasi dengan poligami

Pengendalian diri setelah bersitri empat


Menurut Amina Wadud, orang yang menganggap dirinya dapat
mengendalian diri setelah beristri empat selain tidak sesuai dengan Al-Qur’an
juga memelihara nafsu yang tidak terkendali. Selain terhadap perempuan,
kesetian dan pengendalian diri juga sangat penting bagi laki-laki. Al-quran
tidak mungkin menekankan aturan tertinggi untuk perempuan semintara
membiarkan laki-laki berada dalam titik terendah yang mengakibatkannya
berada dekat dalam naluri kebinatangan.

Anda mungkin juga menyukai