Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Maqashid
Dosen Pengampu:
Moh. Yardho, M.Th. I
Disusun oleh:
Nurlina Sari Ihsanniati E93219113
Siti Arini Hidayati E93219123
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam ilmu tafsir yaitu Maqashid
(Tujuan-Tujuan al-Qur’an) melihat teks al-Qur’an yang mengharuskan untuk
dikaji lebih dalam lagi mengenai tujuan dari diturunkannya ayat itu sendiri. Kajian
tentang maqasid al-Qur’an tidak hanya menjadi fokus kajian intelektual klasik,
tetapi isu maqasid al-Qur’an juga menjadi salah satu perbincangan hangat di
kalangan pengkaji al-Qur’an kontemporer. Pembagian beragam maqasid al-
Qur’an oleh setiap tokoh dan era menunjukkan bahwa perhatian terhadap maqasid
al-Qur’an sejatinya ada.
Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag (guru besar Ilmu Al-qur’an dan
Tafsir UIN Sunan Kalijaga) dan Dr. Ulya Fikriyati, Lc., M.Ag (Dosen Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir INSTIK An-Nuqayyah) dalam diskusinya yang bertema
“Pendekatan Maqashid Dalam Tafsir: Upaya Menampilkan Tafsir Al-Qur’an
Yang Aktual, Kontekstual dan Moderat” yang telah diselenggarakan di akun
youtube Tafsir Alquran ID pada Sabtu 24 Oktober 2020 sepakat mengatakan
bahwa pendekatan Maqashid dalam tafsir itu dinilai dapat menampilkan
dinamisasi tafsir. Dengan menggunakan Maqashid sebagai pedoman, teks Al-
Qur’an lebih terbuka untuk berdialog baik dengan sesama teks Al-Qur’an terlebih
dengan realita sosial disekitarnya.
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa kajian maqasid merupakan
kajian yang populer baik dikalangan intelektual maupun pengkaji Al-Qur’an
kontemporer bahkan mungkin menghasilkan beragam konsep maqasid Al-Qur’an
antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Hal tersebut memicu pentingnya
mengkaji konsep maqasid Al-Qur’an setiap tokoh. Dalam makalah ini fokus
terhadap konsep maqasid Al-Quran perspektif Hannan Lahham.
B. Rumusan Masalah
1. Biografi Hannan Lahham
2. Konsep Maqashid Al-Quran Perspektif Hannan Lahham
3. Pendekatan Maqashid dalam penafsiran Hannan Lahham
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mohja Kahf, “Then and Now: The Syrian Revolution to Date A Young Nonviolent Resistance and
the Ensuing Armed Struggle”, dalam Friends for a Nonviolent World Special Report (Minnesota:
FNVW, 2013), 3.
2
Affaf Abd al-Ghafur Ḥumayd, “Min Juhud al-Mar‘ah fi Tafsir al-Qur‘an fi al-‘Aṣr al-Ḥadith,”
Majallat Kulliyat al-Shariah wa al-Dirasat al-Islamiyah (Majallah ‘Ilmiyah Muhakkamah), Vol.
25, (Qaṭar, 2007), 230–231.
3
Ulya Fikriyati, “Korespondensi dengan Ḥannan Lahham”, 11 Maret 2017.
4
Ibid. 19 September 2016.
tokoh ulama Damaskus. Dari sekian banyak ulama yang diikuti halaqat-nya,
Lahham menyatakan bahwa Jawdat Sa’id-lah yang paling berpengaruh dalam
pembentukan karakteristik berpikirnya. Dalam kesempatan lain, Lahham
mengatakan bahwa dirinya juga dipengaruhi oleh Malek Bennabi. 5 Hal tersebut
sangat terkait erat dengan realita bahwa Jawdat Sa’id juga banyak dipengaruhi
oleh pemikiran Malek Bennabi. Bagi Lahham, Jawdat Sa’id tidak hanya sebagai
pengampu halaqah, tetapi juga guru yang menanamkan padanya prinsip-prinsip
berpikir dan berperilaku paling efektif untuk kemajuan dan perkembangan Islam.6
Sa’id yang telah berusia di atas delapan puluh tahun sejak lama dikenal
sebagai salah satu sesepuh gerakan anti kekerasan di wilayah Suriah. Ia konsisten
mengajarkan gerakan anti-kekerasan sejak lebih dari lima puluhan tahun yang
lalu. Sa’id tidak hanya aktif mengajarkan pandangannya tentang keunggulan dan
keefektifan gerakan anti-kekerasan dalam bentuk pengajian di masjid-masjid, atau
di rumahnya saja. Sa’id juga dikenal sebagai seorang penulis produktif terkait isu
gerakan anti-kekerasan bahkan ketika berhadapan dengan kekerasan itu sendiri.
5
Ulya Fikriyati, “Korespondensi ………………
6
Ibid, 19 September 2016.
7
Hannan Lahham, Min Hady Surat Al -Imran (Riyad: Dar al-Huda li al-Nashr wa al-Tauzi, 1989),
5.
(2016)8, dan lain sebagainya. Karya lain yang terkait dengan disiplin ilmu al-
Qur’an, adalah Maqasid al-Qur’an al-Karim yang menjelaskan tentang teoretisasi
maqasid al-Qur’an yang ditawarkan oleh Lahham, sebagai rekonstruksi atas
maqasid al-shari’ah yang digunakan untuk menafsirkan al-Qur’an.9
8
Ḥumayd, “Min Juhud al-Mar‘ah,” 220.
9
Ḥannan Laḥḥam, Maqaṣid al-Qur’an al-Karim (Damaskus: Dar Hannan, 2004), 7
10
Ibid, 31.
alam).Laḥḥām mendahulukan pembahasan tentang penciptaan manusia
dibanding penciptaan alam dengan alasan bahwa alam semesta diciptakan
untuk manusia. Maka, manusialah yang menjadi pusat dari alam, karena alam
tercipta untuk manusia, dan bukan manusia tercipta untuk alam semesta.
Bagian pertama dari maqāṣid al-khalq, yaitu maqāṣid khalq al-insān
disebutkan di enam puluh satu tempat dalam al-Qur‘an. maqāṣid khalq al-
kawn yang menunjukkan tujuan penciptaan alam dibahas oleh 208 ayat.
2. Maqasid Qadar Allah (Takdir).
Maqaṣid al-qadr yang dibahas oleh 435 ayat. Bagian ini dibangun
oleh enam bagian yang lebih kecil, yaitu: 193 ayat menetapkan bahwa
musibah adalah akibat dari perbuatan buruk; 80 ayat menjelaskan kenikmatan
yang diberikan Allah adalah buah dari usaha dan kesungguhan seorang
hamba; 64 ayat menerangkan bahwa takdir adalah cobaan dan ujian bagi hati
manusia; 18 ayat memerintahkan untuk melawan kerusakan dan menghentikan
kebatilan; 17 ayat membedakan antara takdir kini dan nanti.11
3. Maqasid Al-Din (Agama)
Maqāṣid al-dīn dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu: 1288 ayat
membahas maṣāliḥ al-fard (maslahah individu); 385 ayat tentang maṣāliḥ
alummah (maslahah umat manusia secara umum); 290 ayat tentang al-irtiqā‟
li al-afḍal wa taṭwīr al-ḥayāh (meningkatkan dan mengembangkan berbagai
aspek kehidupan); dan 288 ayat tentang ḥifẓ al-dīn (menjaga agama). Masing-
masing dari keempat bagian tersebut dibagi lagi menjadi sub-sub pembahasan
yang lebih detail dan spesifik.
Dari pemaparan seluruh maqāṣid al-Qur‟ān yang ditawarkan oleh Laḥḥām
dapat disimpulkan bahwa jumlah ayat yang membahas tentang maslahat individu
jauh lebih banyak dibanding dengan ḥifẓ al-dīn (menjaga agama).12 Hal tersebut
tidak berarti bahwa Laḥḥām menegasikan pentingnya menjaga agama.
Sebaliknya, sebagai model ideal dalam kehidupan manusia, melaksanakan agama
11
Ibid, 59-95.
12
Ulya Fikriyati, “Korespondensi………………….177.
harus dimulai dengan memperbaiki masing-masing individu. Agama yang
sebenarnya adalah meluruskan perilaku dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
لَو اّلل الَو َ ار ُس ْو ُهلَو ل الَو َ ا لَو لَو اَّل ْي انلَو ا لَو ي ُ ْؤ ِمنُ ْو ان ِلَو ِب ه ٰ ِّلل الَو َ ا ِلَو ِبلْ اي ْو ِملَو ا ْ ه ِخ ِر الَو َ ا ُ ا
ُ ٰ لَو ُي ٰ ِر ُم ْو انلَو امالَو اح ذر ام ه ِ قااتِلُوا ذ
لَو اَّل ْي انلَو ُا َْتُوا ْلَو ال ِك هت ابلَو اح ه ّٰتلَو ي ُ ْع ُطوالَو الْ ِج ْزي ا اةلَو اع ْنلَو ي ذ ٍد ذلَو َ ُ ُْه هلَو ص ِغ ُر َْ الَو ن
ِ ي ا ِديْ ُن ْو انلَو ِد ْي انلَو الْ اح ٰ ِقلَو ِم ان ذ
Lahham menafsirkan ayat tersebut dengan menyimpulkan bahwa keempat
sifat negatif yang disebutkan oleh ayat ke-29 adalah sifat-sifat yang kerap
menjadikan seseorang memusuhi Islam dan berupaya untuk melanggar perjanjian
damai dengan umat muslim. Bagi Lahham, tafsir yang ia tawarkan didasarkan
pada qarinah “min al-ladhina utu al-kitab” (dari orang-orang yang diberikan
kepada mereka kitab) setelah “walā yadinuna din al-ḥaqq” (mereka tidak
mengikuti agama yang benar). Agama-agama selain Islam juga mengajarkan hal-
hal baik dalam agamanya, khususnya agama samawi yang bersumber dari Tuhan
yang sama. Hanya penganut agama yang tidak sungguh-sungguh mengikuti ajaran
agamanya dengan benarlah yang akan berbuat kezaliman dan melanggar
perjanjian yang telah mereka tanda tangani.13
13
Ḥannān Lahham, Tafsīr Surat al-Tawbah (Damaskus: Dar al-Fikr, 2007), 87
14
Ibid, 63
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ḥannan Laḥḥam merupakan salah satu tokoh perempuan dari Suriah.
Lahham dikenal sebagai seorang pendidik, sastrawan, dan juga mufassir.
Hannan Lahham lahir di Damaskus Suriah pada tahun 1943. Hannan Lahham
adalah seorang mufassir perempuan yang pertama kali membahas mengenai
maqasid Alquan.
Maqasid Alquran yang ditawarkan oleh Hannan Lahham ada tiga
maqasid utama yaitu Maqasid Khalq (Penciptaan), Maqasid Qadar Allah
(Takdir), dan Maqasid Al-din. Kemudian ketiga maqasid tersebut dibagi lagi
menjadi beberapa-bagian dengan pengklasifikasian sesuai dengan kemiripan
tema sentral pembahasan.
Dan dalam pendekatan penafsiran Alquran Hannan Lahham
menjadikan maqasid al-Qur'an sebagai faktor kedua yang melandasinya,
setelah faktor tadabur ayat al-kitab, al-afaq dan al-anfus.
B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan adalah perlu adanya upaya
peningkatan diskusi terhadap makalah ini sebagai salah satu cara untuk
memaksimalkan pemahaman dalam memahami Maqasid Alquran yang
ditawarkan Hanna Lahham, perlu adanya referensi tambahan untuk
mengetahui lebih luas lagi pembahasan mengenai Maqasid Alquran Hannan
Lahham, dan perlu adanya koreksi serta saran dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Affaf, Abd al-Ghafur Ḥumayd, “Min Juhud al-Mar‘ah fi Tafsir al-Qur‘an fi al-
‘Aṣr al-Ḥadith,” Majallat Kulliyat al-Shariah wa al-Dirasat al-Islamiyah
(Majallah ‘Ilmiyah Muhakkamah), Vol. 25, (Qaṭar, 2007)
Kahf, Mohja, “Then and Now: The Syrian Revolution to Date A Young
Nonviolent Resistance and the Ensuing Armed Struggle”, dalam Friends
for a Nonviolent World Special Report (Minnesota: FNVW, 2013)
Lahham, Hannan, Min Hady Surat Al -Imran (Riyad: Dar al-Huda li al-Nashr wa
al-Tauzi, 1989)