Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Maqashidi
Oleh:
Wintono (E73219068)
Azzah Lutfianawati Amrozi (E93219080)
Dosen Pengampu:
SURABAYA
2022
A. Pendahuluan
Dalam ilmu tafsir Maqashid terdapat salah satu pendekatan yang digunakan untuk
melihat teks Alquran yang mengharuskan untuk dikaji lebih dalam lagi mengenai tujuan
dari diturunkannya ayat tersebut. Tafsir maqasidi sebagai satu pendekatan, tidak hanya
berorientasi pada realisasi tujuan Alquran maqashid Alquran, tapi juga tujuan dari syariat
(maqasid al-shari’ah, dimana keduanya berbeda secara ontologis, nama tetap memiliki
hubungan relasional. Keduanya berperan penting dalam menciptakan kemaslahatan .
Kajian tentang maqashid Alquran tidak hanya menjadi fokus kajian intelektual
klasik, tetapi isu maqashid Alquran juga menjadi salah satu perbincangan hangat di
kalangan pengkaji Alquran kontemporer. Pembagian beragam maqashid Alquran oleh
setiap tokoh dan era menunjukkan bahwa perhatian terhadap maqasid Alquran sejatinya
ada. kajian maqashid merupakan kajian yang populer baik dikalangan intelektual maupun
pengkaji Alquran kontemporer bahkan mungkin menghasilkan beragam konsep maqasid
Alquran antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Hal tersebut memicu pentingnya
mengkaji konsep maqasid Alquran setiap tokoh. Dalam makalah ini fokus terhadap konsep
maqasid Alquran perspektif Hannan Lahham.
B. Biografi Hannan Lahham
Hanan Laham dikenal sebagai wanita Suriah yang memiliki banyak talenta, yaitu
seorang guru, pemikir, penulis, juru bahasa. 1 Hannan Lahham adalah salah satu mufassir
perempuan dari Suriah. Beliau juga dikenal sebagai seorang pendidik dan sastrawan.
Hannan Lahham lahir di Damaskus Suriah pada tahun 1943. Nama ayahnya adalah
Muhammad Sa’di al-Munjid. Masa kecil Lahham tidaklah seindah masa kecil kebanyakan
orang. Keluarganya yang jauh dari ajaran Islam memberikan kenangan akan kekerasan dan
pertengkaran. Namun, masa kecil buruk itulah yang membuat Lahham lebih mudah melihat,
mengenali, dan mendorongnya lebih kuat untuk mencari kebaikan di kemudian hari.
Lahham tidak pernah menyesali masa kecilnya yang kurang bahagia. Bagi Lahham, apa
yang terjadi padanya adalah salah satu cara Allah menunjukkan betapa sengsara kehidupan
1
Ulya Fikriyati, Reinterpretasi Teks Al-Qur'an: Analisis Status Tafsir pada Akun Facebook Hanan Lahham, Vol 11
No 1 2018
yang jauh dari ajaran-ajaran Islam dan melupakan Allah. Transisi antara masa gelap dan
masa terang dalam fase kehidupan Lahham ditandai oleh pertemuannya dengan Jawdat
Sa’id 2.
Untuk pendidikan, Hannan Lahham pernah mengenyam bangku kuliah di
Universitas Damaskus Fakultas Sastra arab. Ketika memasuki usia delapan belas tahun
pada 1961, Lahham menikah dengan Hasan Hilal. Ia terpaksa berhenti kuliah karena
disibukkan dengan beban tugas keluarga dan keadaan berat setelah menikah. Meski
berhenti dari bangku kuliah, Lahham muda tidak pernah berhenti membaca dan mengikuti
perkembangan informasi. Ia tetap aktif mengikuti berbagai halaqat ‘ilmiyah (majlis-majlis
non formal yang disampaikan oleh tokoh-tokoh keilmuan tertentu di serambi-serambi
masjid besar) yang disampaikan oleh tokoh ulama Damaskus. Dari sekian banyak ulama
yang diikuti halaqat-nya, Lahham menyatakan bahwa Jawdat Sa’id-lah yang paling
berpengaruh dalam pembentukan karakteristik berpikirnya. Dalam kesempatan lain,
Lahham mengatakan bahwa dirinya juga dipengaruhi oleh Malek Bennabi. Hal tersebut
sangat terkait erat dengan realita bahwa Jawdat Sa’id juga banyak dipengaru hi oleh
pemikiran Malek Bennabi. Bagi Lahham, Jawdat Sa’id tidak hanya sebagai pengampu
halaqah, tetapi juga guru yang menanamkan padanya prinsip -prinsip berpikir dan
berperilaku paling efektif untuk kemajuan dan perkembangan Islam.
Sa’id yang telah berusia di atas delapan puluh tahun sejak lama dikenal sebagai
salah satu sesepuh gerakan anti kekerasan di wilayah Suriah. Ia konsisten mengajarkan
gerakan anti-kekerasan sejak lebih dari lima puluhan tahun yang lalu. Sa’id tidak hanya
aktif mengajarkan pandangannya tentang keunggulan dan keefektifan gerakan anti-
kekerasan dalam bentuk pengajian di masjid-masjid, atau di rumahnya saja. Sa’id juga
dikenal sebagai seorang penulis produktif terkait isu gerakan anti-kekerasan bahkan ketika
berhadapan dengan kekerasan itu sendiri.
Perkenalan Lahham dengan pemikiran Sa’id bermula dari halaqat tafsiriyah yang
diikutinya di Masjid Damaskus. Halaqat tafsir tersebut diadakan setiap minggu yang
disampaikan oleh Laila Sa’id, saudari perempuan Jawdat Sa’id. Laila Sa’id ibarat jembatan
yang menjadi perantara keterkaitan pemikiran Lahham dan Sa’id. Interaksi keseharian
2
Ulya Fikriyati, Korespondensi dengan Hannan Lahham, 11 Maret 2017
sebagai sebuah keluarga, meniscayakan kesamaan ide dan gagasan antara Laila Sa’id dan
Jawdat Sa’id.
Karya lain yang terkait dengan disiplin ilmu Alquran, adalah Maqashid Alquran al-
Karim yang menjelaskan tentang teoretisasi maqashid Alquran yang ditawarkan oleh
Lahham, sebagai rekonstruksi atas maqashid al-shari’ah yang digunakan untuk
menafsirkan Alquran.3
3
Ulya Fikriyati, Interpretasi Ayat-Ayat “Pseudo Kekerasan”(Analisis Psikoterapis atas Karya-Karya Tafsir Ḥannān
Laḥḥām), (Disertasi)
4
Ibn Qayyim al-Jawziyah, I’lam al-Muwaqqi'in ‘an Ma’rifat Rabb al-‘Alamin, Vol. 1 (Beirut: Dar al-Jil, 1973), 333.
2) Memungkinkan umat islam hidup pada masing-masing masanya tanpa harus
kehilangan identitas diri sebagai seorang muslim.
3) Menerapkan perintah Allah yang terekam dalam ayat “Afala Yatadabbarunal Quran”
4) Mengupayakan pemahaman dalam penafsiran Alquran untuk menghindari perpecahan
umat.
Maqashid Alquran yang ditawarkan oleh Hannan Lahham ada tiga maqasid utama,
untuk merumuskan tiga magasid itu, Hannan Lahham menklarifikasikan setiap ayat
Alquran kedalam kategori-kategori berdasarkan kemiripan tema sentral pembahasan. Hal
itu dapat dicermati dari penghitungan tepat jumlah ayat untuk setiap bagian dari maqashid
Alquran yang ditawarkan oleh laham. Tiga maqasid utama tersebut adalah sebagai berikut:5
5
Ḥannan Laḥḥam, Maqaṣid al-Qur’an al-Karim (Damaskus: Dar Hannan, 2004), 7.
6
Ibid, 59-95.
Maqashid al-Din dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu: 1288 ayat
membahas mashalih al-fard (maslahah individu); 385 ayat tentang masalih al-Ummah
(maslahah umat manusia secara umum); 290 ayat tentang al-irtiqa’ li al-Afḍal wa tatwir
al-hayah (meningkatkan dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan); dan 288
ayat tentang hifz al-din (menjaga agama). Masing-masing dari keempat bagian tersebut
dibagi lagi menjadi sub-sub pembahasan yang lebih detail dan spesifik. Masalih al-
fardi (maslahat individu) merupakan bagian paling banyak dari prosentase seluruh
ayat-ayat al-Qur‘an. Maslahat individu ini dibagi menjadi enam bagian: ri’ayat al-'aql
wa taf'iluh (merawat/menjaga akal dan mengaktivasinya) terdiri dari 359 ayat; takrim
al-insan wa itmam al-ni’am ‘alaih (memuliakan manusia dan menyempurnakan
kenikmatan baginya) dibahas di 284 tempat; al-ṣihhaḥ al-nafsiyah (kesehatan jiwa)
dibahas oleh 270 ayat; al-‘adl wa daf'u al-zulm (keadilan dan mengeliminasi kezaliman)
diungkap sebanyak 149 kali; tahsin al-rizq(memperbaiki rezeki) sebanyak 137 kali; dan
al-sihhah al-jasadiyah (kesehatan fisik) dibahas dalam 89 ayat. 7
D. Contoh Penafsiran Maqashid Alquran Hannan Lahham
Dalam penafsiran Lahham, maqashid Alquran menjadi faktor kedua yang
melandasinya, setelah faktor tadabur ayat al-kitab, al-afaq dan al-anfus. Maqashid Alquran
menjadi penting untuk dijadikan nilai dalam penafsiran Alquran karena al-nusus
mutanahiyah wa hawadith al-‘ibad ghayr mutanahiyah (teks-teks keagamaan terbatas dan
peristiwa yang terjadi pada seorang hamba tidak terbatas). Umat Islam yang hidup pada
era kontemporer membutuhkan solusi yang tidak selalu sama dengan solusi pada umat era
klasik. Dalam konteks inilah, maqashid Alquran menemukan tempat dan perannya dalam
dinamisasi pemaknaan dan penafsiran Alquran untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah
di bumi (khalifah fi al-ard).
Seperti yang terdapat dalam penafsiran QS. At-Taubah ayat 29 :
7
Ibid., 105-202.
Lahham menafsirkan ayat tersebut dengan menyimpulkan bahwa keempat sifat
negatif yang disebutkan oleh ayat ke-29 adalah sifat-sifat yang kerap menjadikan seseorang
memusuhi Islam dan berupaya untuk melanggar perjanjian damai dengan umat muslim.
ِ ۟ ۡ ِ ِ
Bagi Lahham, tafsir yang ia tawarkan didasarkan pada qarinah “ ب َ ( ”م َن ٱلَّذdari
َ ٰین أُوتُوا ٱلكتَـ
ۡ
ِ ِ
orang-orang yang diberikan kepada mereka kitab) setelah “ ین ٱۡلَِق
َ ( ” َوََل یَدینُو َن دmereka tidak
mengikuti agama yang benar). Agama-agama selain Islam juga mengajarkan hal-hal baik
dalam agamanya, khususnya agama samawi yang bersumber dari Tuhan yang sama. Hanya
penganut agama yang tidak sungguh-sungguh mengikuti ajaran agamanya dengan benarlah
yang akan berbuat kezaliman dan melanggar perjanjian yang telah mereka tanda tangani. 8
E. Kesimpulan
Hannan Lahhamm merupakan salah satu tokoh perempuan dari Suriah, Lahham
merupakan putri dari Muhammad Sa’di al-Munjid, yang lebih dikenal dengan nama
Lahham. Lahham pernah menduduki bangku kuliah pada Sastra Arab di Universitas
Damaskus, akan tetapi beliau terpaksa berhenti kuliah karena dibebani tugas keluarga dan
keadaan berat setelah menikah. Meski begitu ia tetap membaca dan mengikuti
perkembangan informasi. Perubahan antara masa gelap dan masa terang dalam fase
kehidupan Lahham ditandai oleh pertemuannya dengan Jawdat Sa'id dan Malek Bennabi.
Maqashid Al-Qur’an yang ditawarkan oleh Lahham terdiri dari tiga maqasis utama:
maqashid khalaq (penciptaan), maqashid qadr Allah (takdir), maqashid al-Din (agama).9
Untuk merumuskan ketiga maqashid tersebut, Lahham mengklasifikasikan setiap ayat
Alquran ke dalam kategori-kategori berdasarkan kemiripan tema sentral pembahasannya.
Maqasid khalaq terdiri dari dua bagian utama maqahsid khalaq al-insan
(penciptaan manusia), dan maqashidi khalq al-kawn (penciptaan alam). Lahham
mendahulukan pembahasan tentang penciptaan manusia dibanding penciptaan alam
dengan alasan bahwa alam semesta diciptakan untuk manusia.
8
Ḥannaan Lahham, Tafsir Surat al-Tawbah (Damaskus: Dar al-Fikr, 2007), 87.
9
Lahham, Maqasid al-Qur’an al-Karim,31.
Maqashid khalaq al-insan disebutkan di enam puluh satu tempat dalam Alquran.
Lima belas ayat membahas tujuan penciptaan manusia untuk mengemban amanat sebagai
khalifah di bumi, maqasid khalaq al-kawn yang menunjukkan tujuan penciptaan alam
dibahas oleh 208 ayat.
Maqashid al-Din dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu: 1288 ayat membahas
masalih al-fard (maslahah individu); 385 ayat tentang masalih al-Ummah (maslahah umat
manusia secara umum); 290 ayat tentang al-irtiqa’ li al-Afḍal wa tatwir al-hayah
(meningkatkan dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan); dan 288 ayat tentang hifz
al-din (menjaga agama).
Daftar Pustaka
Ulya Fikriyati, Reinterpretasi Teks Al-Qur'an: Analisis Status Tafsir pada Akun Facebook Hanan Lahham,
Vol 11 No 1 2018.
Ulya Fikriyati, Interpretasi Ayat-Ayat “Pseudo Kekerasan”(Analisis Psikoterapis atas Karya-Karya Tafsir
Ḥannan Laḥḥam), (Disertasi).
Ibn Qayyim al-Jawziyah, I’lam al-Muwaqqi'in ‘an Ma’rifat Rabb al-‘Alamin, Vol. 1 (Beirut: Dar al-Jil,
1973), 333.
Hannaan Lahham, Tafsir Surat al-Tawbah (Damaskus: Dar al-Fikr, 2007), 87.