Anda di halaman 1dari 188

UNIVERSITAS INDONESIA

HALAMAN JUDUL

TAREKAT QADIRIYAH ARAKIYAH


DI PESANTREN AL-HIKAM DEPOK

SKRIPSI

NUR ISTIQOMAH
1406537905

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA


PROGRAM STUDI ARAB
DEPOK
JUNI 2018
UNIVERSITAS INDONESIA

TAREKAT QADIRIYAH ARAKIYAH


DI PESANTREN AL-HIKAM DEPOK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Humaniora

NUR ISTIQOMAH
1406537905

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA


PROGRAM STUDI ARAB
DEPOK
JUNI 2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nur Istiqomah

NPM : 1406537905

Tanda Tangan :

Tanggal : 5 Juni 2018

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Nur Istiqomah
NPM : 1406537905
Program Studi : Sastra Arab
Judul Skripsi : Tarekat Qadiriyah Arakiyah Di Pesantren Al-Hikam
Depok

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
pada Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Siti Rohmah Soekarba, S.S., S. Pd., S.Hum. (...................................)

Penguji : Dr. Juhdi Syarief, S.S., M.Hum. (...................................)

Penguji : Dr. Yon Machmudi ( ..................................)

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 2 Juli 2018

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah swt., atas taufik, hidayah, serta rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw., yang telah memancarkan cahaya kehidupan dan sebaik-
baik teladan kepada umat manusia.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Humaniora Program Studi Sastra Arab pada Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi
ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan penyusunan
skripsi ini merupakan pengalaman menulis karya ilmiah yang begitu berarti bagi saya.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Dr. Muhammad Anis, M.Met., selaku Rektor Universitas Indonesia.
2) Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
3) Dr. Apipudin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, yang telah membantu dan
mengarahkan saya di dalam penyusunan proposal skripsi ini.
4) Dr. Maman Lesmana, selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah
membimbing saya di dalam menyusun rencana studi selama perkuliahan. Bapak
Maman Lesmana telah bersedia mendengarkan saya berkonsultasi mengenai
perkembangan akademik dan selalu membantu di dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan mengenai akademik.
5) Ibu Siti Rohmah Soekarba, S.S., S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya di
dalam penyusunan skripsi ini. Di mulai dari mengenalkan mengenai tarekat pada
mata kuliah Islamologi dan mengarahkan saya di dalam penyusunan jurnal hasil
penelitian, yang menjadikan saya tertarik untuk menjadikan tarekat sebagai topik
skripsi. Ibu Siti Rohmah Soekarba selalu menyempatkan waktunya

iv
untuk membaca seluruh tulisan saya ketika bimbingan dan selalu memprioritaskan
kewajibannya untuk membimbing mahasiswa bimbingannya di atas urusan yang
lain. Kedisiplinannya juga begitu menginspirasi dan memotivasi saya untuk dapat
menjadi pribadi yang disiplin dan tangkas. Saya mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada Ibu Siti Rohmah Soekarba.
6) Dr. Juhdi Syarief, S.S., M.Hum dan Yon Machmudi, Ph.D yang telah bersedia
menjadi pembaca sekaligus penguji skripsi ini. Semoga masukan yang diberikan
dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.
7) Seluruh dosen Progam Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia yang telah membimbing saya selama perkuliahan selama 8 semester ini,
yaitu Bapak Letmiros, M.Hum., M.A., Drs. Suranta, M.Hum., Dr. Abdul Muta’ali,
M.A., M.I.P., Wiwin Trinawarti, M.A., Dr. Ade Solihat, S.S., M.A., Dr. Afdol
Tharik Wastono, S.S., M.Hum., Dr. Muhammad Luthfi, Dr. Fauzan Muslim., S.S.,
M.Hum., Dr. Bastian Zulyeno, Dr. Basyuni Imamuddin, S.S., M.A., Bapak Minal
Aidin A.Rahiem, M.Hum., dan Bapak Aselih Asmawi, S.S.
8) K.H. Muhammad Hilmi Ash-Shiddiqi selaku Khalīfah Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Indonesia yang telah banyak membantu di dalam memperoleh data
yang saya perlukan, baik data primer maupun sekunder, sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9) Muhammad Tajul Mafachir selaku peneliti sufisme di Sudan, yang telah berbaik
hati memberikan data yang saya butuhkan.
10) Segenap Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang telah bersedia meluangkan
waktu, tenaga, serta pikiran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sehingga
saya mampu memperoleh data yang saya butuhkan. Semoga senantiasa diberikan
kekonsistenan di dalam meniti tarekat.
11) Segenap keluarga Pesantren Al-Hikam Depok, khususnya para ustadz dan
ustadzah yang telah memberikan ilmu keagamaan serta kehidupan dan
memberikan doa yang dengan tulus selalu dipanjatkan untuk para santri, khususya
santriwati Pesantren Mahasiswi Al-Hikam (PESMI AL-HIKAM).
12) Bapak Moh.Solechan dan Ibu Mujiati, selaku orangtua saya yang selalu
memotivasi dan mendukung studi saya, baik secara moral maupun material, dan

v
yang tidak pernah lelah mendoakan sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan.
13) Kakak-kakak saya yakni Siti Marfu’ah, Umi Kholifah, Hanian Khamid, Syarif
Mubarok, Munafisatun Amroh, dan Yusuf Amin, yang selalu memotivasi saya
untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
14) Beasiswa Bidikmisi, yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan kepada
saya selama 8 semester ini sehingga saya memiliki kesempatan untuk dapat
mengenyam bangku kuliah di Universitas Indonesia.
15) Sahabat-sahabat saya dari masa kanak-kanak sampai sekarang, Dini, Rizka, Ayu,
Ficky, Eva, dan Dwi. Terima kasih saya ucapkan kepada kalian yang selalu
memotivasi ketika semangat menurun dan menanggapi semua keluh kesah saya
walaupun hanya via-whatsApp disebabkan tempat pengembaraan kita yang
berbeda. Sukses selalu untuk studi kita dan tetaplah sehangat ini.
16) Segenap angkatan Sastra Arab UI 2014, yakni Novi, Vivi, Lulu, Titin, Najmia,
Desi, Tia, Nindy, Sarah, dan teman-teman lainnya yang belum disebutkan. Terima
kasih telah menjadi bagian dari keluarga saya di tanah perantauan ini. Terima
kasih juga atas kebersamaan selama 8 semester ini. Semoga silaturahmi kita tetap
terjaga.
17) Teman-teman HARMONI PERHIMAK UI 2014 yang telah menjadi keluarga
pertama ketika pertama kali menginjakkan kaki di tanah perantauan ini. Bersama-
sama mengenal UI dengan kepolosan kita sampai pada akhirnya, saat ini, kita
disibukkan dengan bidang kita masing-masing. Walaupun demikian, kita tetap
saling bertegur sapa ketika bertemu dan menanyakan kabar satu sama lain. Selain
itu, kita juga bersama-sama menyukseskan acara-acara yang telah diprogramkan
sebagai wujud pengabdian kita kepada Kota Kebumen. Terima kasih teman-teman
HARMONI telah mengawali cerita saya di tanah perantauan ini. Semoga
silaturahmi kita tetap terjaga.
18) Rekan-rekan Quran Center FORMASI FIB UI, khususnya adek sekaligus sahabat
saya yakni Fitri dan Yuli. Terima kasih telah menjadi adek yang baik. Terima
kasih juga atas kebersamaanya selama tiga tahun ini.
19) Segenap keluarga Pesantren Mahasiswi Al-Hikam (PESMI AL-HIKAM) Depok,
yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk menjadi bagian dari kalian di
vi
tahun terakhir masa perkuliahan. Walaupun baru saja kita saling mengenal, tidak
memerlukan waktu yang lama untuk nyaman bersama kalian. Terima kasih Iza,
Syifa, Yulia, Fadiya, kak Njah, kak Muza, kak Izza, dan Naily yang telah
memotivasi yang saya ketika semangat menurun dan mengingatkan saya untuk
mengerjakan skripsi ketika kemalasan menghampiri. Terima kasih juga kepada
adik-adik sekaligus sahabat PESMI yakni Ain, Arum, Eni, Jihan, Aliza, Batris,
Rona, Dede, Nui, Aisyah, Yuli, Zaata, Nabela, dan Dania, yang telah mewarnai
hari-harika dengan penuh canda dan tawa di akhir masa perkuliahan.
20) Kepada Ersal Fahrul Yoserizal, yang selalu bersedia membantu saya dari awal
sampai akhir penulisan skripsi ini dan meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya
di tengah kesibukannya bekerja untuk memperbaiki serta memberikan saran
terhadap penulisan skripsi ini agar menjadi lebih baik. Terima kasih juga atas
nasehat-nasehat yang telah diberikan.
21) Kepada Aan, yang telah membantu saya untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Terima kasih juga telah berbaik hati menyediakan sarana untuk mempermudah
penulisan skripsin ini. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan
namanya satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan,
baik moril maupun materil, dan mohon maaf jika ada kelakuan saya yang kurang
berkenan.
22) Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu.
Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberian, baik moril maupun materil,
dan mohon maaf jika ada kelakuan saya yang kurang berkenan.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu tasawuf.

Depok, 5 Juni 2018

Penulis

vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama : Nur Istiqomah
NPM : 1406537905
Program Studi : Sastra Arab
Fakultas : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
TAREKAT QADIRIYAH ARAKIYAH
DI PESANTREN AL-HIKAM DEPOK

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Depok
Pada tanggal :

Yang menyatakan

( Nur Istiqomah )

viii
ABSTRAK

Nama : Nur Istiqomah


Program Studi : Sastra Arab
Judul : Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok
Pembimbing : Siti Rohmah Soekarba, S.S., S.Pd., M.Hum.

Skripsi ini membahas tentang Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam


Depok, yang merupakan cabang dari Tarekat Qadiriyah di Sudan. Tarekat Qadiriyah
Arakiyah dibawa ke Indonesia dan disebarkan oleh Syekh Muhammad Hilmi ash-
Shiddiqi al-Araki. Tarekat Qadiriyah Arakiyah disebarkan di Indonesia salah satunya
melalui Pesantren Al-Hikam Depok. Ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah dipagari oleh
Alquran dan hadis serta ijmā’ dan qiyās. Zikir Tarekat Qadiriyah Arakiyah dilakukan
secara jahr dan khafiy dengan menggunakan metode jardalan. Di dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sejarah, yang melalui empat
jenis prosedur pengumpulan data yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, dan
historiografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan sejarah dan perkembangan
Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia, ajaran dan praktik Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok, serta metode zikir yang digunakan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Tarekat Qadiriyah Arakiyah merupakan tarekat baru di Indonesia,
sehingga belum dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas. Masuknya Tarekat
Qadiriyah Arakiyah dari Sudan ke Indonesia menyebabkan adanya transmisi ilmu
tasawuf dan tarekat. Tarekat Qadiriyah Arakiyah berbeda dengan Tarekat Qadiriyah
maupun tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Indonesia. Perbedaan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah dengan Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah di Indonesia terdapat pada sanad atau silsilah tarekat, metode zikir, dan
aurād tambahan setelah aurād asas.

Kata Kunci : Tarekat Qadiriyah Arakiyah, Arakiyah, Tasawuf, Aurād, Jardalan.

ix

Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name : Nur Istiqomah


Study program : Arabic Literature
Title : Qadiriyah Arakiyah Order in Islamic Boarding School Al-Hikam
Depok
Counselor : Siti Rohmah Soekarba, S.S, S.Pd., M. Hum.

This thesis discusses on Qadiriyah Arakiyah Order in Islamic Boarding School Al-
Hikam Depok, which is a branch of Qadiriyah Order from Sudan. Qadiriyah Arakiyah
Order was brought to Indonesia and spread by Sheikh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi
al-Araki. Qadiriyah Arakiyah Order spread all over Indonesia, and one of the
institutions is through Islamic Boarding Al-Hikam Depok.The teachings of Qadiriyah
Arakiyah Order enclosed by the Qur'an, hadith, ijmā', and qiyās. Zikir Qadiriyah
Arakiyah Order was practiced by jahr and khafiy using jardalan method. This research
was used a qualitative method through historical approach, which involved four
document collection procedures, heuristics, verification, interpretation, and
historiography. The purpose of this thesis is to explainthe history and development of
Qadiriyah Arakiyah Order in Indonesia, the teachings and practices of Qadiriyah
Arakiyah Order in Islamic Boarding School Al-Hikam Depok and method of dhikr
Qadiriyah Arakiyah Order in Islamic Boarding School Al-Hikam Depok. The results of
this thesis indicate that Qadiriyah Arakiyah Order is a new order in Indonesia, it has not
been known by the people of Indonesia widely. By Qadiriyah Arakiyah Order coming
to Indonesia from Sudan causes the transmission of knowledge of sufism and order.
Qadiriyah Arakiyah Order is different from Qadiriyah Order and Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah Order in Indonesia. The differences among Qadiriyah Arakiyah Order
with Qadiriyah Orderand Qadiriryah wa Naqsyabandiyah Order in Indonesia are in the
sanad or tariqa genealogy, the method of dhikr, and additional aurād after the aurād
principle.

Keywords: Tariqa Qadiriyah Arakiyah, Arakiyah, Sufism, Aurād, Jardalan.

Universitas Indonesia
‫ملخص البحث‬

‫‪ :‬نور استقامة‬ ‫االسم‬


‫‪ :‬األدب العربي‬ ‫القسم‬
‫‪ :‬طريقة القادرية العراكية في معهد الحكام ديبوك‬ ‫المبحث‬
‫‪ :‬سيتي رحمة سوكربا‬ ‫المشرفة‬

‫هذه الرسالة تبحث طريقة القادرية العراكية في معهد الحكام ديبوك‪ ،‬وهو فرع من‬
‫فروع طريقة القادرية من السودان‪ .‬تحمل وتنشر طريقة القادرية العراكيةإلى‬
‫إندونيسيا مع الشيخ محمد حلمي الصديقي العراكي‪ .‬نشرت طريقة القادرية العراكية‬
‫بإندونيسيا في معهد الحكام ديبوك‪ .‬تعاليم طريقة القادرية العراكية موصولة بالقرآن‬
‫والحديث واألجماع والقياس‪ .‬عمل الذكر طريقة القادرية العراكية في الجهر والخافي‬
‫باستخدام طريقة جارداالن‪ .‬الباحثة تستخدم الطريقة النوعية منخالاللنهجالتاريخيفيعمل‬
‫إجراءات‬ ‫أربعة‬ ‫تورط‬ ‫التي‬ ‫البحث‬
‫نوعاجمعالبياناتوهياالستداللوالتحققوالتفسيروالتأريخ‪ .‬وهدف الباحثة هو شرح التارخ‬
‫والنشوء طريقة القادرية العراكية في اندونيسيا وشرح التعليم والتطوير طريقة‬
‫القادرية العراكية في اندونيسيا خصوصا في معهد الحكامديبوك وشرح طريقة الذكر‬
‫طريقة القادرية العراكية في اندونيسيا‪.‬نتائج هذه الباحثة تشير إلى أن طريقة القادرية‬
‫العراكية هي طريقة جديدة في إندونيسيا‪ ،‬لذلك لم تكن معروفة لدى شعب إندونيسيا‬
‫على نطاق واسع‪ .‬دخول طريقة القادرية العراكية من السودان إلى أندونيسيا تسبب‬
‫نقل علم الصوفية والطريقة‪ .‬طريقة القادرية العراكية تختلف عن طريقة القادرية‬
‫وطريقة القادرية والنقشبندية في إندونيسيا‪ .‬االختالفات بين طريقة القادرية العراكية‬
‫مع طريقة القادرية وطريقة القادرية والنقشبندية في إندونيسيا هي في علم األنساب‬
‫وطريقة الذكر واألوراد اإلضافية بعد األوراد األساسي‪.‬‬

‫العراكية‪،‬‬ ‫الطريقة القادرية العراكية‪،‬‬ ‫الرئيسية‪:‬‬ ‫كلمات‬


‫الصوفية‪ ،‬الألوراد‪ ،‬الجردالن‪.‬‬

‫‪xi‬‬
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. viii
ABSTRAK ...................................................................................................................................ix
ABSTRACT ................................................................................................................................. x
‫ ملخص البحث‬.....................................................................................................................................xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 4
1.4. Ruang Lingkup Penulisan ............................................................................................. 5
1.5. Metode penelitian .......................................................................................................... 5
1.6. Landasan Teori .............................................................................................................. 6
1.7. Kajian Terdahulu ........................................................................................................... 8
1.8. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 10
BAB 2 TASAWUF DAN TAREKAT ...................................................................................... 11
2.1. Tasawuf ........................................................................................................................... 11
2.1.1 Pengertian Tasawuf .................................................................................................... 13
2.1.2. Perkembangan Tasawuf di Indoensia ........................................................................ 15
2.2.1. Pengertian Tarekat..................................................................................................... 18
2.2.2. Perkembangan Tarekat di Indonesia ......................................................................... 19
2.3. Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dan Tarekat Qadiriyah ........................................ 21
2.3.1. Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jilani....................................................................... 21
2.3.2. Tarekat Qadiriyah ...................................................................................................... 23
2.3.3. Tarekat Qadiriyah di Indonesia ................................................................................. 25
BAB 3 ASAL-USUL DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QADIRIYAH ARAKIYAH 28
xii
3.1. Asal-Usul Penamaan Tarekat Qadiriyah Arakiyah ........................................................ 28
3.2. Perkembangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan ..................................................... 30
3.2.1. Biografi Syekh Abdullah Al-Araky beserta Silsilahnya ........................................... 35
3.3. Perkembangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia................................................ 44
3.3.1. Biografi Syekh Hilmi Al-Araki ................................................................................. 49
BAB 4 AJARAN DAN PRAKTIKTAREKAT QADIRIYAH ARAKIYAH ....................... 57
4.1. Ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah ................................................................................. 57
4.2. Pedoman Tarekat Qadiriyah Arakiyah ............................................................................. 64
4.2.1. Alquran dan Sunah .................................................................................................... 64
4.2.2. Ijmā’ .......................................................................................................................... 65
4.2.3. Qiyās ......................................................................................................................... 66
4.3. PraktikTarekat Qadiriyah Arakiyah ................................................................................. 66
4.3.1. Baiat .......................................................................................................................... 66
4.3.2. Zikir ........................................................................................................................... 69
4.3.3. Khalwat ..................................................................................................................... 77
4.3.4. Taklim ....................................................................................................................... 77
4.3.5. Berpuasa 40 hari (Arba’in) ........................................................................................ 78
BAB 5 PENUTUP ...................................................................................................................... 79
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 79
5.2.Saran.................................................................................................................................. 80
DAFTAR REFERENSI ............................................................................................................ 81
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. 84

xiii

Universitas Indonesia
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penelitian ini menggunakan program transliterasi Arab-Latin yang dikeluarkan


oleh Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI berdasarkan
Surat Keputusan Bersama (SKB) Tahun 1987 Nomor 158 dan 0543/b/U/1987.
A. Konsonan
Huruf Arab Nama Transliterasi
Alif Tidak
‫ا‬
dilambangkan
‫ب‬ Ba b
‫ت‬ Ta t
‫ث‬ Sa ṡ
‫ج‬ Jim j
‫ح‬ Ha ḥ
‫خ‬ Kha kh
‫د‬ Dal d
‫ذ‬ Zal ẑ
‫ر‬ Ra r
‫ز‬ Zai z
‫س‬ Sin s
‫ش‬ Syin sy
‫ص‬ Sad ṣ
‫ض‬ Dad ḍ
‫ط‬ Ta ṭ
‫ظ‬ Za ẓ
‫ع‬ ‘Ain ‘
‫غ‬ Gain g
‫ف‬ Fa f
‫ق‬ Qaf q
‫ك‬ Kaf k
‫ل‬ Lam l

Universitas Indonesia
‫م‬ Mim m
‫ن‬ Nun n
‫و‬ Wau w
‫ه‬ Ha h
‫ء‬ Hamzah ‘
‫ي‬ Ya y

Partikel hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata akan mengikuti vokalnya tanpa
menambahkan tanda apapun. Sedangkan hamzah (‫)ء‬yang terletak di tengah atau di akhir
kata akan diberi tanda (‘).

B. Vokal
Sama halnya dengan bahasa Indonesia, vokal dalam bahasa Arab terdiri atas vokal
tunggal dan vokal rangkap, atau disebut juga dengan monoftong dan diftong. Adapun
bentuk transliterasi dari vokal tunggal bahasa Arab yang berupa tanda harakat adalah
sebagai berikut:
Lambang Nama Transliterasi
َ fatḥaḥ a
َ Kasrah i
َ ḍammah u

Sedangkan bentuk transliterasi dari vokal rangkap bahasa Arab yang berupa
gabungan harakat dan partikel dapat ditransliterasikan dengan menggabungkan huruf
sebagai berikut:
Lambang Nama Transliterasi
‫ــي‬ fatḥaḥ dan ya ai
‫ــو‬ fatḥaḥ dan wau Au

Contoh :
‫بينكم‬ Bainakum
‫قول‬ Qaul

xv Universitas Indonesia
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang dalam bahasa Arab yang berupa harakat dan huruf
dapat ditransliterasikan dalam bentuk huruf dan tanda, sebagai berikut:
Lambang Nama Transliterasi
‫ـــا‬ fatḥaḥ dan alif atau ya ā
‫ـــى‬ kasrah dan ya ī
‫ـــو‬ ḍammah dan wau ū

Contoh:
‫صخراء‬ ṣakhrā
‫جميل‬ jamīl
‫يقول‬ yaqūl

D. Ta’ Marbūṭah
Bentuk transliterasi ta’ marbūṭah dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu ta’
marbūṭah yang hidup bentuk transliterasinya adalah //t//, ta’ marbūṭah yang mati bentuk
transliterasinya adalah //h//, sedangkan ta’ marbūṭah yang diikuti oleh kata sandang (al)
dan bacaan kedua kata terpisah, bentuk transliterasinya adalah //h//.
Contoh:
‫المكتبة الكبيرة‬ al-maktabah al-kabīrah

E. Tasydīd (Syaddah)
Bentuk tasydīd dalam bahasa Arab dilambangkan dengan tanda dan
ditransliterasikan menggunakan konsonan rangkap sesuai dengan huruf yang bertasydīd.
Contoh:
‫ا‬
‫فٌلح‬ fallāḥ

F. Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab berbentuk huruf ‫(ال‬alif lam ma’rifah). Secara
umum, kata sandang ditransliterasikan dengan (al-) jika diikuti oleh huruf qamariah dan
dengan menggandakan huruf syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf
al-nya jika diikuti huruf syamsiyyah.

Universitas Indonesia
xvi
Contoh:
‫القرآن‬ al-qurān
‫الشمس‬ as-syams

xvii

Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Pesantren Al-Hikam Depok, yang merupakan pesantren khusus bagi mahasiwa hufadz
dan mahasiswa yang menempuh pendidikan di universitas sekitar pesantren, seperti
Univesitas Indonesia, Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Gunadarma, Universitas
Pancasila, dan lain-lain. Pesantren ini didirikan oleh Kiai H.A.Hasyim Muzadi1pada
2007. Di dalamnya terdapat beberapa lembaga, di antaranya adalah Madrasah Diniyah
(TPQ) yang berdiri pada 2007 bersamaan dengan didirikannya Masjid Al-Hikam
Depok, Sekolah Tinggi Kulliyatul aquran (STKQ) pada 2010, Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (KBIH) pada 2011, Pesantren Mahasiswa (PESMA) pada 2012, dan
Pesantren Mahasiswi pada 2017.Pesantren ini dinamakan Al-Hikam disebabkan Kiai
Hasyim Muzadi mengagumi seorang tokoh sufi sekaligus pengarang kitab tasawuf al-
Hikam, yang bernama Syekh Ibnu Atho’illah as-Sakandari. Oleh karena itu, dia
menjadikan nama kitab itu sebagai nama pesantrennya. Kata al-Hikam merupakan
bentuk jamak dari kata Hikmah, yang berarti hikmah-hikmah. Dari nama itu Kiai
Hasyim Muzadi berharap para santrinya menjadi manusia yang memiliki hikmah dan
bermanfaat.2
Pesantren Al-Hikam Depok ini didirikan di belakang Fakultas Teknik Universitas
Indonesia Depok, tepatnya di Jalan H.Amat nomor 29 Kukusan Beji Depok oleh Kiai
Hasyim Muzadi. Pendirian pesantren mahasiswa di dekat pusat peradaban intelektual
berdasarkan cita-cita Kiai Hasyim Muzadi agar dapat mendampingi para santrinya

1
Selain sebagai pendiri dan pengasuh Pesantren Al-Hikam Depok, Kiai Hasyim Muzadi adalah seorang
tokoh Islam Indonesia, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama
(PBNU) pada periode 1999-2010. Kiai Hasyim Muzadi pernah diminta sebagai calon wakil presiden
mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri pada PILPRES 2004. Di dalam pemilihan umum
Presiden Indonesia 2004, Megawati Soekarnoputri dan Kiai Hasyim Muzadi meraih 26.2% suara di
putaran pertama. Akan tetapi, di putaran kedua hasil presentase suara yang dihasilkan berada di bawah
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Meski demikian, dapat dipastikan setiap kali
PILPRES para calon presiden meminta dukungan kepada Kiai Hasyim Muzadi. Di awal berjalannya
kabinet baru presiden terpilih Joko Widodo, Kiai Hasyim Muzadi diminta untuk menjadi anggota Dewan
Pertimbangan Presiden (Wantimpres) bersama sembilan orang lainnya untuk periode 2015-2019.
(https://www.viva.co.id/siapa/read/277-hasyim-muzadi diakses tanggal 31 Juli 2018, pukul
21.07 WIB).
2
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 1 Maret 2017 di Pesantren Al-Hikam Depok
1
Universitas Indonesia
2

untuk menjadi sumber daya manusia yang bermoral serta berilmu. Kiai Hasyim Muzadi
menginginkan para santrinya mampu mengoptimalkan kemampuan intelektual dan
spiritual. Kemampuan intelektual dilatih dengan berfikir sedangkan kemampuan
spiritual dilatih dengan berzikir. Kiai Hasyim Muzadi mengatakan bahwa akal yang
kosong hendaknya diisi dengan pemikiran atau berfikir sedangkan hati yang kosong
hendaknya diisi dengan berzikir. Kemudian, Kiai Hasyim Muzadi meminta Syekh
Hilmi untuk membina para santrinya agar dapat mencapai keseimbangan di antara
berpikir dan berzikir. Syekh Hilmi merupakan seorang aktivis Nahdhatul Ulama (NU).
Kedekatan Syekh Hilmi dengan Kiai Hasyim Muzadi bermula dari pelantikan pengurus
PCINU di Sudan. Pada saat itu, Kiai Hasyim Muzadi, yang menjabat sebagai ketua
Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) di Indonesia, melantik Syekh Hilmi beserta
teman-temannya sebagai pengurus Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama
(PCINU) di Sudan. Di dalam membina para santri, Syekh Hilmi memberikan sentuhan
tarekat di dalamnya.3
Tarekat berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata ṭarīqah, yang berarti jalan.
Zamakhsyari Dhofier mendefinisikan tarekat sebagai sebuah jalan yang ditempuh oleh
seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan berusaha mengangkat
dirinya melampaui batas-batas kediriannya sebagai manusia.4 Tarekat juga disebut
dengan sulūk, yang berarti perjalanan spiritual. Sementara orang yang menempuh jalan
spiritual dinamakan sālik. Di dalam menempuh perjalanan spiritual, seorang sālik
dibimbing seorang guru, yang dinamakan mursyid, setelah besumpah untuk
mengamalkan formula-formula yang telah ditentukan. Seorang mursyid membimbing
seorang sālik menuju Allah swt. melalui riyāḍah dan mujāhadah dengan melakukan
amalan-amalan zikir menggunakan ayat-ayat Alquran dan sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad saw.5
Zamakhsyari Dhofier mengemukakan bahwa tarekat merupakan tradisi tasawuf
yang berkembang di pesantren. Istilah tarekat berkaitan dengan istilah tasawuf. Di
dalam tradisi pesantren, istilah tasawuf digunakan sebagai teori dari ajaran tarekat.

3
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 1 Maret 2017 di Pesantren Al-Hikam Depok
4
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LPES, 1998),
hlm. 135.
5
Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf: Meniti Jalan menuju Tuhan, (Jakarta: PT. As-
Salam Sejahtera, 2012), hlm. 87.
Universitas Indonesia
3

Sementara praktik dari teori tersebut digunakan istilah tarekat. Di kalangan pesantren,
praktik dianggap lebih utama daripada teori. Oleh karena itu, tarekat dikalangan
pesantren berupa kepatuhan secara penuh terhadap ketentuan-ketentuan syariat yang
bersifat ritual maupun sosial, seperti menjalankan amalan-amalan wajib maupun sunah
serta menghindarkan diri dari hal-hal yang makruh dan haram, dan melakukan riyāḍah
dengan sebaik-baiknya. Amalan tarekat tidak dapat dipisahkan di dalam tradisi
pesantren tanpa terbentuk ke dalam sebuah organisasi tarekat. Dengan demikian,
terdapat praktik tarekat yang berdasarkan ketentuan organisasi tarekat dan praktik
tarekat yang tidak berdasarkan ketentuan organisasi tarekat.6
Di Indonesia, organisasi-organisasi tarekat berada di bawah naungan sebuah
federasi bernama Jam’iyyah Ahli Thariqah Mu’tabarah Nahḍiyyah (JATMAN).
Organisasi ini didirikan oleh para kyai Nahdhatul Ulama (NU) pada 10 Oktober 1957.
Awalnya, organisasi ini bernama Jam’iyyah Ahli Thariqah Mu’tabarah. Berdasarkan
keputusan Muktamar NU 1979 di Semarang, nama organisasi tarekat ini berubah
dengan adanya tambahan kata Nahḍiyyah, yang bertujuan untuk menegaskan bahwa
organisasi ini berafiliasi kepada Nahdhatul Ulama (NU). Organisasi ini ditujukan untuk
membimbing organisasi-organisai tarekat yang dinilai belum mengajarkan amalan-
amalan Islam yang sesuai dengan Alquran dan hadis. Selain itu, organisasi ini juga
ditujukan untuk mengawasi organisasi-organisasi tarekat agar tidak menyalahgunakan
pengaruhnya untuk kepentingan yang tidak dibenarkan oleh agama Islam. 7 Terdapat 45
nama tarekat yang diakui keautentikannya oleh Jam’iyyah Ahli Thariqah Mu’tabarah
Nahḍiyyah (JATMAN), di antaranya adalah Tarekat Qadiriyah. Keautentikan suatu
tarekat dilihat dari sanad keilmuan mursyid tarekat. Tarekat yang memiliki sanad
keilmuan yang bersambung kepada Nabi Muhammad saw. disebut tarekat mu’tabarah.
Sementara tarekat yang sanad keilmuannya tidak bersambung kepada Nabi Muhammad
saw. disebut tarekat gairu mu’tabarah.8

6
Zamakhsyari Dhofier, op.cit., hlm. 136.
7
Ibid., hlm. 143.
8
Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Mu’tabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2006),
hlm. 28.
Universitas Indonesia
4

Di dalam membina para santri di pesantren Al-Hikam Depok, Syekh Hilmi


menggunakan aurād9 Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Tarekat Qadiriyah Arakiyah adalah
cabang Tarekat Qadiriyah di Sudan. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdullah al-Araki
di Sudan pada 1007 H/1559 M. Saat ini, Tarekat Qadiriyah Arakiyah berpusat di
Pesantren Thariqah Madani Syekh Abdullah al-Araki di Thayyibah Abdul Baqi, Sudan.
Tarekat ini tersebar di wilayah Afrika, Eropa, dan Asia, termasuk di Indonesia. Di
Indonesia, tarekat ini dibawa oleh Syekh Hilmi pada 2006. Salah satu tempat persebaran
tarekat ini adalah Pesantren Al-Hikam Depok.10
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah disebutkan, penulis tertarik
untuk meneliti Tarekat Qadiriyah Arakiyah di pesantren Al-Hikam Depok sebagai
skripsi.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah di dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana perkembangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam
Depok?
2) Bagaimana ajaran serta praktik Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-
Hikam Depok?
3) Bagaimana metode zikir Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam
Depok?

1.3. Tujuan Penulisan


Terdapat tiga tujuan penulisan skripsi ini. Pertama, adalah untuk menjelaskan
perkembangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok. Kedua,
adalah untuk menjelaskan ajaran serta praktik Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren
Al-Hikam Depok. Ketiga, adalah untuk menjelaskan metode zikir yang digunakan
Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok.

9
Aurād merupakan bentuk jamak dari kata wirid. Wirid adalah segala pembiasaan yang dilakukan oleh
manusia, baik dalam bentuk doa maupun melakukan ibadah, secara konsisten dalam rangka memperoleh
hubungan dengan Allah swt.
10
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi ssh-Shidiqi al-Araki, Khalīfah Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 1 Maret 2017, pukul 20.30 WIB di Depok.
Universitas Indonesia
5

1.4. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan
mengenai Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang berlokasi di Pesantren Al-Hikam Depok,
yang dikaji pada saat ini baik dari segi sejarah, perkembangan, karakteristik, dan
sebagainya. Selain itu, penulis juga meneliti ajaran dan praktik Tarekat Qadiriyah
Arakiyah yang saat ini berlokasi di Pesantren Al-Hikam Depok.

1.5. Metode penelitian


Metode penelitian yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah metode
kualitatif melalui pendekatan sejarah. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
hasil penemuan-penemuannya tidak diperoleh melalui prosedur-prosedur statistik.11
Sugiyono mengatakan bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik. Hal ini disebabkan penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi
yang masih alamiah (natural setting).12 Penelitian kualitatif menghasilkan data primer
dan sekunder.
Di dalam menghasilkan data primer, penulis melakukan observasi dan
wawancara. Pertama, peneliti melakukan observasi di Pesantren Al-Hikam Depok, yang
berlokasi di Jalan H.Amat Nomor 21, Kukusan, Beji, Depok, Jawa Barat, untuk
mengamati aktivitas dan kondisi di lokasi penelitian dengan menggunakan kamera
untuk dokumentasi. Di samping itu, penulisjuga melakukan wawancara kepada
beberapa nara sumber untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Kedua, peneliti
melakukan wawancara yang dilakukan secara tatap muka (face to face interview) dan
wawancara secara online. Wawancara secara tatap muka (face to face interview)
dilakukan terhadap beberapa nara sumber, yang terdiri atas khalīfah tarekat, para
pengikut tarekat (sālik), dan pihak-pihak yang berhubungan dengan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok. Penulis menggunakan alat perekam dan alat
tulis untuk merekam dan menulis hasil wawancara. Selain itu, peneliti juga melakukan
wawancara secara online dengan seorang penulis sufisme di Sudan, yang salah satu

11
Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta: Suaka Media,
2017), hlm, 8.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), hlm. 13.
Universitas Indonesia
6

objek penelitiannya mengenai Tarekat Qadiriyah Arakiyah untuk memperoleh data yang
dibutuhkan.
Sementara di dalam menghasilkan data sekunder, penulis menemukan,
menyelidiki, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah sebagai data yang berkaitan
dengan topik penelitian (heuristik). Sementara di dalam memperoleh sumber-sumber
sejarah yang telah ditemukan, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen berupa buku-
buku teks dan kitab-kitab mengenai tasawuf dan tarekat, khususnya mengenai Tarekat
Qadiriyah. Setelah memperoleh semua data yang dibutuhkan, penulis melakukan kritik
dengan memeriksa kembali mengenai kebenaran data yang diperoleh (verifikasi).
Kemudian, penulis melakukan penafsiran terhadap data yang telah didapatkan
(interpretasi). Pada tahap ini, penulis memberikan penafsiran terhadap data yang telah
diperoleh selama penelitian, mengaitkankan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya,
dan menyusunnya hingga menjadi sebuah urutan peristiwa yang kronologis. Setelah itu,
penulis melakukan tahap historiografi dengan menulis apa yang dipahami dalam bentuk
tulisan yang sistematis di dalam bentuk laporan penelitian dengan menggunakan bahasa
penulis.

1.6. Landasan Teori


Menurut Aboebakar Atjeh, tarekat adalah jalan petunjuk di dalam melakukan
suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw. Kemudian ajaran tersebut diikuti dan dikerjakan oleh sahabat, tabiin,
sampai kepada guru-guru tarekat secara rantai berantai. Di dalam mempelajari ajaran
serta sunah Nabi Muhammad saw., tidak cukup hanya melalui hadis untuk dapat
mengetahui cara mempraktikannya. Orang yang melihat cara Nabi beribadah adalah
para sahabat. Kemudian, para sahabat menceritakan kepada tabiin, yang selanjutnya
menceritakan kepada murid-muridnya secara turun temurun sampai saat ini. Hal ini
disebut dengan sanad. Oleh karena itu, untuk dapat mempraktikan ibadah yang sesuai
dengan Nabi Muhammad saw., dianjurkan untuk belajar kepada seorang guru yang
sanad keilmuannya mencapai Nabi Muhammad saw. (mu’tabarah).13
Abu Bakar Atjeh juga mengemukakan bahwa tarekat ialah melaksanakan syariat
Islam dengan sebaik-baiknya sehingga berbekas pada jiwa (haqīqah) dan mampu
13
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Jakarta: FA. H.M Tawi & SonBag, 1966), hlm. 47-48.
Universitas Indonesia
7

mencapai tujuan melakukan segala amal ibadah yakni mengenal Allah swt. (ma’rifah).
Aboebakar Atjeh menyimpulkan bahwa syariat merupakan peraturan, tarekat
merupakan pelaksanaan, hakekat merupakan keadaan, dan makrifat adalah tujuan
terakhir. Imam Malik mengatakan bahwa orang yang hanya bertarekat tanpa
melaksanakan syariat adalah orang fasik dan orang yang hanya bersyariat tanpa
bertarekat adalah orang zindik. Sementara orang yang bertarekat dengan bersyariat
adalah mutahaqqiq, yaitu sebenar-benar ahli hakekat. Dengan demikian, syariat, tarekat
dan hakekat saling bersinergi untuk mencapai makrifat sehingga memperoleh
kesempurnaan di dalam beragama.14
Menurut Aboebakar Atjeh, tarekat merupakan jalan agar dapat sedekat mungkin
dengan Allah swt. Di dalam beribadah agar sampai kepada Allah swt.Seorang murid
melalui perantara oleh seorang syekh. Syekh adalah kepala atau pemimpin dari
kumpulan tarekat. Seorang syekh adalah orang yang sudah mencapai Rijāl al-Kamāl,
yaitu orang yang telah sempurna suluk di dalam ilmu syariat dan hakekat berdasarkan
Alquran, sunah, dan ijmā’. Seorang syekh menyampaikan ajaran-ajaran suluk dan
memberikan petunjuk kepada murid-muridnya setelah melalui mujāhadah dan setelah
memperoleh ijazah dan khirqah dari mursyidnya yang berhak serta memiliki silsilah
keilmuan yang sah.Terdapat perbedaan mengenai istilah ijazah dan khirqah. Ijazah
merupakan surat keterangan pemberian kekuasaan dari mursyid kepada murid untuk
melanjutkan pengajaran tarekat kepada orang lain serta berisi beberapa wasiat dan
nasehat. Sementara khirqah biasanya berupa potongan kain atau pakaian bekas dari
syekhnya, yang biasanya dianggap suci bagi seorang murid. Adapun mursyid adalah
orang yang mengajarkan ajaran tarekat dan membimbing murid untuk mencapai tujuan
bertarekat, yaitu Allah swt. Jalan menuju Allah swt. dilakukan melalui banyak cara
sebanyak jiwa hamba-Nya, di antaranya adalah melalui zikir dan pembersihan jiwa.
Melalui zikir atau ingat kepada Allah swt dilakukan secara terang-terangan maupun
diam-diam dan mentauhidkan Allah swt. Kalimat tauhid diucapkan melalui lidah
sebagai latihan dan diresapkan di dalam ingatan. Aboebakar Atjeh mengemukakan
bahwa meresapkan keesaan Allah swt. dengan mentauhidkan-Nya di dalam hati adalah
hal yang harus dilakukukan sebelum taat kepada-Nya. Semua amalan dan riyāḍah tidak

14
Ibid.
Universitas Indonesia
8

akan membekas jika tidak sesuai dengan syariat dan tidak sejalan dengan sunah Nabi
Muhammad saw.15
Menurut Aboebakar Atjeh, zikir merupakan bagian terpenting di dalam tarekat.
Aboebakar Atjeh juga mendefinisikan zikir dengan mengingat Allah swt dengan
menyebut-nyebut asma Allah swt., sifat-sifat, atau kata-kata yang mengingatkan
kepada-Nya. Zikir tidak hanya mengingat Allah swt. di dalam hati, tetapi juga
senantiasa menyebut-Nya dengan lidah. Dengan berzikir, manusia akan sadar posisinya
sebagai hamba Allah swt. dan cinta kepada-Nya yang akan menimbulkan ketaatan. Hal
ini disebabkan seorang hamba Allah swt. pasti akan takut kepada Allah swt., sehingga
melaksanakan segala perintah dan menghentikan segala larangan-Nya. Di samping itu,
seorang yang cinta kepada Allah swt. hanya akan mengerjakan sesuatu yang disukai
oleh Allah swt. dan menjauhkan diri dari pekerjaan yang tidak disukai oleh-Nya.16

1.7. Kajian Terdahulu


Penelitian mengenai Tarekat Qadiriyah di Indonesia telah banyak dilakukan oleh
para akademisi, khususnya penelitian tentang cabang dari Tarekat Qadiriyah di
Indonesia yakni Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Di antara penelitian tentang
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah penelitian Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah di Rejoso Jombang Jawa Timur, yang dilakukan oleh Yon Mahmudi,
Ph.D untuk memperoleh gelar sarjananya pada 1997. Judul penelitiannya adalah
Kepemimpinan Mursyid dalam tarikat Qadiriyah Wan Naqsyabandiyah di Rejoso,
Jombang, Jawa Timur. penelitian tersebut memberikan informasi bahwa Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Rejoso Jombang Jawa Timur, yang dipimpin oleh
Kiai Dhimyati,memiliki ciri-ciri kepemimpinan. Pertama, rekruitmen dan suksesi
kepemimpinan tidak lagi bersifat tertutup dan menjadi otoritas mutlak mursyid. Selain
itu, suksesi kepemimpinan telah bergeser pada pemilihan mursyid dengan cara
musyawarah. Namun, faktor keturunan atau geneologi masih tetap mendominasi.
Kedua, memiliki efektifitas dan otoritas kepemimpinan yang masih sangat kuat dan
tidak tergoyahkan. Ketiga, tarekat ini memiliki pengaruh wilayah kepemimpinan yang
terbatas. Akan tetapi, memiliki wilayah penyebaran yang relatif luas dan tidak terbatas.

15
Ibid., hlm. 49, 59, dan 80.
16
Ibid., hlm. 264-265.
Universitas Indonesia
9

Itulah sebuah kepemimpinan yang berlaku pada masyarakat tarekat dengan mursyid
sebagai pemimpin tertinggi. Jika pemimpin informal Islam lainnya telah mengalami
pergeseran dan pemudaran otoritas kepemimpinan, mursyid sebagai pemimpin informal
masih tetap memiliki otoritas yang kuat, karena dia masih menempati posisi sentral
dalam komunitasnya.
Penelitian Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren An-
Nawawi Kabupaten Purworejo juga dilakukan oleh Lathif Purwa Atmaja, mahasiswa
Program Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Penelitian tersebut memberikan informasi bahwa Pondok Pesantren An-Nawawi di
Kabupaten Purworejo menjadi pusat perkembangan Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah di Kabupaten Purworejo. Selain itu, Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah di lokasi ini juga termasuk anggota federasi dari Jam’iyyah Ahli ath-
Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdhiyyah (JATMAN). Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah di lokasi ini menjunjung tinggi syariat sebagai pondasi utama di dalam
mengembangkan tarekat. Oleh karena itu, tarekat ini tidak menyalahi ajaran Islam.
Di samping sebagai sebuah ajaran agama yang bersifat spiritual, Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren An-Nawawi Kabupaten Purworejo
juga memiliki fungsi sebagai gerakan sosial yang terformalisasikan dengan segala
kegiatan yang ada di pesantren, sehingga tarekat ini memiliki pengaruh yang sangat
besar, seperti di ranah politik. Di dalam penelitiannya, Lathif mengemukakan bahwa
tarekat ini menjadi sebuah “gudang suara” yang sangat diperhitungkan pada saat
pemilihan umum, khususnya ketika pemilihan kepala daerah. Pengaruh ini tidak
terlepas dari sosok dan peran K.H Achmad Chalwani, pemimpin tarekat (mursyid
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren An-Nawawi Kabupaten
Purworejo, yang sangat dihormati dan disegani oleh para pengikutnya. Selain sebagai
pemimpin tarekat. Kiai Achmad Chalwani adalah seorang pemimpin pesantren dan
politisi sebuah partai. Dia memiliki pemikiran tentang tasawuf yang berbeda dari teori-
teori menurut para ahli. Kiai Achmad Chalwani berpendapat bahwa ilmu tasawuf
berasal dari ilmu tarekat. Hal ini disebabkan tarekat adalah ilmu yang disampaikan
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Tarekat ini sangat diterima oleh
masyarakat wilayah Kabupaten Purworejo.

Universitas Indonesia
10

Selain itu, terdapat juga penelitian tentang Tarekat Qadiriyah di Pesantren


Cibuntu Pandeglang, Banten, Jawa Barat yang dilakukan oleh Ratna Suminar,
mahasiswi Jurusan Asia Barat Program Studi Arab Fakultas Sastra Universitas
Indonesia.Di dalam skripsinya, Ratna Sumiar memberikan informasi bahwa Tarekat
Qadiriyah di Pesantren Cibuntu Pandeglang, Banten, Jawa Barat di sebarkan oleh Kiai
Armin bersamaan dengan didirikannya Pesantren Cibuntu. Kiai Armin yang biasa
disebut Ki armin memperoleh baiat dari gurunya di Mekah. Di dalam menyebarkan
ajaran Tarekat Qadiriyah, Kiai Armin mengikuti norma-norma agama Islam yang
mengikut masyarakat Banten di dalam menghadapi perkembangan zaman.
Sepengetahuan penulis penelitian mengenai Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Indonesia, khususnya di pesantren Al-Hikam Depok, belum pernah dilakukan oleh para
akademisi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menulis skripsi ini yang berjudul
“Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok”. Di dalam penelitian ini,
penulis akan meneliti perkembangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia,
khususnya di Pesantren Al-Hikam Depok, ajaran dan praktik Tarekat Qadiriyah
Arakiyah, serta metode zikir Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam
Depok.

1.8. Sistematika Penulisan


Penyusunan skripsi ini terdiri atas lima bab dan setiap bab terdiri atas beberapa
subbab. Bab I adalah Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penulisan, metode penelitian,
landasan teori, kajian terdahulu, dan sistematika penulisan. Bab II memaparkan
mengenai Tasawuf dan Tarekat. Bab III memaparkan mengenai asal-usul dan
perkembangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Bab IV memaparkan mengenai ajaran dan
praktik Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok. Bab V adalah
penutup berupa kesimpulan dan saran.

Universitas Indonesia
BAB 2
TASAWUF DAN TAREKAT

2.1. Tasawuf
Tasawuf merupakan kata yang dipakai untuk menyebutkan mistisme di dunia
Islam. Orientalis Barat menyebut tasawuf dengan nama sufisme. Secara etimologi, kata
tasawuf berasal dari bahasa Arab, yaitu taṣawwafa (‫ (تصوف‬- yataṣawwafu)‫(يتصوف‬-
taṣawwufan)‫(تصوفا‬.17 Orang yang bertasawuf disebut dengan sufi.Istilah tasawuf
pertama kali digunakan oleh seorang sufi bernama Abu Hasyim al-Kufi yang berasal
dari Irak. Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai salah satu disiplin studi Islam
yang mempelajari mengenai cara dan jalan agar seseorang dapat merasa sedekat
mungkin dengan Allah swt. Inti dari tasawuf yakni memperoleh kesadaran bahwa
terdapat hubungan atau komunikasi di antara manusia dengan Allah swt., sehingga
manusia merasa bahwa Allah swt. ada. Kesadaran ini dapat dimunculkan melalui
mengasingkan diri dan kontemplasi.18
Usaha yang dilakukan oleh para sufi untuk dekat dengan Allah swt. ditempuh
melalui tahapan-tahapan, yang di dalam bahasa Arab disebut maqāmāt.19 Maqāmāt
merupakan bentuk jamak dari maqām, yang diartikan sebagai jalan yang harus dilalui
oleh para sufi di dalam mencapai Allah swt. melalui proses penyucian jiwa (tazkiyah
an-nafs) terhadap pengaruh keduniawian agar kembali ke jalan-Nya.20 Di kalangan para
sufi, urutan maqāmāt berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan pengalaman spiritual
yang dialami oleh masing-masing sufi. Misalnya,urutan maqāmāt menurut Abu Hamid
al-Ghazali yakni taubat (taubah), sabar (ṣabr), kefakiran (faqīr). zuhud (zuhd), tawakal
(tawakkal), cinta(maḥabbah), makrifat (ma’rifah), dan rela (riḍa). Sementara urutan
maqāmāt menurut Abu Bakar al-Kalabadzi yakni taubat (taubah), zuhud (zuhd), sabar
(ṣabr), kefakiran (faqīr), kerendahan hati (tawāḍu’), takwa (taqwā), tawakal (tawakkal),
kerelaan hati (riḍa), cinta (maḥabbah), dan makrifat (ma’rifah).21 Sementara keadaan
yang dialami oleh para sufi ketika mencapai maqām tertentu dinamakan aḥwāl, yang di

17
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 2.
18
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), hlm. 43.
19
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid II, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
2015), hlm. 76.
20
Moenir Nahrowi Tohir, op.cit., hlm. 93.
21
Ibid., hlm. 88.
11
Universitas Indonesia
12

dalam bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari kata ḥal. Terdapat perbedaan di antara
hal dan maqām. Hal merupakan anugerah dan rahmat dari Allah swt. yang diperoleh
tanpa melalui usaha. Hal bersifat sementara. Sementara maqām merupakan anugerah
dari Allah swt. yang diperoleh melalui usaha dan hasilnya bersifat tetap.22
Meskipun urutan maqāmat masing-masing sufi berbeda-beda, maqām yang
pertama kali dilalui oleh para sufi adalah taubat. Taubat dilakukan dengan
meninggalkan dosa besar dan dosa kecil serta meninggalkan segala sesuatu yang
makruh dan syubhat dengan sungguh-sungguh. Taubat dilakukan oleh para sufi sebagai
langkah pertama untuk membersihkan diri agar dapat dekat dengan Allah swt. Hal ini
disebabkan Allah swt. Yang Maha Suci hanya dapat didekati oleh orang yang suci.
Taubat tidak dapat dilakukan hanya sekali. Bahkan terdapat seorang sufi yang bertaubat
sampai tujuh puluh kali.23 Di dalam ilmu tasawuf, langkah pertama ini dikenal dengan
istilah takhalli, yang berarti mengosongkan diri dari akhlak tercela yang ditimbulkan
oleh kecenderungan terhadap kehidupan dunia dengan menjauhkan diri dari segala
bentuk kemaksiatan dan dorongan hawa nafsu yang dapat mengganggu stabilitas akal
serta perasaan.24 Para sufi juga menerapkan sikap zuhud dengan lebih mengorientasikan
kehidupan akhirat dengan menumbuhkan kesadaran bahwa tujuan hidup adalah untuk
beribadah kepada Allah swt., sehingga tidak terlena dengan kenikmatan kehidupan
dunia. Sikap zuhud dilakukan dengan cara hidup sederhana, seperti berpakaian
sederhana, makan dan minum secukupnya hanya untuk menopang agar kuat di dalam
beribadah, serta tidur secukupnya.25
Setelah mengosongkan jiwa dengan membersihkan diri dari akhlak tercela, para
sufi berusaha menghiasi diri dengan membiasakan berbuat baik atau berakhlak terpuji.
Usaha yang dilakukan oleh para sufi ini dinamakan taḥalli, yang berusaha agar selalu
berjalan sesuai koridor syariat Islam di dalam setiap gerak-gerik yang dilakukan.
Setelah meninggalkan kebiasaan lama yang tercela, jiwa harus segera diisi dengan
kebiasaan baru yang lebih baik. Menurut al-Ghazali, jiwa manusia dapat diubah, dilatih,
dikuasai, dan dibentuk sesuai dengan keinginannya sendiri.26 Para sufi menghiasi
jiwanya dengan sabar di dalam segala hal, seperti sabar di dalam menjalankan perintah

22
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid II, op.cit., hlm. 49.
23
Ibid., hlm. 77.
24
Samsul Munir Amin, op.cit., hlm. 212.
25
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid II, op.cit., hlm. 77.
26
Samsul Munir Amin, op.cit., hlm. 213.
Universitas Indonesia
13

dan menjauhi larangan Allah swt., sabar di dalam menerima segala hal yang tidak
diinginkan yang terjadi pada dirinya atas kehendak-Nya, sabar di dalam menunggu
pertolongan dari-Nya, sabar ketika di dalam penderitaan, dan bersabar ketika tidak
mendapatkan pemberian dari-Nya. para sufi juga harus bersyukur atas segala sesuatu
yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. dan bertawakal kepada-Nya. Selain itu, para
sufi harus senantiasa rida terhadap segala sesuatu yang telah menjadi ketetapan Allah
swt. atas diriya. Dengan keridaan hati yang dimiliki, segala perasaan benci dapat
dihilangkan dan hanya perasaan gembira yang dapat dirasakan, sehingga mampu
melihat hikmah yang terdapat dibalik setiap kejadian yang menimpanya, baik berupa
nikmat maupun musibah. Jika hati telah dipenuhi perasaan cinta (maḥabbah) kepada
Allah swt., semua yang dilakukan hanya untuk-Nya (lillah). Setiap detik kehidupannya
diisi dengan berzikir, memuja, dan berdialog dengan Maha Cinta, sehingga tidak ada
lagi ruang di dalam jiwanya untuk selain-Nya. Dengan demikian, batas yang selama ini
membatasi antara manusia dan pencipta akan tebuka sehingga tampak wajah Allah
swt.(tajalli).27
Ajaran tasawuf lebih menekankan aspek esoteris atau batiniah daripada aspek
eksoteris atau lahiriah, aspek rohani daripada jasmani, dan kehidupan akhirat yang kekal
daripada kehidupan dunia yang fana. Para sufi meyakini bahwa Allah swt. adalah
realitas sejati. Dia yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta dan kepada-Nya
segala sesuatu akan kembali. Para sufi juga meyakini bahwa hakikat manusia berada
pada ruhnya. Ruh manusia merasa terasing di dalam alam jasad, sehingga selalu
merindukan alamnya sendiri yakni alam rohani. Keterasingan ini membuat para sufi
selalu merindukan berpulang selama-lamanya kepada Allah swt.28

2.1.1 Pengertian Tasawuf


Harun Nasution mengemukakan terdapat lima teori mengenai asal-usul kata sufi.
Pertama, kata sufi berasal dari kata ahl ṣuffah, yaitu sekelompok sahabat Rasulullah
saw. yang tinggal di serambi Masjid Nabawi dan tidur di atas bagku batu dengan
memakai pelana sebagai bantal oleh mereka. Pelana itu disebut dengan suffah. Mereka
adalah sahabat dari golongan muhājirīn, yang ikut serta berpindah dengan Rasulullah
saw. dari Mekah ke Madinah. Ketika berpindah, Rasulullah saw. beserta para
27
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid II, op.cit., hlm. 77-78.
28
Moenir Nahrowi Tohir, op.cit., hlm. 1.
Universitas Indonesia
14

pengikutnya tidak membawa harta benda, sehingga mereka berada dalam keadaan
miskin. Meskipun miskin, mereka berhati baik dan mulia, yang mencerminkan sifat
kaum sufi. Aktivitas yang mereka lakukan hanya beribadah kepada Allah swt. Aktivitas
tersebut sesuai dengan aktivitas para sufi yang mengabdikan hidupnya dengan
beribadah kepada Allah swt. Kedua, kata sufi berasal dari kata ṣāff, yang berarti barisan
pertama salat. Orang yang salat di saf pertama akan mendapatkan kemuliaan
sebagaimana para sufi yang dimuliakan oleh Allah swt. Ketiga, kata sufi berasal dari
kata ṣafā, yang berarti bersih dan suci. Hal ini sesuai dengan para sufi yang merupakan
orang-orang yang disucikan. Selain itu, para sufi juga selalu berusaha untuk selalu
membesihkan dan menyucikan jiwanya melalui latihan yang berat dan panjang.
Keempat, kata sufi berasal ari bahasa Yunani yakni sophos, yang berarti hikmah dan
bijaksana. Hal ini dinisbahkan kepada sosok sufi yang bijaksana dan di dalam setiap
kata-katanya mengandung hikmah. Kelima, kata sufi berasal dari kata ṣūf, yang berarti
wol. Hal ini dikaitkan dengan kehidupan para sufi yang sederhana dengan membiasakan
diri mengenakan pakaian wol yang terbuat dari kain wol kasar dan menjadikannya
sebagai pakaian adat sufi.29 Dari kelima pendapat di atas, yang paling dekat maknanya
dengan tasawuf adalah kata ṣūf.
Adapun secara terminologis, terdapat beberapa pendapat mengenai makna
tasawuf. Menurut Imam al-Junaidi al-Baghdadi, tasawuf adalah membersihkan hati dari
segala sesuatu yang dapat mengotori jiwa, berjuang meninggalkan dorongan hawa nasfu
dengan melakukan segala sesuatu yang dapat menyucikan jiwa, bergantung pada ilmu-
ilmu kebenaran, mengamalkan hal-hal yang penting dan lebih kekal, menebarkan
nasehat kepada sesama, menepati janji kepada Allah swt. dalam hal kebenaran, dan
mengikuti teladan Rasulullah saw. dalam hal syariat.30 Sementara menurut penulis,
tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan membersihkan jiwa,
mengosongkan hati, serta memusatkannya hanya kepada Allah swt. melalui pelatihan
spiritual sehingga jiwa terasah dan mampu mengenal Allah swt. secara langsung serta
melihat keindahan-Nya melalui mata hati.

29
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, op.cit., hlm. 44.
30
Anwar Rosihon, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 147.
Universitas Indonesia
15

2.1.2. Perkembangan Tasawuf di Indoensia


Perkembangan tasawuf di Indonesia tidak tidak lepas dari peran tokoh-tokoh sufi
yang menyebarkan Islam di Indonesia. Menurut Alwi Shihab, Islam yang pertama kali
dibawa oleh tokoh-tokoh sufi adalah Islam yang beraliran sufisme (tasawuf). Islam
beraliran sufisme yang masuk ke Indonesia dianggap cocok dengan masyarakat
Indonesia yang telah dipengaruhi oleh asketisme Hindu, Budha, dan sinkretisme. Hal ini
disebabkan Islam beraliran sufisme lebih permisif terhadap praktik tradisional yang
dianggap bertentantangan dengan praktik tauhid.31 Ajaran-ajaran kosmologis dan
metafisis Ibnu Arabi dapat dengan mudah dipadukan dengan ide-ide sufistik yang
dianut oleh masyarakat Indonesia. Konsep insān kāmil 32 juga sangat berpotensi sebagai
legitimasi para raja.33 Dengan demikian, tasawuf diterima baik oleh masyarakat
Indonesia.
Perkembangan tasawuf di Indonesia telah nampak sejak sekitar abad ke-16 sampai
abad ke-17, terutama di Jawa dan Sumatra.34 Di Jawa, penyebaran tasawuf diperankan
oleh walisongo, seperti Siti Jenar, Syekh Lemah Abang, Sunan Bonang, dan lain-lain.
Selain itu, pada abad ke-17 tasawuf di Indonesia juga disebarkan oleh penyair muslim
sekaligus sufi Indonesia, di antaranya adalah Hamzah Fansuri, Syamsuddin, dan
Nuruddin ar-Raniri. Hamzah Fansuri adalah seorang sufi serta penyair pada petengahan
akhir abad ke-16. Riwayat hidup dan pengembaraannya diketahui melalui syair-syairnya
yang ditulis olehnya dengan bahasa Melayu. Karya tulisnya dianggap sebagai peletak
dasar peran bahasa Melayu sebagai bahasa keempat di dunia Islam setelah bahasa Arab,
Persia, dan Turki. Di samping itu, dia mengungkapakan gagasan-gagasan sufi melalui
syair-syairnya, di antaranya adalah syair Burung pingai, syair Burung punuk, syair
perahu, dan syair dagang.35 Gagasan-gagasan sufi yang diungkapkan bercorak waḥdah
al-wujūd Ibnu Arabi. Hamzah Fansuri mengembangkan paham waḥdah al-wujūd
bersama muridnya yang merupakan seorang sufi sekaligus penyair bernama

31
Samsul Munir Amin, op.cit., hlm. 325.
32
Insān Kāmil adalah manusia yang sempurna dari segi wujud dan pengetahuannya. Kesempurnaan dari
segi wujudnya ialah karena dia merupakan manifestasi sempurna dari citra Tuhan, yang pada dirinya
tercermin nama-nama dan sifat Tuhan secara utuh. Adapun kesempurnaan dari segi pengetahuannya ialah
karena dia telah mencapai tingkat kesadaran tertinggi, yakni menyadari kesatuan esensinya dengan
Tuhan, yang disebut makrifat. (Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi, (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 60).
33
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012),
hlm. 227.
34
Samsul Munir Amin, op.cit., hlm. 331.
35
Ibid., hlm. 336.
Universitas Indonesia
16

Syamsuddin as-Sumatrani. Dari syair-syairya juga dapat diketahui secara tersirat bahwa
dia berafiliasi dengan Tarekat Qadiriyah dan menjadi khalīfah. Namun, dia tidak
menyebarkannya.36
Ajaran-ajaran tasawuf disebarkan oleh tokoh-tokoh sufi melalui tarekat. Di antara
tokoh-tokoh sufi yang pertama kali menyebarkan ajaran tasawuf melalui praktik tarekat
di Indonesia adalah Nuruddin ar-Raniri melalui Tarekat Rifaiyyah, Abdurrauf Singkel
melalui tarekat Syattariyah, dan Syekh Ahmad Khatib Sambas melalui tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Kemudian, ajaran-ajaran tasawuf melalui tarekat
tersebut tersebar luas di seluruh Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatra, melalui
murid-murid dan mulai mengakar di masyarakat pedesaan hingga akhirnya meluas di
perkotaan sampai saat ini.

2.2. Tarekat
Tarekat adalah bagian penting dari praktik tasawuf. Bagi para sufi, dengan
bertarekat mereka akan mencapai keislaman yang sempurna dengan bimbingan seorang
mursyid yang mengajarkan amalan-amalan sesuai dengan syariat. Jika syariat dan
tarekat dapat dijalankan dengan baik, lahirlah hakikat. Lahirnya hakekat ditandai
dengan keadaan atau aḥwāl yang lebih baik dari sebelumnya. Setelah hakikat dapat
dikuasai, seorang sālik akan sampai pada tujuan akhir yaitu mengenal (ma’rifah) dan
mencintai (maḥabbah) Allah swt. Syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat akan dicapai
jika selaras, tidak mengabaikan salah satu di antaranya.37
Tarekat adalah jalan yang ditempuh seorang murid atau sālik untuk mendekatkan
diri kepada Allah swt. dengan bimbingan seorang guru melalui riyāḍah atau meditasi
maupun amalan-amalan yang sesuai dengan syariat Islam dan ajaran Nabi Muhammad
saw.38 Kemudian, ajaran ini diikuti oleh para sahabat dan tabiin, turun-temurun sampai
kepada guru-guru secara berkesinambungan dan berantai.39 Di dalam tarekat, terdapat
perbedaan tingkat keterikatan seorang murid dengan guru. Seseorang menjadi murid
seorang guru atau syekh melalui sumpah setia yang mengandung kesepakatan di antara
murid dan syekh, yang dinamakan baiat. Dengan berbaiat, seorang murid menyerahkan

36
Martin van Bruinessen, op.cit., hlm. 229.
37
Abdul Qadir Isa, Hakikat Tasawuf, Terj. Khairul Amru Harahap & Afrizal Lubis, (Jakarta: Qisthi Press,
2005), hlm. 343.
38
Samsul Munir Amin, op.cit., hlm. 297.
39
Aboebakar Atjeh, op.cit., hlm. 47.
Universitas Indonesia
17

dirinya kepada Allah swt. dan Nabi Muhammad saw. melalui syekh, yang telah berjanji
akan membimbing muridnya di dalam menempuh jalan spiritual atau tarekat. Syekh
bagi seorang murid adalah orang yang dilindungi oleh Allah swt. Di samping itu, syekh
juga sebagai pelindung, patron, sekaligus klien. Terdapat juga hubungan seorang murid
dan syekh yang tidak melalui baiat. Bagi murid yang tidak melalui baiat biasanya
merasa tidak mampu dan tidak siap untuk melaksanakan tuntutan tarekat secara pribadi.
Mereka juga menganggap baiat sebagai tindakan serius yang mengharuskan terjadinya
perbaikan akhlak disebabkan perjanjian dengan syekh dianggap juga sebagai perjanjian
dengan Allah swt.40
Setelah berbaiat, seorang sālik mengamalkan amalan-amalan, seperti wirid dan
doa, yang diberikan oleh syekh. Seorang murid yang telah hidup bersama syekh selama
bertahun-tahun dapat dibaiat memasuki rahasia spiritual tarekat dan dapat menjadi wakil
syekh (khalīfah), yang mentransmisikan ajaran tarekat syekhnya di wilayah tempat
tinggalnya. Para khalīfah memiliki ikatan seumur hidup dengan syekh. Di dalam
prosesnya, seorang sālik akan memperoleh kemajuan melalui sederetan ijazah amalan
berdasarkan tingkatannya secara bertahap. Otoritas seorang syekh disebabkan oleh
berlakunya berbagai sifat walāyah atau kewalian. Walāyah adalah hasil dari pencapaian
terhadap pengetahuan esoterik dan ilham dari Tuhan. Syekh adalah ‘arif billah, yaitu
seseorang yang telah memperoleh pengetahuan dari Allah swt. Pengetahun yang
didapatkan oleh seorang syekh memberikan bentuk otoritas spritual kepadanya, yang
akhirnya dapat berubah menjadi otoritas sosial. Secara esoterik, syekh memiliki fungsi
yang sama dengan khalīfah yakni sebagai wakil Allah swt. di muka bumi serta pewaris
dan peneladan para nabi. Kedekatanya dengan Allah swt. memungkinkan seorang syekh
mampu menjadi perantara untuk menyampaikan permohonan kepada-Nya.41
Kegiatan tarekat biasanya dilakukan di kediaman syekh yang bersangkutan, yang
dijadikan sebagai pusat kegiatan. Kemudian, syekh itu mendirikan bangunan sebagai
tempat tinggal para pengikutnya yang memfokuskan beribadah dan tempat berkumpul
para pengikut, baik yang tinggal di dalam maupun di luar ribāṭ, untuk
menyelenggarakan latihan spiritual yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu.
Tempat itu disebut dengan ribāṭ. Kemudian, murid yang telah mencapai maqām
tertinggi diberi ijazah oleh syekh. Setelah keluar dari ribāṭ, murid tersebut mengadakan
40
Martin Van Bruinessen & Julia Day Howel, Urban Sufism, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hlm. 42-43.
41
Ibid., hlm. 43.
Universitas Indonesia
18

latihan spiritual yang sama seperti di ribāṭ sebelumnya. Dengan demikian, tarekat dapat
tersebar dimulai dari satu kota, negara, dan tersebar luas ke berbagai negara di dunia.42

2.2.1. Pengertian Tarekat


Tarekat berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata ṭarīqah, yang berarti jalan.43Akar
kata ṭarīqah yakni ṭaraqa(‫)طرق‬-yaṭruqu(‫)يطرق‬-ṭurq (‫)طرق‬, bentuk jamaknya adalah aṭ-
ṭurūq(‫)الطروق‬. Di dalam Kamus Al-Munawwir, kata ṭarīqah memiliki beberapa arti, di
antaranya adalah jalan, metode, cara, sistem, aliran, dan keadaan.
Adapun secara terminologis, terdapat beberapa makna mengenai tarekat. Menurut
Annemarie Schimmel, tarekat adalah “jalan” yang ditempuh para sufi, yang
digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat. Hal ini disebabkan jalan utama
disebut syar’ sedangkan anak jalan disebut ṭarīq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa
menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama
yang terdiri atas hukum ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tidak mungkin ada
jalan tanpa adanya jalan utama tempat dia berpangkal. Begitu juga dengan pengalaman
mistik, tidak mungkin diperoleh apabila mengabaikan dan tidak menaati perintah syariat
yang mengikat terlebih dahulu.44
Menurut Harun Nasution, tarekat adalah adalah jalan yang harus ditempuh oleh
seorang calon sufi agar dapat berada sedekat mungkin dengan Allah swt. Mustafa Zahri
mengemukakan bahwa untuk dapat berada sedekat mungkin dengan Allah swt. dan
bersatu secara rohani, seorang sālik harus beribadah sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad saw., melatih jiwa, menyucikan hati, dan memperbanyak zikir dengan
penuh keikhkasan disertai penghayatan yang mendalam.45 Di dalam perkembangannya.
Harun Nasution mengemukakan bahwa tarekat berarti sebuah organisasi yang di
dalamnya terdapat syekh, upacara ritual, dan amalan berupa zikir tertentu.Selain itu,
tarekat juga berarti sebuah organisasi sosial sufi yang memiliki anggota serta peraturan
yang harus ditaati oleh seorang seorang murid dan berpusat pada keberadaan syekh
tarekat.46

42
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek Jilid II, op.cit., hlm. 88.
43
Samsul Munir Amin, op.cit., hlm. 294.
44
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Islam, Terj. Sapardi Djoko Damono, Achadiati Ikram, Siti
Chasanah Buchari, dan Mitia Muzhar, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm. 123.
45
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm. 56-57.
46
Samsul Munir, op.cit., hlm. 294.
Universitas Indonesia
19

Al-Ghazali di dalam al-Munqidz Min aḍ-ḍalāl menjelaskan bahwa tarekat


merupakan sebuah pijakan yang harus diawali dengan menyucikan hati secara lahir dan
batin dari segala sesuatu selain Allah swt. Al-Ghazali juga mengibaratkan bahwa kunci
pembuka untuk dapat masuk ke dalam tarekat seperti takbiratul iḥrām yang mampu
menenggelamkan hati di dalam mengingat Allah dan berakhir fana di dalam mengingat-
Nya.47

2.2.2. Perkembangan Tarekat di Indonesia


Di Indonesia, tarekat awalnya hanya diikuti oleh kalangan istana pada awal abad
ke-17, yang memperoleh ilmu tarekat dari Mekah. Martin van Bruinessen
mengemukakan bahwa pada saat itu, kalangan elit, seperti kerajaan, pergi ke Mekah
untuk mendapatkan legitimasi sebagai sultan maupun kekuatan spiritual melalui latihan
batin dan amalan tarekat. Dengan memperoleh pengakuan sebagai sultan dan kekuatan
spiritual, para penguasa mampu mempertahankan kedudukannya.48 Kemudian, pada
akhir abad ke-18 dan 19 tarekat mulai diikuti oleh kalangan masyarakat awam.49 Setelah
abad ke-19 tarekat cabang dan tarekat besar di India sampai ke Indonesia. Tarekat-
tarekat itu tersebar di Indonesia melalui jalur Mekah dan Madinah, yaitu melalui orang-
orang Indonesia yang menunaikan ibadah haji. Mereka menetap selama beberapa tahun
untuk menuntut ilmu keagamaan di Tanah Arab. Golongan terpelajar dari Indonesia
belajar kepada para ulama besar dan terdapat di antara mereka yang berbaiat serta
menjadi pengikut berbagai tarekat. Kemudian, mereka menyebarkan ilmu dan terekat
yang mereka pelajari kepada komunitas orang-orang Indonesia yang berada di Mekah
dan Madinah. Akhirnya, tarekat-tarekat yang mereka ikuti tersebar sampai ke
Indonesia.50
Pada 1670, seorang wali dari Sulawesi Selatan bernama Syekh Yusuf Makassar
menyebarkan ajaran Tarekat Khalwatiyah setelah selama duapuluh tahun menuntut ilmu
di Tanah Arab. Selain mengikuti Tarekat Khalwatiyah, dia juga berbaiat dan
mendapatkan ijazah untuk mengajarkan Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah,
Tarekat Syattariyah, Tarekat Ba’alawiyah, dan Tarekat Khalwatiyah. Tarekat

47
Ibid., hlm. 295.
48
Martin van Bruinessen, op.cit., hlm. 61.
49
Ibid., hlm. 228.
50
Martin van Bruinessen, op.cit., hlm. 231.
Universitas Indonesia
20

Khalwatiyah yang diajarkan adalah gabungan dari berbagai teknik spiritual Khalwatiyah
degan berbagai teknik tarekat lainnya. Tarekat ini tersebar hanya di Sulawesi Selatan,
terutama di kalangan para bangsawan.51
Pada satu abad kemudian, Muhammad bin Abdul Karim as-Samman
menyebarkan ajaran tarekat yang bernama Sammaniyah. Tarekat Sammaniyah yang
diajarkan olehnya adalah gabungan dari Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Qadiriyah, dan
Tarekat Naqsyabandiyah dengan Tarekat Syadziliyah. Dia mengembangkan metode
zikir baru yang ekstatik dan menyusun sebuah rātib52 menggunakan doa-doa serta ayat-
ayat Alquran. Secara formal, tarekat ini merupakan cabang dari Tarekat Khalwatiyah.
Kemudian, Tarekat Sammaniyah menjadi sebuah tarekat mandiri yang memiliki
zāwiyah53 tersendiri dan pengikut lokal. Tarekat ini tersebar dalam waktu singkat di
Indonesia disebabkan keistimewaan Syekh as-Samman yang sangat dikenal memiliki
karamah. Beberapa ulama yang berasal dari Palembang berafiliasi dengan tarekat ini
sehingga tarekat ini sangat dihormati oleh kesultanan Palembang. Sultan Palembang
memberikan dana untuk membangun zāwiyah Tarekat Sammaniyah di Jeddah setelah
Syekh as-Samman wafat.54
Penggabungan sebuah tarekat dengan tarekat lainnya juga dilakukan oleh Syekh
Ahmad Khatib Sambas. Dia adalah seorang ulama Indonesia pertama yang mendirikan
tarekat mu’tabarah. Dia menggabungkan ajaran spiritual Tarekat Qadiriyah dengan
ajaran spiritual Tarekat Naqsyabandiyah. Kemudian, ajarannya dinamakan Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiya. Tarekat ini sangat populer di Indonesia dan diikuti oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada 1875, Syekh Ahmad Khatib Sambas wafat.
Kemudian, kedudukannya sebagai syekh tertinggi Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah digantikan oleh khalīfahnya yang bernama Syekh Abdul Karim dari
Banten. Dua khalīfah lainnya bernama Kiai Tolhah dari Cirebon dan Kiai Ahmad

51
Ibid., hlm. 234.
52
Kata ratib berasal dari bahasa Arab yakni rataba – yartubu – ratban, yang berarti tetap atau teratur.
ratibadalah suatu aktivitas keagamaan yang dikerjakan secara tetap dan teratur. Dalam tinjauan
tasawuf, ratib adalah kumpulan doa dan zikir yang digunakan oleh guru tarekat, dibaca secara bersama-
sama pada waktuwaktu tertentu. Doa dan zikir di dalam ratib umumnya bersumber dari Alquran dan
hadis. (Ali Akbar bin Aqil, Tuntunan Doa & Zikir untuk Segala Situasi & Kebutuhan, (Jakarta:
QultumMedia, 2016), hlm. 334.
53
Zāwiyah adalah sebuah lembaga independen yang didirikan oleh syekh tertentu sebagai tempat untuk
beribadah dan melakukan riyāḍah oleh para sufi serta untuk mendengarkan pelajaran dari syekh
pendatang. (Dony Handriawan, “Belajar dari Lembaga Pendidikan Sufi: Ribat, Khanaqah dan Zawiyah”.
Edukasia Islamika. Vol.1 No.1, Desember 2016).
54
Ibid., hlm. 235.
Universitas Indonesia
21

Hasbullah dari Madura. Setelah ketiga khalīfah itu wafat, tarekat ini terpecah menjadi
beberapa cabang yang berdiri sendiri.55
Selain sebagai dakwah Islam, tarekat juga berperan sebagai gerakan antikolonial
Belanda melalui pemberontakan-pemberontakan yang terjadi sejak awal abad ke-19
sampai awal abad ke-20. Pemberontakan-pemberontakan itu dilakukan sebagai bentuk
perlawanan terhadap kolonial yang masuk ke Indonesia, menentang kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintahan kolonial, reaksi atas kemerosotan
ekonomi masyarakat, dan perlawanan atas penindasan yang dilakukan kolonial terhadap
masyarakat Indonesia. Di antara pemberontakan-pemberontakan itu adalah
pemberontakan terhadap kolonial Belanda pada 1888 di Banten oleh para pengikut
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Banten, pemberontakan di Lombok pada 1891
oleh para pengikut Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Lombok, dan pemberontakan
atas diberlakukannya pajak tembakau pada 1908 di Sumatra Barat oleh pengikut
Tarekat Syattariyah. Pemberontakan-pemberontakan ini bukan ide dari tarekat sendiri.
Di dalam hal ini, tarekat hanya menyediakan metode spiritual, seperti zikir, yang
dipercaya mampu memberikan perlindungan dan kekuatan. Selain itu, tarekat juga
melakukan koordinasi dengan jaringan tarekat di daerah lain ketika pemberontakan
telah terjadi.56

2.3. Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dan Tarekat Qadiriyah


2.3.1. Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jilani
Syekh Abdul Qadir al-Jilani lahir di perkampungan Naif di wilayah Jilan di dekat
perbatasan Iran. Dia lahir pada pertengahan bulan Ramadhan 1077 M / 470 H. Ibunya
bernama Fatimah binti Sayid Abdullah sedangkan ayahnya bernama Sayid Abu Shalih
Musa Jankidust. Dia memiliki nasab yang tersambung kepada Nabi Muhammad saw.
melalui putra Ali kw. yakni Hasan dan Husain. Dia merupakan keturunan Husain dari

55
Ibid., hlm. 236-237.
56
Ibid., hlm. 239.
Universitas Indonesia
22

pihak ibunya dan keturunan Hasan dari pihak ayahnya.57 Oleh karena itu, selain dikenal
dengan sebutan Syekh di dalam tarekat, dia juga dikenal dengan sebutan Sayid.58
Syekh Abdul Qadir al-Jilani memiliki julukan yang sangat banyak. Imam adz-
Dzahabi menyebutnya dengan julukan Syaikhul-Islām, orang yang paling alim di antara
para wali. Selain itu, para sufi menyebutnya dengan julukan al-quṭbwaal-gauṭ, al-baz
asy-asyhab, sulṭan al-auliyā, dan masih banyak julukan lainnya. Julukan-julukan itu
sebagai bukti penghargaan yang diberikan oleh para ulama dan pakar kepada Syekh
Abdul Qadir al-Jilani sebagai bentuk pengakuan keistimewaan dan keluhurannya.59
Syekh Abdul Qadir al-Jilani memiliki badan yang ramping, tinggi badan sedang,
dada bidang, janggut yang lebar dengan jenggot yang lebat berwarna coklat, berkulit
hitam, beralis panjang hampir menyatu, bola matanya besar, suaranya lantang,
berwibawa, dan memiliki pengetahuan yang luas. Dia memiliki karismatik dan
berakhlak mulia. Selain itu, dia adalah orang yang sangat taat beribadah, memiliki
perilaku yang baik dan lembut, sangat tegas terhadap orang-orang yang melanggar
perintah Allah swt., sehingga doanya cepat dikabulkan. Dia memiliki kebiasaan
menyendiri, sederhana di dalam menjalani hidup, selalu mengutamakan kejujuran,
gemar berzikir, tingkah lakunya tidak keluar dari koridor syariat Islam, dan memiliki
sifat-sifat hakikat.60
Syekh Abdul Qadir al-Jilani memiliki sebuah ribāṭ61 sufi di Baghdad. Dia
memiliki 49 anak, yang terdiri atas 27 anak laki-laki dan 22 anak perempuan.62 Dua
orang di antara mereka dikenal sebagai sufi yang sangat zuhud dan salih. Mereka adalah
Abd ar-Razaq dan Abd al-Aziz. Pada 561 H/1166 M, Syekh Abdul Qadir wafat.
Kemudian, madrasahnya dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Abdul Wahab.
Sementara yang meneruskan ajaran Syekh Abdul Qadir al-Jilani adalah Abd ar-Razaq

57
Mohamed Fadil Al-Jilani, Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, Terj. Ahamad Dzulfikar, (Depok:
Keira Publishing, 2016), hlm.71-73.
58
Di dalam tradisi tarekat sufi, syekh adalah gelar kehormatan kepada seorang kiai, ulama yang sudah
mendapatkan izin dari pimpinan tarekat untuk mengajar atau mengangkat murid tarekat. Sementara Sayid
adalah gelar kehormatan kepada keturunan Nabi Muhammad saw.
59
Ibid., hlm.77.
60
Ibid., hlm.79.
61
Menurut Harun Nasution, ribaṭ adalah pusat kegiatan dan berkumpulnya para sufi serta ahli tarekat
untuk melaksanakan latihan-latihan spiritual dan aktivitas keilmuan yang di dipimpin oleh seorang syekh.
(Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek Jilid II, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
1985), hlm. 88).
62
Ibid., hlm.124.
Universitas Indonesia
23

dan Abd al-Aziz.63 Mereka menetap di sebuah desa di kawasan Kurdistan. Di Kurdistan,
terdapat keluarga ulama terkenal, Sadate Nehri, yang mengaku keturunan Syekh Abdul
Qadir al-Jilani.
Menurut Mohamed Fadil al-Jilani, Syekh Abdul Qadir al-Jilani adalah urutan ke
17 dari rantai mata emas syekh tarekat. Garis silsilah Tarekat Qadiriyah ini berasal dari
Nabi Muhammad Rasulullah saw., turun-temurun melalui Ali bin Abi Thalib ra., Imam
Abu Abdullah al-Husein ra., Imam Ali Zainal Abidin ra., Muhammad Baqir ra., Imam
Ja'far As Shodiq ra., Syekh Imam Musa al-Kazhim, Syekh Imam Abul Hasan Ali bin
Musa Ali Ridha, Syekh Ma'ruf al-Karkhi, Syekh Abul Hasan Sarri as-Saqati, Syekh al-
Imam Abul Qasim al-Junaidi al-Baghdadi, Syekh Abu Bakar as-Syibli, Syekh Abul
Fadli Abdul Wahid at-Tamimi, Syekh Abul Faraj at-Tartusi, Syekh Abul Hasan Ali al-
Hakkari, Syekh Abu Sa'id Mubarok al-Makhhzumi, Syekh Muhyidin Abu Muhammad
Abdul Qadir al-Jilani al-Baghdadi.64
Di kalangan para sufi, Syekh Abdul Qadir al-Jilani dianggap sebagai quṭb al-
auliyā atau seorang wali yang menempati tingkatan kewalian yang tertinggi. Syekh
Abdul Qadir al-Jilani dikenal memiliki karamah yang dapat menolong manusia dari
mara bahaya sehingga dia dihormati dan dicintai oleh kalangan umat Islam. Bentuk
penghormatan itu diwujudkan dengan menghadiahkan pembacaan surat al-Fatihah
kepadanya di setiap upacara keagamaan Islam tradisional. Dia juga merupakan seorang
yang karismatik disebabkan kehebatan, kesalehan, dan karamahnya yang tersebar luas
melalui karya-karya mengenai kisah hidup serta karamahnya, seperti kitab Bahjah al-
Asrār karya Ali bin Yusuf asy-Syattanaufi (w.1348), Tārikh al-Islām karya adz-Dzahabi
(w.1348), Khulāṣah al-Mafākhir fīIkhtiṣār Manāqib asy-Syaikh ‘Abd al-Qādir karya
Afifuddin al-Yafii (w.1367), dan Lujjain ad-Dani karya Ja’far bin Hasan al-Barzinji
(1766). Pada 1166, Syekh Abdul Qadir al-Jilani wafat di Baghdad.65

2.3.2. Tarekat Qadiriyah


Tarekat Qadiriyah tersebar luas di negara Islam. Tarekat Qadiriyah didirikan oleh
para penganut ajaran Syekh Abdul Qadir al-Jilani sepeninggalnya. Nama lengkapnya
adalah Syekh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir al-Jilani. Dia dikenal dengan

63
Aboebakar Atjeh, op.cit., hlm. 206.
64
Mohamed Fadil Al-Jilani Al-Hasani, op.cit., hlm.71.
65
Martin van Bruinessen, op.cit., hlm. 260.
Universitas Indonesia
24

sebutan Syekh Abdul Qadir al-Gauṡ atau quṭb al-auliyā disebabkan kedudukan
kewaliannya yang tertinggi. Ajaran ini disebarkan oleh anak-anak serta murid-murid
terdekat Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang mendapatkan ceramah-ceramahnya secara
langsung. Di dalam kitab Bahjah al-Asrār yang ditulis oleh Ali bin Yusuf asy-
Syattanaufi disebutkan terdapat empat nama murid Syekh Abdul Qadir al-jilani, yaitu
Muhammad al-Bata’ihi serta Taqiyuddin al-Yunani di Suriah, Muhammad bin Abd as-
Samad di Mesir, dan Ali al-Haddad di Yaman. Kemudian, para penganut ajaran Syekh
Abdul Qadir Al-Jilani menamakan dirinya dengan Qadiriyah.66
Menurut Trimingham, sekitar tahun 1300 M Tarekat Qadiriyah telah terdapat di
Irak dan Suriah. Akan tetapi, Tarekat Qadiriyah pada saat itu masih kecil dan belum
tersebar luas. Pada abad ke-14 Tarekat Qadiriyah masuk ke anak benua India.
Kemudian, tarekat ini berkembang dan diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di
Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Pada abad 15, tarekat ini tersebar di India
dan Afrika Utara. Pada 1550, tarekat ini dibawa ke Afrika Timur. Di Mekah, Tarekat
Qadiriyah sudah ada sejak 1669. Di Turki, tarekat ini muncul pada abad ke-17.67
Di Sudan, Tarekat Qadiriyah merupakan tarekat yang berkembang luas dan
memiliki jumlah pengikut sangat besar yang hampir tersebar di seluruh pelosok Sudan.
Orang yang pertama kali membawa Tarekat Qadiriyah di Sudan adalah Syekh Tajuddin
al-Buhari. Kemudian, tarekat ini berkembang melalui para muridnya. Saat ini, terdapat
sembilan cabang dari Tarekat Qadiriyah yang terkenal di Sudan. Di antara delapan
cabang Tarekat Qadiriyah adalah Tarekat Qadiriyah cabang Shadqab, Yaqubab, Hasan
wad Hasunah, Idris wad Arbab, Ibrahim al-Kabasyi, Ja’aliyah, Omdowamban,
Mukasyifiyah, dan Arakiyah.68
Tarekat Qadiriyah memberikan kewenangan kepada seorang sālik atau
penganutnya, yang sudah mencapai derajat syekh, untuk tidak memiliki keharusan
mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain
ke dalam tarekatnya. Hal ini sesuai dengan ungkapan Syekh Abdul Qadir al-Jilani
bahwa murid yang telah mencapai derajat gurunya atau syekh, dia menjadi mandiri
sebagai syekh dan Allah swt. yang menjadi walinya. Seorang murid itu diizinkan untuk
memodifikasi Tarekat Qadiriyah dengan syarat sesuai dengan syariat Islam dan aturan

66
Ibid., hlm. 260.
67
Ibid., hlm. 261.
68
Muhammad Tajul Mafachir. Negeri Seribu Darwis, (Khartoum: Pribadi, 2017), hlm. 33.
Universitas Indonesia
25

yang telah ditentukan oleh syekh. Dengan keluwesan tarekat ini, terdapat puluhan
tarekat yang masuk dalam kategori Qadiriyah di dunia Islam.69

2.3.3. Tarekat Qadiriyah di Indonesia


Pada akhir abad ke-19, Tarekat Qadiriyah merupakan salah satu tarekat yang
memiliki jumlah pengikut terbesar di Indonesia selain Tarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah. Penyebaran secara besar-besaran Tarekat Qadiriyah di Indonesia berkat
didirikannya zāwiyah oleh khalīfah Maulana Khalid dan Abdullah al-Arzinjani di Jabal
Qubais, Mekah. Ribuan orang Indonesia yang mengujungi Mekah dan Madinah dibaiat
tarekat ini dan menjalani riyāḍah selama berkhalwat di zāwiyah. Setelah mendapatkan
ijazah, mereka menyebarkan tarekat ini di Indonesia.
Di Indonesia, orang yang pertama kali mengikuti Tarekat Qadiriyah adalah
seorang sufi yang bernama Hamzah Fansuri di Aceh. Dia mendapatkan ijazah keilmuan
Syekh Abdul Qadir al-Jilani di Ayuthia, ibu kota Muangthai, berdasarkan sebuah
syairnya yang berbunyi, “Hamzah nin asalnya Fansuri, Mendapat wujud di tanah
Syahr Nawi, Beroleh khilafat yang’ali, Dari pada Abdul Qadir Jilani”. Namun, ada
juga yang berpendapat bahwa Hamzah Fansuri mendapatkan ijazah keilmuan Syekh
Abdul Qadir al-Jilani di Baghdad, berdasarkan syairnya yang berbunyi, “Syekh al-
Fansuri terlalu ‘ali, Beroleh khilafat di Benua Baghdad”.70
Masuknya tarekat-tarekat di Indonesia, terutama Tarekat Qadiriyah, tidak hanya
melalui satu jalur. Maka dari itu, salah satu jalur penyebaran Tarekat Qadiriyah di
Indonesia adalah melalui Hamzah Fansuri. Jalur ini dimungkinkan bukan merupakan
jalur satu-satunya. Hal ini disebabkan terdapat bukti yang menunjukkan keberadaan
tarekat ini sudah lama di Indonesia, seperti menururt tradisi rakyat daerah Cirebon
bahwa Syekh Abdul Qadir al-Jilani telah datang ke Jawa dan memberikan pengaruh
terhadap di Jawa. Namun, tidak terdapat informasi yang tepat mengenai keberadaannya.
Tarekat juga berpengaruh terhadap masyarakat Islam di Banten dengan adanya
pembacaan manāqib Abdul Qadir di acara-acara tertentu. Pembacaan manāqib ini
dianggap bermanfaat dan berkah, yang dapat melindungi pembacanya dari segala
bahaya. Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada abad ke-17, yang

69
Sri Mulyati, op.cit., hlm.55.
70
Martin van Bruinessen, op.cit., hlm. 255.
Universitas Indonesia
26

dikenal dengan judul Hikayat Seh.71 Akan tetapi, amalan-amalan itu diamalkan di luar
ketentuan. Pengikut Tarekat Qadiriyah di Indonesia sedikit sekali sebelum
berkembangnya Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah pada akhir abad ke-19.72
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat yang
menggabungkan ajaran Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat ini
didirikan oleh seorang ulama dari Kalimantan bernama Ahmad Khatib Sambas pada
pertengahan abad ke-19. Tarekat ini berbeda dengan kedua tarekat yang menjadi dasar
dari ajarannya. Oleh karena itu, tarekat ini dianggap sebagai tarekat yang baru. Syekh
Ahmad Khatib Sambas wafat pada 1878. Kemudian, digantikan oleh khalīfahnya yang
bernama Syekh Abdul Karim Banten, yang memiliki karisma di masyarakat, sehingga
menyebabkan tarekat ini berkembang dengan cepat. Selain di Banten, tarekat ini
tersebar dari Sumatra Selatan sampai Lombok. Murid Syekh Ahmad Khatib Sambas
yang menerima ijazah darinya selain Syekh Abdul Karim yakni Syekh Thalhah dari
Cirebon dan Kiai Ahmad Hasbullah bin Muhammad dari Madura. Mereka kemudian
menyebarkan ajaran tarekat ini di daerah masing-masing. Setelah Syekh Abdul Karim
wafat, tarekat ini terpecah menjadi beberapa cabang lokal dan tidak ada pemimpin pusat
seperti sebelumnya.73
Selain berperan di dalam mendakwahkan agama Islam, Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah berperan di dalam beberapa pemberontakan rakyat yang besar, seperti
pemberontakan Banten 1888, pemberontakan orang Sasak di Lombok 1891. Pengikut
tarekat ini lebih aktif disebabkan mayoritas pengikut tarekat ini pada saat itu berasal
dari kalangan bawah. Tidak seperti Tarekat Naqsyabandiyah yang mayoritas
pengikutnya adalah golongan menengah dan elit masyarakat. Kemudian, pada 1970
terdapat empat pusat Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di pulau Jawa, yaitu Rejoso
(Jombang) dengan Kiai Musta’in Romly, Mranggen dengan Kiai Muslikh, Suryalaya
(Tasikmalaya) dengan Abah Anom atau K.H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin, dan
Pagentongan (Bogor) dengan Kiai Thohir Falak.74
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah mengamalkan zikir nafi wa iṡbat, seperti
halnya Tarekat Qadiriyah. Di dalam mengucapkan kata lā ilāha illallah, seorang murid

71
Hikayat Seh adalah judul terjemahan manaqib pertama di dalam bahasa Jawa.
72
Ibid., hlm. 257-259.
73
Ibid., hlm. 264.
74
Ibid., hlm. 267.
Universitas Indonesia
27

harus membayangkan kata itu dengan penuh konsentrasi dan ditarik melalui suatu alur
di badannya dengan menarik nafas dari perut sampai ke otak dengan bacaan lā.
Kemudian disusul dengan bacaan ilāha ke bahu kanan dengan keras ke jantung dan
dilanjutkan dengan membaca illallah ke arah kiri dengan penuh konsentrasi,
menghayati dan merenungi arti yang sedalam-dalamnya, sehingga tidak ada sesuatu di
dalam hati kecuali Allah swt. Ketika berzikir, kepala juga ikut bergerak dengan alur
zikir yang diawali dari bawah ke atas ketika melafalkan kata lā, ke bahu kanan ketika
melafalkan kata ilāha, dan diakhiri dengan gerakan keras ke arah jantung ketika
melafalkan illallah. Wirid pokok tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yakni membaca
istighfar minimal 2 kali atau 20 kali, membaca salawat, membaca hailalah sebanyak
160 kali setelah menjalankan salat lima waktu. Zikir dibaca secara jahr atau bersuara
dan secara sirr atau tidak bersuara dengan dibaca di dalam hati. Sebelum berzikir,
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah mengajarkan agar mengingat mursyid. Selain
itu, tarekat ini juga mengajarkan bertawasul kepada masyāyikh Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah, terutama kepada Nabi Muhammad saw., Syekh Abdul Qadir al-Jilani,
Syekh Junaid al-Baghdadi, dan Syekh Khatib Sambas.75
Selain Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, terdapat salah satu cabang Tarekat
Qadiriyah di Indonesia yang berasal dari Sudan yakni Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang
akan dibahas secara lebih rinci di bab-bab selanjutnya.

75
Ibid., hlm. 265.
Universitas Indonesia
BAB 3
ASAL-USUL DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QADIRIYAH ARAKIYAH

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Tarekat Qadiriyah Arakiyah


adalah salah satu cabang Tarekat Qadiriyah di Sudan. Tarekat ini didirikan oleh Syekh
Abdullah al-Araki (943 H/1547 M - 1019 H/1641 M). Di dalam bab 3 ini, terlebih
dahulu penulis menjelaskan mengenai awal mula penamaan tarekat ini, sehingga
dinamakan Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Kemudian, penulis menjelaskan mengenai
sejarah perkembangan tarekat ini dari Sudan sampai ke Indonesia dan tokoh yang
mempunyai andil di dalam penyebaran tarekat ini di Indonesia.

3.1. Asal-Usul Penamaan Tarekat Qadiriyah Arakiyah


Tarekat Qadiriyah Arakiyah terdiri atas dua kata, yaitu Qadiriyah dan Arakiyah.
Kata Qadiriyah dinisbahkan kepada penyebar pertama kali ajaran Tarekat Qadiriyah
yakni Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. Sementara kata al-Araki,dinisbahkan kepada
kabilah Arakiyah, yaitu kabilah Syekh Abdullah al-Araki, selaku pendiri Tarekat
Qadiriyah Arakiyah di Sudan. Kabilah Arakiyah adalah salah satu kabilah keturunan
Nabi Muhammad saw. melalui cucunya, Husain. Orang-orang yang berasal dari kabilah
ini dinamakan al-Arakiyyīn atau al-Araki.76
Kabilah Arakiyah awalnya merupakan sebuah etnik di Afrika yang hidup secara
nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain di bantaran Sungai Nil,
Sudan. Kemudian, mereka menetap setelah nenek moyang mereka menikah dengan
77
seorang Asyraf yang pindah ke Sudan pada 90 H.78 Menurut Abu Idris Abdurrahman
(2011), asyraf yang pertama kali datang ke Sudan bernama Sayid Muhammad Nafi. Dia
merupakan ayah dari kakek Syekh Abdulah al-Araki, yaitu Sayid Muhammad Muqbil
bin Nafi. Kedatangaan Sayid Muhammad Nafi ke Sudandilatarbelakangi oleh
permusuhan Dinasti Umayah terhadap ahlu al-bait di Madinah. Permusuhan itu
digencarkan oleh pengikut Dinasti Umayah, yang dilanjutkan oleh para pengikut Dinasti

76
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, Faidh al-Minan fi Isnad al-Qadiriyyah ila as-Sunnah wa
Alquran, (Khartoum: Pribadi, 2011), hlm. 34.
77
Asyraf adalah keturunan Nabi Muhammad saw.
78
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 53.
28
Universitas Indonesia
29

Abasiyah.79 Permusuhan itu menyebabkan para asyraf yang tinggal di Madinah pindah
ke berbagai tempat, salah satunya adalah Sudan. Di antara asyraf yang berpindah dari
Madinah ke Sudan adalah Sayid Muhammad Nafi. Dia pindah ke Sudan bersama asyraf
lainnya. Ketika tiba di Sudan, Sayid Muhammad Nafi memasuki sebuah tempat
bernama Arak. Daerah itu dihuni oleh kabilah Ma’ārik, yang dipimpin oleh seorang raja
bernama Hasan Ma’arik atau Hasan al-Araki. Hasan al-Araki memiliki seorang putri
bernama Sakinah, yang menjadi nenek moyang kabilah Arakiyah.80
Terdapat perbedaan pendapat mengenai asyraf yang menikahi Sakinah, putri Raja
Hasan Ma’arik. Menurut Ahmad Hasan Zarouq, asyraf yang menikah dengan Sakinah
adalah Sayid Muhammad Muqbil, anak Sayid Muhammad Nafi. Dia datang ke Sudan
atas perintah Hujaj bin Yusuf aṡ-ṡaqafi, seorang gubernur Irak pada masa Dinasti
Umayah. Pada masa itu, Hujaj bin Yusuf aṡ-ṡaqafi mengirim beberapa cendekiawan
muslim ke berbagai wilayah untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Salah
satu cendekiawan tersebut adalah Sayid Muhammad Muqbil, yang diperintah untuk
menyebarkan agama Islam, seperti di Maroko, Mesir, Sudan, dan lain-lain. Setibanya di
Sudan, dia singgah di sebuah desa bernama Bir Sarar atau Abar Asrar, yang terletak di
kota Barah atau Kordofan Utara. Kota Barah terletak 320 km di bagian selatan
Khartoum. Desa Bir Sarar atau Abar Asrar dihuni oleh sebuah kabilah bernama
Arakiyah, yang dipimpin oleh Hasan al-Araki.81
Sementara Abu Idris Abd Rahman menyatakan bahwa asyraf yang menikah
dengan putri Raja Hasan Ma’arik, Sakinah, adalah Sayid Muhammad Nafi.82 Namun,
para ahli telah sepakat bahwa asyraf yang menikah dengan putri raja Hasan al-Araki
adalah Sayid Muhammad Muqbil sesuai dengan pendapat Ahmad Hasan Zarouq.83
Pernikahan itu melahirkan para ulama dan cendekiawan yang meneruskan perjuangan
dakwah Islam di penjuru Sudan. Salah satu ulama serta cendekiawan tersebut adalah
Syekh Daf’ullah al-Araki, yang merupakan ayah dari Syekh Abdullah al-Araki.

79
Kematian Sayidina Ali kw. yang sangat menyedihkan, menorehkan kesan mendalam kepada Bani
Hasyim. Setelah di wafat, kekhalifahan Islam direbut dan dikuasai oleh Bani Umayah yang dipimpin oleh
Muawiyah. Pada saat Muawiyah berkuasa, dia bertindak sewenang-wenang terhadap Ahlul Bait, yang
tidak mengakuia kekuasaannya. (Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid I, (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 2014), hlm. 65).
80
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, op.cit., hlm. 33.
81
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 53.
82
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, op.cit., hlm. 34.
83
Wawancara dengan Muhammad Tajul Mafachir, tanggal 4 April 2018 melalui WhatsApp di Depok.
Universitas Indonesia
30

Kemudian, pada 1514 M Sayid Muhammad muqbil wafat dan dimakamkan di Desa
Abar Sarar atau Bir Sarar.84
Setelah Sayid Muhammad Muqbil wafat, anaknya yang bernama Syekh Daf’ullah
al-Araki melanjutkan dakwah ayahnya selama tujuh tahun di Sudan. Pada masa
pemerintahan Kerajaan Funj, tepatnya pada 1521 M, terjadi krisis air di Desa Abar
Sarar atau Bir Sarar. Kemudian, Syekh Daf’ullah al-Araki serta para pengikutnya
bermigrasi ke Desa Abyad Dairi, yang terletak di utara Kota Bahri. Di desa ini, Syekh
Daf’ullah al-Araki menetap dan tinggal bersama penduduk asli desa itu yang bersuku
Jamiab. Setelah itu, Syekh Daf’ullah al-Araki menikah dengan seorang gadis dari suku
Jamiab, yang bernama Hadiyah binti Atif. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai lima
anak. Kelima anak itu bernama Abdullah al-Araki, Hamad an-Nil, Abu Idris, Abu
Bakar, dan Umar al-Majdzub.85
Salah satu di antara kelima anak tersebut, yang bernama Syekh Abdullah al-Araki,
yang merupakan penyebar ajaran Tarekat Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dari kabilah
Arakiyah. Dengan demikian, Syekh Abdullah al-Araki menamakan ajaran Tarekat
Qadiriyah yang dibawa olehnya dengan nama Tarekat Qadiriyah Arakiyah.

3.2. Perkembangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan


Syekh Abdullah al-Araki mulai meyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah
sekembalinya dari Madinah, yaitu pada 1007 H/1599 M di Abu Haraz, Sudan, setelah
berbaiat Tarekat Qadiriyah dan mendapatkan ijazah secara langsung dari Syekh
Habibullah al-Ajami, khalīfah Tarekat Qadiriyah di Madinah, yang menggantikan
Syekh Tajudin al-Buhari sepeninggalnya.86 Kemudian, ajaran Tarekat Qadiriyah yang
disebarkan oleh Syekh Abdullah al-Araki dinamakan Tarekat Qadiriyah Arakiyah.
Setelah mengetahui kemuliaan Syekh Abdullahal-Araki, masyarakat berbondong-
bondong datang ke Abu Haraz untuk mendalami ajaran, berbaiat, dan menerima
wejangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah dari Syekh Abdullah al-Araki. Silsilah keilmuan
mayoritas pengamal Tarekat Qadiriyah di Sudan selalu tersambung kepada Syekh
Abdullah al-Araki, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yakni
melalui Syekh Abdullah al-Araki sementara secara tidak langsung yakni melalui para

84
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 58.
85
Ibid., hlm. 59.
86
Ibid., hlm. 64.
Universitas Indonesia
31

khalīfah setelah Syekh Abdullah al-Araki, seperti Syekh Daf’ullah bin Muhammad al-
Mushawbin (keponakan), yang memiliki derajat yang tinggi dan masih dihormati oleh
masyarakat sufi di Sudan sampai saat ini.87
Tarekat Qadiriyah Arakiyah tersebar luas di Sudan. Tarekat ini merupakan salah
satu tarekat yang dikenal dengan jumlah pengikut yang hampir tersebar di seluruh
pelosok wilayah di Sudan, seperti di Jazirah, wilayah Nil Biru (Nil Azraq), Ubayid, dan
Omdurman. Penyebaran tarekat ini tidak terlepas dari kontribusi para murid Syekh
Abdullah al-Araki. Di antara murid-murid Syekh Abdullah al-Araki adalah Syekh
Muhammad Abu Idris dan Syekh Hamad an-Nil, yang merupakan saudara Syekh
Abdullah al-Araki, Syekh Muhammad bin Daud al-Aghar, serta Syekh Syarafuddin
Rajil Inqawi.88 Selain itu, Syekh Abdullah al-Araki juga memiliki hubungan dengan
pembesar-pembesar di Sudan. Di antaranya adalah Syekh Abdullah wad 89 al-Ajuz di
Ubayid, Syekh al-Mukasyifi di Sikiniba, Syekh Hamad an-Nil di Omdurman, Syekh
Ubaid wad Badr di Omdowamban, Syekh Awad al-Jaydi, Syekh Taha al-Buthani, dan
Syekh Ibrahim al-Kabbasyi.90
Pada 1019 H/1641 M, Syekh Abdullah al-Araki wafat. Kemudian, kepemimpinan
Tarekat Qadiriyah Arakiyah dilanjutkan oleh keluarganya dari suku Arakiyah sampai
saat ini. Sepeninggalnya, kepemimpinan tarekat dilanjutkan oleh Syekh Muhammad
Abu Idris, saudara kandung Syekh Abdullah al-Araki. Setelah Syekh Muhammad Abu
Idris wafat, kepemimpinan Tarekat Qadiriyah Arakiyah dilanjutkan oleh anaknya yang
bernama Syekh Daf’ullah bin Muhammad Abu Idris bin Daf’ullah bin Muqbil bin Nafi’
al-Husaini, yang dikenal dengan sebutan al-Muṣawbin. Dia berbaiat dan memperoleh
ijazah Tarekat Qadiriyah Arakiyah secara langsung dari ayahnya, Syekh Muhammad
Abu Idris. Pengangkatan Syekh Daf’ullah bin Muhammad Abu Idris sebagai khalīfah
berdasarkan wasiat Syekh Abdullah al-Araki ketika dia ditanya mengenai khalīfah
sesudahnya. Kemudian, Syekh Abdullah al-Araki mengatakan bahwa Syekh Daf’ullah
bin Muhammad Abu Idris yang akan menjadi khalīfah penggantinya ketika telah
dewasa. Syekh Abdulah al-araki juga memprediksi bahwa Tarekat Qadiriyah Arakiyah

87
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 63.
88
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, op.cit., hlm. 48.
89
Kata wad secara etimologis berarti telaga. Di dalam tulisan ini, kata wad memiliki arti yang sama
dengan bin di dalam bahasa Arab, yang digunakan untuk menyebutkn anak laki-laki di dalam nasab
keluarga. (Wawancara dengan Muhammad Tajul Mafachir, tanggal 13Juli 2018 melalui WhatsApp di
Depok.).
90
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 63.
Universitas Indonesia
32

akan tersebar secara luas di tangan Syekh Daf’ullah al-Muṣawbin. Sesuai dengan
prediksi itu, Tarekat Qadiriyah Arakiyah berkembang dan tersebar secara luas di Sudan
oleh Syekh Daf’ullah al-Muṣawbin. Pada masa kepemimpinan Syekh Daf’ullah al-
Muṣawbin, terdapat tiga sanad keilmuan Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang berlangsung
sampai saat ini di Abu Haraz, Sudan. Ketiga sanad tarekat itu yakni dari Syekh Hamad
al-Ashdi, Syekh Abd Rahman bin Daf’ullah, dan Syekh Muhammad bin Abdullahaṭ-
ṭarifi. Seluruh sanad Tarekat Qadiriyah Arakiyah terhubung kepada tiga sanad itu. Pada
1683 M, Syekh Daf’ullah wafat dan dimakamkan di Abu Haraz.91
Sepeninggal Syekh Daf’ullah al-Muṣawbin, posisinya sebagai khalīfah Tarekat
Qadiriyah Arakiyah digantikan oleh Syekh Muhammad Qindzil. Selain melanjutkan
kepemimpinan di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah, Syekh Muhammad Qindzil
Dzahab juga melanjutkan perjuangan dakwah keluarganya, Arakiyah, di dalam
mengajarkan ilmu Alquran dan ilmu keagamaan (tasawuf). Kemudian, pada 1187
H/1773 M Syekh Muhammad Qindzil Dzahab wafat dan dimakamkan di Abu Haraz.
Setelah Syekh Muhammad Qindzil wafat, posisinya sebagai khalīfah digantikan oleh
anak kandungnya yang bernama Syekh Yusuf Abu Syara’. Syekh Yusuf Abu Syara’
diberikan mandat untuk menjadi khalīfah oleh ayahnya saat dia masih berusia sangat
muda, yaitu saat berusia 20 tahun. Namun, hal itu tidak menjadikan alasan baginya
untuk menolak pemberian mandat itu. Justru dengan usianya yang tergolong masih
muda, Syekh Yusuf Abu Syara’ lebih memiliki energi sehingga lebih semangat di dalam
beribadah, berdakwah, mengurus khalwah,92 mengajar para murid, menerima serta
melayani tamu, dan bermanfaat bagi masyarakat dalam berbagai hal, khususnya di
dalam menjalankan mandat untuk menyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah.
Syekh Yusuf Abu Syara menyebarkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah melalui masjid yang
didirikan olehnya di AzraqThayibah pada 1154 H. Masjid itu bernama masjid Thayibah
Abdul Baqi, yang saat ini menjadi pusat kegiatan Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Masjid
Thayibah merupakan tempat berkembangnya khalwah Thayibah di bawah
kepemimpinan Syekh Yusuf Abu Syara’, yang mampu ditempati lebih dari 7000
muridnya. Pada masa kepemimpinannya, Tarekat Qadiriyah Arakiyah berkembang luas

91
Ibid., hlm. 64-71.
92
Khalwah adalah tempat khusus berupa pondok kecil yang digunakan sebagai tempat beribadah dan
melakukan riyadah oleh para darwisy atau salik di Sudan. (Wawancara dengan Muhammad Tajul
Mafachir, tanggal 8Juli 2018 melalui WhatsApp di Depok.)
Universitas Indonesia
33

dilihat dari muridnya yang datang dari luar negeri Sudan, tidak hanya datang dari
penjuru Sudan. Kemudian, pada 1217 H atau 1808 M Syekh Yusuf Abu Syara’ wafat
dan digantikan oleh anaknya yang bernama Syekh Muhammad bin Yusuf.93
Syekh Muhammad bin Yusuf diangkat sebagai khalīfah untuk menggantikan
ayahnya. Dia meneruskan perjuangan di dalam menyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah
Arakiyah, setelah ayahnya wafat, melalui khalwah Thayibah. Selain itu, dia juga
mengajarkan serta menjadi ahli ilmu fikih dan tasawuf. Selama 12 tahun berdakwah dan
memimpin Tarekat Qadiriyah Arakiyah, dia wafat pada 1242 H atau 1824 M.
Kemudian, posisinya digantikan oleh Syekh Ahmad ar-Rayah bin Muhammad Zahid
Thawil Yad bin Yusuf Abu Syara’. Syekh Ahmad ar-Rayah bin Muhammad Zahid
Thawil Yad bin Yusuf Abu Syara’ dikenal dengan sebutan as-Sajadah disebabkan dia
menjalankan salat tahajud di atas sebuah sajadah yang tidak pernah dia ganti selama
hidupnya. Selain itu, dia tidak beranjak dari sajadah mulai dari salat witir rakaat
pertama sampai menjelang fajar subuh dengan mengkhatamkan Alquran. Pada masa
kepemimpinannya, Syekh Ahmad ar-Rayah merekonstruksi ulang khalwah yang
didirikan oleh Syekh Yusuf Abu Syara’. Setelah 32 tahun berdakwah untuk meneruskan
perjuangan dakwahnya terdahulu, Syekh Ahmad ar-Rayah wafat pada 1274 H/1857
M.94
Sepeninggal Syekh Ahmad ar-Rayah, kepemimpinan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
digantikan oleh anaknya yang bernama Syekh Hamad an-Nil. Dia dikenal dengan
sebutan al-Hufyan. Dia wafat di Ombadda, Omdurman. Setelah dia wafat,
kedudukannya sebagai khalīfah Tarekat Qadiriyah Arakiyah digantikan oleh anaknya
yang bernama Syekh Abdul Baqi bin Hamad an-Nil. Pada masa kepemimpinan Syekh
Abdul Baqi bin Hamad an-Nil, dia melakukan banyak pembaharuan-pembaharuan bagi
Desa Thayibah. Oleh karena itu, atas jasa yang telah dilakukan olehnya sampai saat ini
namanya digunakan sebagai nama desa tersebut yakni Desa Thayibah Abdul Baqi. Pada
masa kepemimpinannya, Tarekat Qadiriyah Arakiyah tersebar luas di Sudan. Dia
memiliki murid yang berasal dari Jazirah dan Khartoum. Dia wafat setelah 33 tahun
sebagai khalīfah Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Kemudian, kedudukannya sebagai

93
Ibid., hlm. 72.
94
Ibid., hlm. 73-75.
Universitas Indonesia
34

khalīfah dilanjutkan oleh anak-anaknya yang bernama Syekh Ahmad Rayah bin Abdul
Baqi dan Syekh Hamd an-Nil bin Abdul Baqi.95
Syekh Ahmad ar-Rayah bin Abdul Baqi dan Syekh Hamad an-Nil bin Abdul Baqi
meneruskan perjuangan dakwah ayahnya dengan mengelola khalwah milik keluarganya.
Kemudian, kedudukan Syekh Ahmad ar-Rayah bin Abdul Baqi sebagai khalīfah
digantikan oleh anaknya yang bernama Syekh Abu Aqilah. Pada masa kepemimpinan
Syekh Abu Aqilah, khalwah Thayibah semakin berkembang bersamaan dengan semakin
berkembang dan meluasnya penyebaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Syekh Abu
Aqilah merekonstruksi masjid dan khalwah serta membangun sumber listrik di Desa
Thayibah Abdul Baqi. Selain itu, juga semakin banyak orang-orang yang mengunjungi
desa itu. Mereka berkunjung dengan tujuan yang berbeda-beda, seperti untuk berziarah
ke makam para ulama yang dimakamkan di Desa Thayibah khususnya, belajar ilmu
tasawuf maupun Tarekat Qadiriyah Arakiyah dan berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah,
serta mengikuti rangkaian seremonial keagamaan di desa itu. Oleh karena itu, Syekh
Abu Aqilah memperluas tempat yang disediakan untuk menerima para tamu yang
berdatangan. Di samping itu, dia juga membangun tempat pelayanan kesehatan serta
membangun Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Pada masa
kepemimpinannya, terdapat 55 khalwah dan masjid di Jazirah, seperti di Khartoum,
Omdurman, Wad Madani, Senaar, sampai ke luar Jazirah.96
Kemudian, kepemimpinan Syekh Abu Aqilah di dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah digantikan oleh saudara kandungnya yakni Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah
bin Abdul Baqi. Tarekat Qadiriyah Arakiyah di bawah kepemimpinan Syekh Abdullah
semakin tersebar luas. Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah bin Abdul Baqi memiliki
murid yang berasal dari berbagai daerah, suku, wilayah. Di samping itu, Syekh
Abdullah bin Ahmad Rayah bin Abdul Baqi juga memiliki banyak khalīfah yang
berada di berbagai daerah, baik yang ada di Sudan maupun di luar Sudan, seperti Arab
Saudi, Mesir, Yaman, Nigeria, Syiria, Turki, Jerman, dan negara-negara Afrika bagian
barat bahkan sampai di Indonesia. Di Indonesia, Tarekat Qadiriyah Arakiyah dibawa
oleh salah satu khalīfah Syekh Abdullah al-Araki yakni Syekh Hilmi, yang saat ini
tinggal di Pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat, Indonesia.97

95
Ibid., hlm. 88-89.
96
Ibid., hlm. 97.
97
Ibid., hlm. 100.
Universitas Indonesia
35

3.2.1. Biografi Syekh Abdullah Al-Araky beserta Silsilahnya


Syekh Abdullah al-Araki adalah pendiri atau Syekh Tarekat Qadiriyah Arakiyah
di Sudan. Nama asli Syekh Abdullah al-Araki ialah Abdullah bin Sayid Daf’ullah bin
Sayid Muhammad Muqbil bin Sayid Muhammad Nafi al-Husaini. Dia merupakan
keturunan Nabi Muhammad saw. melalui cucunya, yaitu Sayid98 Husain ra.99 Namanya
telah terdaftar di buku para syarif.100 Nasabnya yang diwarisi oleh generasi penerusnya
sampai saat ini yakni Abdullah al-Araki bin Syekh Daf’ulllah bin Sayid Ahmad Muqbil
bin Sayid Muhammad Nafi’ bin Sayid Muhammad bin Sayid Salamah bin Sayid Ahmad
bin Sayid Badr bin Sayid Muhammad bin Sayid Hasan bin Sayid Ahmad bin Sayid
Amir bin Sayid Husain bin Sayid Ismail bin Sayid Abdullah bin Sayid Ibrahim bin
Sayid Imam Musa al-Kadzhim bin Imam Ja’far al-Shadiq bin Imam Muhammad al-
Baqir bin Sayid Ali Zainal Abidin bin Sayid Imam Abu Abdullah al-Husain ra, putra
dari Fathimah al-Zahra’ binti Rasulullah Muhammad saw.101
Syekh Abdullah juga memiliki nama kunya (nama kemuliaan) baginya, yaitu Abu
al-Batul, Abu al-Abuwwat, dan Abu Nusaibah. Pertama, nama Abu al-Batul merupakan
nama anak perempuannya. Sebagaimana yang disebutkan oleh penyair Arakiyyīn
populer bernama Walad Abu Marwah di dalam syairnya, yang berbunyi , “Al-Araki Abu
al-Batul tidak ada masalah, yang mempunyai jenggot yang memancarkan cahaya”.
Kedua, nama Abu al-Abuwwat berasal dari perannya sebagai guru spiritual bagi para
ikhwān tarekat. Ketiga, nama Abu Nusaibah berasal dari panggilan anak-anaknya
kepadanya.102
Syekh Abdullah al-Araki juga memiliki dua nama panggilan lainnya, yaitu Imam
Ahlussunnah dan Syekh al-Islām al-Wāriʻ az-Zāhid an-Nāsik. Nama panggilan Imam
Ahlussunnah merupakan panggilan penghormatan atas keilmuan yang dimilikiolehnya,
yaitu ilmu makrifat, syariat, dan hakiat yang sempurna. Sementara panggilan Syekh al-
Islām al-Wāriʻ az-Zāhid an-Nāsik merupakan panggilan penghormatan sebagai guru
tarekat, yang dikenal memiliki kewaraan, kezuhudan, serta ahli ibadah. Di samping itu,

98
Sayyid adalah panggilan penghormatan yang diberikan kepada keturunan Nabi Muhammad saw.
(Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 8 Juli 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.).
99
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, op.cit., hlm.33.
100
Kata Syarif berasal dari bahasa Arab yang berarti mulia. Kata ini merupakan gelar yang diberikan
kepada seorang laki-laki yang memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammad saw. Jika perempuan
disebut Syarifah. Sementara bentuk jamaknya disebut Asyraf.
101
Ibid., hlm.37.
102
Ibid., hlm. 33.
Universitas Indonesia
36

dia juga dikenal dengan kelebihan, kesalehan, kealiman, ketakwaan, dan kemuliaannya.
Kelebihan Syekh Abdullah al-Araki diakui oleh para pengikut Tarekat Qadiriyah
Arakiyah khususnya dan masyarakat Sudan umumnya. Dia mengikuti ajaran para wali
quṭb103 dan menjadikan mereka sebagai panutan di dalam menjalankan syariat dan
tarekat.104
Syekh Abdullah al-Araki lahir pada 943 H/1547 M di Desa Abyad Dairi, sebuah
desa yang terletak di utara Jaili, dekat dari Wad Ramli. Ibunya bernama Hadiyah binti
Atif Jamiabiyah yang berasal dari kabilah Jamiab. Sementara ayahnya bernama Syekh
Daf’ullah al-Araki.105 Dia dibesarkan di lingkungan agamis, yang mendukung kondisi
keilmuannya dan menjaganya dari hal-hal yang dapat mempengaruhi kepribadiannya,
seperti melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Ayah dan kakeknya
adalah seorang guru Alquran dan berbagai macam ilmu keagamaan yang bermazhab
Maliki. Dia telah menyelesaikan hafalan Alquran sejak kecil di bawah bimbingan
ayahnya. Ayah dan kakeknya bertarekat Syadziliyah sementara Syekh Abdullah
bertarekat Qadiriyah.106
Sewaktu muda, Syekh Abdullah al-Araki berguru kepada ulama-ulama besar. Dia
berguru kepada Syekh Hamad an-Nil untuk mendalami ilmu tafsir, hadis, dan ilmu-
ilmu keagamaan lainnya. Selain itu, Syekh Abdullah al-Araki juga berguru kepada
Syekh Abdurrahman bin Jabir al-Arbaini, seorang wali yang murid-muridnya telah
mencapai derajat quṭb, di sebuah desa yang bernama Syaigiyah. Setelah tujuh tahun
menuntut ilmu, Syekh Abdullah al-Araki kembali ke tempat tinggal keluarganya, yang
berada di Desa Hilaliyah, Omdurman, Sudan.107
Di Desa Hilaliyah, Syekh Abdullah al-Araki berdakwah dan mengajarkan ilmu
keagamaan untuk meneruskan perjuangan sepeninggal ayahnya. Dia mengajar para
murid danfuqarā’108di masjid dan khalwah, yang dibangun oleh ayah serta para
muridnya ketika pertama kali memasuki Desa Abyad Dairi. Masjid dan khalwah
tersebut digunakan sebagai pusat kajian Alquran dan keagamaan bagi masyarakat. Para
murid yang belajar di tempat tersebut datang dari berbagai daerah di Sudan. Di tempat

103
Wali Quṭb adalah tingkatan kewalian yang tertinggi.
104
Ibid., hlm. 35.
105
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 61.
106
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, op.cit., hlm. 35.
107
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 61
108
Fuqarā’ adalah para murid di khalwah yang menghafal Alquran dan mengkaji ilmu tasawuf.
(Muhammad Tajul Mafachir, Negeri Seribu Darwis, (Khartoum, Pribadi: 2017), hlm. 60)
Universitas Indonesia
37

itu juga, ayahnya wafat dan disemayamkan. Setelah ayahnya wafat, Syekh Abdullah al-
Araki pindah ke sebuah desa di tepi sungai Nil Biru (Nil Azraq), yang bernama Desa
Abu Haraz, beserta saudara dan sebagian muridnya. Desa tersebut dinamakan Abu
Haraz disebabkan di dalamnya tumbuh pepohonan akasia yang rindang dan hijau.
Selain itu, secara etimologis kata haraz di dalam bahasa Arab berarti pohon Akasia.
Kemudian, di desa itu, Syekh Abdullah al-Araki memiliki keturunan, membangun
masjid, madrasah, khalwah, dan pedesaan yang berkembang sampai saat ini.109
Syekh Abdullah al-Araki dikenal sebagai seorang pembesar yang memiliki sifat
yang lembut, berakhlak mulia, dan wajah yang teduh. Sikapnya sangat rendah hati,
pemalu, dan berpegang teguh pada sunah serta adab-adab sesuai syariat Islam. Dia
memiliki hati yang sangat lembut, sehingga sangat mudah meneteskan air mata
disebabkan takut kepada Allah swt. Selain itu, dia juga memiliki hati yang bersih dan
jiwa yang suci sehingga doanya mudah terkabul.110 Keistimewaannya terdengar oleh
Syekh Tajudin al-Buhari al-Buhari, khalīfah Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang pertama
kali menyebarkan Tarekat Qadiriyah di Sudan pada 985 H/1577 M. Setelah mendengar
keistimewaan yang dimiliki Syekh Abdullah al-Araki, Syekh Tajudin al-Buhari
meminta Syekh Abdullah al-Araki untuk berbait Tarekat Qadiriyah kepadanya. Akan
tetapi, Syekh Abdullah al-Araki tidak memenuhi permintaan Syekh Tajudin al-Buhari
dengan alasan Syekh Abdullah al-Araki ingin fokus mendalami ilmu syariat terlebih
dahulu. Selain itu, dia juga masih sibuk melaksanakan mandat untuk mengajar ilmu
Alquran, yang diwariskan oleh ayahnya, Syekh Daf’ullah bin Muhammad Muqbil.111
Selama tujuh tahun Syekh Tajudin al-Buhari berada di Sudan,yaitu pada 992
H/1584 M, Syekh Abdullah al-Araki belum memiliki keinginan untuk berbaiat Tarekat
Qadiriyah. Sementara itu, Syekh Tajudin al-Buhari sangat mengharapkan Syekh
Abdullah al-Araki untuk mengikuti tarekatnya. Syekh Tajudin al-Buhari memandang
bahwa kelak Tarekat Qadiriyah akan menjadi besar di tangan Syekh Abdullah al-Araki.
Akhirnya, pada 992 H/1584 M Syekh Tajudin al-Buhari kembali ke Madinah dan Syekh
Abdullah belum juga berbaiat Tarekat Qadiriyah kepadanya.112

109
Ibid., hlm. 61-64.
110
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, op.cit.,hlm. 43.
111
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 30.
112
Ibid., hlm. 31.
Universitas Indonesia
38

Setelah Syekh Tajudin al-Buhari kembali ke Madinah, Syekh Abdullah al-Araki


baru menyadari keluhuran derajatnya melalui kisah-kisah mengenai karamah dan
keistimewaan yang disampaikan oleh murid-muridnya di Sudan. Syekh Abdullah
merasa sangat menyesal telah menolak permintaan Syekh Tajudin al-Buhari untuk
mengikuti ajaran Tarekat Qadiriyah. Kemudian, Syekh Abdullah al-Araki pergi ke
Madinah al-Munawarah, yang dahulu dikenal dengan nama Hijaz, untuk mencari
keberadaan Syekh Tajudin al-Buhari dan untuk berbaiat Tarekat Qadiriyah secara
langsung kepadanya. Namun, sesampainya di Madinah dia mendapatkan informasi
bahwa Syekh Tajudin al-Buhari telah wafat. Akhirnya, Syekh Abdullah al-Araki
berbaiat kepada khalīfah Syekh Tajudin al-Buhari di Madinah yang bernama Syekh
Habibullah al-Ajami.113 Kemudian, Syekh Habibullah al-Ajami menyampaikan wasiat
Syekh Tajudin al-Buhari untuk memberikan peci Syekh Tajudin al-Buhari kepada
Syekh Abdullah al-Araki sebagai simbol pengangkatannya sebagai khalīfah Tarekat
Qadiriyah Arakiyah di Sudan sepeninggalnya.114
Syekh Abdullah al-Araki menetap di Madinah setelah menjadi khalīfah Tarekat
Qadiriyah Arakiyah. Syekh Abdullah al-Araki berguru kepada ulama-ulama besar di
Madinah pada zamannya. Kemudian, kebesaran dan kealimannya dikenal oleh
masyarakat Madinah sehingga dia diangkat sebagai mufti, kiblat ilmu dan fatwa,
terutama pada bidang akidah dan tauhid dengan menguasai Naẓām Kubrā Sanusiyyah
dan al-Muqādimah. Mayoritas ulama-ulama Haramain, Mekah dan Madinah, menerima
fatwa-fatwa Syekh Abdullah al-Araki. Selain itu, imam Haramain juga mengikuti
Tarekat Qadiriyah Arakiyah dan mempelajarinya di bawah bimbingan Syekh Abdullah
al-Araki. Maka dari itu, dia menjadi guru para ulama mazhab Syafii, Hambali, dan
Maliki di Haramain. Di samping itu, dia menjadi khalīfah Tarekat Qadiriyah Arakiyah
di Mekah dan Madinah. Di antara murid-murid Syekh Abdullah al-Araki yang berbaiat
Tarekat Qadiriyah Arakiyah kepadanya ketika di Haramain adalah Syekh Syarif
Marzuq (al-Maʻiyyah), Syekh Syarif Miskin (Badus), Syarif Abyadh (Abiraw), Syarif
Sulaiman (Aburuiz), Syarif Musa al-Malasi (Sa’fiyah), Syarif Hasabullah, dan Syarif
Mahmud (Abi Haraz).115

113
Ibid., hlm. 32.
114
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, op.cit., hlm. 54.
115
Ibid., hlm. 48.
Universitas Indonesia
39

Syekh Abdullah al-Araki dikunjungi oleh saudaranya, Syekh Muhammad Abu


Idris dan Haj Salamah ad-Dhababi. Mereka datang untuk menjemputnya kembali ke
Sudan. Ketika tiba di Sudan pada 1007 H/1599 M, Syekh Abdullah al-Araki
menyebarkan ajaran tasawuf dan Tarekat Qadiriyah. Kemudian, dia menamakan ajaran
Tarekat Qadiriyah yang disebarkan olehnya dengan Tarekat Qadiriyah Arakiyah.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa nama Arakiyah dinisbahkan
kepada nama kabilahnya yakni Kabilah Arakiyah. Dia menjadi pemegang sanad
sebagian besar Tarekat Qadiriyah di Sudan, baik secara langsung kepadanya maupun
secara tidak langsung melalui khalīfah sesudahnya. Setelah kemursyidannya diketahui
oleh masyarakat, orang-orang berbondong-bondong menemuinya di Desa Abu Haraz
untuk berguru, mendengarkan nasehat, dan berbaiat kepadanya. Mereka tidak hanya
berasal dari Abu Haraz, tetapi mereka datang dari seluruh penjuru Sudan. Dengan
demikian, tarekat ini sudah ada di Sudan sejak saat itu sampai saat ini.116 Syekh
Abdullah Al-Araki juga mengelola kembali khalwah serta berdakwah di tengah para
murid dan masyarakat sampai dia wafat pada 1019 H/1641 M. Syekh Abdullah al-Araki
disemayamkan di Abu Haraz. Peninggalan Syekh Abdullah Al-Araki yang sangat
tampak yakni banyak para muridnya yang mencapai derajat quṭb.117
Di dalam menyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah, Syekh Abdullah al-
Araki memiliki silsilah atau sanad keilmuan yang membuktikan keabsahan ajarannya.
Silsilah itu berupa sederetan nama guru tarekat terdahulu yang saling berhubungan satu
sama lainnya sampai kepada Nabi Muhammad saw. Dengan sanad keilmuan ajaran
tarekat yang sampai kepada Nabi Muhammad saw., dapat membuktikan bahwa Tarekat
Qadiriyah Arakiyah termasuk ke dalam tarekat mu’tabarah.118 Ajaran ajaran tarekat ini
berdasarkan ajaran Nabi Muhammad saw. Berikut adalah silsilah atau rantai emas
Tarekat Qadiriyah Arakiyah :
1. Rasulullah Muhammad saw
2. Sayid Ali bin Abi Thalib kw.
3. Sayid Husain ra.
4. Ali Zainal Abidin
5. Imam Muhammad al-Baqir

116
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 76.
117
Ibid., hlm. 64.
118
Abu Idris Abdurrahman Muhammad, op.cit., hlm. 43.
Universitas Indonesia
40

6. Imam Ja’far ash-Shadiq


7. Imam Musa al-Kadzhim
8. Imam Ali al-Ridha
9. Sulaiman bin Dawud bin Nushair al-Thai al-Kufi
10. Ma’ruf al-Karkhi
11. Syekh Sirri as-Siqthi
12. Syekh al -Junaid al-Baghdadi
13. Abu Bakar asy-Syibli
14. Abdul Aziz al-Yamani
15. Abdul Wahid at-Tamimi
16. Ali bin Muhammad bin Yusuf al-Qurasyi al-Hakari
17. Yusuf al-Thorthusi
18. Abu Said Ali al-Makhzumi
19. Syekh Abdul Qadir al-Jilani ra
20. Sayyid Abdurrazaq
21. Sayyid Muhammad al-Badri
22. Sayyid Ahmad al-Murji
23. Sayyid Muhammad al-Musaid
24. Sayyid Alaudin
25. Sayyid Kamaludin
26. Sayyid Jalaludin
27. Sayyid Ashgar
28. Sayyid Akbar
29. Sayyid Akmal
30. Ahmad Nurullah Marqadah
31. Muhammad Din
32. Syekh Tajudin Muhammad al-Bahari
33. Syekh Habibullah al-Ajami
34. Syekh Abdullah al-Araki
Berdasarkan silsilah tarekat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Syekh Abdullah
Al-Araki memiliki keterkaitan satu sama lain dengan Syekh Abdul Qadir al-Jilani,

Universitas Indonesia
41

penyebar pertama kali ajaran Tarekat Qadiriyah, dan Syekh Junaid al-Baghdadi, tokoh
sufi besar di dunia Islam.

3.2.2. Biografi Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah


Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah adalah khalīfah sekaligus mursyid utama
Tarekat Qadiriyah Arakiyah saat ini di Sudan.119 Nama lengkapnya adalah Syekh
Abdullah bin Ahmad ar-Rayah bin Syekh Abdul Baqi bin Syekh Hamad an-Nil bin
Syekh Ahmad ar-Rayah bin Syekh Muhammad Zahid bin Syekh Yusuf Abu Syara’ bin
Syekh Muhammad Walad ath-Tharifi bin Syekh Abdullah Ath Tharifi bin Syekh
Muhammad Abu ‘Aqilah Al-Kasyif bin Syekh Hamad an-Nil bin Syekh Daf’ullah bin
Sayid Muhammad Muqbil bin Sayid Muhammad Nafi bin Sayid Muhammad bin Sayid
Salamah bin Sayid Muhammad bin Sayid Badr bin Sayid Muhammad bin Sayid Hasan
bin Sayid Hamad bin Sayid Amir bin Sayid Husain bin Sayid Ismail bin Sayid Abdullah
bin Sayid Ibrahim bin Sayid Imam musa al-Kadzim bin Sayid Imam Ja’far Ash-Shadiq
bin Sayid Imam Muhammad al-Baqir bin Sayid Imam Zainal Abidin bin Sayid Husain
ra, putra dari Fathimah az-Zahra’ binti Rasulullah Muhammad saw. Syekh Abdulah
adalah putra dari Syekh Ahmad ar-Rayah. Ibunya bernama Sayidah Nakhil binti Syekh
Abdullah bin Syekh Hamad an-Nil bin Syekh Ahmad ar-Rayah bin Syekh Muhammad
bin Syekh Yusuf Abu Syara’.120
Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah lahir pada 1945 M di Desa Thayibah Abdul
Baqi, kota Wad Madani, wilayah Jazirah, Sudan. Nama desa itu dinisbahkan kepada
nama kakeknya yakni Syekh Abdul Baqi. Penisbatan ini didasarkan pada peran
kakeknya yang sangat besar di dalam mengembangkan dan melakukan pembaharuan-
pembaharuan terhadap Desa Thayibah. Selain itu, kakeknya adalah orang yang pertama
kali dimakamkan di desa ini. Di antara pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh
kakenya adalah penataan ruang dan pengelolaan desa, membangun beberapa unit
madrasah, membangun pelayanan kesehatan, dan membangun rumah-rumah bagi

119
Di dalam Tarekat Qadiriya Arakiyah, khalīfah adalah pemimpin tarekat yang membaiat, membimbing,
dan menyebarkan ajaran tarekat serta memiliki wewenang untuk mengangkat orang lain untuk menjadi
khalīfah. Sementara mursyid adalah orang yang membaiat, membimbing, dan mengajarkan ajaran tarekat,
tetapi tidak memiliki wewenang untuk mengangkat khalīfah. (Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 8
Juli 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok).
120
Al-Baqir Malik Al-Amin Ahmad Al-Badawy. Abidallah Azraq Thayibah: Al-Manhaj wa Al-Tathbiq.
(Khartoum: Sinan Al-‘Alamiyyah Li Aṭ-ṭiba’ah, 2011). hlm. 23.
Universitas Indonesia
42

masyarakat Desa Thayibah.121 Desa ini terletak di sebelah barat Desa Abu Haraz dan di
sebelah selatan sungai Nil. Desa ini jauh dari pusat kota. Jarak yang ditempuh dari
Khartoum ke desa ini adalah 180 km.122
Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah tumbuh dan dibesarkan di bawah asuhan
orangtua yang salih dan alim, sehingga didikan dan pengajaran yang diberikan kepada
anak-anaknya memberikan hasil yang baik. Sejak kecil, Syekh Abdullah bin Ahmad ar-
Rayah tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan oleh orangtuanya secara langsung, tetapi
dia juga dibimbing mempraktikan ilmu kerohanian untuk membersihkan dan
menyucikan jiwanya yakni dengan ilmu tasawuf. Dia dibimbing untuk menyucikan jiwa
dengan diajarkan kesederhanaan hidup (zuhud), bersikap wara’, dan mengekang hawa
nafsu. Hal itu diperoleh olehnya dengan berusaha berpegang teguh kepada agama dan
sunah, gemar beribadah, dan qiyāmullail (salat malam), untuk mendapatkan rida Allah
swt. Adapun secara teori, dia belajar ilmu tasawuf di khalwah yang didirikan oleh
kakeknya, Syekh Abdul Baqi.123
Pada 1964, Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah belajar ilmu tasawuf di khalwah
Thayibah di bawah bimbingan saudara kandungnya yang bernama Syekh Abu Aqilah
bin Ahmad ar-Rayah, selama 26 tahun. Di khalwah itu, dia juga menghafal Alquran di
bawah bimbingan Syekh Naji Muhammad Ibrahim dan kakeknya, Syekh Abdul Baqi.
Di samping itu, dia juga belajar ilmu Alquran dan mengahafalnya. Setelah selesai
menghafal Alquran, Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah melanjutkan pendidikannya
di Madrasah Amiriyah Wusṭayang berada di Desa Thayibah. Setelah selesai menempuh
pendidikan di madrasah itu, dia melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Hantub
ṡanawi. Setelah lulus dari Madrasah Hantub ṡanawi, dia pindah ke Khartoum untuk
menempuh pendidikan S1-nya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Universitas Khartoum,
Sudan.124
Pada 1411 H atau 1990 M, Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah diangkat
menjadi khalīfah as-Sajadah Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang ke-12 setelah saudara
kandung sekaligus syekhnya, yaitu Syekh Abu Aqilah bin Ahmad ar-Rayah, wafat. Saat
ini, dia disebut dengan Raīsu Sajadah, yang berarti pemimpin jamaah Tarekat Qadiriyah

121
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 88.
122
Ibid., hlm. 86.
123
Al-Baqir Malik Al-Amin Ahmad Al-Badawy, op.cit., hlm. 24.
124
Ibid., hlm. 16.
Universitas Indonesia
43

Arakiyah di dunia. Sanad keilmuan tarekat Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah
terhubung kepada Syekh Abdullah al-Araki dan Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Syekh
Abdullah bin Ahmad ar-Rayah diberi ijazah oleh syekh sekaligus saudara kandungnya
yakni Abu Aqilah bin Ahmad ar-Rayah, yang memperoleh ijazah dari ayah sekaligus
syekhnya yakni Syekh Ahmad ar-Rayah. Dia mencapai maqām atau tingkatan tertinggi
di dunia tarekat, yaitu maqām khalīfah dan ma’rifah. Dia menghabiskan waktunya di
Desa Thayibah dengan memutus segala hal keduniawian. Di siang hari, dia disibukkan
dengan menerima para tamu yang datang dari berbagai daerah, mengelola khalwah,
memberikan nasihat kepada fuqarā, dan memberi santunan kepada orang-orang yang
membutuhkan, seperti kepada janda, anak yatim, dan fakir miskin. Sementara di malam
hari, dia menghabiskan malamnya dengan duduk bermunajat di atas sajadah di
kamarnya, bertahajud, membaca Alquran, dan berzikir untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt. sampai pagi.125
Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah adalah seseorang yang memelopori
pembangunan rumah sakit di Desa Thayibah. Rumah sakit ini bernama Rumah Sakit
Syekh Abdul Baqi. Rumah sakit ini didirikan untuk melayani kebutuhan dan pelayanan
kesehatan masyarakat di Desa Thayibah, Abu Haraz, dan sekitarnya. Selain itu, Syekh
Abdullah bin Ahmad Rayah juga memiliki kiprah di dalam megembangkan dan
memajukan Desa Thayibah dengan melakukan pembangunan di beberapa aspek. Di
antaranya adalah memperluas masjid dan mengelilinginya dengan pagar, membangun
kamar mandi dan asrama baru, memberikan bimbingan rohani dan nasehat secara
konsisten, dan memberikan sandang, pangan, serta kesehatan kepada para jamaah,
murid, dan fuqarā’ di Desa Thayibah.126
Selama masa khalīfah Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah, terdapat beberapa
khalwah yang didirikan di luar Desa Abu Haraz maupun Thayibah. Di antara khalwah
Tarekat Qadiriyah Arakiyah itu adalah khalwah Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Kusti,
Musalamiya, Kurbah, Senaar, Qadarif, Kasala, Roseires, Halfa, Port Sudan, dan Shendi.
Selain itu, terdapat zāwiyah cabang Qadiriyah Arakiyah di Um Rowaba, di dekat Jabal
Noba, di wilayah selatan Kordofan, Rabak, dan lain-lain di berbagai wilayah yang
masih terhubung kebesaran dan kedermawanan Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah di
Desa Thayibah, Wad Madani, Sudan. Pada masa khalīfah Syekh Abdullah bin Ahmad
125
Ibid., hlm. 26.
126
Muhammad Tajul Mafachir, op.cit., hlm. 98.
Universitas Indonesia
44

ar-Rayah, Tarekat Qadiriyah Arakiyah juga tersebar semakin luas melalui murid-
muridnya yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan negara. Dia memiliki banyak
khalīfah sebagai pengganti Syekh Abdullah bagi para muridnya yang berada di berbagai
daerah, baik di Sudan maupun di luar Sudan. Oleh karena itu, saat ini Tarekat Qadiriyah
telah ada di beberapa negara di luar Sudan. Salah satunya adalah di Indonesia.127

3.3. Perkembangan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia


Tarekat Qadiriyah Arakiyah masuk ke Indonesia pada 2006. Tarekat ini dibawa
oleh Syekh Hilmi, khalīfah sekaligus mursyid Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia.
Pada 2003, Syekh Hilmi berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan kepada Syekh
Abdullah bin Ahmad ar-Rayah, khalīfah Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan. Tiga
tahun setelah berbaiat, tepatnya pada 2006, Syekh Hilmi diangkat sebagai khalīfah
Tarekat Qadiriyah Arakiyah oleh Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah untuk Indonesia
dengan pemberian ijazah ketika berpamitan kepulangannya ke Indonesia. Ketika Syekh
Hilmi berjabat tangan dengan Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah, Syekh Abdullah
bin Ahmad ar-Rayah menahan tangan Syekh Hilmi cukup lama seraya membaca doa
dengan gerakan mulut tanpa suara dan dengan memejamkan mata. Tidak diketahui
secara pasti mengenai doa yang dibaca oleh Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah. Setelah
selesai membacakan doa kepada Syekh Hilmi, Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah
melepaskan genggamannya dan memerintahkan muqaddam128nya mengambil ijazah
kemursyidan untuk Syekh Hilmi. Setelah Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah
menerima selembar ijazah dari muqaddamnya, dia menuliskan nama Syekh Hilmi
secara lengkap dengan bahasa Arab dan menambahkan gelar Al-Araki di akhir
namanya. Dengan pemberian ijazah dan gelar Al-Araki, Syekh Hilmi Al-Araki secara
resmi menjadi khalīfah atau pengganti Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah di Indonesia.
Dengan demikian, Syekh Hilmi Al-Araki telah diizinkan untuk membaiat dan
menyebarkan ajaran serta amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah.129

127
Ibid., hlm. 99-100.
128
Di dalam hirarki Tarekat Qadiriah Arakiyah, muqaddam berada di bawah mursyid. Muqaddam adalah
seseorang yang membantu mursyid di dalam menyebarkan ajaran tarekat. Muqaddam dapat membaiat
seseorang atas izin dan arahan dari mursyid. (Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 8 Juli 2018 di
Pesantren Al-Hikam Depok).
129
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
45

Sesampainya di Indonesia pada 2006, Syekh Hilmi Al-Araki tidak secara


langsung menyebarkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Hal ini disebabkan dia memiliki
mandat untuk mengurus Pondok Pesantren milik orangtuanya pasca ayahnya wafat.
Pondok Pesantren itu bernama Pondok Pesantren Al-Husaini, yang terletak di
Ciheulang, Ciparay, Bandung, Jawa Barat. Syekh Hilmi menggantikan ayahnya dalam
mendakwahkan Islam dengan melanjutkan aktivitas keagamaan di Pondok Pesantren
Al-Husaini dan melanjutkan pengajian-pengajian di beberapa tempat, di antaranya
adalah di Pesantren Mathlaul Khairiyah, Majelis Taklim al-Muttaqin, dan Jabal Katul
Mandiri. Materi yang diajarkan adalah ilmu tasawuf. Di dalam pengajian-pengajian itu,
Syekh Hilmi mengajarkan dan mengajak para jamaahnya untuk zikir bersama di setiap
akhir pengajian menggunakan aurād130asas Tarekat Qadiriyah Arakiyah dengan
bersuara (jahr).131
Penyebaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah dilakukan secara alamiah. Syekh Hilmi
tidak terlalu mengajak masyarakat, khususnya para jamaahnya, untuk masuk ke dalam
tarekat ini. Hal ini sesuai dengan prinsip tarekat ini, yaitu tidak memaksakan kehendak
seseorang untuk menjadi pengikut tarekat. Selama empat tahun keberadaan Syekh Hilmi
di Bandung, yakni dari tahun 2006-2009, terdapat lima orang yang berbaiat ke dalam
tarekatnya. Mereka adalah para jamaah pengajian di Pesantren Al-Husaini Bandung.
Kelima pengikut awal Tarekat Qadiriyah Arakiyah itu di Indonesia berasal dari
golongan lanjut usia. Tidak mampu dipungkiri bahwa sebagian besar pengikut tarekat
adalah golongan lanjut usia. Akan tetapi, saat ini kelima orang itu telah meninggal
dunia. Kemudian pada 2010, salah satu jamaahnya yang bernama Ali datang ke
kediaman Syekh Hilmi Al-Araki di Pondok Pesantren Al-Husaini Bandung untuk
berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Adapun jumlah jamaah yang datang
bersilaturahmi (Ahl at-Tabarruk) di Pondok Pesantren Al-Husaini Bandung mencapai
200 orang, yang terdiri atas kalangan muda dan orang tua. Kemudian, pada 2011 Syekh
Hilmi menyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah ke Depok melalui Pesantren Al-
Hikam Depok.132

130
Aurād adalah bacaan-bacaan zikir. Dinamakan aurād disebabkan bacaan-bacaan tersebut selalu dibaca
dan diamalkan secara terus-menerus.
131
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
132
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
46

Penyebaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok


dilatarbelakangi oleh permintaan Hasyim Muzadi terhadap Syekh Hilmi untuk membina
para santrinya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Keberadaan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok tidak sama dengan keberadaan tarekat di
pesantren yang dikhususkan untuk tarekat pada umumnya. Para santri tidak diwajibkan
mengikuti semua amalan tarekat, tetapi hanya sebagian dari amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah yang dipraktekan di Pesantren Al-Hikam Depok, seperti zikir dan
berpuasaarba’in di bulan Rajab. Amalan ini pun tidak bersifat wajib. Hanya santri yang
memiliki keinginan yang ikut mengamalkannya. Akan tetapi, amalan ini bersifat wajib
bagi santri yang telah berbaiat mengikuti tarekat ini.133
Pada Awalnya, Syekh Hilmi membimbing para santri mahasiswa Sekolah Tinggi
Kulliyyatul Quran (STKQ) Al-Hikam Depok, yang akan melaksankan pengabdian
masyarakat atau KKN yang disebar di beberapa titik Nusantara dari Sabang sampai
Merauke dengan mengijazahkan aurād asas Tarekat Qadiriyah Arakiyah, yang
diperbolehkan untuk diamalkan oleh siapa pun, secara khusus kepada mereka. Syekh
Hilmi memandang bahwa mereka perlu dibekali ilmu spiritual sebagai modal
penjagaan.134 Di samping itu, Syekh Hilmi juga memberikan aurād asas itu kepada
seluruh santri dengan mengajak mereka zikir bersama di setiap akhir dirāsah yang
dibimbing olehnya.
Dari pengamalan aurād asas Tarekat Qadiriyah Arakiyah tersebut, memunculkan
keinginan untuk bertarekat pada sebagian santri. Para santri yang ingin bertarekat tidak
diharuskan untuk berbaiat kepada Syekh Hilmi. Mereka dibebaskan di dalam memilih
seorang guru tarekat yang cocok dan sesuai di hati. Namun, terdapat juga santri yang
berbaiat kepada Syekh Hilmi untuk menjadi muridnya di dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah. Santri Pesantren Al-Hikam Depok yang pertama kali berbaiat bernama Ikrar
pada 2012. Kemudian, disusul oleh santri lain secara bertahap. Namun, mayoritas santri
berbaiat secara sembunyi-sembunyi agar orang lain tidak mengetahui keikutsertaannya
di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah.135 Sebelum berbaiat, Syekh Hilmi memberikan

133
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
134
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
135
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
47

persyaratan khusus terhadap calon muridnya, yaitu calon murid harus meminta izin dan
mendapatkan restu dari orangtuanya, terutama ibu.136
Pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah, yang disebarkan oleh Syekh Hilmi melalui
Pesantren Al-Hikam Depok, tidak hanya diikuti oleh para santri. Tarekat ini juga diikuti
oleh masyarakat di sekitar lingkungan Pesantren Al-Hikam. Mereka berbaiat secara
langsung kepada Syekh Hilmi untuk menjadi pengikut tarekatnya di kediamannya yang
berada di kompleks Pesantren Al-Hikam Depok. Mereka mengenal Syekh Hilmi beserta
tarekatnya melalui kajian tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Hilmi di Masjid Al-
Hikam Depok setiap Minggu. Kitab yang dikaji adalah kitab al-Gunyah dan Bidāyah al-
Hidāyah. Pengajian ini diikuti oleh santri serta masyarakat di sekitar Pesantren Al-
Hikam Depok. Di dalam kajian itu, Syekh Hilmi juga mengajarkan aurād asasTarekat
Qadiriyah Arakiyah dengan cara mengajak jamaah berzikir bersama di akhir pengajian.
Dari pengajian tasawuf itu, muncul beberapa jamaah yang berbaiat. Jamaah yang
pertama kali berbaiat bernama Yusrizal pada 2015. Kemudian, diikuti oleh Bapak Fauzi
yang berbaiat di tahun yang sama. Di dalam menyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah
Arakiyah, Syekh Hilmi tidak mengeksklusifkan aurād hanya untuk mereka yang telah
berbaiat. Bagi jamaah yang belum berbaiat, diperbolehkan bertabarruk dengan
mengamalkan aurād asas. Oleh karena itu, walaupun pengikut tarekat ini masih
terbilang sedikit,aurād tarekat ini diamalkan oleh banyak jamaah Ahl Tabarruk.
Awalnya, terdapat 10 ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam
Depok. Empat di antaranya berada di Pesantren Al-Hikam Depok sedangkan enam yang
lainnya berada di luar pesantren. Enam ikhwān tarekatnya yang berada di luar pesantren
ada yang mengamalkan tarekat untuk dirinya sendiri dan ada juga yang menyebarkan
tarekat ini kepada orang lain. Dua di antara enam ikhwān tarekat yang berada di luar
pesantren diangkat menjadi muqaddam oleh Syekh Hilmi.137
Seiring berjalannya waktu, persebaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah meluas
melalui para ikhwān tarekat yang telah diberi amanah oleh Syekh Hilmi untuk menjadi
muqaddam. Pemberian amanah ini merupakan hak prerogatif Syekh Hilmi dengan
melihat tingkatan spiritual yang telah dicapai oleh seorang murid selama menempuh
perjalanan atau tarekat melalui mata hatinya. Mereka bertugas untuk membantu

136
Wawancara dengan Ersal Fahrul Yoserizal, tanggal 15 Mei pada 20.30 WIB di Pesantren Al-Hikam
Depok.
137
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
48

menyebarkan ajaran tarekat, membantu proses pengajaran tarekat seorang murid yang
tempat tinggalnya di luar kota Depok, dan menggantikan Syekh Hilmi jika tidak mampu
melakukan suatu hal. Di antara mereka juga terdapat muqaddam yang telah berhak
membaiat seseorang untuk masuk ke dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia
berdasarkan perintah Syekh Hilmi. Murid Syekh Hilmi yang diangkat menjadi
muqaddam Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia adalah Bapak Ali dan Fauzy.138
Bapak Ali menyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Majelis Zikir dan
Salawat Sukma Jati miliknya, tepatnya di Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya.
Majelis ini berdiri sejak 2000. Majelis ini diikuti oleh kalangan remaja, dewasa, dan
lanjut usia. Ali mulai mengarahkan pembelajaran tarekat kepada para jamaah di
majelisnya pada 2013, tiga tahun setelah Ali berbaiat. Jumlah jamaahnya sekitar 100
orang. Sementara jamaah yang berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah sebanyak 70 orang,
yang terdiri atas 41 orang lanjut usia dan 29 dewasa. Jamaah perempuannya sebanyak
10 jamaah. Jumlah pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah di cabang Tasikmalaya lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah pengikut di cabang lainnya.139
Adapun Fauzi, menyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah di kediamannya
di Kelurahan Kukusan, Beji, Depok, dalam bentuk diskusi ringan bersama orang-orang
yang tertarik dengan dunia tarekat. Di dalam diskusi itu, Fauzi tidak memaksakan
mereka untuk masuk ke dalam tarekat ini. Jumlah orang yang mengikuti diskusi ini pun
tentatif. Satu di antara mereka ada yang berniat berbaiat di tarekat ini. Di samping itu,
banyak juga di antara mereka yang memilih tarekat lain, seperti Tarekat
Naqsyabandiah.140 Saat ini Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia telah tersebar di
tiga kota, yaitu Bandung dengan jumlah jamaah ahl tabarruk 700 orang, Depok dengan
jumlah pengikut 10 orang serta jamaah ahl tabarruk 200 orang, dan Tasikmalaya
dengan jumlah pengikut 70 orang serta jamaah ahl tabarruk 30 orang. Dengan
demikian, penulis menyimpulkan bahwa jumlah pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah
di Indonesia yang melalui baiat sebanyak 80 orang dan jamaah ahl tabarruk sebanyak
930 orang.

138
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
139
Wawancara dengan Ali, tanggal 18 April 2018 melalui WhatsAppdi Depok..
140
Wawancara dengan Fauzi, tanggal 2 Februari 2018 diJalan Palakali, Kukusan, Depok.
Universitas Indonesia
49

3.3.1. Biografi Syekh Hilmi Al-Araki


Syekh Muhammad Hilmi ash-Shidiqi al-Araki lahir pada 26 Januari 1980 di
Bandung. Ibunya bernama Hj. Siti Hasanah sedangkan ayahnya bernama Kiai H.Endang
Abdul Qahar. Syekh Hilmi terlahir dari keluarga priayi.141 Ayahnya adalah seorang
tokoh agama dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Husaini Bandung. Dia merupakan
anak ke-4 dari 6 bersaudara. Dia memiliki dua saudara laki-laki dan tiga saudara
perempuan. Syekh Hilmi tumbuh dan dibesarkan oleh sosok ayah dan ibu yang sangat
memperhatikan ilmu agama Islam sehingga sejak kecil dia dibimbing dan diajarkan
ilmu keagamaan oleh ayah dan ibunya sendiri. Syekh Hilmi dibimbing ilmu tauhid dan
syariat secara langsung oleh ayahnya di Pondok Pesantren Al-Husaini Bandung
bersama para santri lainnya. Sementara di dalam belajar ilmu Alquran, dia dibimbing
oleh ibunya.142
Ketika Syekh Hilmi masih kecil, dia berbeda dengan teman-teman
seumurannya.143 Ketika Syekh Hilmi ditanya mengenai cita-citanya jika sudah besar,
dia selalu menjawab bahwa dia ingin menjadi kiai. Padahal, saat itu anak seumuran dia
belum mengerti yang dimaksud dengan kiai. Oleh karena itu, orangtua Syekh Hilmi
lebih disiplin di dalam mendidiknya. Kedisiplinan yang diterapkan kepada Syekh Hilmi
yakni disiplin waktu dan belajar. Orangtua Syekh Hilmi sangat membatasi waktu
bermainnya. Hal ini bertujuan agar Syekh Hilmi dapat fokus di dalam mempelajari dan
mendalami ilmu keagamaan.144
Di pandangan keluarganya, Syekh Hilmi dikenal sebagai sosok yang pendiam,
penyabar, penyayang, pelindung, dan penyantun. Walaupun pendiam, dia dikenal
memiliki ide-ide yang brilian. Contohnya adalah sepulangnya dari pesantren Cipasung,
Syekh Hilmi mengaktifkan organisasi pemuda IPNU (Ikatan Pemuda Nahdhatul
Ulama), organisasi alumni Pondok Pesantren Al-Husaeni Bandung, dan juga
memberantas narkoba di sekitar tempat tinggalnya. Dia bertindak sebagai inisiator,
pelaksana, pemotivasi para alumni untuk bersama-sama menyukseskan kegiatan
pemberantasan narkoba. Selain itu, dia juga memberantas praktik judi sabung ayam
yang bekerjasama dengan kepolisian dan aparat pemerintah setempat. Walaupun

141
Menurut KBBI, priayi adalah orang termasuk lapisan masyarakat yang kedudukannya diannggap
terhormat, seperti golongan kiai.
142
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
143
Wawancara dengan Nia Qolbunia, tanggal 2 Juni 2018 melalui WhatsAppdi Depok.
144
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
50

usianya muda, pemikirannya diterima oleh para tokoh. Syekh Hilmi juga sosok yang
penyabar. Dia lebih memilih untuk diam dan menghindar ketika berselisih atau
bertengkar dengan orang lain.145 Tutur katanya lembut sehingga dia tidak pernah marah
atau menyakiti orang lain. Kemudian, Syekh Hilmi dikenal sebagai sosok kakak yang
menyayangi dan melindungi keluarganya, meskipun telah berkeluarga.146
Syekh Hilmi memulai pendidikan dasarnya saat berusia 7 tahun di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Al-Husaini Bandung. Dia bergaul dengan para santri ayahnya di
pesantren itu. Bahkan, dia memilih tidur di pondok bersama para santri ayahnya dengan
fasilitas yang lebih sederhana dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia di rumahnya.
Ketika dia duduk di bangku kelas 5 MI, dia mulai memindahkan pakaiannya (boyong)
dan memutuskan untuk tinggal di pondok pesantren, yang jaraknya sangat dekat dengan
rumahnya. Dia berperan sebagai layaknya santri lainnya, bukan sebagai putra kiai.
Sebagian besar waktunya dihabiskan bersama santri lainnya di pesantren, seperti makan
dan tidur. Namun, sesekali dia pulang untuk makan di rumah. Oleh karena itu, banyak
santri yang mengira jika dia bukan merupakan anggota keluarga pesantren.
Syekh Hilmi belajar mengenai akidah, syariat, dan akhlak di bawah bimbingan
ayahnya bersama para santri di Pondok Pesantren Al-Husaini. Dia dikenal dengan
sebutan anak bawang, karena usianya lebih muda dari pada santri-santri ayahnya. Selain
itu, dia juga belajar ceramah, yang merupakan salah satu bagian dari program pesantren.
Program itu bernama program muḥaḍarah, yang memiliki tujuan untuk melatih para
santri berceramah di depan umum dan mencetak kader-kader berwawasan agama yang
luas guna mensyiarkan agama Islam. Materi ceramah yang pertama kali dia pelajari
yakni mengenai iman. Kemudian, pada saat berusia 14 tahun dia menempuh pendidikan
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Husaini Bandung. Di sekolah itu, dia
memperdalam akidah dan syariat, yang pernah dia pelajari sebelumnya di Pondok
Pesantren Al-Husaini Bandung. Di antara kitab-kitab yang dia pelajari adalah kitab
Tijān ad-Daruri, Safīnah an-Najāh, Sulām Taufīq, dan Naṣāiḥ al-‘ibād. Selain itu,
Syekh Hilmi mulai mempraktekan latihan ceramahnya yang pernah dipelajari olehnya
ketika masih duduk dibangku MI. Dia juga senang mengikuti ayahnya berceramah di

145
Wawancara dengan Nia Qolbunia, tanggal 2 Juni 2018 melalui WhatsAppdi Depok.
146
Wawancara dengan Syahidah Nurlaila, tanggal 4 juni 2018 melalui WhatsAppdi Depok.
Universitas Indonesia
51

pengajian-pengajian. Oleh karena itu, dia menjadi pengganti ayahnya yang berhalangan
hadir ketika dia duduk di bangku SMP.147
Pada saat Syekh Hilmi berusia 17 tahun, dia pindah ke Tasikmalaya untuk
menempuh pendidikan menengah atas di SMA Islam Cipasung. Perjalanan dari
Bandung ke Tasikmalaya ditempuh selama empat jam. Di Tasikmalaya, dia tinggal di
Pondok Pesantren Cipasung, yang merupakan pondok pesantren milik keluarganya.
Pondok Pesantren Cipasung didirikan oleh Abah Ruhiat, seorang pendidik dan pejuang
dari Cipasung. Abah Ruhiat dikenal dengan ajengan,148 yang merupakan sebutan untuk
tokoh agama di daerah Sunda. Saat ini, pesantren itu diasuh oleh anaknya yang bernama
Kiai H.Ilyas Ruhyat, Raīs ‘Am PBNU setelah Muktamar NU di Cipasung pada 1994. Di
sekolah itu, Syekh Hilmi lebih mendalami akidah dan fikih. Selain itu, dia mulai
mendalami ilmu tasawuf. Kitab yang dipelajari olehnya adalah kitab Iḥyā ‘Ulūmuddīn,
Minhāj al-Muslimīn, ṣaḥīḥ Bukhārī Muslīm, Albajuri, dan Alfiyah.149Selama di pondok
pesantren ini, Syekh Hilmi hidup secara mandiri. Dia tidak pernah meminta kiriman
uang kepada orang tuanya. Kehidupannya di pondok pesantren ini hanya untuk
mengabdi dengan membantu memasak di dapur umum.150
Syekh Hilmi tertarik belajar tasawuf dan mendalaminya sejak belajar di Pondok
Pesantren Cipasung. Sejak kecil ayahnya telah membimbingnya mengaplikasikan
praktek-praktik tasawuf, seperti puasa Senin-Kamis dan puasa Rajab. Ketika Syekh
Hilmi masih kecil, ayahnya hanya mengajarkan keutamaan-keutamaan dalam
mengamalkan sesuatu dan keikhlasan, tanpa memberitahu bahwa hal yang diajarkan
merupakan praktik tasawuf. Di pondok pesantren ini, Syekh Hilmi juga mulai tertarik
terhadap tarekat dan memiliki keinginan secara pribadi untuk masuk secara khusus ke
dalam suatu tarekat. Sebelumnya, Syekh Hilmi belum memiliki keterikatan terhadap
suatu tarekat. Keinginan ini muncul berawal dari kegemarannya membantu orang lain.
Selain itu, dia juga senang membersihkan masjid pesantren, yang berlantai tiga. Dia
merasa menikmati semua pekerjaan itu tanpa adanya beban. Setelah semua pekerjaan
terselesaikan, dia sering merenung sendirian di menara masjid sambil berzikir dan
bertafakur memandang alam semesta dari ketinggian. Dari situlah semangatnya untuk

147
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
148
Ajengan berasal dari bahasa Sunda, yang berarti orang terkemuka terutama guru agama Islam. Istilah
Ajengan sama dengan istilah Kiai di dalam bahasa Jawa.
149
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
150
Wawancara dengan Nia Qolbunia, tanggal 2 Juni 2018 melalui WhatsApp di Depok.
Universitas Indonesia
52

mendalami tarekat muncul. Akan tetapi, saat itu dia belum menentukan tarekat beserta
mursyid yang akan diikuti. Dia mempelajari mengenai tarekat secara teori terlebih
dahulu. Kemudian, keinginannya itu terus berlanjut ketika dia berpindah ke Sudan.151
Pada 2000, Syekh Hilmi pindah untuk melanjutkan pendidikannya di Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Alquran Al-Karim (Kulliyah as-Syarī’ah wa al-Qānūn
Jāmi'ahAl-Qur’ān Al-Karīm) Sudan. Di Sudan, awalnya Syekh Hilmitinggal di indekos
yang terletak di daerah Futiha, Omdurman, Sudan. Setelah masa indekos habis, dia
tinggal di Sekretariat Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCINU) cabang
Khartoum di Sudan.152 Syekh Hilmi aktif di sebuah organisasi perkumpulan tarekat-
tarekat bernama Majlīs aż-Żikr Wa al-Mużākirīn. Di Indonesia, organisasi ini sama
dengan organisasi Jam’iyyah Ahl aṭ-ṭarīqah al-Mu’tabarah an-Naḍiyyah (JATMAN)
yang menghimpun tarekat-tarekat mu’tabarah. Syekh Hilmi termasuk salah satu orang
yang berperan di dalam mempelopori pendirian dan peresmian Pengurus Cabang
Istimewa Nahdhatul Ulama (PCI NU) di Sudan. Pada 2000-2002, Syekh Hilmi
menjabat sebagai wakil sekretaris, pada 2002-2003 menjabat sebagai sekretaris, pada
2004-2005 menjabat sebagai wakil ketua Tanfīżiyyah, dan pada 2005-2006 menjabat
sebagai ketua Tanfīżiyyah.153
Sudan merupakan sebuah negara di Afrika Utara yang dijuluki dengan negara
1001 darwis. Julukan ini disebabkan mayoritas masyarakat Sudan adalah seorang
darwisy.154 Hampir di seluruh kota terdapat berbagai macam tarekat. Di antaranya
adalah Tarekat Qadiriyah, Tarekat Tijaniyah, Tarekat Sammaniyah, Tarekat
Naqsyabandiyah, Tarekat Idrisiyyah, dan Tarekat Syadziliyah. Banyaknya ritual-ritual
tarekat yang diselenggarakan di segala penjuru Sudan menciptakan suasana dan zona
yang kontributif untuk mengikuti tarekat. Maka dari itu, tahap pencarian tarekat Syekh
Hilmi berakhir di Sudan dengan masuk ke dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah melalui
baiat secara langsung kepada Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah pada 17 Ramadan
1424 H/12 November 2003 di Ribāṭh Thayibah Syekh Abdul Baqi, Wad Madani,
Jazirah, Sudan. Ketertarikan Syekh Hilmi terhadap Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dilatarbelakangi oleh cerita yang disampaikan oleh salah satu temannya, yang bernama

151
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
152
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
153
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
154
Menurut KBBI, Darwis/Dar.wis/nIsl penganut sufi yang sengaja hidup miskin (sebagai jalan untuk
mencapai kesempurnaan jiwa).
Universitas Indonesia
53

Kiai Badrussalam, setelah pertemuannya dengan Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah.
Kiai Badrussalam juga seorang pengamal serta pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah.
Namun, dia tidak mendapatkan ijazah dari Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah dan
saat ini dia telah meninggal dunia. Syekh Hilmi memandang Kiai Badrussalam sebagai
seorang ahli tasawuf dan ahli tarekat. Oleh karena itu, Syekh Hilmi meyakini bahwa
guru tarekat Kiai Badrussalam adalah seseorang yang memiliki keluhuran derajat yang
sangat tinggi. Kemudian, Syekh Hilmi mengikuti Kiai Badrussalam menghadiri acara
nuzūlul-qur’ān. Pada acara itu, Syekh Hilmi berbaiat secara langsung kepada Syekh
Abdullah bin Ahmad ar-Rayah.155
Sebelum masuk ke dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah, Syekh Hilmi mempelajari
ilmu tasawuf dan tarekat melalui kitab-kitab serta kajian-kajian tasawuf dan tarekat di
Khartoum. Sementara praktiknya, dia mengikuti kegiatan zikir di berbagai tarekat. Di
antaranya adalah dia mengikuti zikir bersama Tarekat Tijaniyah, Tarekat Sammaniyah,
dan Tarekat Qariballah. Selain zikir bersama, Syekh Hilmi juga bersilaturahmi dan
berziarah ke berbagai tarekat. Oleh karen itu, Syekh Hilmi sangat akrab dengan Syekh
Tarekat Tijaniyah. Akan tetapi, Syekh Hilmi cenderung memilih berbaiat Tarekat
Qadiriyah Arakiyah. Namun, Syekh Hilmi juga tetap mengikuti zikir tarekat lain untuk
tabarukan.156
Syekh Hilmi di mata sahabat-sahabatnya di Sudan merupakan sosok yang baik
hati, simpatik, dan memiliki solidaritas yang tinggi terhadap teman.157 Dia tidak hanya
berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi dia juga berjuang untuk orang lain. Dia tidak
egois. Hidupnya sangat bermanfaat bagi orang lain.158 Pola pikirnya maju dengan bukti
bahwa wawasannya selalu maju ke depan dan hampir semua rintangan dicoba dan
diselesaikan olehnya. Bukti lainnya yakni bahwa dapat dipastikan namanya hampir
terdapat di dalam daftar penggunaan buku di seluruh perpustakaan Sudan.159 Dia
seorang yang lembut, tetapi keras di dalam prinsip.160 Kemudian, dia sosok yang idealis,
banyak merenung, gemar membaca aurād, dan mudah bergaul dengan siapa pun. Salah
satu kelebihan yang dimilikinya ketika di Sudan adalah pergaulannya yang sangat luas.

155
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
156
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
157
Wawancara dengan Zulham Qudsi Farizal Alam, tanggal 3 Juni 2018 melalui WhatsApp di Depok.
158
Wawancara dengan Mirwan Akhmad Taufiq, tanggal 3 Juni 2018 melalui WhatsApp di Depok.
159
Wawancara dengan Mirwan Akhmad Taufiq, tanggal 3 Juni 2018 melalui WhatsApp di Depok.
160
Wawancara dengan Zulham Qudsi Farizal Alam, tanggal 3 Juni 2018 melalui WhatsApp di Depok.
Universitas Indonesia
54

Dia mengenal dengan baik Partai Komunis Sudan, oposisi pemerintah, rektor-rektor,
masyāyikh di Sudan, bahkan dia kenal dengan Penasihat Presiden Sudan. Salah satu
bukti keakrabannya dengan pembesar di Sudan adalah banyak syekh dan ulama-ulama
Sudan yang menganggap Syekh Hilmi sebagai anak. Salah satu syekh yang
menganggapnya sebagai anak adalah Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah, khalīfah
Tarekat Qadiriyah Arakiyah.161
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh Syekh Hilmi, Allah swt. menganugerahkan
keistimewaan terhadapnya dengan menjadikannya sebagai khalīfah Tarekat Qadiriyah
Arakiyah melalui Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah bin Abd Baqi pada 2006,
tepatnya tiga tahun setelah menjadi sālik Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Dia memperoleh
ijazah kemursyidan dan gelar al-Araki dari Syekh Ahmad ar-Rayah. Dengan
pengangkatannya sebagai khalīfah dan pemberian gelar itu, Syekh Hilmi berhak dan
bertanggungjawab untuk menyebarkan serta mengajarkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
di Indonesia. Meskipun Syekh Hilmi memiliki harapan untuk dapat memperoleh ijazah
dari Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah, ijazah tersebut diberikan berdasarkan
tingkatan spiritual yang telah dicapai olehnya yang dilihat melalui mata hati Syekh
Abdullah bin Ahmad ar-Rayah. Pemberian ijazah ini merupakan anugerah dari Allah
swt. atas keluhuran derajat Syeh Hilmi. Dengan pemberian ijazah tersebut berarti bahwa
Syekh Hilmi diminta untuk menjadi khalīfah Syekh Abdullah di Indonesia, yang berhak
menyebarkan ajaran serta membaiat seseorang yang hendak masuk ke dalam Tarekat
Qadiriyah Arakiyah di Indonesia. Di dalam membimbing para pengikut tarekat, Syekh
Hilmi disebut sebagai mursyid. Dengan demikian, Syekh Hilmi menjadi
khalīfahsekaligus mursyidTarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia.162
Adapun sanad keilmuan Syekh Hilmi di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah
adalah sebagai berikut.
1. Rasulullah Muhammad saw
2. Sayid Ali bin Abi Thalib kw.
3. Sayid Husain ra.
4. Ali Zainal Abidin
5. Imam Muhammad al-Baqir

161
Wawancara dengan Kiai Muhammad Rizqi Romdhon, tanggal 3 Juni 2018 melalui WhatsApp di
Depok.
162
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
55

6. Imam Ja’far ash-Shadiq


7. Imam Musa al-Kadzhim
8. Imam Ali al-Rida
9. Sulaiman bin Dawud bin Nushair al-Thai al-Kufi
10. Ma’ruf al-Karkhi
11. Syekh Sirri as-Siqthi
12. Syekh al -Junaid al-Baghdadi
13. Abu Bakar asy-Syibli
14. Abdul Aziz al-Yamani
15. Abdul Wahid at-Tamimi
16. Ali bin Muhammad bin Yusuf al-Qurasyi al-Hakari
17. Yusuf ath-Thusi
18. Abu Said Ali al-Makhzumi
19. Syekh Abdul Qadir al-Jilani ra
20. Sayyid Abdurrazaq
21. Sayyid Muhammad al-Badri
22. Sayyid Ahmad al-Murji
23. Sayyid Muhammad al-Musaid
24. Sayyid Alaudin
25. Sayyid Kamaludin
26. Sayyid Jalaludin
27. Sayyid Ashgar
28. Sayyid Akbar
29. Sayyid Akmal
30. Ahmad Nurullah Marqadah
31. Muhammad Din
32. Tajudin Muhammad al-Bahari
33. Syekh Habibullah al-Ajami
34. Syekh Abdullah al-Araki
35. Syekh Abu idris
36. Syekh Daf’ullah al-Araki
37. Syekh Muhammad Waladath-Tharbafiy

Universitas Indonesia
56

38. Syekh Yusuf Abu Syara


39. Syekh Muhammad Zahid
40. Syekh Ahmad Rayah
41. Syekh Hamd Nil
42. Syekh Abdul Baqi
43. Syekh Ahmad ar-Rayah
44. Syekh Abu Aqilah bin Ahmad ar-Rayah
45. Syekh Abdullah bin Ahmad ar-Rayah
46. Syekh Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki
Dari data di atas, Syekh Hilmi menempati urutan ke-46 di dalam sanad keilmuan
Tarekat Qadiriyah Arakiyah.
Setelah tiga tahun kepulangannya ke Indonesia, Syekh Hilmi menikah. Tepatnya
pada 18 Oktober 2009 di usianya yang ke-29 tahun. Istrinya bernama Hj. Wafa Ahmad
Thaha. Syekh Hilmi dengan istrinya masih memiliki hubungan saudara. Nenek Syekh
Hilmi dan kakek istrinya kakak beradik. Dari pernikahan tersebut, dia dianugerahi
seorang putri bernama Hilwah Kalifa Azaldia.163

163
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 18 Februari 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
BAB 4
AJARAN DAN PRAKTIKTAREKAT QADIRIYAH ARAKIYAH

4.1. Ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah


Di dalam membimbing seorang sālik menempuh jalan menuju Allah swt., Syekh
Hilmi selaku khalīfah Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia, selalu menekankan
ikhwān tarekatnya untuk selalu menyucikan diri dari nafsu dunia agar mampu mencapai
kedekatan dengan Allah swt. Ajaran ini berdasarkan ajaran yang diajarkan oleh Syekh
Abdullah, khalīfah Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan, yang selaras dengan ajaran
induk tarekat ini yakni ajaran Syekh Abdul Qadir al-Jilani selaku penyebar ajaran
Tarekat Qadiriyah. Oleh karena itu, seorang sālik harus kuat di dalam akidah, syariat,
dan akhlak tarekat untuk mencapainya. Dengan akidah dan syariat yang kuat, maka
yang sālik dekati hanya Allah swt. Kemudian, akhlak akan menuntun seorang sālik
secara batin dekat dengan Allah swt. yakni berupa ketaatan kepada Allah swt. dengan
tidak mengikuti hawa nafsu (mukhālifatu al-hawā). Dasar dari ketaatan lazimnya adalah
sesuatu yang tidak disenangi oleh nasfu. Hal ini disebabkan tabiat nafsu adalah
melanggar perintah Allah swt. Oleh karena itu, di dalam kajian tasawuf dan tarekat para
mursyid lebih menekankan pada pengendalian nafsu (mujāhadah an-nafsi). Hal ini juga
di ajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Upaya mengendalikan hawa nafsu ada berbagai
macam, seperti berupa riyāḍah, mujāhadah, puasa, sedekah, khidmat terhadap fakir
miskin, dan tidak mencintai dunia (hubbu ad-dunya).164
Syekh Hilmi mengatakaan bahwa proses untuk sampai pada penyucian diri,
seorang sālik harus melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu di dalam dunia
tarekat disebut dengan maqām, yang maknanya terdapat pada setiap huruf yang tersusun
membentuk rangkaian kata tasawuf. Hal yang pertama kali diajarkan oleh Syekh Hilmi
kepada ikhwān tarekatnya, yang baru saja masuk ke dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dalam rangka menyucikan diri adalah menekankan untuk meninggalkan segala sesuatu
yang dilarang oleh Allah swt. dengan bertaubat secara lahir dan batin. Ikhwān secara
lahir meninggalkan hal-hal yang dilarang dan secara batin membenci hal-hal itu. Taubat
dilakukan dengan memperbanyak membaca istighfar, yang tidak hanya dilafalkan

164
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
57
Universitas Indonesia
58

dengan lisan, tetapi juga diresapkan ke dalam jiwa sehingga hati ikut serta beristighfar.
Di antara lisan dan hati secara bersamaan beristighfar (sinkron). Kemudian, ikhwān
tarekat harus berusaha dan berjanji untuk tidak mengulangi melakukanhal-hal yang
dilarang oleh syariat Islam. Ketika ikhwān telah mampu melakukan hal itu, berarti dia
telah mencapai maqām ta’ dari kata tasawuf, yaitu taubat.165
Kedua, Syekh Hilmi menganjurkan ikhwān tarekatnya untuk menjernihkan hati
dari kotoran-kotoran (ṣafā al-qalb) yang ditimbulkan oleh sikap melampaui batas
(isrāf), seperti berlebihan di dalam makan, minum, dan mencintai sesuatu. Cara yang
dilakukan untuk menjernihkan hati agar terhindar dari sikap israf adalah dengan
membiasakan diri membaca lafẓ al-jalālah (lā ilāha illallah) secara jahr dengan suara
yang keras (ṣautun ‘aliy) dan tekad yang kuat (niyah qawiy). Selain itu, Syekh Hilmi
juga menganjurkan ikhwāntarekatnya untuk mentauhidkan Allah swt. dengan
membersihkan hatinya dari selain-Nya dan mengisinya hanya dengan Allah swt. Cara
yang dilakukan adalah dengan membaca lafẓ al-jalālah secara sirri atau rahasia, yang
hanya dapat didengar oleh diri sendiri dan Allah swt. Ketika hal itu telah mampu
dilakukan secara kontinu, hati akan mampu mengikuti lafẓ al-jalālah yang diucapkan
oleh lisan. Imam Syafii mengistilahkannya dengan talaffuẓ an-niyāh. Ketika ikhwān
tarekat telah mampu melakukan kedua hal itu, dia telah mencapai maqām ṣa’ dari kata
tasawuf, yaitu ṣafā al-qalb.166
Ketiga, Syekh Hilmi mengajarkan ikhwān tarekatnya agar menjaga diri dari segala
sesuatu yang meragukan (syubhāt), kehalalan dan keharamannya, secara lahir dan batin.
Secara lahir ikhwān menjaga segala anugerah yang diberikan oleh Allah swt., seperti
anggota tubuh, dengan semestinya, yaitu tidak menggunakannya untuk hal-hal yang
diharamkan dan yang dapat melalaikan dari mengingat Allah swt. serta mendatangkan
kemurkaan-Nya. Sementara secara batin, ikhwān menjauhkan diri dari segala pikiran
yang dapat menghalanginya untuk dekat dan sampai kepada Allah swt., tidak berharap
dan meminta sesuatu kebutuhan dunia kepada makhluk secara terang-terangan maupun
dengan isyarat-isyarat. Ketika ikhwān telah mampu melakukan hal itu, berarti dia telah
mencapai maqām wa’ dari kata tasawuf, yaitu wara’, yang tercermin pada perilakunya
sehari-hari.167

165
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
166
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
167
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
59

Keempat, Syekh Hilmi mengatakan bahwa puncak perjalanan seorang sālik atau
ikhwān tarekat adalah merasa sangat dekat dekat dengan Allah swt. Ketika seorang
ikhwān mengalami kondisi sebenar-benarnya berserah diri dan taat kepada Allah swt.
Tidak ada sesuatu yang dipandang bernilai di dalam dirinya kecuali hanya karunia Allah
swt. Tidak ada keakuan di dalam dirinya disebabkan segala daya dan upaya atas
pertolongan Allah swt. Ketika ikhwān telah mampu melakukan hal itu, berarti dia telah
mencapai maqāmfa’ dari kata tasawuf, yaitu fana. Menurut Syekh Hilmi, seseorang
yang telah mencapai fana ialah seseorang yang khauf atau rasa takutnya terhadap Allah
swt. telah mencapai khasyyah atau rasa takut dengan rasa mengagumkan Allah swt.
serta terkesima dengan keagungan-Nya sehingga dia hanya melihat kekuasaan-Nya.
Dengan tahapan-tahapan penyucian ini, batas-batas yang menghalangi manusia dengan
Allah swt. akan tersingkap dan membuat seorang ikhwān tersadar bahwa manusia tidak
ada apa-apanya di hadapan Allah swt. Selain itu, sejatinya manusia tidak ada, yang
menjadikan adanya manusia hanyalah rahmat Allah swt. Semua yang terjadi pada diri
manusia berasal dari rahmat Allah swt.168
Kemudian, Syekh Hilmi menganalogikannya dengan peristiwa isra’ mi’raj.
Ketika isra’ mi’rāj, Nabi Muhammad saw. berhadapan dengan Allah swt. Namun,
posisi Nabi Muhammad saw. yang sejajar dengan Allah swt. tidak membuatnya menjadi
sombong dengan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Hal ini berkaitan denganperkataan
Hasyim Muzadi bahwa tidak ada sifat ketuhanan di dalam diri makhluk dan tidak ada
sifat kemakhlukan di dalam diri Tuhan. Posisi di antara keduanya harus sesuai, yaitu
Allah swt. sebagai pencipta yang harus di sembah dan manusia sebagai yang diciptakan
harus menyembah-Nya. Terdapat tiga unsur yang diperhatikan di dalam Tarekat
Qadiriyah Arakiyah, yaitu ruh, akal, dan nafsu. Syekh Hilmi menceritakan bahwa di
kalangan tarekat ini terdapat sebuah hikayat. Pertama, ketika Allah swt. menciptakan
ruh, Allah bertanya, “man ana wa man anta?”. Kemudian, ruh menjawab, “anta Allah
wa ana ‘abduk”. Kedua, ketika Allah swt. menciptakan akal, Allah swt. bertanya, “man
ana wa man anta?”. Kemudian, akal berbalik tanya, “man anta wa man ana?”. Namun,
setelah Allah swt. memberikan pengetahuan kepada akal untuk mencari jawaban itu,
akhirnya akal menjawab, ”anta rabbī wa ana ‘abduk”. Sebagaimana jawaban ruh, akal
juga mengakui posisinya sebagai hamba dan ciptaan Allah swt. Akan tetapi, di dalam

168
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
60

proses pencarian terdapat akal yang mengetahui posisinya sebagai hamba dan terdapat
juga akal yang tidak mengetahuinya. Kemudian, ketika nafsu ditanya oleh Allah swt.,
“man ana wa man anta?”, nafsu menjawab, “ana ana, anta anta”. Jawaban nafsu
menunjukan bahwa posisinya dengan Allah swt. sama. Tarekat ini memposisikan Allah
swt. di atas semua makhluk-Nya. Cara yang dilakukan adalah dengan riyāḍah secara
lahir dan batin supaya seorang ikhwān mampu mencapai ihsan. Menurut Syekh Hilmi,
substansi ihsan adalah kesadaran diri manusia terhadap posisinya sebagai hamba dan
posisi Allah swt. sebagai Tuhan yang wajib disembah sehingga menjadi hamba Allah
swt. yang bertakwa(muttaqīn) dan berakhlak baik (muḥsinīn).169
Syekh Hilmi menyatakan bahwa tahapan-tahapan maqām tasawuf di atas
merupakan proses untuk mengendalikan hawa nafsu. Pengendalian hawa nasfu
bertujuan untuk menghilangkan kesombongan dihadapan Allah swt. Seseorang tidak
mungkin mampu bertaubat serta melewati tahapan-tahapan tersebut jika tidak didahului
dengan mengendalikan hawa nafsu. Dengan mengendalikan nafsu, akan memunculkan
kesadaran bahwa manusia diciptakan agar beribadah dan bertakwa kepada Allah swt.
serta tidak membangkang kepada-Nya. Nafsu tidak dapat dihilangkan melainkan hanya
dapat dikendalikan, yaitu dengan mengendalikan nafs amārah menjadi nafs amāmah,
yang kemudian menjadi nafs muṭmainnah. Ketika telah mencapai nafs muṭmainnah,
segala hal yang dilakukan bukan mengikuti hawa nafsu melainkan mengikuti syariat
atau wahyu.170
Di dalam tahapan-tahapan tersebut seorang sālik akan menuju ke sebuah kondisi
atau aḥwāl. Jika telah memasuki aḥwāl, semua istilah-istilah tersebut melebur dan
saling berkaitan satu sama lainnya. Penamaan-penamaan itu hanya digunakan agar
mudah untuk dipelajari melalui panca indera. Syekh Hilmi menambahkan bahwa
maqāmat seorang sālik di dalam menuju Allah swt. berbeda-beda, tergantung
pengalaman spiritual yang di dalami sehingga memunculkan beberapa versi maqāmat.
Akan tetapi, di dalam menuju Allah pasti melalui pembersihan jiwa terlebih dahulu
dengan bertaubat.171
Syekh Hilmi juga mengajarkan zuhud kepada ikhwān tarekatnya. Menurut Syekh
Hilmi, zuhud yakni menghilangkan kecintaan terhapat dunia di dalam hati sehingga

169
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
170
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
171
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
61

tidak melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Zuhud itu
terdapat di dalam hati. Akan tetapi, di dalam proses untuk mampu zuhud terdapat para
sālik yang mengawali zuhud secara lahir, di mulai dengan berusaha hidup sederhana
dan menyederhanakan dirinya, menjauhkan diri dari keramaian, sampai memakai
pakaian compang-camping, bertambal, atau kasar yang terbuat dari wol, seperti yang
dilakukan oleh darwisy di Sudan. Banyak di antara mereka yang memakai pakaian
compang-camping dan bertambal. Semua cara yang dilakukan para sālik itu bertujuaan
agar mereka tidak merasa nyaman dengan segala sesuatu yang ada di dunia sehingga
para sālik cenderung ke akhirat, dengan berbuat baik kepada Allah swt. maupun
manusia dengann sebaik-baiknya.Namun, Hal ini berbeda dengan ikhwān Tarekat
Qadiriyah Arakinyah di Pesantren Al-Hikam Depok khususnya dan di Indonesia
umumnya, yangmengenakan pakaian yang layak. Di Indonesia, para ikhwān Tarekat
Qadiriyah Arakinyah melatih diri untuk berzuhud melalui hati. Hal ini bertujuan agar
Tarekat Qadiriyah Arakiyah tidak menimbulkan stereotip yang buruk sehingga tarekat
ini diterima oleh masyarakat Indonesia. Dengan mengajarkan sikap zuhud, bukan berarti
Syekh Hilmi menghalangi ikhwān tarekatnya untuk kaya harta. Syekh Hilmi
membolehkan ikhwān tarekatnya hidup dengan bergelimangan harta. Akan tetapi, dia
menganjurkan agar hartanya digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat di kehidupan
akhirat.172
Syekh Hilmi juga menganjurkan ikhwān tarekatnya untuk bekerja. Akan tetapi,
dengan syarat bahwa pekerjaan itu tidak menyebabkan mereka meninggalkan beribadah.
Kehidupan dunia adalah ladang untuk kehidupan akhirat. Manusia tidak akan mencapai
kebahagiaan di akhirat tanpa melalui kehidupan di dunia. Maka dari itu, segala aktivitas
di dunia hendaknya diniatkan untuk beribadah. Meskipun segala sesuatu yang terjadi
pada diri manusia telah ditentukan oleh Allah swt., manusia wajib berusaha. Di samping
itu, meskipun manusia dianjurkan untuk bertawakal terhadap ketentuan Allah swt., hal
itu tidak berarti manusia tidak berbuat maupun berusaha apapun. Tawakal adalah
menyerahkan hasil kepada Allah swt. dari usaha yang telah dilakukan. Bahwa di setiap
usaha yang telah dilakukan terdapat campur tangan Allah swt. Takdir Allah swt.
bentuknya abstrak. Oleh karena itu, sebagai manusia sebaiknya tetap berusaha untuk
menuju takdir Allah swt. Ketika hasilnya baik, bersyukur. Sementara ketika hasilnya

172
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
62

tidak baik, bersabar. Dengan demikian, kewajiban busaha dan takdir memiliki hubungan
yang sangat erat. Hal ini disebabkan kewajiban berusaha adalah perintah Allah swt.
sedangkan takdir adalah keputusan Allah swt. Meskipun usaha yang kita lakukan tidak
dapat mempengaruhi keputusan Allah swt., kita wajib berusaha sebagai wujud
kepasrahan terhadap takdir-Nya.173
Oleh karena itu, Syekh Hilmi mengajarkan ikhwān tarekatnya agar bersyukur
kepada Allah swt. atas segala nikmat di segala kondisi. Ungkapan syukur diwujudkan
dengan menggunakan segala pemberian yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. di
jalan yang ridhai oleh-Nya, seperti lisan digunakan untuk mengucapkan hamdalah dan
kata-kata yang baik, anggota badan digunakan untuk melakukan ibadah, dan harta
benda digunakan untuk bersedekah. Nikmat Allah swt. dapat berupa nikmat atau
musibah. Ketika mendapatkan nikmat berupa musibah, Syekh Hilmi mengajarkan
ikhwān tarekatnya supaya ridhā dan menerima segala sesuatu yang telah menjadi
ketentuan Allah swt. Jika seorang sālik telah mampu ridhā terhadap segala ketentuan-
Nya, hati akan selalu merasa senang terhadap pemberian Allah swt. baik berupa nikmat
maupun musibah serta mempercayai bahwa baik dan buruknya segala sesuatu adalah
pemberian Allah swt. Selain itu, seorang sālik akan sampai pada tingkatan tertinggi
yakni mahabbah, mencintai Allah swt. Mahabbah dapat dicapai ketika nafsu amārah
telah berubah menjadi nafsu muṭmainnah.174
Terdapat juga beberapa ajaran yang termuat di dalam ijazah irsyād Syekh Hilmi di
dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Ajaran-ajaran tersebut merupakan perwujudan dari
definisi ihsan yakni habl minallah dan habl minannās. Habl minallah adalah menjaga
hubungan baik dengan Allah swt, dengan menekankan takwa kepada Allah, yakni
menjalankan perintah dan meninggalkkan larangan-Nya. Adapun habl minannās adalah
menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, baik dengan sesama ikhwān tarekat
maupun dengan mursyidnya. Secara rinci, ajaran dan anjuran Tarekat Qadiriyah
Arakiyah yang tertuang di dalam ijazah irsyād Syekh Hilmi adalah sebagai berikut.
a) Anjuran
1) Qiyāmullail (salat malam) pada pertengahan sepertiga malam, dengan alasan
waktu ini adalah waktu yang paling utama, atau pada sepertiga malam terakhir
sebanyak 11 rakaat atau 13 rakaat dengan witir.
173
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
174
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
63

2) Melaksanakan salat sunah rawatib, yakni qabliyah zuhur empat rakaat dan
ba’diyah empat rakaat, qabliyah asar empat rakaat, dan ba’diyah maghrib enam
rakaat.
3) Salat dhuha sedikitnya dua rakaat dan paling banyak delapan rakaat.
4) Dianjurkan agar duduk setelah salat subuh sampai matahari terbit dan meninggi.
Kemudian, dilanjutkan dengan salat dua rakaat.
5) Membiasakan zikir sesuadah salat asar sampai matahari terbenam kecuali dalam
keadaan darurat.
6) Bersabar ketika terasa amat berat di dalam menjalankan ibadah.
7) Menahan amarah.
8) Berperilaku dengan akhlak terpuji.

b) Ajaran
1) Membantu orang-orang fakir dan miskin dengan nikmat yang telah Allah swt.
berikan.
2) Menghormati kedua orangtua dengan baik, semasa hidup dan sepeninggalnya,
menghormati kerabat dan tetangga, tidak boleh tamak, meninggikan cita-cita, dan
zuhud di dalam segala hal. Di antaranya adalah zuhud di dalam berpakaian,
makanan, dan minuman.
3) Murid tidak boleh melupakan mursyid. Murid harus selalu mengingat mursyid di
pembukaan atau di awal doa-doanya dan di tempat munajatnya.
4) Murid wajib mendoakan mursyid di dalam doa-doa di waktu mustajab. Sebab
waktu mustajab adalah waktu yang tepat untuk berdoa dan meminta atau
memohon kepada Allah swt.
5) Bergantung pada pembagian Allah swt. agar mengetahui bahwa segala sesuatu
ditentukan dari Allah swt.
6) Membebaskan diri dari sikap riya’, sum’ah, ujub, hasad, menipu, dan
mempergauli makhluk dengan nasehat. (ad-dīn nasīhah)
7) Takut berdusta dan berkesaksian palsu.
8) Menghabiskan seluruh waktunya dengan ketaatan kepada Allah swt. dan
menyiapkan diri dengan ahwāl sālikīn, seperti zuhud dan wara.
9) Memperbanyak diam.

Universitas Indonesia
64

10) Bertawadhu kepada Allah swt. dan memperbaiki ketaatan.


11) Menjadi seorang yang pemaaf terhadap orang-orang yang menjahati.
12) Bersahabat dengan orang-orang yang baik dan benar
13) Menyucikan batin dengan zuhud dan istighfar.
14) Membiasakan diri berkomunikasi dengan syekh walaupun melalui sms atau
whatsApp, meminta agar didoakan, dan memberikan hadiah kepadanya.
15) Mengutamakan syekhnya di dalam hatinya setelah Allah swt.
16) Menerangi dan menyinari hatinya dengan salawat kepada Rasulullah saw.

4.2. Pedoman Tarekat Qadiriyah Arakiyah


4.2.1. Alquran dan Sunah
Imam asy-Sya’rani berkata bahwa sebuah Tarekat pasti berpedoman pada Alquran
dan as-Sunah serta berlandaskan atas manhaj para Nabi dan para sufi.175 Ajaran Tarekat
Qadiriyah Arakiyah yang berdasarkan Alquran yakni zikir dan baiat. Adapun dasar zikir
Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang diambil dari Alquran dan Sunah adalah sebagai
berikut.

1) Bacaan Istighfar berlandaskan pada suratAli‘Imrān ayat 135.


۟ ‫ٱَّلل فَٱ ْست َ ْغفَ ُر‬
‫وا ِلذُنُو ِب ِه ْم َو َمن َي ْغ ِف ُر‬ ۟ ‫س ُه ْم َذ َك ُر‬
َ َّ ‫وا‬ َ ُ‫ظلَ ُم ٓو ۟ا أَنف‬ َ ‫وا َٰفَ ِح‬
َ ‫شةً أ َ ْو‬ ۟ ُ‫َوٱلَّذِينَ ِإ َذا فَعَل‬

َ ُ‫ٱلذُّن‬
َّ ‫وب إِ َّال‬
... ُ‫ٱَّلل‬
Wallażīna iżā fa’alū fāḥisyatan au dzalamū anfusahum żakarullāha fastagfarū li żunūbihim wa
man yagfirużżunūba illallah.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah..

2) Bacaan salawat berlandaskan pada surat al-Aḥzāb ayat 56 dan hadis Nabi
Muhammad saw.
۟ ‫س ِل ُم‬ ۟ ُّ‫صل‬ ۟ ُ‫علَى ٱلنَّبِ ِى َٰ ٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬ ٓ َٰ
‫وا ت َ ْس ِلي ًما‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫وا‬ َ ‫وا‬ َ َ‫صلُّون‬
َ ُ‫ٱَّللَ َو َملَئِ َكتَهُۥ ي‬
َّ ‫إِ َّن‬
Innallāha wa malāikatahu yuṣallūna ‘alannabiyyi yā’ayyuhallażina āmanū ṣallū ‘alaihi wa
sallimū taslīmā.
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

175
Abu Idris Abdurrahman, op.cit., hlm. 7.
Universitas Indonesia
65

َ ‫علَ ْي ِه‬
‫ع ْش ًرا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ً ‫اح َدة‬
ِ ‫ى َو‬ َ ‫صلَّى‬
َّ َ‫عل‬ َ ‫َم ْن‬
Man ṣalla ‘alayya wāḥidatan ṣallallāhu ‘alaihi ‘asyran.
“Barangsiapa yang bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersalawat kepadanya sepuluh
kali.” (H.R. Muslim nomor 408)

3) Bacaan Lā ilāha illā Allāh berlandaskan pada hadis Nabi Muhammad saw.

‫أفضل ما قلته أنا والنبيون من قبلي ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬
Afḍalu mā qultu ana wannabiyyūna min qablī lā ilāha illallāhu waḥdahū lā syarīkaIah.
Yang lebih utama dari apa yang aku bacakan dan yang dibacakan oleh para nabi sebelumku, ialah
Lā ilāha illallāhu waḥdahū lā syarīka lah, Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah Yang Esa,
tiada sekutu bagi-Nya.

4) Bacaan Allah, Allah, Allah.. berlandaskan pada suratFuṣṣilat ayat 33.

َ‫صا ِل ًحا َوقَا َل ِإنَّ ِني ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِمين‬ ِ َّ ‫عا ِإلَى‬
َ ‫َّللا َو َع ِم َل‬ َ ‫َو َم ْن أَ ْح‬
َ ‫س ُن قَ ْوال ِم َّم ْن َد‬
Wa man aḥsanu qaulan mimman da’ā ilallāhi wa ‘amila ṣāliḥan wa qāla innanī minal muslimīn
Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?".

5) Asmaul Husna, berlandaskan pada surat al-Aʻrāf ayat 180.


۟ ُ‫سي ُْجزَ ْونَ َما َكان‬
‫وا‬ ۟ ‫عوهُ ِب َها ۖ َو َذ ُر‬
َ ۚ ‫وا ٱلَّذِينَ ي ُْل ِحدُونَ فِ ٓى أ َ ْس َٰ َٓمئِ ِهۦ‬ ُ ‫َّلل ْٱأل َ ْس َما ٓ ُء ْٱل ُح ْسن ََٰى فَٱ ْد‬
ِ َّ ِ ‫َو‬
َ‫يَ ْع َملُون‬
Wa lillāhi al-asmā’ul ḥusnā fad’ūhu bihā wa żarullażīna yulḥidūna fī asmāihi sayujzauna mā kānū
ya’malūn.
Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

4.2.2. Ijmā’
Ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang berdasarkan ijma’ para ulama adalah
praktik zikir yang dilakukan dengan menggunakan tasbih, duduk, berdiri, berbaring,
memutar, dan dengan diiringi alat musik. Di dalam hal ini, jumhur ulama
membolehkan.176

176
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
66

4.2.3. Qiyās
Seperti yang dikatakan oleh Syekh Hilmi bahwa qiyas adalah mengkaitkan
sesuatu yang tidak ada dasar hukumnya dengan dalil yang sudah ada. Ajaran Tarekat
Qadiriyah Arakiyah yang berdasarkan qiyas yaitu zikir dengan gerakan-gerakan ke
kanan dan ke kiri dikaitkan dengan ayat yang memerintahkan untuk mengingat Allah di
dalam kondisi adan keadaan apapun, baik dengan duduk, berbaring, dan bergerak.177

4.3. Praktik Tarekat Qadiriyah Arakiyah


4.3.1. Baiat
Menurut Syekh Hilmi, baiat adalah suatu komitmen seorang murid untuk
mengikuti jalan yang ditempuh oleh mursyid di dalam menuju Allah swt. dengan
menjalankan ajaran Nabi Muhammad saw. beserta para sahabatnya. Baiat dilakukan
oleh mursyid kepada calon murid. Syekh Hilmi menerima siapa saja yang berniat untuk
berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah dengan syarat berdasarkan kemauan diri sendiri,
tidak adanya unsur paksaan, memiliki tekad yang kuat dari dalam hatinya untuk
berkomitmen, dan mendapatkan restu serta izin dari orangtua, terutama ibu. Hal ini
disebabkan restu Allah swt. adalah restu orangtua, khususnya ibu, dan surga berada di
bawah telapak kaki ibu. Syekh Hilmi menyatakan bahwa sebuah tarekat adalah jalan
menuju surga. Surga itu tidak dapat diraih tanpa mendapatkan restu daripemilik surga
yakni ibu. Jika di tarekat lain terdapat pembatasan umur sebagai syarat untuk berbaiat,
di tarekat ini tidak membatasi umur seseorang yang memiliki niat untuk berbaiat. Selain
itu, di tarekat ini juga tidak mengharuskan seseorang menguasai syariat untuk dapat
berbaiat. Jika seorang murid belum menguasai syariat, Syekh Hilmi akan mengajarkan
murid itu perihal syariat terlebih dahulu.178
Pelaksanaan baiat di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah bersifat fleksibel, yaitu
dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup. Terbuka berarti keikutsertaan seseorang di
dalam tarekat ini diketahui oleh orang lain atau adanya saksi dalam prosesi baiat.
Sementara tertutup berarti keikutsertaan seseorang dalam tarekat ini tidak diketahui oleh
orang lain, kecuali Allah swt. dan Syekh Hilmi selaku khalīfah serta mursyid. Sebagian
besar murid Syekh Hilmi di Pesantren Al-Hikam Depok berbaiat secara tertutup.
Keikutsertaannya di dalam tarekat ini tidak ingin diketahui oleh orang lain. Di dalam
177
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
178
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
67

proses baiat, Tarekat Qadiriyah Arakiyah mengharuskan adanya pertemuan langsung di


antara mursyid dan calon murid sehingga baiat tidak dapat dilakukan secara on-line.179
Baiat dilakukan oleh mursyid dan calon murid dalam keadaan suci, yaitu memiliki
wudu. Pada proses baiat, murid duduk berhadapan dengan mursyid. Kemudian, mursyid
berjabat tangan dengan murid dan mentalqinnya. Murid mengikuti perkataan mursyid
secara berkesinambungan. Adapun bacaan baiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah adalah
sebagai berikut.

1) Baiat dimulai dengan istighfar tiga kali.

‫أستغفر هللا العظيم من كل ذنب وأتوب إليه‬


Astaghfirullāhal’aẓīm min kulli żanbin wa atūbu ilaīh.
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Besar dari segala dosa dan aku bertaubat kepada-
Nya.

Istighfar di awal baiat dilakukan sebagai bentuk taubat seorang calon murid
sebelum memasuki Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Hal ini disebabkan seseorang tidak
mampu naik menuju derajat kesufian dengan adanya hawa nafsu yang ada di dalam
dirinya. Maka dari itu, untuk mengendalikan hawa nafsu itu dianjurkan terlebih dahulu
dengan menyucikan diri dari dosa dan kesalahan dengan beristighfar dan bertaubat.

2) Mengucapkan dua kalimat syahadat.

‫أشهد أن ال إله إال هللا وأن محمدا عبده ورسوله‬


Asyhadu an lā ilāha illallāh wa anna muḥammadan ‘abduhū wa rasūluhu.
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad saw. adalah hamba dan
utusan-Nya.

3) Mengucapkan lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh al-aliyyi al-aẓīmi.


4) Mengucapkan bacaan talqin atau baiat.
‫بايعتك في الدين والشريعة والمتابعة وجعلت نفسي مريدا للسيد محيى الدين عبد‬
‫القادر الجيالني قدس هللا روحه ونور ضريحه اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي‬
‫على دينك اللهم يا مصرف القلوب اصرف قلبي على طاعتك اللهم اكفني‬

179
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
68

‫بحالالك عن حرامك واغنني بفضلك عن من سواك و صلى هلل على سيدنا محمد‬
‫وعلى آله وصحبه وسلم تسليما والحمد هلل رب العالمين‬

Bāya’tuka fiddīni wasy-syarī’ati wal-mutābi’ati wa ja’altu nafsī murīdan lis-sayyidi Muḥyiddīn


‘Abdul Qādir al-Jailānī qadasallāhu rūḥahu wa nawwara ḍarīḥahu. Allāhumma Yā Muqallibal-
qulūb ṡabbit qalbī ‘alā dīnika. Allahumma Yā Muṣarrifal-qulūb iṣraf qalbī ‘alāṭā’atika.
Allāhumma ikfinī bi jalālika ‘an ḥarāmika wagninī bi faḍlika ‘an man siwāk wa ṣallallāhu
‘alāsayyidinā Muḥammadin wa ‘alāālihī wa ṣaḥbihī wa sallim taslīman walḥamdu lillāhi
rabbil’ālamīn.
Aku berbaiat kepadamu di dalam agama serta syariat dan menindaklanjuti dengan menjadikan
diriu sebagai murid Sayyid Muhyiddin Abdul Qadir al-Jilani, semoga Allah swt. menyucikan
ruhnya dan menerangi kuburannya. Ya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah
hatiku di atas agama-Mu. Ya Allah Yang Maha Mengarahkan hati, arahkanlah hatiku untuk taat
kepada-Mu. Ya Allah berikanlah aku kecukupan dengan rezeki yang halal sehigga aku tidak
memerlukan yang haram dan berilah aku kekayaan dengan karunia-Mu sehingga aku tidak
memerlukan bantuan orang lain selain-Mu. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepada
baginda Nabi Muhammad saw. serta keselamatan kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala
puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam.

Baiat di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah tidak ditujukan kepada Syekh


Abdullah al-Araki disebabakan ajaran yang disebarkan oleh Syekh Abdullah al-Araki di
dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah adalah ajaran Syekh Abdul Qadir al-Jilani, yakni
ajaran Tarekat Qadiriyah. Namun, di dalam mengajarkan ajaran Syekh tersebut, Syekh
Abdullah Al-Araki memberikan modifikasi di dalam ajarannya, seperti zikir dengan
metode jardalan. Di samping itu, nama Arakiyah tidak menjadikan tarekat ini berdiri
sendiri dengan lepas dari Tarekat Qadiriyah. Nama Arakiyah dinisbahkan kepada Syekh
Abdulah al-Araki sebagai penyebar ajaran Tarekat Qadiriyah dari kabilah Arakiyah.
Jika para pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah berbaiat kepada Syekh Abdullah al-
Araki dan melepaskan diri dari ajaran Syekh Abdul Qadir al-Jilani maka nama tarekat
ini tidak dinamakan Tarekat Qadiriyah. Oleh karena itu, para pengikut Tarekat
Qadiriyah Arakiyah berbaiat untuk menjadi murid Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Dengan
melakukan proses baiat di atas, seseorang secara resmi diterima menjadi pengikut
Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Setelah berbaiat, murid dalam mengamalkan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah harus dengan bimbingan mursyid dan harus sesuai dengan aturan
yang telah ditentukan.

Universitas Indonesia
69

4.3.2. Zikir
Zikir merupakan amalan pokok yang menjadi tolok ukur utama Tarekat Qadiriyah
Arakiyah. Zikir adalah mengingat Allah dengan membaca aurād. Setiap tarekat
mu’tabarah memiliki wirid ‘ām atau aurād asas yang diamalkan oleh mursyid serta
murid-muridnya. Tujuannya adalah untuk membiasakan diri mengingat Allah swt. wirid
‘am ini biasanya terdiri atas istighfar, salawat, dan kalimat tayyibah lā ilāha illa Allāh.
Bacaan istighfar dibaca untuk membersihkan diri dari segala dosa. Bacaan ini berfungsi
untuk mengisi kekosongan diri, yaitu dengan bersalawat kepada Nabi muhammad saw.
Salawat adalah bābullāh. Syekh Muhammad Hilmi mengibaratkan istighfar sebagai
sabun sedangkan salawat sebagai air. Keduanya saling membersihkan hati. Bacaan lā
ilāha illallāh berfungsi untuk mengosongkan segala sesuatu di hati dan mengisinya
hanya dengan Allah swt.180
Syekh Hilmi menganjurkan ikhwāntarekatnya untuk mengisi seluruh waktu
dengan berzikir. Zikir itu dibaca dengan bersuara (jahr) dan tidak bersuara atau di
dalam hati (khafiy). Zikir secara bersuara (jahr) dilakukan dengan membaca aurād
setelah melaksanakan salat lima waktu. Adapun aurād Tarekat Qadariyah Arakiyah
yang dibaca setelah melaksanakan salat lima waktu adalah sebagai berikut.181

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Bismillāhirraḥmānirraḥīm.
Demi Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

1. Membaca doa setelah salat.

‫اللهم انت السالم ومنك السالم وإليك يرجع السالم فحينا ربنا بالسالم وأدخلنا‬
‫الجنة دارك السالم تباركت وتعاليت ياذاالجالل واإلكرام‬

Allāhumma antas-salām waminkas-salām wa ilaika yarji’us-salām faḥayyinā rabbanā bis-salām,


wa adkhilnal-jannata dārakas-salām, tabārakta wa ta’ālaita Yā żal-Jalāli wal-Ikrām.
Ya Allah, Engkau adalah kedamaian dan dari-Mu lah kedamaian dan kepada-Mu lah kembalinya
kedamaian. Maka hidupkanlah kami Ya Allah dengan kedamaian dan masukkanlah kami ke dalam
surga tempat yang damai. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi Wahai Tuhan Kami Yang
Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan.

2. Membaca bacaan istighfar3x.

180
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
181
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
70

‫أستغفر هللا العظيم‬


Astagfirullāhal-aẓīm.
Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.

3. Membaca suratal-Fatihah.

.‫ين‬ ِ ‫ َما ِل ِك َي ْو ِم ال ِد‬.‫الر ِحيم‬ َّ َ‫ب ْالعَالَ ِمين‬


َّ ‫الر ْح َٰ َم ِن‬. ِ ‫ ْال َح ْم ُد ِ ََّّللِ َر‬.‫الر ِح ِيم‬
َّ ‫الر ْح َٰ َم ِن‬
َّ ِ‫َّللا‬
َّ ‫بِس ِْم‬
‫علَ ْي ِه ْم‬
َ ‫ت‬َ ‫ط الَّذِينَ أ َ ْنعَ ْم‬
َ ‫ص َرا‬
ِ .‫يم‬ َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬
َ ‫الص َرا‬
ِ ‫ ا ْه ِدنَا‬.‫ين‬ ُ ‫َّاك نَ ْستَ ِع‬
َ ‫َّاك نَ ْعبُ ُد َوإِي‬َ ‫إِي‬
َ‫علَ ْي ِه ْم َو َال الضَّا ِلين‬ َ ‫ب‬ِ ‫ضو‬ ُ ‫غي ِْر ْال َم ْغ‬
َ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm. Alḥamdu lillāhi rabbil‘ālamin. Ar-raḥmānirraḥīm. Māliki yaumid-dīn.


Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn. Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm. ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim
gairil-magḍubi ‘alaihim walaḍ-ḍāllin.
Demi Nama Allah Yang Maha pengasih Maha penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta
Alam. Yang Maha pengasih Maha penyayanga. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-
Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. Tunjukanlah kami jalan
yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang
yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.

4. Membaca surat al-Baqarah ayat 255 atau ayat kursi.

‫ت َو َما فِي‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫ي ْالقَيُّو ُم َال تَأ ْ ُخذُ ٗه ِسنَةٌ َو َال ن َْو ٌم لَهٗ َما فِي ال‬ ُّ ‫هللاُ َال ا َِٰلهَ ِإ َّال ُه َو ْال َح‬
‫ض َم ْن َذا الَّذِي يَ ْشفَ ُع ِع ْن َد ٗه ِإ َّال ِبإ ِ ْذنِ ٖه يَ ْعلَ ُم َما بَيْنَ أ َ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم َو َال‬ ِ ‫ْاأل َ ْر‬
‫ض َو َال‬ َ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫ش ْيءٍ ِم ْن ِع ْل ِم ٖه ِإ َّال ِب َما شَا َء َو ِس َع ُك ْر ِسيُّهُ ال‬ َ ‫طونَ ِب‬ ُ ‫ي ُِحي‬
.‫ي ْالعَ ِظي ُم‬ ُّ ‫ظ ُه َما َو ُه َو ْالعَ ِل‬ُ ‫يَئُود ُٗه ِح ْف‬

Allāhu lā ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyūm. Lā ta’khużuhū sinatu wa lā naūm. Lahū mā fis-


samāwāti wa mā fil-arḍi. Man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi iżnihi. Ya’lamu mā baina aidīhim
wa mā khalfahum. Wa lā yuḥīṭūna bisyai’in min ‘ilmihī illā bimā syā’a. Wasi’a kursiyyuhus-
samāwāti wal-arḍa. Wa lā ya’ūduhūḥifẓuhumā wa huwal-‘aliyyul-aẓīm.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar.

Universitas Indonesia
71

5. Membaca surat at-Taubah ayat 128 dan 129.

‫لقدجاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليهما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف‬
.‫رحيم‬
.‫فإن تولوا فقل حسبي هللا ال اله اال هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم‬

Laqad jā’akum rasūlun min anfusikum ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum ḥarīṣun ‘alaikum bil-
mu’minīna ra’ūfun raḥīmun. Fa in tawallau faqul ḥasbiyallāhu Lā ilāha illā huwa ‘alaihi
tawakkaltu wahuwa rabbul-‘arsyil-‘aẓīm.
Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (yaitu Nabi
Muhammad saw.) yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh
kamu, yang sangat lobakan (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) dia pula menumpahkan perasaan
belas serta kasih sayangnya kepada orang-oarng yang beriman. Kemudian jika mereka berpaling
ingkar, maka katakanlah (wahai Muhammad): “Cukuplah bagi Allah (yang menolong dan
memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, kepadaNya aku berserah diri,
dan Dialah yang mempunyai ‘Arasy yang besar.

6. Membaca surat al-Ikhlas3x.

‫ َولَ ۡم َي ُكن لَّهُۥ ُكفُ ًوا‬.‫لَ ۡم يَ ِل ۡد َولَ ۡم يُولَ ۡد‬.ُ‫ص َمد‬ َّ .ٌ‫ٱَّللُ أ َ َحد‬
َّ ‫ٱَّللُ ٱل‬ َّ ‫ قُ ۡل ُه َو‬.‫الر ِح ِيم‬
َّ ‫الر ْح َٰ َم ِن‬ ِ َّ ‫بِس ِْم‬
َّ ‫َّللا‬
.‫أ َ َح ُۢ ُد‬

Bismillāhirraḥmānirraḥīm. Qul huwallāhu aḥad. Allāhuṣ-ṣamad. Lam yalid walam yūlad. Wa lam
yakun lahū kufuwan aḥad.
Demi nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang
Maha Esa." Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

7. Membaca surat al-Falaq1x.

ٍ ‫ َو ِم ْن ش َِر غَا ِس‬. َ‫ ِم ْن ش َِر َما َخلَق‬.‫ق‬


َ َ‫ق إِ َذا َوق‬
.‫ب‬ ِ َ‫ب ْالفَل‬ ُ َ ‫قُ ْل أ‬. ‫الر ِح ِيم‬
ِ ‫عو ُذ ِب َر‬ َّ ‫الرحْ َٰ َم ِن‬
َّ ِ‫َّللا‬
َّ ‫ِبس ِْم‬
َ ‫ َو ِم ْن ش َِر َحا ِس ٍد إِ َذا َح‬.ِ‫ت فِي ْالعُقَد‬
.‫س َد‬ ِ ‫َو ِم ْن ش َِر النَّفَّاثَا‬

Bismillāhirraḥmānirraḥīm. Qul a'ūżu bi rabbil-falaq. Min syarri mā khalaq. Wa min syarri


gāsiqin iża waqab. Wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad. Wa min syarri ḥāsidin iża ḥasad.
Demi nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Katakanlah: "Aku berlindung kepada
Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila
telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-
buhul. dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".

8. Membaca surat an-Nas 1x.

Universitas Indonesia
72

ِ ‫ ِم ْن ش َِر ْال َوس َْو‬.‫اس‬


‫اس‬ ِ َّ‫ ِإلَ ِه الن‬.‫اس‬
ِ َّ‫ َم ِل ِك الن‬.‫اس‬ ِ َّ‫ب الن‬ ُ َ ‫ قُ ْل أ‬.‫الر ِح ِيم‬
ِ ‫عوذُ بِ َر‬ َّ ‫الرحْ َٰ َم ِن‬
َّ ِ‫َّللا‬
َّ ‫بِس ِْم‬
ِ َّ‫ ِمنَ ْال ِجنَّ ِة َوالن‬.‫اس‬
‫اس‬ ِ َّ‫ُور الن‬
ِ ‫صد‬ ُ ‫س فِي‬ ُ ‫ الَّذِي ي َُو ْس ِو‬.‫اس‬ِ َّ‫ْال َخن‬

Bismillāhirraḥmānirraḥīm. Qul a'ūżu bi rabbin-nās. Malikin-nās. Ilāhin-nās. Min syarril-


waswāsil-khannās. Allażī yuwaswisu fīṣudūrin-nās. Minal-jinnati wan-nās.
Demi nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Katakanlah: "Aku berlidung kepada
Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. raja manusia. sembahan manusia. dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia, dari (golongan) jin dan manusia.

9. Membaca salawat.

‫اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه بقدر عظمة ذاتك‬
‫ اللهم ارزقنا فعال لخيرات وترك المنكرات وحب المساكين‬.‫في كل وقت وحين‬
.‫وإذا أردت بعبادك الفتنة غاقبضنا إليك غير مفتونين‬

Allāhumma ṣalli wasallim wabārik ‘alā sayyidinā muḥammadin wa ‘alā ālihi waṣaḥbihi biqadri
‘aẓamati żātika fī kulli waqtin wa ḥīn. Allahummarzuqnā fi’lal-khairāti wa tarkal-munkarāti wa
ḥubbal-masākīni wa iżā aradta bi’ibādikal-fitnata gāqabiḍnā ilaika gaira maftūnīn.

10. Membaca bacaan tasbih 33x.

‫سبحان هللا‬
Subḥānallah.
Maha Suci Allah.

11. Membaca bacaan taḥmid 33x.

‫الحمدهلل‬
Alḥamdulillāh.
Segala puji bagi Allah.

12. Membaca bacaan takbir 33x.

‫أهلل أكبر‬
Allāhu Akbar.
Maha Besar Allah.

13. Membaca bacaan zikir akbar dan kalimat syahadat.

‫ أشهد أن ال اله إال هللا‬.‫هللا أكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا وسبحان هللا بكرة وأصيال‬
‫وأشهد أن محمدا عبده ورسوله‬
Allāhu Akbar kabīrā walḥamdu lillāhi kaṡīrā wa subḥānallāhi bukrata waaṣīlā. Asyhadu an Lā
ilāha illallāh wa asyhadu anna muḥammadan rasūlullāh.
Universitas Indonesia
73

Allah Maha Besar sebesar-besarnya. Dan puji-pujian bagi Allah sebanyak-banyaknya. Dan maha
suci Allah siang dan malam. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah.

14. Membaca bacaan istighfar200x.

‫أستغفر هللا العظيم‬


Astagfirullāh al-aẓīm.
Aku memohon ampun kepada Allah.

15. Membaca salawat 200x.

‫أللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحبه‬


Allāhumma ṣalli ‘alā sayyidinā Muḥammad wa ‘alā ālihī wa ṣaḥbihī.
Salawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. dan kepada keluarga serta para
sahabatnya.

16. Membaca bacaan tahlil200x.


‫ال إله إال هللا‬
Lā ilāha illallāh.
Tidak ada Tuhan selain Allah swt.

17. Berzikir Asma’ Farḍ200x.


...‫ هللا‬,‫ أهلل‬,‫هللا‬
Allāh, Allāh, Allāh...

18. Membaca asma Allah al-Husna 1x.


19. Membaca satu juz dari Alquran setiap hari.
20. Berdoa sesuai kehendak masing-masing pengamal.
21. Diakhiri dengan membaca surat al-Fatihah.
Aurād di atas adalah aurād yang diamalkan oleh semua ikhwān Tarekat Qadiriyah
Arakiyah. Tarekat ini menerapkan sistem qaḍa bagi ikhwān tarekat yang tidak
mengamalkan aurād di atas baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Selain itu,
menurut tarekat ini, meninggalkan aurād secara sengaja maupun tidak sengaja tidak
dianggap berdosa. Akan tetapi, dianjurkan untuk mengganti atau mengqaḍa di lain
waktu sesegera mungkin. Hal ini disebabkan di dalam tarekat tidak lagi
mempermasalahkan mengenai pahala atau dosa, seperti di dalam ilmu syariat. Akan
tetapi, di dalam tarekat mempersoalkan mengenai kualitas keimanan seseorang di dalam

Universitas Indonesia
74

mengendalikan hawa nafsu dengan amalan-amalan yang diberikan oleh mursyid, seperti
zikir menggunakan aurād di atas. Dengan meninggalkan amalan zikir, kualitas
keimanan seseorang akan berubah. Maka dari itu, untuk menjaga kestabilan kualitas
keimanan supaya dapat mengendalikan hawa nafsu, diperlukan kekonsistenan di dalam
berzikir.182
Selain itu, terdapat aurād tambahan yang dibaca pada waktu senggang setiap hari.
Aurād ini dibaca secara khafy atau di dalam hati. Bacaan aurādnya adalah sebagai
berikut.
1. Berzikir Yā Laṭīf 129x pada waktu subuh dan sore hari.
2. Berzikir ḥasbunallah wa ni’mal wakīl 450x pada waktu subuh dan sore hari.
3. Berzikir Yā‘Azīz Yā Kafiy Yā Qawiyyu Yā Laṭīf 450x pada waktu subuh dan sore
hari.
4. Membaca surat Yasin pada waktu subuh dan sore hari.
5. Membaca surat al-Ikhlas 100x dalam sehari.
6. Membaca bacaan istighfar sebanyak 700 s.d 1700 x dalam sehari.
7. Membaca salawat kepada nabi sebanyak 1111x dalam sehari.
8. Membaca bacaan tahlil sebanyak 1000x dalam sehari.
9. Membaca surat al-FAtihah sebanyak 121x dalam sehari.
10. Berdzikir asma’ farḍsebanyak 1000x dalam sehari.
11. Membaca ayat Kursi sebanyak 11x, 50x, atau 70x dalam sehari.
Menurut hasil wawancara penulis terhadap ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah,
tidak semua ikhwān tarekat mengamalkan aurād di atas. Syekh Hilmi memberikan
aurād di atas berdasarkan kemampuan dan tingkatan ikhwān tarekatnya. Semakin tinggi
tingkatan seorang ikhwān, semakin banyak kuantitas zikir yang diberikan.
Zikir di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah dilakukan dengan menggunakan
tasbih bermetode jardalan. Metode ini tidak sama dengan metode yang digunakan oleh
Tarekat Qadiriyah lainnya. Jika pada tarekat lain, zikir menggunakan tasbih dilakukan
dengan menarik satu per satu butir tasbih. Akan tetapi, pada metode ini di dalam satu
kali tarikan tasbih dapat melewati minimal 20 butir tasbih. Maka dari itu, misalnya
untuk 100x bacaan istighfar hanya dilakukan dengan 5 kali tarikan dengan setiap tarikan
melewati minimal 20 butir tasbih. Ketika menarik tasbih dengan metode jardalan, setiap

182
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
75

butir yang terlewati akan terasa di kulit kita dan sampai ke hati. Kemudian, hatilah yang
beristighfar. Hal ini disebabkan hati merupakan dimensi ruang dan waktu. Jadi, bacaan
istighfar cukup diucapkan satu kali bersamaan dengan tarikan panjang yang melewati
beberapa butir tasbih. Meskipun secara jahr beristighfar satu kali, secara khafy di dalam
hati beristighfar sesuai dengan banyaknya butir tasbih yang terlewati. Perlu dengan
latihan atau riyāḍah yang dibiasakan untuk dapat menggunakan metode ini.183
Di Sudan, zikir tarekat Qadiriyah Arakiyah dipraktekan secara kolektif dan khas
dengan gerakan. Zikir tersebut dilakukan dengan berdiri. Para murid membentuk
lingkaran besar dengan bergandengan tangan di antara ikhwān satu dengan ikhwān
lainnya dengan diiringi tabuhan terbang. Para jamaah berzikir dengan menggerakkan
tubuh dan kakinya kedepan secara bersamaan dengan menyesuaikan alunan irama
terbang yang dibunyikan. Gerakan tersebut bertujuan untuk menyeleraskan antara
anggota tubuh, hati, pikiran, dan ucapan agar sinkron di dalam berzikir kepada Allah
swt., sehingga dapat merasakan kelezatan berzikir. Kelezatan zikir itu dapat dicapai
ketika seorang murid hanyut di dalam berzikir dengan pikiran yang fokus hatinya
kosong dari sesuatu selain Allah swt.184
Adapun di Pesantren Al-Hikam, praktik zikir Tarekat Qadiriyah Arakiyah lebih
sering dilakukan secara individu. Syekh Hilmi tidak mewajibkan ikhwān tarekatnya
untuk zikir secara kolektif atau berjamah di waktu maupun tempat tertentu secara
khusus. Syekh Hilmi memberikan kepercayaan penuh kepada ikhwān tarekatnya dalam
mengamalkan zikir dengan harapan ikhwān tarekatnya mampu menjaga kepercayaan
yang telah diberikan oleh Syekh Hilmi kepada mereka untuk mengamalkan amalan-
amalan zikir yang harus dilakukan. Oleh karena itu, motivasi untuk berzikir murni atas
dasar dorongan kemauan sendiri, sehingga mereka mampu memaknai kalimat ihsan,
yaitu beribadah kepada Allah swt. seakan-akan mampu merasa dekat dan berhadapan
dengan-Nya. Selain itu, juga mampu menyadari akan pengawasan Allah swt. Oleh
karena itu, motivasi dalam beribadah, terutama di dalam berzikir karena Allah swt.,
bukan karena Syekh Hilmi melainkan karena Allah swt. (lillah). Di dalam tarekat ini
juga tidak terdapat kekhususan waktu untuk berzikir secara kolektif dan batasan-batasan
di dalam berpakaian. Dengan demikian, ikhwān tarekat ini tetap dapat menjalankan

183
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
184
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
76

profesi mereka masing-masing sesuai bidangnya dan menggunakan pakaian sesuai


dengan profesinya.185
Zikir secara kolektif ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam
Depok hanya dilakukan pada hari Senin dan Kamis di bulan Rajab selama menjalankan
riyāḍah puasa 40 hari atau puasa arba’īn. Tempat zikirnya berada di Masjid Al-Hikam
Depok. Di samping itu, Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang diajarkan oleh Syekh Hilmi di
Pesantren Al-Hikam tidak mengajarkan berzikir dengan gerakan-gerakan tertentu,
seperti halnya di Sudan. Syekh Hilmi tidak menekankan gerakan di dalam berzikir
melainkan dia menekankan keikhlasan di dalam berzikir. Gerakan itu mengikuti
perasaan masing-masing individu ketika merasakan kenikmatan zikir. Akan tetapi, tidak
berarti bahwa zikir yang menggunakan gerakan tidak ikhlas di dalam berzikir. Syekh
Hilmi memodifikasi praktik zikir dengan tidak menggunakan gerakan, seperti di Sudan,
untukberadaptasi dengan kondisi di Indonesia. Hal ini bertujuan agar Tarekat Qadiriyah
Arakiyah mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.186
Pembacaan zikir sangat berpengaruh terhadap kerohanian pembacanya, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Zikir mampu mengikis noktah-noktah hitam yang
melekat di dalam jiwa. Selain itu juga zikir dapat menentramkan hati pembacanya. Hal
ini disebabkan di dalam jiwa manusia terdapat ruang kosong yang selalu menuntut
untuk diisi. Sesuatu yang cocok untuk mengisi ruang kosong tersebut adalah zikir. Jika
seseorang tidak mendapatkan pengaruh apapun dengan zikir tersebut, hal itu disebabkan
tebalnya noktah-noktah tersebut.187 Akan tetapi, hal itu tidak dapat dijadikan sebagai
alasan untuk berputus asa di dalam berzikir. Dengan kesabaran, ketekunan, dan
kekonsistenan di dalam berzikir, noktah-noktah itu akan hilang. Selain itu, dengan
berzikir seseorang akan memperoleh kebahagiaan rohani. Namun, banyak orang yang
mencari kebahagiaan sementara. Bukan malah menenteramkan hatinya, melainkan
membuat hatinya semakin gelisah. Zikir diibaratkan sebagai kunci untuk membuka
pintu hati. Jika pintu hati telah terbuka dengan zikir, lahirlah pikiran-pikiran arif yang
dapat membuka mata hati. Ketika mata hati telah terbuka, jiwa menjadi bersih. Dengan
kebersihan jiwa tersebut sifat-sifat Allah swt. Yang Mulia akan tampak melalui ucapan

185
Wawancara dengan Bapak Fauzi, tanggal4 Februari 2018 di Jalan Palakali, Kukusan, Depok.
186
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
187
Wawancara dengan Hasan, tanggal 6 Februari 2018 melalui WhatsApp di Depok.
Universitas Indonesia
77

dan perilaku seorang sālik, berupa kasih sayang, kelembutan, keindahan,dan kebaikan
Allah swt.188

4.3.3. Khalwat
Secara etimologis, khalwat berarti menyendiri. Di dalam tarekat Qadiriyah
Arakiyah yang diajarkan oleh Syekh Hilmi, khalwat dilakukan oleh ikhwān tarekat yang
telah memiliki tingkatan spiritualitas yang tinggi secara individu. Tempatnya dapat
dilakukan dimana saja, seperti di gua, masjid, atau tempat yang jauh dari keramaian.
Biasanya, seorang ikhwān tarekat yang berniat melakukan khalwat terlebih dahulu
meminta izin kepada Syekh Hilmi. Setelah ikhwān tarekat mendapatkan izin dari Syekh
Hilmi, dia memulai berkhalwat.189
Terdapat dua jenis khalwat yang dianjurkan oleh Syekh Hilmi di dalam Tarekat
Qadiriyah Arakiyah yakni khalwat dengan diiringi berpuasa selama 40 hari dan khalwat
dengan mengisi seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah swt. dengan tidak
berpuasa yakni hanya menyedikitkankan makan dan minum. Biasanya juga terdapat
pantangan-pantangan, seperti tidak boleh memakan makanan yang bernyawa. Khalwat
dilakukan di dalam keadaan suci dengan menjaga wudu. 190

4.3.4. Taklim
Taklim di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah berupa bimbingan seorang ikhwān
tarekat kepada Syekh Hilmi. Bimbingan ini dilakukan secara individu maupun kolektif.
Bagi pengikut khusus, taklim seringkali dilakukan secara individu. Seorang ikhwān
tarekat mendatangi Syekh Hilmi di kediamannya secara pribadi untuk mempelajari
kitab, berkonsultasi, atau meminta doa.Kitab yang diajarkan oleh Syekh Hilmi kepada
ikhwān tarekatnya yakni kitab al-Gunyah, kitab Asrār, kitab Baitur-rahmān, kitab
Fatḥur-rabbāni, dan Bidāyah al-Hidāyah.191
Adapun taklim secara umum dilakukan oleh pengikut umum maupun khusus di
Masjid Al-Hikam Depok pada kajian tasawuf yang dilakukan secara mingguan. Kajian
mingguan ini di selenggarakan pada Sabtu malam dan Minggu ke-3 dan ke-4 setiap

188
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
189
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
190
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
191
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
78

setelah salat subuh, yaitu sekitar pukul 05.00 sampai 06.00 WIB di Masjid Pesantren Al
Hikam Depok. Kitab yang dikaji pada Sabtu malam adalah Kitab al-Gunyah sedangkan
kitab yang dikaji pada Minggu pagi adalah Kitab Bidāyah al-Hidāyah. Prosesi zikir dan
kajian tasawuf mingguan di Masjid Pesantren Al Hikam Depok adalah sebagai berikut.
1. Membaca surat al-Waqi’ah.
2. Membaca salawat Al-Fatih.
3. Tawassul.
4. Kajian kitab (al-Gunyah atau Bidāyah al-Hidāyah).
5. Pembacaan aurād.
- Membaca istighfar.
- Membaca salawat.
- Lā ilāha illa Allah.
- Allah Allah..
6. Membaca surat al-Baqarah ayat 255 atauayat kursi.
7. Doa.

4.3.5. Berpuasa 40 hari (Arba’in)


Berpuasa selama 40 hari (arbā’īn) merupakan salah satu bentuk riyāḍah di dalam
Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Di samping itu, berpuasa selama 40 hari (arbā’īn) juga
termasuk amalan yang dianjurkan untuk dilakukan bagi ikhwān tarekat ini yang termuat
di dalam ijazah kemursyidan Syekh Hilmi. Puasa ini sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad saw., yang tidak hanya dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Akan
tetapi,puasa ini juga dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan Nabi Isa as. Berpuasa selama
40 hari (arbā’īn) dianjurkan empat kali di dalam satu tahun pada bulan yang tidak
ditentukan. Terdapat dua metode di dalam melaksanakan puasa arbā’īn, yaitu berpuasa
secara umum dengan beraktivitas seperti biasa dan berpuasa khusus dengan berkhalwat.
Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam berpuasa arbā’īn pada
bulan Rajab. Puasa ini bertujuan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran atas dari
seglala kesalahan dan kemaksiatan yang dilakukan. Dengan kebersihan jiwa, seseorang
akan dapat mengenal Tuhannya sehingga lebih responsif terhadap tanda-tanda
kebesarannya.192

192
Wawancara dengan Syekh Hilmi, tanggal 17 Mei 2018 di Pesantren Al-Hikam Depok.
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah penulis mengkaji mengenai Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-
Hikam Depok, dapat disimpulkan beberapa hal. Tarekat Qadiriyah Arakiyah merupakan
tarekat baru di Indonesia, sehingga belum dikenal oleh masyarakat Indonesia secara
luas. TarekatQadiriyah Arakiyah merupakan cabang dari Tarekat Qadiriyah di Sudan.
Tarekat ini disebarkan melalui Pesantren Al-Hikam Depok oleh Syekh Hilmi, sehingga
Pesantren Al-Hikam Depok adalah salah satu tempat pengamalan bagian dari Tarekat
Qadiriyah Arakiyah sehingga Pesantren Al-Hikam Depok ikut andil di dalam
penyebaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia.PersebaranTarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok oleh Syekh Hilmi belum dilakukan secara
masif, sehingga jumlah pengikutnya sedikit. Selain itu, tarekat ini belum berbentuk
sebuah organisasi, seperti tarekat lain pada umumnya, dan masih berada pada tahap
pengenalan sehingga belum memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekitar di
bidang ekonomi maupun sosial.
Masuknya Tarekat Qadiriyah Arakiyah dari Sudan ke Indonesia menyebabkan
adanya transmisi ilmu tarekat dari Sudan ke Indonesia. Banyak dari pelajar Indonesia
yang menuntut ilmu di Sudan. Setelah selesai, mereka membawa ilmu yang diperoleh
dari Sudan dan menyebarkannya di Indonesia melalui profesi mereka masing-masing,
seperti dosen, ulama, dan lain-lain. Kemudian, seperti halnya yang dilakukan oleh
Syekh Hilmi, dia pergi ke Sudan untuk menuntut ilmu. Kemudian, di Sudan dia
mempelajari ilmu tasawuf dan mengikuti sebuah tarekat. Setelah kembali ke Indonesia,
dia menyebarkan ilmu tasawuf dan tarekat yang diperoleh olehnya selama di Sudan,
yaitu sebuah metode zikir bernama metode jardalan, yang sebelumnya belum ada di
Indonesia, sehingga menyebabkan adanya transmisi Ilmu dari Sudan ke Indonesia.
Tarekat Qadiriyah Arakiyah berbeda dengan Tarekat Qadiriyah maupun tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Indonesia. Perbedaan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dengan Tarekat Qadiriyah di Indonesia terdapat pada sanad atau silsilah tarekat, cara
berzikir, dan aurād tambahan setelah aurād asas. Pada sanad Tarekat Qadiriyah, Syekh
Abdul Qadir al-Jilani menempati urutan ke-17. Sementara pada sanad Tarekat
79
Universitas Indonesia
80

Qadiriyah Arakiyah, Syekh Abdul Qadir al-Jilani menempati urutan ke-19. Kemudian,
metode zikir yang digunakan Tarekat Qadiriyah di Indonesia menggunakan tasbih
dengan menarik satu per satu butir tasbih sedangkan metode zikir yang digunakan
Tarekat Qadiriyah Arakiyah menggunakan tasbih dengan satu kali tarikan dapat
melewati duapuluh butir tasbih. Selanjutnya, aurād tambahan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah jelas berbeda dengan Tarekat Qadiriyah di Indonesia. Di samping terdapat
perbedaan, terdapat juga persamaan antara Tarekat Qadiriyah di Indonesia dengan
Tarekat Qadiriyah Arakiyah, yaitu baiat yang ditujukan untuk menjadi murid Syekh
Abdul Qadir al-Jilani dan ajaran yang sesuai dengan ajarannya. Perbedaan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah dengan Tarekat Naqsyabandiyah juga terdapat pada sanad atau
silsilah tarekat, metode zikir, dan aurād tambahan setelah aurād asas.

5.2.Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, disebutkan bahwa terdapat tiga cabang Tarekat
Qadiriyah Arakiyah di Indonesia yakni di Bandung, Depok, dan Tasikmalaya. Sejauh
ini, dari ketiga cabang itu hanya Tarekat Qadiriyah Arakiyah cabang Depok yang telah
diteliti, yang berada di Pesantren Al-Hikam. Penulis berharap, ada penelitian-penelitian
selanjutnya yang membahas mengenai Tarekat Qadiriyah Arakiyah di kedua cabang
yang belum diteliti yakni di Bandung dan Tasikmalaya.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Tasikmalaya, yang disebarkan oleh Bapak Ali selaku muqaddamTarekat Qadiriyah
Arakiyah, lebih banyak dibandingkan dengan pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Depok dan di Bandung, yang disebarkan oleh Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shiddiqi
selaku khalufah Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia. Di dalam penelitian ini
peneliti belum membahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hal itu.
Alangkah baiknya jika terdapatjuga penelitian-penelitian selanjutnya yang membahas
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
cabang Tasikmalaya lebih banyak dibandingkan dengan pengikut Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Depok maupun di Bandung.

Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI

Atjeh, Aboebakar. (1966). Pengantar Ilmu Tarekat. Cet. Ke-2. Jakarta: FA. H.M
Tawi&SonBag.

Al-Badawy, Al-Baqir Malik Al-Amin Ahmad. (2011). Abidallah Azraq Thayibah: Al-
Manhaj wa Al-Tathbiq. Khortoum: Sinan Al-Alamiyyah Li ath-thiba’ah.

Al-Hasani, Sayyed Mohamed Fadil al-Jilani. (2016). Biografi Syekh Abdul Qadir Al-
Jilani R.A.Ahmad Dzulfiar, Penerjemah. Depok: Keira Publishing.

Amin, Samsul Munir. (2014). Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.

Anwar, Rosihon. (2010). Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Bruinessen, Martin van. (1992) Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat. Bandung:
Mizan.

Dhofier, Zamakhsyari. (1998). Tradisi Pesantren. Jakarta: LPES.

Isa, Abdul Qadir. (2005). Hakikat Tasawuf. Khairul Amru Harahap & Afrizal Lubis,
Penerjemah. Jakarta: Qisthi Press.

Muhammad Tajul Mafachir. (2017). Negeri Seribu Darwis. Khartoum: Pribadi.

Muhammad, Abu Idris Abdurrahman. (2011) Faidh al-Minan fi Isnad al-Qadiriyyah


ila as-Sunnah wa Alquran. Khartoum: Pribadi.

Mulyati, Sri. (2006) Tarekat-Tarekat Mu’tabarah di Indonesia. Cet. Ke-3. Jakarta:


Kencana Predana Media Group.

Nasution, Harun. (2014). Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Nasution, Harun. (2014). Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek Jilid II. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Schimmel Annemarie. (2000) Dimensi Mistik Islam. Sapardi Djoko Damono, Achadiati
Ikram, Siti Chasanah Buchari, dan Mitia Muzhar, Penerjemah. Jakarta: Pustaka
Firdaus.

Sugiarto, Eko. (2017). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.
81

Universitas Indonesia
82

Tohir, Moenir Nahrowi. (2012). Menjelajahi Eksistensi Tasawuf Meniti Jalan Menuju
Tuhan. Jakarta: PT. As-Salam Sejahtera.

Zahri, Mustafa. (1995). Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu.

Laman
https://www.viva.co.id/siapa/read/277-hasyim-muzadi

Wawancara
1) Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki selaku
Khalīfah sekaligus MursyidTarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam
Depok.
2) Wawancara dengan Muhammad Ali Nur Muhammad (43th) selaku muqaddam
Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya.
3) Wawancara dengan Fauzy (35th) selaku muqaddam Tarekat Qadiriyah di Depok.
4) Wawancara dengan Muhammad Tajul Mafachir (26th) sebagai peneliti Sufisme di
Sudan.
5) Wawancara dengan Ersal Fahrul Yoserizal (22th) selaku ikhwān Tarekat
Qadiriyah Arakiyah sekaligus santri di Pesantren Al-Hikam Depok.
6) Wawancara dengan Sontang (50th) selaku ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Pesantren Al-Hikam Depok.
7) Wawancara dengan Rizal (46th) ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren
Al-Hikam Depok.
8) Wawancara dengan Ikrar (35th) selaku ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah
sekaligus santri di Pesantren Al-Hikam Depok.
9) Wawancara dengan Mustamid (26th) selaku ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah
sekaligus santri di Pesantren Al-Hikam Depok.
10) Wawancara dengan Hasan (26th) selaku ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah
sekaligus santri di Pesantren Al-Hikam Depok).
11) Wawancara dengan Ikhwān (35th) selaku ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah
sekaligus santri di Pesantren Al-Hikam Depok.

Universitas Indonesia
83

12) Wawancara dengan Mujib selaku ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah sekaligus
santri di Pesantren Al-Hikam Depok.
13) Wawancara dengan Nia Qalbunia (42th) selaku kakak Syekh Muhammad Hilmi
ash-Shiddiqi al-Araki dan Ketua Fatayat NU Kabupaten Bandunng.
14) Wawancara dengan Syahidah Nurlaela (30th) selaku Adek Syekh Muhammad
Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki dan Pengurus Fatayat NU Kabupaten Bandung Barat.
15) Wawancara dengan Dr. Mirwan Akhmad Taufiq (33th) selaku kerabat Syekh
Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki di Sudan dan Dosen Bahasa dan Sastra
Arab UIN Sunan Ampel Surabaya.
16) Wawancara dengan Syekh Zulham Qudsi Farizal Alam(37th) selaku kerabat
Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki di Sudan dan Dosen IAIN Kudus.
17) Wawancara dengan Kiai Muhammad Rizqi Romdhon, M.H., M.Pd., (34th) selaku
saudara dan kerabat Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki di Sudan.

Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Transkrip wawancara


1) Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki (Khalīfah
sekaligus Mursyid Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok).
2) Wawancara dengan Muhammad Ali Nur Muhammad (Muqaddam Tarekat
Qadiriyah Arakiyah di Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya).
3) Wawancara dengan Fauzy (Muqaddam Tarekat Qadiriyah di Depok).
4) Wawancara dengan Muhammad Tajul Mafachir (Peneliti Sufisme di Sudan).
5) Wawancara dengan Ersal Fahrul Yoserizal (Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah
sekaligus santri di Pesantren Al-Hikam Depok).
6) Wawancara dengan Sontang (Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren
Al-Hikam Depok).
7) Wawancara dengan Rizal (Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-
Hikam Depok).
8) Wawancara dengan Ikrar (Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah sekaligus santri di
Pesantren Al-Hikam Depok).
9) Wawancara dengan Mustamid (Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah sekaligus
santri di Pesantren Al-Hikam Depok).
10) Wawancara dengan Hasan (Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah sekaligus santri
di Pesantren Al-Hikam Depok).
11) Wawancara dengan Ikhwān (Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah sekaligus santri
di Pesantren Al-Hikam Depok).
12) Wawancara dengan Mujib (Ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah sekaligus santri
di Pesantren Al-Hikam Depok).
13) Wawancara dengan Nia Qalbunia (42th) selaku kakak Syekh Muhammad Hilmi
ash-Shiddiqi al-Araki dan Ketua Fatayat NU Kabupaten Bandunng.
14) Wawancara dengan Syahidah Nurlaela (30th) selaku Adek Syekh Muhammad
Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki dan Pengurus Fatayat NU Kabupaten Bandung Barat.
15) Wawancara dengan Dr. Mirwan selaku kerabat Syekh Muhammad Hilmi ash-
Shiddiqi al-Araki di Sudan

84
Universitas Indonesia
85

16) Wawancara dengan Syekh Zulham selaku kerabat Syekh Muhammad Hilmi ash-
Shiddiqi al-araki di Sudan.
17) Wawancara dengan Kiai Aam selaku saudara dan kerabat Syekh Muhammad
Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki di Sudan.

Lampiran 2 : Foto Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah bin Abdul Baqi selaku
Khalīfah sekaligus Mursyid Utama Tarekat Qadiriyah Arakiyah saat
ini di Sudan.
Lampiran 3 : Foto Syekh Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki selaku Khalīfah sekaligus
Mursyid Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia.
Lampiran 4 : Foto Sajadah Arakiyah (Ijazah Kemursyidan Syekh Hilmi di dalam
Tarekat Qadiriyah Arakiyah).
Lampiran 5 : Foto Pesantren Thayibah Syekh Abdul Baqi di Sudan.
Lampiran 6 : Silsilah Arakiyah
Lampiran 7 : Foto Pesantren Al-Hikam Depok.
Lampiran 8 : Foto Zikir bersama ikhwān Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren
Al-Hikam Depok Selama Menjalankan Puasa Arba’in.

Universitas Indonesia
Lampiran 1
Transkrip Wawancara

Nara sumber : Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki


Sebagai : Khalīfah sekaligus Mursyid Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Indonesia
Usia : 38 tahun
Lokasi Wawancara : di Kediaman Syekh Hilmi, tepatnya di kompleks Pesantren
Al-Hikam Depok.
Tanggal/Waktu : 18 Februari 2018 pukul 14.00 WIB dan 17 Mei 2018.

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Apa aktivitas Ustadz sepulang dari Sudan 2006-2011 sampai akhirnya tinggal di Al-
Hikam dari?
B: 2006 pulang dari sudan karena ayahnya meninggal, saya harus meneruskan
pengajian-pengajian yang ayah tinggalkan. Bersamaan dengan itu, saya mulai
mengajarkan tasawuf tetapi hanya sebatas mengajak dzikir. Kebetulan jamaah ayahnya
semuanya sudah konsisten dan senang berdzikir. Tetapi belum khusus. Itu di pesantren
Husaeni dan masyarakat sekitar. Trus juga ada di pesantren Mathlaul khairiyah, taman
sari bawah, bandung. Di dekat UNISBA. Di pesantren ini pengajiannya saya adakan
mingguan, hari jumat, malam sabtu dan sabtu pagi. Yang khusus tarekat di sabtu pagi.
Orang yang pertama baiat dari jamaah pesantren Mathlaul Khairiyah. Yang khusus satu
orang, cuma yang ikut tabarukan bapak-bapak ba’da maghrib, ibu-ibu malam jumat.
Ada mahasiswanya juga, itu malam minggu akan tetapi bentuknya hanya diskusi dan
tanya jawab, intinya yang dikaji adalah tasawuf.
Dari tahun 2006-2011 di pesantren Al-Husaeni Bandung. Sehari-hari mengajar santri,
yaitu mengajar Talim Mutaallim, setiap malam membina jamaah pengajian masyarakat,
jamaah khusus malam jumat. Lalu di MT Al muttaqin saya adakan secara bulanan di
setiap minggu pertama. Bada dhuhur minggu pertama di Jabal Katul, Yayasannya Jabal
86

Universitas Indonesia
87

Katul Mandiri, ini pengajian khussus tarekat, saya adakan bada duhur jam 2 sampai
ashar. Ada yang umum, tidak hanya khusus. Jamaah orang-orang tua. Selain aktivitas
selain di dalam pesantren, ada di luar pesantren. Di pemerintahan Jawa Barat. Di NU dr
2006 – 2008 saya bagian LPBA lembaga pengembangan bahasa asing/arab. 2008-2011
ketua lazisnu jawa barat. Lalu 2011 ke Al-Hikam dan tidak aktif lagi di PBNU.
A: Berapa pengikut awal Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Bandung?
B: Ada 5 pengikut awal tarekat ini, tetapi sudah meninggal dunia. Di Pesantren
pimpinan tarekat. Di pesantren Khoiriyah 1, di Muttaqin dan di Jabal Katul tidak ada,
Cuma tabarrukan saja. Cuma di arahkan ke tarekat.
A: Bagaimana awal penyebaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam
Depok?
B: 2011 membuka pengajian khusus tasawuf untuk masyarakat, dengan kitab Al-
Gunyah. Kitab itu untuk santri dan masyarakat. Untuk santri ada yangkhusus, terutama
di riyadhah-nya. Setiap angkatan di bulan rajab berpuasa selama 40 hari dan ada
auradh. Setelah membuka pengajian itu, ada beberapa masyarakat dan santri yang
berbaiat. Prosesnya lama. Karena kami tidak persuasif, kehendak diri sendiri untuk
berbaiat. Sekalipin tetap ada tugas untuk menyebarkan. Tetapi tidak berpromosi. Sambil
jalan, ada yangmau ikut, ayo.
A: Siapa yang pertama kali baiait di Pesantren AL-Hikam Depok Ustadz? Berapa
jumlah pengikut tarekat ini di Pesantren Al-Hikam Depok?
B: Yang pertama kali berbaiat di pesantren Al-Hikam ada 1, Pak Yusrizal. Ikhwannya
santri-santri di Al-Hikam. Ada 20an.
A: Oh, 20 Ustadz? Kenapa yang terbuka mau untuk saya wawancara hanya 10 orang?
B: Memang ada dari kitab Hikam, tidak seyogyanya apa yangsaya alami oleh murid
disebut sebut, memang tidak boleh kalau untuk riya. Tetapi kalo untuk ilmu tidak apa
apa. 20an.
A: Apakah Ustadz sudah mendapatkan izin untuk menyebarkan tarekat ini di Pesantren
Al-Hikam Depok? Siapa?
B: Kalo dari sudannya dari syekh abdullah. Kalo dari pesantren dari abah hasyim. Saya
dimandatkan utk membimbing para santri yang hafal Alquran, bagaimana caranya
mentarassukhaan ilmunya. Agar tidak hanya hafal saja, tetapi ilmunya ada. Kadang ada
yang hanya hafal tetapi ilmunya tidak sampai ke jiwa. Nah proses untuk menjiwai ini

Universitas Indonesia
88

adalah melalui tarekat. Makanya disini abah hasyim tidak hanya mengizinka akan tetapi
memerintahkan. Namun tidak diwajibkan untuk semua santri mengkuti tarekatnya,
sebagian besar hanya tabarukan saja. Maka yangsayambil hanya kitab alhikam dan
bidayatul hidayah. Kalo seperti abah hadyim beliau Tarekat Syadziliyah tapi beliau
tidak menempatkan diri beliau sebagai mursyid langsung. Beliau hanya untuk pribadi.
Kalo ilmunya disebarkan lewat kitab alhikam. Karena beliau tidak mengambil bagian
itu maka saya yang diperintahkan dan saya mendapat izin dari Syekh Abdullah Ahmad
Rayah.
A: Kapan Ustadz dilahirkan?
B: Lahir di Bandung di pesantren Al Husaeni, 26 Januari 1980.
A: Siapa nama ibu dan bapak Ustadz?
B: Ibu Hj Siti Hasanah. Ayah KH. Endang Abdul Qahar.
A: Ustadz anak keberapa dari berapa bersaudara?
B Saya anak ke 4 dari 6 bersaudara. 1 perempuan, 2 laki-laki, 3 perempuan, 4 laki-laki,
5 laki-laki, 6 perempuan. Sebenernya 7, yang 1 meninggal karena prematur.
A: Bagaimana masa kecil Ustadz,? Boleh diceritakan?
B: Dari kecil saya dididik oleh Bapak di pesantren. Kata ibu saya ada suatu hal yang
beda dengan yang lain. Katanya dari kecil kalo ditanya pengen jadi apa, jawabnya kyai.
Padahal belum tau kyai itu apa. Saya dididik oleh ibu untuk mengaji. Mulai baca tulis
Alquran oleh ibu. Dirumah suka ada pengajian ibu. Untuk akidah dididik oleh ayah
kebetulan disana pesantren. Mulai mondok dari kelas 3 udah ikut dengan para santri
ayah. Kadang gak tidur di rumah. Mulai mondok itu kelas 5, mulai memindahkan baju
ke pasantren. Jarak rumah dan pesantren dekat tapi tidak tidur di rumah. Sampai mulai
lebih banyak di pesantren/sudah nyantri. Kalo waktu MI kan biasanya pulang untuk
makan. Waktu SMP makan itu ya dengan santri. Disitu tu saya saya anggapnya ya snatri
saja. Saya juga menganggap diri saya ya santri saja. Sehingga orang-orang banyak yang
menganggap santri biasa saja bukan keluarga. MISMP Al-husaini.
A: Ilmu apa saja yang telah Ustadz pelajari?
B: Yang dipelajari di Pesantren Alhusaini akidah fiqih akhlak. Ayah saya mulai
mengajari saya untuk berdakwah itu dari SMP kelas 1. Kalo pertama kali saya diajari
untuk ceramah memberikan pengajian itu ya SD kelas 6. Dikasih teksnya oleh bapak
tentang iman. Dulu di pondok ada acara muhadarah atau muballighan. Belajar

Universitas Indonesia
89

berceramah. SMP saya sudah ditugasi bapak saya untuk menggantikan. Masuk SD umur
7 tahun. SMP umur 14. Saya bicara, tapi ya gak ngerti juga. Orang paham. Tapi setelah
pulang dari pengajian ya biasa saja, saya kayak anak kecil lagi. Ketika ibunya
mengandung, seolah-olah ada cahaya biru yang masuk ke dalam kandungan. Mungkin
mimpi, biasanya kejadian itu antara sadar dan tidak sadar. Namun dari sini saya juga
sadar ada anugerah Allah yangdiberikan. Ibu dan ayah terkadang membedakan saya
dengan yang lain. Sekalipun pendidikannya lebih keras juga daripada yang lain. Kalo
yang lain boleh main, saya gak boleh. Di SMP saya belajar akidah syariat cuma
tingkatannya lebih tinggi. Saya mempelajari Kitab Tijan, Safinah, kalo Al-Quran kan
basic ya dari SD. Sulam Taufiq dan Nashoihul Ibad di SMP. Jadi saya dulu istilahnya
anak bawang, karena yang lain besar besar, saya paling kecil. Saya niatnya ya hanya
tabarrukan.
A: Kemana Ustadz melanjutkan menuntut ilmu setelah lulus dari SMP?
B: SMA di Cipasung, Tasik. Jauh dari rumah sekitar 4 jaman dari bandung. Bandung-
Garut-Tasik. Itu pesantren keluarga juga. Yang terkenal di Cipasung Ilyas Ruhyat,
pendirinya Abah Ruhyat, Rahis Amm PBNU. Termasuk orang yang diminta untuk ikut
bersama Ayahnya Gus Dur. Abah Ruhyat juga seperjuangan dengan Kyai Zainal
Mushtofa, pahlawan nasional. Yayasan itu lembaga resmi, namanya Pesantren Cipasung
. Disitu saya sekolah SMA Islam Cipasung sekaligus pesantren. Di SMA saya belajar
akidah fiqih dan mulai mendalami ilmu tasawuf. Disitu kitabnya kitab Ihya, Minhajul
Muslimin, Shahih Bukhari Muslim, Albajuri kitab fiqihnya, nahwunya Alfiyah di SMP
juga belajar Alfiyah. Saya memang pas di Cipasung inilah mulai ada ketertarikan
dengan tasawuf. Dari SD SMP mungkin ada tapi belum begitu ngeh. Hanya aurodh-
aurodh-nya saja. Paling ayah mengajarkan puasa Senin-Kamis, Rajab, memang wacana-
wacana itu ada cuma tidak khusus. Cuma ayah saya mengajarkan ke masyarakat adalah
fadhailul a’mal, taqarrub, keikhlasan, dsb. Nah di Cipasung lah mulai ada keinginan
untuk khusus ke tarikat. Kalo di pesantren tidak ada. Cuma keinginan pribadi saya saja.
Nah saya rasakan dulu itu saya kan senengnya bantu orang termasuk selama di
pesantren saya membantu di dapur umum. Trus sering di masjid. Bukan jadi
muadzinnya tapi jadi tukang bersih bersih, nyapu. Masjid itu 3 lantai saya sapu, 1
minggu 3 kali. Setiap menjalani itu kayaknya menikmati. Karena saya sering di masjid
lebih sering merenung di menara samil berdzikir tapi belum menentukan saya akan ikut

Universitas Indonesia
90

tarekat mana. Dari situ saya mempelajari tarekat-tarekat. Jadi perjalanan tarekat saya
sebenarnya mulai di Cipasung. Baru setelah di Sudan, lingkungan disana lebih
mendukung. Banyak tarekat-tarekat. Makanya disebut negara 1001 Darwis, yaitu orang-
orang tasawuf. Disebut negara darwis karena kebanyakan masyarakat Sudan adalah sufi
dari zaman dahulu. Ada banyak tarekat. Yang terbesar adalah tarekat Qadiriyah. Selain
itu ada tarekat Tijaniyah, Samaaniyah, Idrisiyah, dll. Saya baiat tahun 17 ramadhan
2003.
A: Apa yang melatarbelakngi Ustadz mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Salah satu teman saya yang bernama Badrusalaam, bermimpi ketemu orang ada
sesuatu yang disampaikan. Lalu, cerita ke temannya. Ayo kita kesana, ke Madani.
Sesampainya di Madani benar, orang yang ia temui adalah orang yang ada di mimpinya.
Ustadz Badrussalam seorang yang ahli tarekat. Beliau sering berpuasa. Beliau berpuasa
selama 9 tahun. Sejak keberangkatannya ke Sudan sampai ia pulang ke Indonesia. “Saya
setiap hati berpuasa”. Berbeda dengan Abah Hasyim yang selama 3 tahun ketika
diberhentikan oleh gurunya.
Kalo ditarekat tidak boleh berhenti sendiri tapi diberhentikan oleh guru atau
mursyidnya. Kata gurunya sampai Abah Hasyim tidak bertanya lagi sampai kapan saya
harus berpuasa. Artinya, tidak boleh ada target puasa, ikhlas saja. Begitu juga dengan
Kyai Badrussalam. “Saya berpuasa sejak saya berangkat ke Sudan. Dalam perjalannan,
saya dipertemukan dengan Syekh Abdullah oleh Allah. Setelah itu, saya bertemu
dengan orang yang menyuruh berhenti berpuasa yang tiap hari. Menurut saya itu
riyadhoh yangsangat berat. Saya berpuasa dari Indonesia sampai ke sudan dalam cuaca
panas. Tetep puasa. Saya berpuasa kecuali di hari-hari yang dilarang untuk puasa.
Setelah Kyai Badrus ketemu Syekh Abdullah, Beliau cerita ke saya. Lalu, saya ikut
Kyai Badrussalam karena saya melihat Kyai Badrussalam ahli tasawuf. Perilakunya dan
akhlaknya bagus. Ketika Kyai Badrussalam telah menganggap seseorang sebagai
gurunya, berarti kan gurunya seorang yang hebat. Kemudian saya ikut. 2003 baiat, lalu
2006 diizinkan untuk mendapat ijazah. Kalo Kyai Badrussalam tidak mendapat ijazah,
mungkin karena Syekh Abdullah tau umur Beliau tidak lama. Wallahu a’lam. Beliau
tidak dapat ijazah. Kalo yang mendapatkan ijazah kan seseorang yang mendapatkan izin
oleh syekhnya untuk menjadi wali/Khalīfah untuk membaiat. Saya pun dapat ijazah
tidak keinginan sendiri. Waktu itu saya pamit mau pulang karena ayahnya meninggal

Universitas Indonesia
91

dunia. Syekh Abdullah lah yang memotivasi saya, tangan saya dipegang oleh syekh lalu
saya dan tidak lama Beliau menyuruh ajudan atau santrinya mengambil ijazah untuk
saya. Syekh Abdullah sendiri yang menuliskan nama saya di ijazah, Muhammad Hilmi
ash-Shiddiqi al-Araki. Gelar itu dari Syekh Abdullah. Walaupun ada harapan dari saya
semoga saya diterima menjadi keluarga. Lalu saya pulang. Setelah dipegang tangannya
cukup lama oleh syekh, saya yang sebelumnya saya sedih atas meninggalnya ayah
saya, bagaimana melanjutkan perjuangna ayah yang tiap hari ada pengajian, santri,
jamaah banyak, itu kan berat. Tapi jadi lebih berani, semangat, siap yang tadinya sedih
jadi tidak sedih.
A: Dimana tempat tinggal Ustadz ketika di Sudan?
B: Di Sudan tinggal di Khortum. Kalo lagi ada acara baru ke Madani, misal kalo pas
Rajab Safar. Untuk keilmuan dapat dari Khortum dari kajian-kajian dan kitab, tapi
belum mengambil tarekat. Kalo ke Madani, saya khusus tarekat qadiriyah. Dulu malah
saya lebih deket dengan Syekh Tijani, sering mengikuti dzikirnya. Malam jumat saya
mengikuti dzikir Sammaniyah . Hari senin dengan Qariballah. Kalo di Sudan kalo orang
lain sibuknya di perkuliahan formal, tapi saya senangnya mengikuti kajian dengan para
syekh. Cuma untuk mengambil tarekat saya mantapnya tarekat Qadiriyah Arakiyah ini.
Walaupun silatruhmi dan ziarah di berbagai tarekat. Bahkan saya aktif di NU, dan NU
saya ada yang namanya Majlis Dzikir Wal Mudzakirin seperti JATMAN, perkumpulan
tarekat-tarekat. Cuma yang memantapkan hati itu masuk tarekat Qadiriyah. Makanya
dari situ saya tidak memaksakan orang lain untuk masuk ke tarekat ini. Harus
sekehendaknya. Saya memperbolehkan untuk mempelajari tarekat-tarekat lain. Yang
penting adalah restu orangtua. Jadi dulu sebelum saya mengambil tarekat, saya
menelefon ayah ketika masih ada, izin untuk ikut tarekat. Ayah saya tidak melarang
atau tidak apa. Beliau hanya menyampaikan kalo keluarga, ayah, itu Qadiriyah. Secara
langsung ayah tidak memaksakan untuk ikut Qadiriyah. Tapi yang paling mantap ya
Qadiriyah Arakiyah. Mungkin Allah sendiri yang menunjukkan. Saya tinggal di
sekretariat PCINU cabang Khortum, Sudan. Ada orang-orang Sudan juga. Lingkungan
di Sudan kan kebanyakan tasawuf, NU itu kan tasawuf, shalawatan, dzikiran. Mereka
merasa ada kesamaan dengan orang Indonesia. PCINU Pengurus Cabang Istimewa
Nahdhatul Ulama cabang Khortum, Sudan. Saya sebagai sekretaris sampai Ketua
Tanfidiyah PCINU. Hubungan Ustadz Hilmi dan Abah Hasyim bermula di PCINU.

Universitas Indonesia
92

Abah Hasyim sebagai ketua PBNU, saya sebagai pengurus dan yang melantik saya serta
teman-teman adalah Abah Hasyim di Sudan. Trus seperti STKQ itu wacananya di
Sudan. Saya kuliahnya kan di univ Al Quranul Karim. Waktu itu saya ajak beliau
bersilaturahmi dengan rektornya. Kebetulan Abah ada keinginan. Dan akhirnya
keinginan itu saya wujudkan dengan konsep dulu bahasa Abah Madrasah Quran.
Pokoknya intinya karena beliau melihat orang-orang yang masuk ke situ minimal hafal
6 juz, di sini Abah Hasyim ingin 30 juz, karena banyak huffadz di Indonesia. Abah
Hasyim melihat keinginan itu wujudnya seperti Jamiah Quran. Kemudian berbicara
dengan saya, kita jadi konsep dan sebagainya. Abah Hasyim pulang . Saya kadang juga
mengirim buku buku dan ketika 2011 itu baru saya nyambung lagi dengan Abah. Abah
bilang, ini yang kita rencanakan sudah jadi, kamu tanggung jawab. Lalu saya kesini.
Padahal waktu itu di Bandung pun saya sudah banyak kegiatan dengan jamaah Abah
saya. Tetapi karena untuk bertanggungjawab ya saya laksanakan. Dulu awalnya saya di
Al-Hikam hanya hari selasa dan rabu saja. Beberapa hari kemudian dan beberapa
minggu kemudian disuruh ditambah. Pertama kali ke sini sudah diliatin rumah ini sama
Abah. Dibukakan. Mulai menetap disini 2011. Sampai akhirnya hanya hari minggu ke
Bandung sampai 1 bulan sekali. Setelah saya menetapkan hati disini, saya izin ibu dan
keluarga besar. Lalu mulai bagi-bagi tugas untuk kepengurusan pondok di Bandung.
A: Kapan Ustadz berbaiat?
B: Baiat tanggal 17 Ramadhan 2003 saat acara Nuzulul Quran.
A: Kapan Ustadz mulai aktif di PCINU?
B: Di PCINU sejak awal ke Sudan. Saya ikut mendirikan dan meresmikan. Dulu ada
PCINU tapi belum diresmikan oleh NU. TH 2000-2002 wakil sekretaris 2002-2003
sekretaris 2005-2006 Ketua Tanfidz.
A: Ustadz kuliah di Universitas mana di Sudan?
B: Syariah wal qanun di Jamiah Al Quranul Karim. Tetapi tidak selesai di situ. Lalu
pindaah ke Ribath Al Wathani tahun 2004 mengambil Dirosah Islamiyah. Cuma saya
ingin lebih mengambil tarekat itu. Hanya mendapatkan ijazah tarekat.
A: Kapan Ustadz menikah?
B: Nikah 18 Oktober 2009.
A: Siapa nama istri dan anak Ustadz?

Universitas Indonesia
93

B: Istri Hj. Wafa Ahmad Thaha. Anak Hilwah Kalifa Azalia. Saya dengan istrinya
masih saudara. Neneknya saya dan kakek istri saya kakak beradik. Dijodohkan. Tapi
dijodohkannya senang. Kenalnya dikenalin. Dulu waktu tahun 2008, ketika ayahnya
istri meninggal. Di pemakaman bertemu. Lalu di jodohkan oleh ibu. Lalu ibu datang ke
rumah. Ibu ridho. 29 tahun. Ridho Ibu. Nah inila H yang saya jadikan konsep di tarekat.
Setiap orang yang akan berbaiat harus izin dengan ibunya terlebih dahulu. Kalo belum
mendapatkan izin boleh hanya tabarrukan. Semoga Allah memberikan keridhaan
kepada ibu.
A: Apa perbedaan Tarekat dan Tarekat Qadiriyah Arakiyah ini ustadz?
B: Tarekat Qadiriyah dan Qadiriyah Arakiyah intinya sama. Yang membedakan hanya
di cara dalam berdzikir. Perbedaannya kalo di Qadiriyah umum, baca dzikirnya kan
satu-satu, kalo Qadiriyah Arakiyah metode jardalan. Tidak satu-satu. Bisa saja 200 itu 4
kali. Nah ini adalah proses dalam menyatukan antara lisan dengan hati. Nanti dengan
kehendak Allah itu akan nyambung. Niatnya 200. Kok bisa? Dalillnya kullu hasanatin,
setiap kebaikan kan 1 kali 10. Tapi berjalannya waktu terkadang tidak ada 10 yang
penting niatnya tetap 200 dan dalilnya tetap itu. Metode ini untuk menyambungkan hati
dan lisan. Hati itu kan saya terlepas dari ruang dan waktu. Sekalipun di lisan 1, di hati
bisa misal 200. Hati itu tau ngitungnya sesuai dengan itu gimana? Setiap biji tasbih kan
terpisah. Nah itu setiap terasanya oleh kulit itu nyambung dengan hati berbarengan
dengan lisan mengucap istighfar itu adalah ajaran supaya kita mentasbihkan lisan, batin,
anggota badan, dsb. Tapi ini berjalannya dengan proses. Setiap orang berbeda-beda
prosesnya. Nah itu saya ajarkan oleh Syekh Abdullah jardalan, beliau menunjukkan
langsung caranya. Nah waktu saya baiat ada 3 orang teman, Mas Didin, Mas Abdullah
putra Kyai ponakannya Kyai Sahal Mahfudz keturunan Mbah Mutamakin.
Lalu Qadiriyah Arakiyah lebih elegan dan egaliter. Mungkin di tarekat lain ada kasta,
tapi ditarekat ini tidak. Inna akromakum indallahi atqaakum. Ketaqwaan kan tidak ada
yang tau kecuali dirinya dan Allah. Tidak ada senior dan yunior. Lebih terbuka dan
tidak memaksa.
A: Metode Jardalan ini berasal darimana, Ustadz?
B: Metode jardalan langsung dari Syekh Abdullah Al Araki karena kata Syekh Abdul
Qadir Al-Jaelani mengatakan bahwa setiap murid yang sudah sampai pada derajat
mursyid diizinkan untuk mengembangkan sendiri.

Universitas Indonesia
94

A: Kata al-Araki dinisbatkan kemaana ya Ustadz?


B: Penisbatan nama Al-Aroki ada beberapa pendapat.
1. Dari irak, karena keturunan Bani Husein yang pindah ke Sudan. Di Sudan ada
namanya lembah Arak
2. Ada yangmenisbatkan karena bapaknya Syekh Abdullah menikah dengan putri
tokoh Arakiyyin. Karena beliau memerintah menjadi raja, jadi dinamakan Al-
Aroki.
3. Mungkin itu sama seperti saya. Yang menamakan al-Araki itu Syekh Abdullah.
Bukan keturunan.
A: Dimana pusat tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan, Ustadz?
B: Ribath, kampung Thaybah, kabupaten Madani, provinsi Jazirah. Thaybah Syekh
Abdul Baqi, kakek Syekh Abdullah yangmenjadi tokoh di desa itu.
A: Apa itu Khalwat, Ustadz?
B: Khalwah sebaiknya diiringi puasa 40 hari. Khalwat mengkhususkan waktu untuk
berdizikir. Ada yang mengkhususkan suatu tempat. Ada yang umum. Waktunya hanya
untuk berdzikir, shalawat, baca Al-Quran, mendawamkan wudhu. Secara bahasanya
menyendiri. Menyendirinya itu bisa ke gua atau kemana kang Ali keturunannya Syekh
Muhibbin Pamijahan. Waliyullah yangternama di Jawa Barat. Konon Syekh Abdul
Qadir Jaelani sering disitu. Di gua Pamijahan. Wallahu a’lam. Kadang khalwah itu
bersamaan dengan puasa 40 hari, dalam satu tahun bisa 4, 3, 2 atau 1 kali. Khalwah
biasanya minta izin dulu oleh saya. Secara umum diperbolehkan kapanpun dan
dimanapun. Intinya khalwah itu melatih diri supaya selalu dzikir dimanapun dan
kapanpun.
A: Apakah Ustadz menghafal 30 juz Alquran?
B: Belum. Dulu waktu masuk jamiah quran hanya 6 juz dan sempat menghafal 10 juz.
A: Apakah ada pelajar-pelajar Indonesia yang kuliah di Sudan lainnya yang mengikuti
Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Di antara pelajar-pelajar Indoneasia yang menuntut ilmu di Sudan dan mengikuti
tarekat, hanya saya dan Kyai Shofwan yang mendapatkan ijazah kemursyidan.
==
A: Bagaimana keberadaan Tarekat Qadiriyah di Pesantren Al-Hikam Depok, Ustadz?

Universitas Indonesia
95

B: Di Pesantren Al-Hikam Depok, Tarekat Qadiriyah Arakiyah menjadi bagian salah


satu sarana untuk membimbing santri. Tetapi memang tidak menjadi inti. Menjadi
bagian saja di dalam sebuah struktur kepesantrenan, yaitu masuk di dalam
pembinaan santri. Abah Hasyim menginginkan para santri untuk dapat
mengoptimalkan kemampuan intelektual dan spiritual. Kemampuan intelektual
dengan berfikir dan kemampuan spiritual dengan berzikir. Dipadukan antara berfikir
dan berzikir, seperti yang dikatakan oleh Abah Hasyim Muzadi, jika akalnya kosong
maka hendaknya diisi dengan pemikian, jika hatinya kosong maka diisi dengan zikir.
Untuk mencapai keduanya maka ada sisi tarekat yang menyentuh itu, terutama bagi
santri yang hafidz Alquran, yang keinginannya adalah lebih mampu men-tarasukh-
kan atau menjiwai Alquran yang telah dihafal. Salah satu sarananya yaitu dengan
riyadhah berupa berpuasa di bulan Rajab selama empat puluh hari. Puasa empat
puluh hari adalah yang merupakan salah satu metode atau cara yang digunakan di
dalam tarekat. Memang, jika secara garis besar tarekat ini lebih ke saya bukan ke
pesantren. Pesantren ini sebagai salah satu tempat yang mengamalkan bagian dari
Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Salah satu proses pembelajaran yang diprogamkan oleh
pesantren di bawah bimbingan saya. Di pesantren ini para santri tidak diwajibkan
mengikuti semua amalan tarekat, hanya amalan tertentu saja, seperti zikir dan
berpuasa di waktu tertentu. Hanya santri khusus, yang mengikuti tarekat ini, yang
mengamalkan seluruh amalan tarekat.
A: Di mana pusat Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan, Ustadz? Apakah persebarannya
hanya di Sudan?
B: Tarekat Qadiriyah Arakiyah pusatnya di pesantren Thaybah Syekh Abdul Baqi,
tetapi tarekat ini menyebar di seluruh penjuru Sudan. bahkan sampai luar negeri.
Jerman, negara-negara Sudan, Eritria, Somalia, Mesir, Spanyol, ada murid-murid
Syekh Abdullah yang mengambil tarekat ini, Arab Saudi. Tarekat Qadiriyah
Arakiyah, tarekat terbesar di Sudan, khusus yang Araki ini kan suku yang paling
besar di Afrika, Arakiyyin. Cuma memang ada juga yang sukunya Araki tetapi tidak
mengambil tarekat ini. Pergantian mursyidnya secara turun-menurun seperti
kerajaan.
A: Bagaimana gambaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan, Ustadz?

Universitas Indonesia
96

B: Tarekat menjadi pembimbing perilaku umat. Bentuknya sama seperti tarekat yang
lainnya, seperti ada mursyid, muqadam, murid. Seperti halnya sebuah tarekat yang
membimbing umat untuk menempuh ke jalan Allah. Ada amalan-amalan berupa
amalan sendiri, karena ada organisasi biasanya ada perkumpulan, terutama tgl 27
Rajab, 15 Syaban, 17 Ramadhan, biasanya kalo yang di daerah Sudan kalo bisa
Shalat Idul Adha di Thayibah Abdul Baqi. Setiap acara perkumpulan itu biasanya
yang dilakukan adalah membaca auradh secara, seperti pembacaan manaqib dan
maulid nabi. Caranya dengan membuat lingkaran, lalu ada grup khusus seperti
hadrah yang melantukan syair-syair atau pujian-pujian, yang dinamakan dengan
medih(madhun). Kemudian ada mahalul qiyam dengan membuat lingkaran sampai
malam. Walaupun acara tersebut dimulai pada malam hari, ikhwan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah telah berkumpul sejak sore hari, bahkan ada juga yang sejak
siang hari. Biasanya mereka melakukan salat Maghrib dan Isya secara berjamaah
terlebih dahulu dan makan di antara dua waktu tersebut. Kemudian berkumpul
disuatu tempat didahului dengan ceramah. Biasanya bertemu dengan Syekh terlebih
dahulu kemudain baru berkumpul di lapangan. Setalah ceramah doa, baru dimulai
berzikir yang di dahului dengan syair atau qasidah-qasidah, kemudian auradh yang
dibaca sama yakni terdapat istighfar, salawat, lailahailalah, Allah Allah, dalam
keadaan berdiri dan menggunakan alat musik seperti bass pada drumband, untuk
menyelaraskan ritme. Jadi ada pelafalan laa ilaha illallah dari ritme yang paling
rendah sampai tinggi, dan dari yang berkecepatan pelan sampai cepat, dari suara
rendah sampai tinggi, dengan gerakan-gerakan yang disesuaikan dengan ritme
musiknya.
A: Adakah buku pedoman Tarekat Qadiriyah Arakiyah, Ustadz?
B: Kalo buku pedomannya secara tertulisnya tidak ada. Di buku ijo yang ada
gambarnya. Disitu ada metode dzikirnya yang dilakukan secara kolekltif. Kalo secara
individu, dengan duduk biasa, baca istighfar. Praktek zikir secara kolektif hanya
dilakukan di seremonial besar Islam saja, seperti tanggal-tanggal yang telah
disebutkan di atas. Tetap ada puasanya, itu dilakukan secara individu. Nah, biasaya
muncul yang jadab atau ektase, itu di acara-acara besar. Mereka berpegangan tangan
kadang juga tidak yang penting masih dalam lingkaran. Mereka membentuk
lingkaran dan berkeliling, disitu biasanya ada yang jadab, tetapi mereka dalam

Universitas Indonesia
97

pengawasan muqadam yang berkeliling mengamati satu per satu di antara mereka
sambil berzikir, memimpin kita dalam berzikir. Lingkarannya satu lingkaran besar .
ketika ada yang sudah mulai tinggi/ektase, dia akan di ajak keliling. Yang ektase
dibiarkan sampai reda sendiri tetapi dijaga tetap dalam pengawasan, asal tidak
membahayakan dirinya atau yg lain. Ektase itu sebenernya ungkapan zikir karena
terlalu masuk. Kan di dalam proses itu bagaimana menyatukan lisan, hati, fikiran,
ruh, dan anggota badan. Mulai dari lisan, lisan bergerak dengan zikir, pikiran tidak
boleh keluar dari zikir harus di dalam zikir. Biasanya jika memadukan antara lisan
dengan zikir masih banyak orang yang mampu melakukannya, karena lisannya
mengucapkan fikirannya menghadirkan bacaan zikir yang diucapkan, tergambar
yang diucapkan. Ketika dia memasukkannya ke dalam hati, yang terkadang di dalam
hati terdapat penolakan, nah disitu mulai ada keinginan untuk masuk, dia akhirnya
ektase. Akan tetapi jika masuk yang memimpin adalah ruh terkadang ada yang
ektasenya sampai pingsan. Atau dia tidak merasakan yang lainnya, selain dia sedang
berzikir. Ektase itu menikmati. Disitulah halawah, kenikmatan, atau manisnya zikir
terasa. Kadang-datang di awal atau di akhir. Kalo di Hikam di sebutnya “warid”
buah dari zikir. Terkadang orang yang pingsan yaitu ketika lepas. Biasanya menyatu
itu ketika pikiran tidak ragu terhadap apa yang kita lakukan atau sesuai syariat atau
tidak atau apakah saya bisa atau tidak. Maka dari itu, pasrahkan saja kepada Allah,
kita harus ikhlas, dan ikuti saja. memang tidak semua orang yang langsung bisa
wushul, ada yang bertahap.
A: Bagaimana metode zikir secara personalnya?
B: Kalo dekat dengan mursyid, biasanya akan lebih sering berinteraksi. Disebabkan di
Thayibah setiap hari banyak yang mendatangi Syekhnya, ada yang meminta
didoakan, ada yang berniat untuk belajar, dan baiat. Kemudian Syekh mengarahkan
murid tersebut untuk menginap di zawiyahnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada di pesantren itu. Biasanya untuk murid yang berniat datang untuk berbaiat,
Syekh melihat kedalaman ilmu syariatnya dan memanggilkan seseorang untuk
membimbingnya/muqaddam. Kalo pulang, dia di titipkan kepada muqadam yang ada
di daerah tempat tinggalnya.
A: Bagaiamana tata cara dalam membaca auradh, Ustadz?

Universitas Indonesia
98

B: Setiap murid ketika akan memulai auradh atau berdoa harus mengingat Syekh atau
mursyid atau rabithah. Kalo tidak bisa tawajjuh. Atau kepada muqaddam di
tempatnya jika tidak memungkinkan.
A: Lalu, bagaimana tahapan-tahapan seseorang jika sudah masuk ke dalam tarekat ini,
Ustadz?
B: Kalau secara umum, maqamat ada 7 tingkatan. Tetapi setiap tarekat dan orang
berbeda-beda tergantung kemampuannya dan anugerah dari Allah. Kadang ada orang
yang harus melalui tahapan dari bawah. Tetapi ada juga yang dari atas ke bawah.
Makanya di kitab Hikam ada dua jalan, yaitu jalan sālik in dan jalan majdubin. Kalo
jalan sālik in mulai dari awal. Kita mengenal Allah yang sālik in dari atsar yaitu dari
keberadaan alam semesta, melihat alam. Setelah melihat alam melihat dirinya
meyakini bahwa ada pencipta, yaitu masuk kepada asma. Dia yakin Ada yang
menciptakan, kemudian dia mengenal siapa yang menciptakan, yaitu Allah. Tentu
yang memberikan nama kan Allah. Ini sama dengan perjalanann manusia mengenal
Tuhan. Tetapi terkadang ada manusia yang yakin bahwa alam ini ada yang
menciptakan tetapi tidak sampai kepada siapa yang menciptakan. Tidak tau siapa
yang menciptakan. Maka dari itu ada banyak teori tentang penciptaan alam semesta.
Kalo yang dapat bimbingan dari Allah melalui agama mereka akan sampai pada
kesimpulan bahwa Allah yang menciptakan. Dan pengetahuan itu langsung dari Zat
yang mengenalkannya, bahwa Allah yang menciptakan. Nah proses zikirnya, bahwa
sālikin zikirnya pertama lzikir lisan-pikiran-ruh. Kalo majdubin, dia yakin dulu Allah
lah yang menciptakan alam ini. Sebagaimana dia sudah membawa fitrahnya, yaitu
mengenal Allah. Terkadang ada orang yang tanpa dikasih tau dulu, dia sudah yakin
saja. Seperti keyakinannya Abu Bakar Shiddiq mengenai peristiwa Isra Miraj.
Keyakinannya tanpa perlu dalil. Kemudian, yang majdubin dari asma-sifat-atsar.
Tetapi dalam perjalannya keduanya bisa bertemu dalam satu maqam. Ketika yang
sālik in ke atas dan majdubin ke bawah pasti keduanya bertemu di satu sisi. Namun,
tidak bisa dimaknai bahwa yang turun dan yang naik tidak bisa disamakan,
kualitasnya beda. Kalo kualitas dari Allah, bisa saja salah satu dari keduanya lebih
baik. Tetapi di sebutkan, bidayatu sālik in nihayatu majdubin. Permulaannya sālik
itu akhir dari majdub sehingga sebenarnya tidak ada akhir dan awal. Oleh karena itu,
di dalam tarekat klita selalu diminta untuk baca tasbih. Tasbih kan itu lingkaran.

Universitas Indonesia
99

Kalaupun kita berzikir dari sālikin ke majdubin atau sebaliknya, jangan pernah
merasa bahwa sudah sampai (wushul), maka dari itu jika masuk ke dalam tarekat
tidak diperkenankan untuk berhenti dari tarekat karena untuk selalu menjaga kita.
A: Ketika di atsar itu bagaimana, Ustadz?
B: Ketika di atsar dia akan memperlakukan semua makhluk sehingga dia menyadari
bahwa itu merupakan kekuasaan Allah. Inti dari perjalanan ini adalah kita merasa
selalu bersama Allah, bahwa Allah selalu bersama kita. Tetapi kita yang terkadang
tidak merasa bersama Allah. Sehingga ketika yang majdubin melihat alam maka
yang dilihat adalah Allah, fainnamaa tuwallu fatsamma wajhullah. Kalo yang sālik
di atsar dia baru mencari siapa yang menciptakan alam semesta, sampai dia
menumakan bahwa segala sesuatu ada dari Allah. Bahwa dia kembali ke kehidupan
nyata, sadar dengan adanya Allah sehingga kehidupannya dari awal bangun tidur
sampai tidur lagi sadar ada Allah. Maka dari itu, ada orang yang memproses untuk
melahirkan kesadaran tersebut dengan zikir, berpuasa, khalwah, iktikaf, uzlah.
Meninggalkan masyarakat, dalam prosesnya. Ketika dia sudah sadar, dia akan
kembali ke masyarakat dengan kondisi yang sudah berbeda. Tidak terlena dalam
bergaul, masih tetap berzikir.
A: Apa landasan Tarekat Qadiriyah Arakiyah, Ustadz?
B: Alquran dan Hadits.
A: Adakah ayat Alquran khusus yang dijadikan pedoman di dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah ini, Ustadz?
B: Ditekankan surat al fath dan annur (Allahu nuurussamawatiwal ardh). Ayat yang di
jadikan landasan ada yang diijazah. Kemudian ihsan, yaitu proses lahir dan batin,
iman dan islam akan muncul ihsan. Tidak bisa hanya ihsan saja.
A: Lalu, bagaiman dengan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia, Ustadz?
B: Sama seperti Syekh Abdullah, Saya memberikan keleluasan atau kebebasan terhadap
muridnya, lebih diberikan kepercayaan penuh murid untuk melakukan zikir. Cuma
kapansaja murid perlu berkonsultasi di persilahkan, atau misa via telepon. Kadang
ketika murid memiliki masalah. Kalo disini saya praktekan ketika setelah ngaji, zikir
bersama untuk memberikan berkah.
A: Berapa orang yang telah berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-
Hikam Depok, Ustadz?

Universitas Indonesia
100

B: Yang berbaiat duapuluh,tetapi tulis saja sepuluh sālik. Ada orang-orang yang tidak
mau diungkap.
A: Siapa orang yang pertama kali berbaiat, Ustadz?
B: Pertama baiat Kang Ikrar.
A: Apa perbedaan wirid dan zikir, Ustadz?
B: Wirid itu isinya zikir, zikir itu didalamnya ada auradh. Wirid itu sesuatu yang
dilafalkan berulang-ulang. Makna secara lughawinya wirid itu auradh keinginan,
ungkapan. Makanya ada warid, yaitu pemberian dari Allah. Allah berkehendak.
Intinya zikir. Zikir itu menyebut nama Allah.
A: Apakah amalan-amalan Tarekat Qadiriyah hanya boleh diamalkan oleh pengikutnya
saja, Ustadz?
B: Di Tarekat Qadiriyah Arakiyah ada auradh yang boleh diamalkan oleh ahlu
tabarruk. Untuk yang sudah berbaiat, awalnya kan tabarruk, jadi mereka
mengamalkan auradh yang dibaca juga oleh ahlu Tabarruk. Setelah berbaiat,
kuantitas zikirnya akan di tambah dan diberikan juga auradh yang lain sesuai dengan
kemampuan.
A: Bagaimana doa yang dibaca setelah berzikir membaca auradh, Ustadz?
B: Setelah wirid doa sesuai dengan keinginan masing-masing. Intinya kan zikirnya.
Yang paling penting prosoes zikirnya. Kalo doa terakhir fatihah saja sudah cukup.
A: Apakah sebelum berzikir membaca auradh para pengikut tarekat ini melakukan
tawasul, Ustadz?
B: Sebaiknya disebut nama-nama syekhnya, Syekh Abdul Qadir dan Syekh Abdullah Al
Araki. Tawassul Saya ringankan, dengan bahasa umum. Ke Syekh Abdul Qadir wa
Masyayikhihim khususushan Thariqah Qadiriyah Arakiyah. Kadang ada juga yang
dibaca dari awal. Itu untuk meringankan jadi dirapel. Sebaiknya memang disebut
Syekh Abdul Qadir, Syekh Abdullah al-Araki, dan saya, ketika fatihahan. Waktu
tawassul, kapan saja. Kalo mau ba’da shalat kan baca auradh. Nah diawali dengan
tawassul. Setiap sebelum wirid. Paling tidak dengan tawassul ke Rasulullah,
Sayyidina Ali, Syekh Abdul Qadir, Syekh Abdullah.
A: Kitab-kitab apa saja yang digunakan di dalam tarekat ini, Ustadz?
B: Al-Ghunyah, ada fadhail-fadhail amal, untuk memperbanyak sunnah. Taklimnya,
sorogan. Kalo bandungan di Masjid Al-Hikam.

Universitas Indonesia
101

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Muhammad Ali Nur Muhammad


Sebagai :Muqaddam Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pamijahan,
Bantarkalong, Tasikmalaya
Usia : 43 tahun
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 18 April dan 19 April 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamalaikum. Perkenalkan nama saya Nur Istiqomah mahasiswi Sastra Arab UI.
Saya mendapat kontak bapak dari Ustadz Hilmi. Saya ingin mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai tarekat Qadiriyah Arakiyah yang bapak ikuti untuk data skripsi
saya. Kira-kira kapan bapak ada waktu luang untuk bisa saya wawancarai?
B: Wa'alaikum salam wrwb. Insya Allah, tapi teknisnya gimana ya?
A: Saya punya 29 pertanyaan pak. Kira-kira bapak bersedia di wawancara secara
langsung, via chat, atau via telfon?
B: Insya Allah mudah mudahan saya bisa menjawabnya. Mohon maaf sebelumnya,
karena saya sekarang sedang menjalani khalwat selama 40 hari, wawancaranya via
chat saja. Gimana?
A: Iyaa. tidak apa2 pak lewat chat saja. Kira-kira kapan saya bisa mewawancarai
bapak?
B: Bagaimana kalau mulai hari senin saja, kira kira siang bada dzuhuran.
A: Baik pak.
A: Assalamualaikum pak. Apakah sudah bisa dimulai wawancaranya?
B: Monggo
B: Monggo, bisa dimulai

Universitas Indonesia
102

A: Sebelumnya maaf pak mengganggu jam istirahatnya. Saya mau mewawancarai


Bapak sebagai murid tarekatnya Ustadz Hilmi. Pertama saya ingin tanya-tanya
mengenai biodata bapak.Nama lengkap bapak siapa? Umurnya berapa? Anak ke
berapa dari berapa saudara? Sekarang tinggal dimana?
B: Nama Lengkap: Muhammad Ali Nur Muhammad, umur 43 tahun. Anak ke 4 dari
lima bersaudara.Tinggal di Andir Wetan Rw 01/01 Kel. Pasanggrahan Kec.
Ujungberung Kota Bandung.
A: Jenis pendidikan apa yangpernah bapak tempuh? Apa aktivitas bapak saat ini?
B: Pendidikan Formal:
• MIN Pamijahan Bantarkalong Tasikmalaya
• MTS Pamijahan Bantarkalong Tasikmalaya
• SMAN 1 Singaparna Tasikmalaya
• UIN SGD Bandung Lulus tahun 2000.
• Pendidikan Non Formal:
• Ponpes Al Hidayah Singaparna Tsm
• Ponpes Bantargedang Islamic Centre Tasikmalaya.
Aktifikas Sekarang Kepala Sekolah di Madrasah AlGhafuriyyah Bandung, Wakil
Ketua Tanfiz NU kelurahan Pasanggrahan. Ketua Yayasan Baitut Tazkiyyah
Pamijahan Bantarkalong Tasikmalaya
A: Kapan bapak berbaiat tarekat Qadiriyah Arakiyah kepada Ustadz Hilmi? Lalu, kata
Ustadz Hilmi bapak sudah diamanahkan menjadi muqaddam ya di Pamijahan?
B: Hari Sabtu sore Bulan Muharom tahun 2010. Ya.
A: Baiatnya dimana pak? Berarti bapak berbaiat sebelum Ustadz.Hilmi tinggal di
depok?
B: Baiatnya di Majelis Ustadz.Hilmi Komplek Ponpes Yapi Al Husaeni Lebak Biru
Desa Ciheulang Kecamatan Ciparay kabupaten Bandung. Ya.
A: Apa yangmemotivasi bapak masuk ke Tarekat Qadiriyah Arakiyah? Apakah
keluarga bapak ada yangikut tarekat? Sejak kapan bapak mengikuti Tarekat
Qadiriyah Arakiyah? Apakah sebelumnya pernah berbaiat?
B: Ingin Belajar istiqomah dalam mencontoh Baginda Rosul, dan mengikuti hukum
hukum Allah, ada isteri saya. Mulai menjalankan secara pribadi sejak saya dibaiat
tahun 2010. Itu yang pertama kalinya.

Universitas Indonesia
103

A: MasyAllah. Istri bapak ikut bertarekat juga? Apakah bapak telah mengenal mengenai
Tarekat Qadiriyah Arakiyah sebelum berbaiat?
B: Alhamdulillah istri saya mengikuti semampu dia. Belum.
A: Proses baiatnya kalo boleh tau bagaimana pak waktu itu?
B: Langsung behadap-hadapan. Ustadz menuntun saya mengucapkan kalimah Dzikir 3
kali dan saya mengikutinya. Sebagaimana dicontohkan oleh Baginda Rosul ketika
membaiat atau mentalqin dzikir kalimah toyyibah kepada Sayidina Ali kw.
A: Lalu setelah membaca zikir dan doa baiat, diberi nasehat-nasehat apa saja pak oleh
Ustadz Hilmi?
B: Diantara nasehatnya adalah Dawwam-kan kalimah dzikir itu setelah sholat itu dibaca
ba'da membaca kalimat dzikir ma'tsurat selepas Sholat. Dawamkan membaca Al
Quran min Satu hari satu juz, melaksanakan puasa sunnat yang dicontohkan oleh
baginda Rosululloh Saw. Selalu membaca salawat dan yang lain lainnya biqodil
imkan.
A: Zikir yang diberikan ke bapak apa saja? Zikir ma'tsurat dibaca setelah sholat juga
Pak?
B: Yang Pokok.
Pembukaannya: Istigfar 200 kali, sholawat 200 kali, kaifiyah-nya karadan artinya 2
putaran tasbe. Kemudian, Laa ilaaha illallah 200 kali, Allah 200 kali, ditutup sama
Asmaul Husna.
B: Jaradan maaf.
B: Mengenai maksud jaradan, kiranya harus dipraktekan, artinya tidak terfokus pada
hitungan, tetapi ditekankan pada khudurul qolbi, kira kira begitu.
A: Jaradan itu yangsekali tarikan tasbih bisa melewati beberapa butir tasbih ya pak?
B: Betul.
A: Kalo boleh tau bapak mulai diamanahkan menjadi muqaddam oleh Ustadz Hilmi
sejak kapan?
B: Setelah saya istiqamah secara pribadi sekita 3 tahun setelah berbaiat.
A: Dari jamaah bapak, apakah ada yang sudah berbaiat atau.belum?
B: Ada. Salah satunya adalah sesepuh Pondok Pesantren Kifayatulloh Nur Muhammad
di bandung
A: Dia baiatnya ke Ustadz hilmi pak?

Universitas Indonesia
104

B: Saya diberi kewenangan oleh Ustadz untuk membaiat.


A: Ooh. Sejak kapan bapak diberi wewenang utk membaiat?
B: Karena kaifiyyahnya sewaktu saya dibaiat diberikan oleh Ustadz.
A: Kaifiyyah itu apa ya pak??
B: Saya baru berani membaiat setelah istiqamah tiga tahun. Ada panduannya tetapi
berbahasa Arab dan didalamnya ada nasehat nasehat, kurang lebih ada 4 lembar
ukuran polio.
A: Kaifiyyah itu hanya bapak yangdikasih oleh Ustadz hilmi?
B: Siapapun yang sudah dibaiat, pegang itu karena di dalamnya ada silsilah Masyayikh
Thariqah Arakiyah. Itulah salah satu motivasi saya mengikuti thariqah ini, karena
simpel pelaksanaannya. Tadi mengenai dzikir ma'tsurat tidak ditinggalkan.
A: Zikir ma’tsurat itu zikir yang seperti apa pak?
B: Sepuh-sepuh kita membaca itu selepas sholat, diantaranya subhanallah 33,
Alhamdulillah 33, dan Allahu Akbar 33.
B: Masih ada yang ditanyakan?
B: Neng juga sudah dibaiat?
A: Belum pak. hehe. Saya sedang meneliti tarekat ini saja.
B: Ya.
A:Bapak baca ini juga (sambil menunjukkan daftar auradh Tarekat Qadiriyah
Arakiyah)?
B: Betul sekali, neng.
A: Sebanyak itu dibaca dalam satu hari pak?
B: Khan itu kondisional. yang pokoknya yang tadi saya jelaskan. kadang lebih dari itu.
Intinya, setiap hembusan nafas diupayakan tidak boleh kosong dari zikir, mengingat
Allah.
A: Oh begitu pak. Bapak, sebenarnya masih ada beberapa yangingin saya tanyakan,
tetapi waktu sudah malam. Dilanjutkan besok saja atau bagaimana pak?
B: Insya Allah siap, Terima kasih neng.
A: Terima kasih banyak juga pak sudah meluangkan waktunya
B: Sama sama semoga bermanfaat.
===
B: Assalamu'alaikum wr.wb. Bagaimana neng?

Universitas Indonesia
105

A: Waalaikumussalam warahmatullah. Mau tanya pak. Apakah di Tarekat Qadiriyah


Arakiyah yang diajarkan oleh Ustadz Hilmi diajarkan gerakan-gerakan saat berzikir
atau tidak?
B: Tidak ada yang khusus, karena gerakan itu mengikuti pengalaman spiritual masing-
masing. Tingkatan awal sama seperti pada umum kebanyakan mengacu pada
penjelasan dalam kitab "kifayatul atqia".
A: Pada saat membaca zikir-zikir itu ada penekanan-penekanan di kalimat tertentu atau
pengaturan nafas tidak pak?
B: Ya, pada dasarnya keluar masuk nafasnya harus teratur tidak tumpang tindih.
Contohnya dalam mengucapkan zikir Laa ilaaha IllAllah nafi isbatnya harus jelas.
Itu dipermulaannya saja, karena selanjutnya kembali kepada pengalaman yang
dirasakan masing masing. Kalau sudah istighraq (tenggelam) dalam zikir susah
untuk dijelaskan.
A: Lalu, kapan bapak membuka majelis zikir di kediaman bapak dan kapan bapak
pertama kali membaiat?
A: Apa yang dikaji? Jamaahnya dr kalangan apa saja pak? remaja dewasa atau lanjut
usia? Jumlahnya berapa?
B: Majelis di kediaman saya di Bandung sudah di mulai tahun 2000. Itu sifatnya untuk
umum meliputi remaja, dewasa, dan lanjut usia. Akan tetapi, mulai diarahkan ke
thariqah 3 tahun setelah saya dibaiat, tepatnya mulai 2013 an. Jumlahnya ada sekitar
100 orang.
B: Di samping kita belajar zikir, juga ada ta'limnya, kajian fikih, tauhid, tasawuf, dan
tahsinul Quran. Bagaimana? sudah cukup, atau masih ada?
A: Di kediaman bapak pesantren,? Diarahkan ke tarekatnya bagaimana pak? Dengan
riyadhoh tertentu atau bagaimana? Lalu, apakah dari jamaah bapak ada yang
berbaiat?
B: Di tempat saya itu berupa Majlis dzikir, taklim dan salawat. Maksudnya dibaiat
thariqah dengan riyadhah tertentu. Banyak yang berbaiat umumnya yang sudah
dewasa dan lanjut usia.
A: Jamaah dewasa dan lanjut usianya baiat tarekat ini pak?

Universitas Indonesia
106

B: Ya. Kita harus hati-hati dalam membaiat tahriqah ini, karena tidak hanya membaiat
saja. Kita dituntut untuk senantiasa menjaganya supaya tetap istiqamah, karena yang
mahalnya itu adalah istiqamahnya. Kira-kira begitu.
A: Kira-kira ada berapa orang Pak yang sudah berbaiat?
B: Setengahnya lebih dari jamaah.
A: OiyaPak, istri bapak baiatnya bersamaan dengan Bapak ke Ustadz Hilmi atau bapak
sendiri? Siapa nama istri bapak?
A: Kira-kira berapa jumlah jamaah yang berbaiat?
B: Istri saya baiat ke saya, karena dia tanggungjawab saya sebagai suami. Nama istri
saya Neni Zakiyah. Sekitar 70 orang, tambah satu, neng yang lagi wawancara ini he
he. Insya Allah
A: Kapan istri bapak baiatnya?
A: Saya belum baiat pak. hehe
B: Itu mah anekdot aja neng. Istri saya baru tahun ini, muga-muga kami dibimbing oleh
Allah.
A: Tepatnya kapan pak baiatnya?
A: Aamiin ya Allah. Mohon doanya juga pak pak biar skripsi saya selsesai semester ini.
B: Bulan Muharrom. Amin, Insya Allah selesai, biidznillah saya doakan. Kalau boleh
tahu namanya siapa? Judulnya apa, neng?
A: Nama saya Nur Istiqomah Pak.
A: Judulnya Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok, di dalamnya
dibahas mengenai sejarahnya juga pak dari Sudan sampai Indonesia.Kalo boleh tau
jamaah bapak berbaiat secara khusus atau bagaimana pak proses baiatnya,?
B: Subhanallah. Nama yang bagus. Alhamdulillah. Kalau sudah selesai saya ingin sekali
membaca karyanya. Baiatnya secara khusus, seperti halnya saya dulu sama guru
saya.
B: Guru saya sangat bijaksana.
A: Semoga sesuai dengan namanya, Pak.
A: Berapa jumlah jamaah bapak yang dewasa dan lanjut usia yang telah berbaiat tarekat
ini? Lebih banyak yang dewasa atau yang lanjut usia, pak?
B: saya bisa istiqamah.
A: Amin. Saya yang istiqomah dari lahir belum juga istiqamah pak.

Universitas Indonesia
107

B: Hehe, neng bisa aja. Sesungguhnya yang sudah istiqamah cuma satu, yang lain
masih belajar istiqamah.
A: Hehe. Oiya pak, sangat bijaksananya itu gimana pak? apakah bisa digambarkan?
Bijaksananya dalam hal apa pak? Selain bijaksana, bagaimana sosok Ustadz.Hilmi di
pandangan bapak?
B: Aduh ini personal sekali, pokonya intinya sangat baik, Neng.
A: Kalau secara umum pak. Selain bijaksana, apa keistimewaan-keistimewaanBeliau
dipandangan bapak? Untuk buat tambahan tulisadata di bagian biografi Ustadz.Hilmi
pak.
B: Tiga Kata ya neng. Cerdas, Sholeh, Mengayomi.
A: Selain istri bapak, apakah ada jamaah perempuan lain yang sudah berbaiat secara
khusus?
B: Ada.
A: Berapa orang pak?
B: Belum banyak, sekitar 10 orang.
A: Apa nama majelis zikir bapak,?
B: Majelis "Sukma Jati".
A: Apakah ada struktur organisasinya pak?
B: Secara sederhana ada, hanya sekedar pengikat silaturahmi saja.
A: Baik pak sekian dulu wawancaranyaa. Besok kalo saya Tanya-tanya lagi boleh pak?
B: Oke, dengan senang hati, boleh. Mohon maaf ya jika ada kata-kata saya yang kurang
berkenan.
A: Sama-sama bapak. Assalamualaikum wr.wb.
B: Waalaikumussalam.

Universitas Indonesia
108

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Fauzy


Sebagai :Muqaddam Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Jalan Palakali,
Kukusan, Depok
Usia : 35 tahun
Lokasi Wawancara : di Jalan Palakali, Kukusan, Depok
Tanggal/Waktu : 4 Februari 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamalaikum. Perkenalkan nama saya Nur Istiqomah mahasiswi Sastra Arab UI.
Saya mendapat kontak bapak dari Ustadz Hilmi. Saya ingin mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai tarekat Qadiriyah Arakiyah yang bapak ikuti untuk data skripsi
saya.
B: Oh, iya. Silahkan, Mbak.
A: Nama lengkap bapak siapa?
B: Ahmad Fauzi.
A: Bapak anak keberapa dari berapa saudara?
B: Anak pertama dari empat bersaudara.
A: pendidikan apa yang telah bapak tempuh?
B: Formal. SMA.
A: Apa aktivitas bapak saat ini ?
B: Aktivitas saya saat ini berdagang.
A:Wirid apa saja yang diamalkan dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Dzikir yang dilaksanakan setelah shalat, istighfar, shalawat, tahlil, Allah-Allah
dengan metode jardalan secara jahr, diucapkan, gak membisu. Jadi, diucapkan
dibarengi dengan jarinya. Kemudian, ada siirr yang tidak diucapkan. Jadi, ketika
dalam kondisi di jalan, bukan dalam wilayah, itu bacanya“subhanallah

Universitas Indonesia
109

walhamdulillah wa laailaaha illallah wallahu akbar laa haula wa laa quwwata illaa
billahi al-‘aliyyi al-’adziim”. Lalu, salawat. Kemudian, istighfar.
A: Apa nasehat-nasehat yang diberikan oleh Ustadz Hilmi setelah berbaiat?
B: Kemudian, ada syarat-syarat yang lain harus bisa melaksanakan sebisa mungkin
berjamaah, dimaksimalkan sebisa mungkin. Kalaupun harus darurat meninggalkan
jamaah kita bayangkan seakan-akan kita berjamaah bersama para malikat.
Qiratulquran, setiap hari itu diusahakan membaca Alquran. Itu tidak ada ketentuan
yang khusus, minimal 1 ayat atau 1 halaman. Tergantung kemampuan si sālik tadi.
Kalo nasehat-nasehat itu ada tertuang dalam ijazah yang diberikan oleh mursyid
beliau di Sudan. Jadi, Ustadz Hilmi diberi ijazah oleh yayasan thariqah itu.
A: Bagaimana tata cara mengamalkan amalan atau wirid dalam tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam?
B: Tata cara mengamalkan, kalo untuk wirid, ada yang wirid maktubah lima waktu,
empat tadi, dengan system jardalan, wirid yang bebas seperti yang telah saya
jelaskan, kalo bias disisipkan dengan bismillah kapanpun dan dimanapun usahakan
kita sempatkan wirid itu dengan sir atau khafiy.
A: Bagaimana pengaruh keikutsertaan anda dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Pengaruh keikutsertaan bagi kepribadian saya, jadi yang pertama saya rasakan itu
sebuah ketenangan, dalam ini bukan sebuah ketenangan yang berarti lebay. Tenang
itu bukan berarti tidak ada masalah. Tapi ia merasa bahwa masalah memang bagian
dari hidup dia dan bukan perkara yang kita fokuskan untuk menghabiskan fikiran di
masalah itu. Justru sikap tenangnya yaitu bahwa masalah ini datangnya dari Allah
dan pasti penyelesaiannya pun akan solusinya datang dari Allah juga. Jadi, kita
hanya beriktiar, berjalan, berusaha apa yang kita fikirkan apa yang kita punya ide
kita laksanakan biar nanti hasilnya Allah yang menentukan. Jadi, lebih ke sifat
pasrah itu yang bikin kita tenang.
A: Pasrah bagaimana maksudnya, Pak?
B: Pasrahituadanya di hati. Tapi, fikiranteteppunya ide, planning, nyari solusi gitu. Tapi
kepasrahan itu kita tempatkan di hati. Bukan pasrah dalam artian tidak bekerja. Tapi
otaknya gak dipake. Tapi orang pasrah itu otak tetep ikhtiar berusaha mencari solusi
ide tapi hati itu harus meyakinkan bahwa terselesaikan masalahnya atau tidak, cepat
atau tidak sukses atau gagalnya suatu perkara kita harus meyakini bahwa ini adalah

Universitas Indonesia
110

jalan Allah. Dan lauhul mahfudz tidak akan meleset mencatatkan takdirnya, sehingga
ketenangan yang timbul, pikiran kasak-kusuk karena wilayahnya itu tapi hati tenang.
Yang kedua dengan dzikir itu, analoginya si hati ada perasaan luas. Kalo hati ini
adalah sebuah wadah maka hati akan melebar luas sehingga masalah yang masuk
adanya lebih kecil daripada wadahnya. Tetapi kalo wadahnya sempit , karena kita
kurang berzikir, masalahnya tidak memenuhi wadah yang sempit aja dia bisa merasa
bahwa masalahnya telah melebihi besar wadah tersebut. Jadi dengan banyak berzikir,
wadah atau hati akan melebar dan masalah terasa lebih kecil daripada saya. Apapun
masalah yang datang. Tingkat kepasrahan kalo kita bener-bener tulus mau
mendekatkan diri kepada Allah, benar firman Allah bahwa Allah bersama dengan
orang-orang yang sabar. Allah bener-bener menemani kita, sehingga kita memuji
kebesaran Allah dengan mengucapkan kata Alhamdulillah tidak hanya di waktu
senang, tetapi di tidak senang juga. Segala puji bagi Allah yang mengurusi segala
sesuatu di semesta alam, baik kesulitan maupun kelapangan. Jadi jika kita berada di
dalam kondisi yang tidak baik, itu masih dalam urusan Allah. Jadi tetap kita harus
ber-tahmid, mengagungkannya di dalam kondisi dan situasi apapun. Bagi orang-
orang yang sudah merasakan kedekatan dengan Allah SWT dan mendapatkan
pertolongan serta hidayah yang dapat merasakan hal itu, mengucapkan kata
“Alhamdulillah” di dalam kondisi susah maupun senang dengan lapang dada.
A: Bagaimana pandangan anda tentang Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Beberapa tarekat memiliki kelebihan atau sisi baik menurut kita maupun kekurangan
atau sisi tidak baik.Pengangkatan Syekh Hilmi sebagai mursyid adalah hak prerogatif
Allah, Allah yang telah memilih. Dan keikutsertaan seorang sālik untuk mengikuti
tarekat ini adalah kecenderungan batin masing-masing individu terhadap Ustadz
Hilmi. Kecenderungan tersebut tidak tergantung pada seberapa lama dan seringnya
intensitas bertemu seorang murid dengan seorang syekh. TQA (Thariqah Qadiriyah
Arakiyah) ini tidak memberatkan para sālik. Tidak seperti tarekat lain, seperi
Naqsyabandi dengan sistem suluknya. Suluk itu si sālik harus menetap di suatu
tempat selama kurun waktu tertentu, dengan berpuasa, menahan ucapan, hanya
berzikir, dengan ditutup dengan kelambu. Metode ini baik dan lebih memfokuskan si
sālik dalam menempuh jalan untuk sampai ke Allah atau wushul, karena terlepas
dari semua materi. Sedangkan Thariqah Qadiriyah Arakiyah tidak ada sistem suluk

Universitas Indonesia
111

sehingga tidak memberatkan para sālik. Selain itu juga tidak ada kewajiban untuk
zikir berjamah di waktu atau tempat tertentu yang khusus, yang penting kita menjaga
kepercayaan yang telah diberikan syekh kepada kita untuk mengamalkan amalan-
amalan yang harus di lakukan. Maka, motivasi untuk menjalankan kewajiban murni
atas dasar dorongan kemauan sendiri. Jadi kalimat ihsan, engkau beribadah Allah
seakan-akan engkau berhadapan dengan Allah. kita jadi merasa dekat dengan Allah.
Tetapi, jika kamu belum bisa merasakan demikian bahwasannya Allah melihatmu.
Jadi, motivasi kita dalam beribadah karena diri sendiri, tidak karena mursyid. Sang
mursyid pasti mendoakan si sālik agar segera wushul, mendapatkan hidayah dan
pertolongan Allah. Jadi para sālik tarekat ini masih tetap melakukan profesi di bidang
masing-masing, di waktu dan dengan pakaian yang tidak dibatasi. Tidak ada waktu
dan tempat yang dikhususkan untuk berzikir bersama. Si sālik sendiri yang datang ke
Ustadz Hilmi. Lalu, mengajarkan ilmu yang bersanad kepada murid.
A: Selain mengamalkan wirid apa kegiatan lain dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyahdi
Pesantren Al-Hikam?
B: Puasa empat puluh hari bulan Rajab. Nabi Musa, Isa, dan Muhammad saw.
berpuasaempat puluh hari maka di Qadiriyah ada berpuasa 3x di dalam 1 tahun, yaitu
puasa bulan Rajab, syahrullah, sampai sepuluh hari bulan Sya’ban, puasanya harus
nyambung, kalo putus kita mulai dari angka 1 lagi. Lalu dilanjutkan Ramadhan.
Jika kita mendekatkan kepada Allah dengan tulus dan ikhlas, pasti Allah akan
mendekati kita. Allah akan menemani kita, dan yang terpenting Allah menunjukkan
kepada kita ilmu dan hikmah. Kalo ilmu kita bisa mempelajari secara formal lewat
jenjang pendidikan. Hikmah itu, seperti minum madu. Madu itu kita bisa
menjelaskan kepada orang rasanya seperti apa, harus meraskaan sendiri. Kita pingin
tahu yang namanya sabar kita harus susah, tawadhu kita harus pernah direndahkan
oleh orang, masing-maisng meraskan melalui suatu peristiwa yang membuahkan
hikmah. Dalam menyebarkan tarekat ini tidak seperti orang dagang, tetapi dakwah
bilmauidzah hasanah. Dengan nasehat. Kalo bener-bener ingin berbaiat baru di bawa
ke Ustadz Hilmi.
A: Apa manfaat dari mengikuti program dan kegiatan selain wirid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?

Universitas Indonesia
112

B: Zikir itu, satu, menenangkan hati, ada didalamnya pasrah, legowo, sifat-sifat
mahmudah. Ketika kita sudah memiliki sifat itu efeknya hati menjadi tenang. Dua,
hati menjadi luas sehingga masalah apapun yang terjadi tidak menjadikan beban.
Tiga,hati ini ada dua kemungkinan, cenderung ke keburukan dan kebaikan. Misal
kita tidak pernah berdzikir maka yang masuk ke dalam hati adalah nuktah-nuktah
atau titik hitam yang membuat hati menjadi gelap. Misal perbuatan fisik yang
melanggar syariat dan penyakit hati yang lebih kronis. Jika demikian, mau di
masukkan kebaikan atau nasehat apapun tidak diterima. Apalagi dikenalkan dengan
Allah. Tidak ada rasa takut dan berharap kepada Allah, karena hatinya sudah rusak.
Langkah awal untuk membenahi itu adalah zikir dengan intens, tulus, ikhlas, untuk
mengangkat noda-noda, membersihkan dan menata hati sehinggga mudah diberika
kebaikan dan sudah mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Baik dari
nasehat manusia maupun kepekaan yang Allah kasih ilmu kedia melalui perjalanan
hidupnya.
A: Hambatan apa yang anda alami selama mengamalkan wirid dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Hambatan dalam berzikir pada umumnya orang yang beribadah hambatan utamanya
adalah malas, hawa nafsu, malas untuk beribadah, yang disebabkan oleh banyak
faktor, bisa dari makanan yang kita makan, baik zat maupun cara memperolehnya.
Yang menyebabkan kemalasan dan pembangkangan. Kekurangan motivasi karena
ketiadaan ilmu yang dimilikinya, ataudia tidak atau kurang berusaha mencari ilmu
yang diperoleh dari tafakkur, melihat tanda-tanda Allah, yang terutama adalah karena
faktor pertolongan Allah, orang semangat, takut dan mudah ibadah mutlak karena
pertolongan Allah.
A: Apa perbedaan yang anda rasakan sebelum mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dan setelah mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah terhadap pengalaman spiritual
anda?
B: Lebih pasrah menjalani hidup, lebih melihat kebesaran Allah, lebih mentadabburi
dan disinkronkan dengan yang terjadi. Dan efek spiritual dalam menjalankan ibadah
sehari-hari. Yang mengarahkan kemana, kepada siapa, dan untuk apa kita hidup.
Walaupun yang kita jalankan terlihat untuk dunia, tetapi selalu usahakan tujuannya
untuk beribadah untuk akhirat.

Universitas Indonesia
113

A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan sengaja amalan Tarekat Qadiriyah


Arakiyah?
B: Zikir pernah ditinggalkan dengan sengaja, karena kelalaian kemalasan, kerja, sakit.
Tetapi tetap ada penyesalan dan takut. Dan ada keinginan untuk tidak meninggalkan
dan diulangi lagi. Allah memaafkan dalam 3 perkara, lupa, tidur, dan gila. Kalo
sengaja meninggalkan zikir diganti pada hari lain. Meninggalkan zikir menimbulkan
perasaan tidak tenang. Karena sudah menjadi sebuah rutinitas dan kebutuhan rohani.
A: Setelah mengikuti dan mengamalkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah, pengalaman
spiritual apa yang anda peroleh? Dalam bentuk nikmat atau cobaan?
B: Biasanya pengamal tarekat jika berbaiat dan ikhlas berniat mendekatkan diri kepada
Allah maka diterima oleh Allah, dan konsekuensinya, Allah menerima sang hamba
terlebih dahulu dengan membersihkan kotoran-kotoran yang menenpel di tubuhnya.
Proses pembersihan itu bisa berupa cobaan, seperti goncangan ekonomi. Maka bagi
seorang sālik yang belum mengetahui ilmu, semakin mendekat kepada Allah
semakin banyak ujiannya. Padahal itu bentuk dari pembersihan diri Allah dengan
diberi pelajaran melalui peristiwa-peristiwa di dalam perjalannya secara tidak sadar
mengajarkan ikhlas, ridha,dan lain-lain, yang didapat melalui tafakkur agar
beribadah hanya untuk Allah, ikhlas dalam beribadah kepada Allah. Caranya bukan
lewat sms, tetapi lewat itu. Awalnya saya bekerja dengan penghasilan yang banyak
dengan jatuhnya ekonomi saya saya bisa merasakan rasanya diremehkan.
Takabbarur-nya ditekan dan tawadhdhum-nya dinaikain. Karena semua ini adalah
mutlak pertolongan dari Allah. Dan atas kehendak Allah. Indikasi seseorang diterima
oleh Allah adalah menjalani dengan kesabaran dan khusnudzan terhadap takdir Allah
dan tetap bersyukur.Ada dua orang, orang yang mendekati Allah, Allah yang
mendekati itu. Manusia adalah makhluk materi, ritual dan spiritual.

Universitas Indonesia
114

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Muhammad Tajul Mafachir


Sebagai : Peneliti Sufisme di Sudan
Usia : 27 tahun.
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 28, 29, 30 Maret dan4 April 2018.

A = Penulis
B = Nara sumber

(28 Maret 2018)


A: Assalamualaikum mas Tajul. Mohon maaf sebelumnya jika mengganggu waktu
istirahat anda. Perkenalkan saya Nur Istiqomah, mahasiswi tingkat akhir Sastra Arab
UI. Saya sedang meneliti tentang asal usul tarekat qadiriyah Arakiyah di Indonesia,
perkembangan, ajaran, serta prakteknya. nah, saya perlu mengetahui data perkembangan
tarekat tersebut di sudan bagaimana. Apakah anda bisa berbagi mengenai tarekat
tersebut kepada saya?
B: Alhamdulillah. Apa yang bisa saya bantu?

(29 Maret 2018)


A: Mohon maaf mas, baru membalas. Tarekat qadiriyah kan di bawa oleh Syekh
Abdullah Al-Araky melalui baiatnya dengan Sayid Habibullah Al Ajami. Itu tepatnya
waktunya kapan ya mas? Tahun berapa? Lalu setelah masuk ke sudan
perkembangannya bagaimana? Menyebarnya ke mana saja?
B: Habibullah Al Ajami. Bertemu di madinah. Sebab sewaktu tajudin al buhari ke
Sudan, Syekh abdullah masih muda, ahli fikih, sangat kuat syariatnya. Kemudian
melihat Syekh-Syekh lain, seperti SyekhMuqbil, Idris Wad Arbab, Wad Hadunah pada
sampai derajat istimewa, dikejarlah SyekhTajudin ke Hijaz. Dan ternyata beliau sudah

Universitas Indonesia
115

meninggal, berbaiatlah Syekh Abdullah Al Araki ke Syekh Habibullah Al Ajami di


Madinah. Tahun nya nanti saya lihat kalau di rumah.
A: Syekh Muqbil, Idris, dan Hadunah itu murid sayyid tajudin mas?
B: Maksud saya bukan Muqbil, tapi Bana Naqa Ad-Dharir. (melampirkan media) Ini
cuplikan buku saya. Saya belum bisa kasih filenya. Coba ditelaah yang ini dulu.
A: Bukunya dijual mas? Saya mau beli kalo dijual.
B: Bukunya justru belum saya publish. Saya tahan hehe.
A: Selama ini yang bawa tarekat ini ke indonesia dan menyebarkan baru Ustadz Hilmi
ya mas?
B: Pak Hilmi murid langsung Syekh Abdullah bin Rayah dan sudah dapat ijazah
ammah.

(30 Maret 2018)


A: Mas, di Indonesia yangmembawa dan menyebarkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
cumaUstadz.Hilmi?
B: Iya, sejauh ini.
A: Setiap mursyid ajarannya sama aja atau beda-beda mas?
B: Kalau asasnya sama saja. (melampirkan media) Ini deh saya kirim tulisan saya. Tapi
saya mohon jangan dipublish ya, kecuali datanya bisa sampyan pergunakan. Selain itu
jangan. Tolong dijaga. Di bagian ini yang sampean banyak butuhkan. Saya masih
menulis soal itu soalnya.
A: Alhamdulillah..nggih mas saya jaga insyAllah. tidaksaya sebarkan. Lalu, penulisan
di footnotenya gimana mas?
B: Iya. Coba dilihat di halaman 52. Itu data yang sampyan butuhkan semua ada disitu.
Iya, wawancara sebagai peneliti. Sebab saya peroleh data juga dari masyayikh, sumber
pribumi melalui wawancara, dan research arsip di perpustakaan nasional Sudan.
A: Nggih, mas. Terimakasih banyak.
B: Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah yangsekarang ini keturunan Syekh Dafullah bin
Muqbil bin Nafi.
A: Satu keturunan sama Syekh Abdullah, pendiri Tarekat Qadiriyah Arakiyah kan mas?
B: Ya.

Universitas Indonesia
116

(4 April 2018)
A: Assalamualaikum, Mas Tajul. Jadi pendapat yangtsiqoh mengenai siapa
yangmenikah dengan anak hasan maarik itu Syekh Muhammaf Nafi atau Syekh
Muqbil?
B: Sayid Muqbil bin Nafi. Itu beda beda generasi. Di sejarah Sudan biasa sekali sejarah
melenceng dari nalar kronologi sebab beberapa sumber terputus karena gejolak politik
ekonomi seperti kudeta. Banyak sanad-sanad dan informasi yang terputus. Seperti
kesulitan yang saya alami. Sejarah banyak di rumah tahun 1988 setelah Imam Mahdi
memimpin menghancurksn sejarah sebelumnya. Dan pada zaman Ali Mirghani begitu
pula yang terjadi. Sebelum akhirnya kudeta berlanjut di zaman Hasan Omar Bashir di
tahun 90-an.
A: Oh, begitu. Tapi yang pertama kali ke sudan Sayid Muqbil atau Sayid Nafi mas?
B: Kalau yang lebih tua ya Nafi.Tapi persoalannya kan Nafi yang nikah atau Muqbil
yang nikah. Hasanal maarik itu orang besarnya kesultanan Funj. Soalnya riwayatnya,
nafi pernah ke sudan trus balik lagi ke Hijaz.
A: iya. Lalu saya nulis Sayid Muqbil atau Nafi ya yangnikah, mas?
B: Sayid Muqbil saja. Lebih aman. Tapi sebutkan juga teori yanglain. Yang dari
Dr.Hasan Ahmad Zouruq itu.
A: Baik, mas. Yang datang ke sudan pada masa Hujaj bin Yusuf itu Sayyid Muhammad
Nafi atau Sayid Muqbil mas? Lalu, kedatangannya itu dikirim sama Hujaj atau karena
permusuhan Hujaj terhadap ahlulbait menjadikan ahlul bermigrasi ke Sudan? Di buku
azraq thaybah dituliskan karena permusuhan pada masa Hujaj terhadap ahlulbait? Lalu,
Sayid Muhammaf Nafi nikahnya sama siapa ya mas?
B: Iya karena gejolak politik di Hijaz. Banyak asyraf yang pada hijrah. Ibunya kalau
ngga salah namanya Hadiyah.
A: Baik, mas. Terima kasih atas infonya.

Universitas Indonesia
117

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Ersal Fahrul Yoserizal


Sebagai : Ikhwan Tarekat Qadiriyah
Usia : 23 tahun
Lokasi Wawancara : di Masjid UI
Tanggal/Waktu : 11 Februari 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Siapa nama anda?


B: Namasaya Ersal Fahrul Yoserizal.
A: Berapa usia anda?
B: Umursaya 22 tahun.
A: Dimana alamat anda?
B: Alamat KTP saya Kemit, RT 04/01, Grenggeng, Karanganyar, Kebumen
A: Bagaimana urutan dalam keluarga anda?
B: Sayaanakkeduadaritigabersaudara.
A: Jenis pendidikan apa yang telah anda tempuh?
B: Sayapernahmenempuhpendidikan formal & informal.
A: Pendidikan jenis apa yang sedang anda tempuh sekarang?
B: Non-formal di pondokpesantren.
A: Apa saja aktifitas yang anda lakukan di lembaga pendidikan yang anda ikuti
sekarang?
B: Kerja, Ngaji, Organisasi, Bisnis.
A: Siapa saja dalam keluarga anda yang mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Hanya saya saja.
A: Sejak kapan anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Sejak 1 Muharram 1439 H.
A: Apa motivasi anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?

Universitas Indonesia
118

B: Untuk Tazkiyatun Nafs wal ma'rifatullah.


A: Siapa yang mendorong anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Diri saya sendiri.
A: Kapan anda berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam?
B: Tanggal 1 Muharram 1439 H.
A: Bagaimana proses pada saat anda baiatTarekat Qadiriyah Arakiyahdi Pesantren Al-
Hikam? Ceritakan.
B: Mursyid membacakan kalimat-kalimat bai'at dan saya mengikuti sambil salaman
(berjabat tangan). Saya mengikuti kata-kata Beliau sampai Beliau berkata sudah.
Lalu dibacakan ijazah tarekat dan sanad sampai Rasulullah . ‫ صلى هللا عليه وسلم‬selesai.
A:Bagaimana tata cara mengamalkan amalan atau wirid dalam tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam? Ceritakan.
B: Membaca istighfar, sholawat, tahlil dan asma Allah bisa dengan satu kali butir tasbih
1 istighfar (misal istighfar) atau tasbih ditarik dengan tangan kanan dan tangan kiri
seperti menahan sehingga tasbih (alat berdzikir) tersendat2. setiap satu kali butir
tasbih tersendat dianggap 1 kali istihhfar. (insya Allah akan ditunjukkan)
A:Wirid dan hizib apa saja yang diamalkan dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Yang wajib untuk saya hanya istighfar, sholawat, tahlil dan asma Allah masing-
masing 200x ba'da sholat. Jika lupa/terlewat harus di-qadha. Yang sunnah, baca
Alquran, kirim fatihah ke para mursyid, baca asma'ulhusna, qiyamullayl dan
beberapa yanglain sebagaimana sunnah biasanya tetapi lebih ditekankan agar
dilakukan.
A: Bagaimana pengaruh keikutsertaan anda dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Intinya Alhamdulillah, semakin bisa tenang dan semakin bisa melihat kesalahan-
kesalahan diri.
A: Bagaimana pandangan anda tentang Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Sebagaimana tarekat pada umumnya, menjadi jalan untuk tazkiyah nafs.
A: Selain mengamalkan wirid apa kegiatan lain dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyahdi
Pesantren Al-Hikam?
B: Puasa 40 hari di bulan Rajab.
A: Apa manfaat dari mengikuti program dan kegiatan selain wirid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?

Universitas Indonesia
119

B: Membuat lebih tenang.


A: Hambatan apa yang anda alami selama mengamalkan wirid dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Istiqamah ketika sedang banyak kesibukan.
A: Bagaimana pelaksanaan Tarekat Qadiriyah Arakiyah dan kegiatan yang masih
bersangkutan dengan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam ini?
B: Dilaksanakan dengan disesuaikan kegiatan pesantren dan sebagai penguat ajaran-
ajaran pesantren.
A: Apa perbedaan yang anda rasakan sebelum mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dan setelah mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah terhadap pengalaman spiritual
anda?
B: Alhamdulillah semakin banyak tersambung dengan ulama wal haba'ib dengan
pengalaman masingterhadap Beliau-beliau. Dalam ibadah semakin terasa bahwa
ibadah itu dari Allah.
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah memberikan pengaruh yang baik?
B: Ya, berpengaruh.
A: Jika iya, apa pengaruh baik yang anda rasakan?
B: Mengembalikan kondisi batin menjadi tenang.
A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Pernah, ketika waktu untuk wirid sempit dan harus melanjutkan aktivitas. Di-qadha
di waktu berikutnya.
A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan tidak sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Pernah karena lupa atau ngantuk, dan lain-lain.
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah jika tertinggal dengan sengaja atau tidak
disengaja dapat di-qadha di lain waktu?
A: Dapat.
A: Apakah anda merasa tidak tenang jika anda sengaja meninggalkan amalan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah?
B: Iya.

Universitas Indonesia
120

A: Setelah mengikuti dan mengamalkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah, pengalaman


spiritual apa yang anda peroleh? Dalam bentuk nikmat atau cobaan?
B: Banyak nikmat yang Allah berikan dalam bentuk saya diselamatkan dari kondisi-
kondisi yang berbahaya untuk keselamatan saya (utamanya keselamatan agama, jiwa
dan akhirat). Itu menjadi cobaan, apakah saya bisa bersyukur dengan bersungguh-
sungguh mendekat kepada Allah. itu cobaan yangsangat berat. wallahu a'lam.

Universitas Indonesia
121

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Dr. Sontang


Sebagai : Ikhwan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
Usia : 50 tahun
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 19 Mei 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Nur Istiqomah mahasiswi Sastra Arab UI.
Saya mendapat kontak bapak dari ustadz Hilmi. Saya ingin mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai tarekat QadiriyahArakiyah yang bapak ikuti untuk data skripsi
saya. Kira-kira kapan bapak ada waktu luang untuk bisa saya wawancarai?
B: Wassalam, kabar saya baik. Ok baiklah kalau begitu boleh adek Nur tuliskan saja
kuesioner pertanyaannya ya supaya saya jawab sebab saya sekarang berada di Medan
minggu lalu memang saya ada di depok ini email saya : sinoatrialnode2u@gmail.com,
muhammad.sontang@usu.ac.id tanks
A: Baik, saya kirim pertanyaannya lewat email. Terima kasih banyak pak.
===
B: Salam. ini dek Nur Istiqomah ya? Mahasiswanya ustadz Hilmi ya? Kalau boleh on
the spot sekarang boleh la ditanya supaya saya langsung jawab ya. Jangan terlampau
lama nanti sebab selasa saya pun mau ke malaysia lagi.
A: Waalaikumussalam Pak. Iya benar.
B: Ada urusan paten produk ya dek tanks.
A: Kalo boleh tau Bapak ikut tarekat ustadz Hilmi sejak kapan?
B: Oh ya 2 tahun lalu.
A: Dimana Bapak berbaiatnya?
A: Kalo boleh tau berbaiatnya tepatnya kapan Pak? Tanggal berapa dan bulan berapa?
B: Di pondok Hikam dek.

Universitas Indonesia
122

B: Hari minggu pagi jam 9 pagi.


A: Tanggal berapa dan bulan apa pak?
B: 3 Juli 2016.
A: Bapak tau ustadz Hilmi mempunyai tarekat dari siapa? Apa alasan bapak memilih
ustadz Hilmi sebagai mursyid?
B: Darimurid-muridnya mahasiswa yang ada di pondok sekolah tinggi hikam.Pada saat
saya sembahyang taraweh pada bulan Ramadan 2 tahun lalu. Ya, sebab saya sudah juga
sebelumnya mengikut tarekat qadariah naqsabandiyah mursyidnya alm. Syeikh Abah
Anom yang berada di Tasikmalaya Jawa Barat dan lagi pula posisi domisili saya dengan
pondok Hikam dekat rumah saya di koja depok tempo hari sekarang di medan ya.Jadi
saya senang untuk dapat pencerahan ilmu dan amaliah nya tarekat qadariah-nya ustdz
Hilmi.
A: Oh seperti itu Pak. Jadi Bapak pindah tarekat atau mengikuti dua tarekat?
B: Sebab sebelumnya tarekat yang sudah saya kaji dalam PhD saya adalah
berkaitandengan tarekat qadariah.gabungan dengan tarekat naqsabandiyah.
A: Apa yang menarik dari ajaran dan amalan tarekat ustadz Hilmi Pak?
B: Jadi untuk mendapatkan keilmuan dan wawasan saya setelah DR metafisika tasawuf
dari Malaysia.Perlu adanya pemfokusan kajian nantinya unttuk mengetahui juga filosofi
tareqat qadariah itu sendiri. Dan nantinya juga tareqat naqsabandiyah.
A: Owh begitu Pak. Kalo menurut Bapak makna tasawuf dan tarekat itu apa?
B: Dan seterusnya bagaimana sehingga adanya penggabungan qadariah +
naqsabandiyah.
A: Setiap tarekat memiliki filosofi tersendiri pak?
B: Jadi untuk mendapatkan benang merah filosofi masing-masing tareqat dikompilasi
supaya semakin tertarik dan seronok ya dek. Bukan pindah tapi ada yang namanya
mendapatkan wawasan , ilmu tarbiyah.
A: Maksudnya gimana nih pak? saya belum sampai .
B: Dan ada yang namanya berguru rohani. Jadi, kita disuruh cari ilmu dari mana saja
untuk mendapatkan WAWASAN dan saya sebagai peneliti untuk mendapatkan filosofi
latar belakang tareqat masing-masing.
A: Kalau menurut Bapak, apa yang menarik dari ajaran dan amalan tarekat ustadz
Hilmi?

Universitas Indonesia
123

B: Ya setiap tarekat punya dasar latar belakang pendiriannya tergantung mursyidnya


untuk membuat kurikulum dan sillabus sendiri. Hakprerogatif sang guru.Untuk
membuat inovasi dalam proses pembelajaran (PBM) nya kepada jamaahnya. Harus
banyak belajar lagi adek dan coba juga utk mengamalkannya. Kalautak tidak sampai ya
dek. Sebabtarekat tasawuf itu awal muasalnya bukanlah sebuah ilmu. Dasarnya adalah
adabiah, akhlak.Seorang murid kepada seorang yang berguru rohani untuk mencari
tuhannya ALLAH swt. sehingga untuk mendapatkan jalan yang terbaik mesti
berguru.Supaya ajaran yang ditransfer seorang guru harus beradab seorang
murid.supaya transfenya boleh diwariskan cahaya (nur) ilahiyah yang disampaikan
seorang guru kepada murid melalui amaliah wird i.e. zikirullah. Baru mengapa ada ilmu
selanjutnya? Supaya boleh dapat dikaji dan dikembangkan oleh generasi berikutnya.
Makanya terdapatlah sebuah ilmu yang namanya tasawuf. Dibuatlah secara sistematis.
Mengikut kaedah-kaedah keilmiahan. Mesti ada rujukan minimal 3. Kemudian terukur,
logis, rasional e.t.c. Tergantung jenjang yang akan dicapai mulai dari TK-S-3 dalam
bidang ilmu tasawuf. Ya kan dek?
A: TK-S-3 itu apa ya Pak?
B: Yang menarik ya analisisnya sangat dasar sehingga boleh nanti saya analisa secara
konsep metafisika saya.Supaya saya tau bagaimana konsep secara ilmu fisika, kimia,
matematik, filosofi, biologi dan ict nya. Supaya semakin tertarik dalam mencari ilmu
ketuhanan (ketauhidan) ini dalam penentuan Tuhan itu adalah ALLAH. Bukan ALLAH,
bukan tuhan yang maha esa dan bukan lain-lain tuhan diri, tuhan mahluk tuhan gaji
tuhan bos, tuhan waktu. Tuhan atasan kita etc ya kan dek?
B: Taman kanak-kanak, dan S-3 doktor maksudnya dikaji secara ilmiah ilmu tareqat
tasawuf dari level.TK sampai Doktor.
A: Iya Bapak. Wah sangat menarik penjelasan Bapak.
B: Di lembaga resmi maupun tidak itu maksud saya. Ya memang kalau mengkaji ilmu
filosofi ketauhidan metafisik menuju makrifatulloh itu ya memang asyik. Karena kita
mengkaji diri supaya kenal sang pencipta kita. Jadi bukan ilmu-ilmu hukum, ilmu sosial
dan etc, walaupun semuanya itu ilmu allah. Namun yang paling utama adalah ilmu
mengenal allah.
A: seseorang dikatakan telah mengenal Allah itu tanda-tandanya bagaimana sih Pak?

Universitas Indonesia
124

B: Bagaimana supaya diri kita senantiasa selalu bersih, suci sampai ke mata hati kita 6
lapisan yang terdalam dari dada kita (hadis qudsi) sampai ke sir alasir(rahasia Allah).
Dari tazkiyatun nafs sampai kepada tasfiyah al qulub. Membersihkan diri sehingga inert
diri (dalaman diri = mata hari, sir, alas sir), Kalau boleh sampai fana' billah melalui alat
pencucinya i.e.zikirulloh.Nafi Isbat dan Isbat, Laa Ilaaa Ha Illa Allah, dan
Allah...Allah...Allah. Zikir jahr (Laa...) & zikir Khafy (Allah).
Tanda-tandanya ya. Manusia itu harus senantiasa sampai nano detik terus ingat Allah.
Dalam proses bernafas kita senantiasa hanya Allah yang ada,supaya tidak lalai, selagi
kita tidak ingat setiap saat Nanosecond, ya dia terhijab. Di situlah pintu-pintu jalannya
syetan (penggangu) masuk, terbelenggu dengan hiruk pikuk nya dunia kita ini. Kenal
kita apabila kita ada merasa terus berdosa dengan belenggu yang mengalir dalam darah
kita, sehingga kita akan berupaya bertaubat untuk terus berusaha mensucikannya
kembali FITRAH seperti sedia kala dulu. Alas tu birobbikum qooolu bala.
A: Cara mengetahui mata hati kita bersih itu bagaimana Pak?
B: Sutrat Al A'raf 172. Kalau kita terus berusaha kotor maka kita juga bertaubat tidak
mengulanginya. Dan terus berusaha membersihkan / menyucikan sampai ke dalam mata
hati kita yang paling dalam dengan selalu merenung kesalahan dengan tentunya minta
ampunan atau doa kepada Allah dengan jalan harus berguru rohani supaya ada yang
mengawasi perjalanan kerohanian kita menuju makrifatullohnya, agar Allah bagi
Hidayah kepada kita sebab semuanya karena AllahLaa Haw Laa Wa Laa Quwwata Illa
Billah.Yang kita harus berzikir....zikir...zikir terus. Nanti kalau sudah banyak dan ikut
aturan main kaedah berguru bersanad berdoa munajat dapat hidayah Allah kasih
kelebihan satu-satu dibukakan jalannya menuju Allah. Itu harus dilaksanakan makanya
saya katakan itu awalnya bukanlah sebuah ilmu. Dalam proses yang panjang dijadikan
ilmu untuk keperluan para generasi selanjutnya dari zaman manusia ada adam dalam
proses pencariannya ini filosofinya ya dek.
A: Hmmm. Berarti yang hanya tabarrukan dan berbaiat berbeda ya Pak pengalaman
yang diperoleh?
B: Ya, maka ada istilah perjalanannyailmu, amal, ilmiah, dan amaliah ada 4 konsep
dalam 1 dalam konteks integrasi iman, islam, dan ihsan. Ya, tabarruk dan berguru
secara kontinyu. Kalau tarbiyah bertabarruk kemana-mana guru kan boleh, bukan mesti

Universitas Indonesia
125

guru tarekat. Guru salafi wahabi juga boleh kan? Apalagi guru hadis, fikihdan ambil
yang baiknya, dapatkan hikmah dari kekurangan kalaupun ada.
A: Maksud tabarrukan mengamalkan amalan tarekat ustadz Hilmi Pak. Hhe
B: Ya, saya pengkajinya, karena tarekat ustdz Hilmi kan qadariah ya otomatis sudah ada
dalam TQN.Na mun untuk details-nya atau pecahannya mesti saya tahu qadariahnya
bagaimana asbab-asbabnya muncul dan digabungkan
A: Kalau perbedaan tarekatnya ustadz Hilmi dengan TQN apa saja Pak?
B: Ya bedanya tidak ada naqsabandiyah-nya. Namun dari pelaksanaanya tetap ada kata
kalimat tauhid Allah Allah
A: Hehe. Maksudnya perbedaan dari segi amalan dan ajarannya Pak? Ada tidak?
B: Tujuannya sama. Kalau cara memang mestibeda, tak mungkin sama. Sebab itu
makanya ada mursyid pengasas nya, harus ada dasar pemikirannya. Sebab itu kan satu
cara pendekatan saja beda tapi satu tujuan untuk mengingat Allah.
A: Apa yang membedakan tarekat ust hilmi dg TQN dan Tarekat Qadiriyah lainnya
Pak?
B: Yang membedakannya cara beramal saja maksudnya dalam melafalkan kalimat
tauhid Laa Ilaaha IllaAllah. Dari masing-masing titik latifah itu, dan ada yang tidak
pakai terus saja ada yang mesti diarahkan. Itu adalah sebagai pendekatan saja ya dek,
yang penting dia itu ikuti arahan guru yang sesuai kata mata hatinya.
A: Titik-titik latifah itu maksudnya bagaimana Pak?
B: Jadi menurut pengalaman saya yang penting kita harus ikut tasawuf dan bertareqat.
Kemudian ikuti lagi berhakekat dan bermakrifat, supaya wawasan nya luasjangan hanya
satu guru. Kalau satu guru tidak ada yang dibandingkan. Jadi selalu menyalahkan ajaran
orang lain. Ini salaH itu salah, padahal semuanya menuju kebenaran bukan benar, yang
benar itu hanyalah Allah. Semuanya relatif dari kacamata mana kita memandangnya
lihat posisi, jarak, etc. Terus belajar titik dua latifah lihat di internet ya nanti saya
ambilkan. Dan banyak lagi versi lain sila bersilancar di internet ya.
A: Terima kasih banyak Pak penjelasannya.
B: Salam mahabbah ya dek.

Universitas Indonesia
126

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Yusrizal


Sebagai : Ikhwan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
Usia : 47 tahun
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 2 Februari 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Siapa nama anda?


B: Nama saya Yusrizal Arafat.
A: Berapa usia anda?
B: Usia saya46.5 tahun.
A: Dimana alamat anda?
B: Alamat saya di Jl. Anyelir VI RT. 003 RW. 06 No. 92, Depok Jaya, Pancoran Mas,
Kota Depok.
A: Bagaimana urutan dalam keluarga anda?
B: Anak keilma dari lima bersaudara, laki semua.
A: Jenis pendidikan apa yang telah anda tempuh?
B: Saya telah menempuh perguruan tinggi, Teknik Kimia.
A: Pendidikan jenis apa yang sedang anda tempuh sekarang?
B: Saya sedang menempuh kursus-kursus, Workshop dan seminar motivasi marketing,
hypnoselling, IT, dan lain-lain.
A: Apa saja aktifitas yang anda lakukan di lembaga pendidikan yang anda ikuti
sekarang?
B: Saya mempraktikan ilmu setelah workshop atau kursus yang saya lakukan.
A: Siapa saja dalam keluarga anda yang mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Tidakada.
A: Sejak kapan anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?

Universitas Indonesia
127

B: Sejak Ramadhan 1437 H, 2.5 tahun yang lalu.


A: Apa motivasi anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Yang pertama, saya tertarik penjelasan dari beberapa ahli, bahwa perlu seorang guru
atau mursyid yang menjadi pendamping kita belajar, terutama belajar tasawuf, saya
tertarik belajar Tasawuf karena saya menemukan spiritualnya Islam. Yang kedua, di
Tarekat Qadiriyah Arakiyah ini, Guru ataumursyidnya lebih dekat lokasinya dari
tempat tinggal saya, sebelumnya pernah juga diajak atau diberitahu teman tapi belum
baiat Tarekat Asy-Syadziliyah, karena jauh lokasinya di Tulung Agung, Jawa Timur.
Yang ketiga, di Tarekat Qadiriyah Arakiyah ini, saya bisaa mengikuti selain
amalannya tapi juga bisa mengikuti kajian Tasawufnya, dan bisa konsultasi
langsung. Yang terakhir, di Tarekat Qadiriyah Arakiyah ini, dikasih kebebasan,
setelah berbaiat, untuk ikut tarekat lain.
A: Siapa yang mendorong anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Saya sendiri.
A: Kapan anda berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyahdi Pesantren Al-Hikam?
B: Ramadhan 1437 H.
A: Bagaimana proses pada saat anda baiat Tarekat Qadiriyah Arakiyahdi Pesantren Al-
Hikam? Ceritakan.
B: Prosesnya, saya utarakan niat mau berbaiat, berhadapan langsung dengan Ustadz
Helmy. Sebelum Ustad Helmy mimpin Baiat, dijelaskan tujuan baiat, proses baiat,
dalil-dalilnya, tanggungjawabnya. Ditalqin membaca syahadat, baiat, dan seterusnya.
A: Bagaimana tata cara mengamalkan amalan atau wirid dalam tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok? Ceritakan :
B: Amalandanbacaanwiridnyadianjurkansetiap setelah sholatwajib :
1. Wirid
- Didahului niat membaca wirid ini lillahita’ala,
- Kemudian tawasulan (kehadirat Nabi Muhammad saw, ke Khalifatur Rasyidin, ke
Syekh Iman Junaed Al Baghdhady, ke Syekh Imam Abdul Qadir Jaelani, ke Syekh
Abdullah Al Arakiy, ke Ustadz Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki)
- Istighfar 200x
- Sholawat 200x
- Tahlil 200x

Universitas Indonesia
128

- Allahu 200x
- AsmaulHusna 1x
- Hasbiyallah wa nikmalwakil, nikmalmaulawanikmannashir
- Ya Lathif 1000x
2. Kemudian membaca Alqur’an 1 hari 1 juz
3. Birrul Walidain
A: Wirid apa saja yang diamalkan dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Seperti jawaban sebelumnya.
A: Bagaimana pengaruh keikutsertaan anda dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Mengamalkan zikir menjadi lebih khidmat, Iman seseorang naik-turun, zikir atau
amalan dari tarekat membuat kita kembali berusaha menjaga iman tersebut. Tapi
ketika sibuk biasanya masih sering lupa. Panduan amalan zikir dan pemahaman
Tasawuf, membuat kita cepat kembali memperbaiki diri, tidak putus harapan kepada
Allah SWT.
A: Bagaimana pandangan anda tentang Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Cukup pas bagi yang ingin belajar tasawuf di tengah-tengah kondisi seorang yang
tinggal dikota, di antara kesibukan dan godaan hiburan,
A: Selain mengamalkan wirid apa kegiatan lain dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Pesantren Al-Hikam?
B: Saya belum terlalu intens ikut berbagai program.
A: Apa manfaat dari mengikuti program dan kegiatan selain wirid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Saya belum terlalu intense ikut berbagai program.
A: Hambatan apa yang anda alami selama mengamalkan wirid dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Kesibukan saya.
A: Apa perbedaan yang anda rasakan sebelum mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dan setelah mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah terhadap pengalaman spiritual
anda?
B: Kontrol emosi di saat stress, kegagalan dalam suatu urusan menjadi lebih sabar.
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah memberikan pengaruh yang baik?

Universitas Indonesia
129

B: Iya, serasa punya pegangan untuk kita kembali ke jalur mendekat kepada Allah
SWT.
A: Jika iya, apa pengaruh baik yang anda rasakan?
B: Sementara yang saya rasakan, lebih memahami hidup dan rasa ada keinginan agar
pikiran dan hati tidak putus berhubungan dengan Allah baik susah maupun senang.
A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Iya.
A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan tidak sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Iya.
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyahjika tertinggal dengan sengaja atau tidak
disengaja dapat di qadha dilain waktu?
B: Saya tidak memperdulikan qodhonya, tapisaya berusaha mengerjakannya, di saat
luang, di kendaraan, dll.
A: Apakah anda merasa tidak tenang jika anda sengaja meninggalkan amalan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah?
B: Insya Allah, sesuai dengan penjelasan ustad Helmy, tidak kenapa, karena Allah SWT
akan mencukupi.
A: Setelah mengikuti dan mengamalkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah, pengalaman
spiritual apa yang anda peroleh? Dalam bentuk nikmat atau cobaan?
B: Banyak, tapi saya melihatnya ini bukan karena saya ikut tarekat atau bukan. Tapi
justru karena saya ikut tarekat ini, saya jadi lebih paham akan nikmat atau cobaan
sebagai proses takdir hidup yang harus dilalui.

Universitas Indonesia
130

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Ikrar Fadla


Sebagai : Ikhwan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
Usia : 35 tahun.
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 21 Mei 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Siapa nama anda?


B: Fadla
A: Berapa usia anda?
B: 35 tahun
A: Dimana alamat anda?
B: Purwakarta
A: Anda anak ke berapa dari berapa bersaudara?
B: Ke-1 dari 4 bersaudara
A: Jenis pendidikan apa yang telah anda tempuh?
B: Strata 1.
A: Siapa saja dalam keluarga anda yang mengikuti tarekat? Dan siapa saja dalam
keluarga anda yang mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Tidak Ada.
A: Sejak kapan anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: 2012.
A: Apa motivasi anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Menimba ilmu agar menjadi pribadi yang lebih baik.
A: Siapa yang mendorong anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Diri sendiri.

Universitas Indonesia
131

A: Kapan anda berbaiatTarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam?


Persyaratan apa saja yang diberikan oleh Ustadz Hilmi sebelum baiat?
B: 2012/ tidak ada persyaratan.
A: Bagaimana proses pada saat anda baiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-
Hikam?
B: Prosesnya dengan membaca syahadat.
A: Nasehat-nasehat apa saja yangdiberikan oleh ustadz Hilmi sebelum atau sesudah
berbaiat?
B: Nasihatnya adalah memperbaiki adab dalam memuliakan orang tua. Menjauhi
larangan Allah dan mematuhi perintah Allah SWT.
A: Bagaimana tata cara mengamalkan amalan atau wirid dalam tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Alhikam Depok?
B: Dengan wirid yang diamalkan setelah solat fardu, maupun sunah
A: Wirid apa saja yang diamalkan dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: seperti Istigfar, Tasbih, Alhamdulillah, Takbir, LaillahaillAllah, Allah
A: Bagaimana pengaruh keikutsertaan anda dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?-B:
Pengaruhnya adalah memotivasi untuk menimba ilmu lebih.
A: Bagaimana pandangan anda tentang Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Pandangannya bahwa belajar menimba ilmu adalah tiada habis dan hentinya. Dan
ilmu tersebut harus bisa diaplikasikan menjadi pribadi yang berahklak baik.
A: Anjuran apa saja yangdiperhatikan sebelum melakukan wirid?
B: Agar hati senantiasa terhubung dengan Allah.
A: Selain mengamalkan wirid, apa saja amalan di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Pesantren Al-Hikam?
B: Saya hanya itu.
A: Apa manfaat dari mengikuti mengamalkan wirid Tarekat Qadiriyah Arakiyah? B:
Senantiasa mengingat Allah
A: Hambatan apa yang anda alami selama mengamalkan wirid dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Malas.
A: Apa perbedaan yang anda rasakan sebelum mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dan setelah mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah ?

Universitas Indonesia
132

B: Menjadi pribadi yang bertambah ilmu


Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah memberikan pengaruh yang baik?
B: Wirid (mengingat Allah)
A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Ya.
A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan tidak sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Ya.
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah jika tertinggal dengan sengaja atau tidak
disengaja dapat di qadha dilain waktu?
B: Ya.
A: Apakah anda merasa tidak tenang jika anda sengaja meninggalkan amalan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah?
B: Wirid atau berdizikir adalah mengingat Allah, bila tidak wirid sama dengan tidak
mengingat Allah sama dengan hati tidak tenang.
A: Setelah mengikuti dan mengamalkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah, pengalaman
spiritual apa yang anda peroleh? Dalam bentuk nikmat atau cobaan?
B: Ujian dalam bentuk nikmat dan cobaan.

Universitas Indonesia
133

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Mustamid


Sebagai : Ikhwan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
Usia : 27 tahun.
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 3 Februari 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Siapa nama anda?


B: Ahmad Mustamid.
A: Berapa usia anda?
B: 27 tahun.
A: Dimana alamat anda?
B: Desa Ngujung, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
A: Anda Anak ke berapa dari berapa bersaudara?
B: Ke 2 dari 2 bersaudara.
A: Jenis pendidikan apa yang telah anda tempuh?
B: Pesantren salaf, pesantren TahfidzulQur'an dan pendidikan Formal.
A: Pendidikan jenis apa yang sedang anda tempuh sekarang?
B: Mendalami Bahasa Inggris.
A: Apa saja aktifitas yang anda lakukan di lembaga pendidikan yang anda ikuti
sekarang?
B: Meningkatkan kemampuan speaking, listening, structure and readingfor TOEFL test.
A: Siapa saja dalam keluarga anda yang mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Hanya saya, Ayah ikut Tariqhot Imam Ghazali.
A: Sejak kapan anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Sejak tiga tahun yang lalu.

Universitas Indonesia
134

A: Apa motivasi anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?


B: Ingin merasakan kenikmatan berdzikir kepada Allah,selamat dunia akhirat, dan
dorongan hati nurani sendiri.
A: Kapan anda berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam?
B: 3 tahun yang lalu.
A: Bagaimana proses pada saat anda baiatTarekat Qadiriyah Arakiyahdi Pesantren Al-
Hikam? Ceritakan.
B: Saat itu kami akan menjalankan tugas yang cukup berat dimana kami akan disebar
satu-satu di seluruh Nusantara dari Sabang sampai Merauke guna memenuhi tugas
akhir dari perkuliahan, yakni pengabdian. Sebagaimana motto pesantren Al-Hikam
yakni, Amaliah agama, prestasi ilmiah dan kesiapan hidup. Di tempat pengabdian itu
kita benar-benar digembleng bagaimana tata cara kita untuk mengamalkan apa yang
sudah kita dapat dari Al-Hikam untuk disalurkan kepada masyarakat disamping
melatih kemandirian mahasiswa dalam menghadapi kehidupan yang sebenarnya.
Oleh karena itu guru kami Ustadz Hilmi Ash-shidiqi memandang perlu kiranya
dibekali ilmu spiritual supaya kita lebih siap, sabar, pasrah kepada kehendak Allah
setelah kita melaksanakan usaha yang maksimal. Setelah beliau membaiat kami
beliau berpesan bahwa "setiap peluru itu ada namanya, jika didalam peluru itu tidak
ada nama kamu, kamu tidak akan mati karena peluru itu, dan jika memang waktunya
mati maka nantipun kamu akan mati.
A: Bagaimana tata cara mengamalkan amalan atau wirid dalam tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam? Ceritakan.
B: Wiridnya cukup sederhana boleh dilakukan kapan saja yang terpenting adalah
keistiqomahannya setiap hari.
A:Wirid apa saja yang diamalkan dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Fatihah ke Syekh Abd Qodir al-Jilani, Istighfar, Tahlil, dan Salawat.
A: Bagaimana pengaruh keikutsertaan anda dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Pengaruhnya sangat besar terhadap spiritual saya kepada Allah swt.
A: Bagaimana pandangan anda tentang Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Bagus dan saya fikir cocok untuk semua kalangan.
A: Selain mengamalkan wirid apa kegiatan lain dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyahdi
Pesantren Al-Hikam?

Universitas Indonesia
135

B: Mendengarkan nasehat-nasehat dari para guru Tariqat dengan merujuk kitab2


tasawuf dan pengalaman guru-gurunya dalam menjalani kehidupan.
A: Apa manfaat dari mengikuti program dan kegiatan selain wirid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Untuk meningkatkan pengetahuan, ketakwaan, dan memotivasi kita dalam menjalani
kehidupan ini.
A: Hambatan apa yang anda alami selama mengamalkan wirid dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Karena saya masih muda dan belum menikah, saya fikir hambatan terbesar selama
menjalani Tariqat adalah melawan hawa nafsu.
A: Bagaimana pelaksanaan Tarekat Qadiriyah Arakiyah dan kegiatan yang masih
bersangkutan dengan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam ini?
B: Pelaksanaannya adalah dengan membaca dzikir yang telah ditentukan baik lafadz
dan jumlahnya secara khusyu' setiap hari.
A: Apa perbedaan yang anda rasakan sebelum mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dan setelah mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah terhadap pengalaman spiritual
anda?
B: Ada banyak perbedaan yang saya alami setelah mengikuti TariqhotQodiriyah
Arakiyah terhadap spiritual saya, diantaranya:
a. Hati ini serasa selalu diajak berdzikir kepada Allah.
b. Mudah untuk mensyukuri nikmat Allah.
c. Munculnya ketenangan hati.
d. Mudahnya menyikapi, menyelesaikan suatu tugas, dan menyelesaikan masalah.
e. Hati ini merasa dekat dengan sang khaliq.
f. Dihalangi ketika hendak bermaksiat.
g. Tidak mudak marah.
h. dan lain-lain.
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah memberikan pengaruh yang baik?
B: Sangat baik. Karena ruh juga butuh asupan nutrisi sebagaimana jasad butuh makan
dan minum.
A: Jika iya, apa pengaruh baik yang anda rasakan?
B: Ketenangan yang tiada tara.

Universitas Indonesia
136

A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan sengaja amalan Tarekat Qadiriyah


Arakiyah?
B: Pernah.
a. Jika terdapat suatu kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan
b. Jika tingkat keimanan sedang turun.
A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan tidak sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Pernah
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyahjika tertinggal dengan sengaja atau tidak
disengaja dapat di-qadha di lain waktu?
B: Bisa di Qadha dan itulah yang saya lakukan jika tidak berdzikir di suatu hari.
A: Apakah anda merasa tidak tenang jika anda sengaja meninggalkan amalan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah?
B: Sangat tidak tenang, gundah, galau, ibarat diri ini kotor belum mandi belum wudhu.
A: Setelah mengikuti dan mengamalkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah, pengalaman
spiritual apa yang anda peroleh? Dalam bentuk nikmat atau cobaan?
B: a. Diberikan kekuatan untuk bisa melakukan sesuatu secara tiba-tiba.
b. Selalu ada peringatan jika hendak bermaksiat.
c. Segala aktifitas terasa berat dan tidak selesai-selesai jika meninggalkan dzikir.
d. Hati terasa bimbang tidak menentu.

Universitas Indonesia
137

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Muhammad Sahal Hasan


Sebagai : Ikhwan Tarekat Qadiriyah Arakiyah
Usia : 26 tahun.
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 4, 5, dan 6 Februari 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamualaikum. Saya Nur Istiqomah mahasiswi Sastra Arab UI. Saya mendapat
kontak anda dari Ustadz Hilmi. syaa Ingin mewawancarai anda mengenai Tarekat
Qadiriyah Arakiyah dan keikutsertaan anda di tarekat ini untuk data skripsi saya. Kira-
kira kapan anda ada waktu luang untuk saya wawancara?
B: Baik, Mbak. Silahkan.
A: Siapa nama anda?
B: Muhammad Sahal Hasan
A: Berapa usia anda?
B: anggap saja Dua puluh enam, hehe. saya dilahirkan tahun 1992.
A: Dimana alamat anda?
B: Di Demak, Jawa Tengah
A: Bagaimana urutan dalam keluarga anda?
B: Saya anak pertama dan adik saya ada empat.
A: Jenis pendidikan apa yang telah anda tempuh?
B: Sampai aliyah dan sekarang sedang tugas akhir, yaitu pengabdian setahun di daerah-
daerah di nusantara. Kebetulan saya di pulau Buru, Maluku.
A: Pendidikan jenis apa yang sedang anda tempuh sekarang?
B: Mahasiswa al-hikam, dan mohon doanya, semoga pulang dari wisuda langsung cepat
di wisuda.

Universitas Indonesia
138

A: Apa saja aktifitas yang anda lakukan di lembaga pendidikan yang anda ikuti
sekarang?
B: Seperti rutinitas kegiatan di alhikam, pagi kuliah dan malamnya dirosah.
A: Siapa saja dalam keluarga anda yang mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Di keluarga saya tidak ada yangmengikuti thoriqoh ini, oleh sebab thoriqoh yang ada
di lingkungan saya, adalah kholidiyah wa naqsyabandiyah.
B: Maaf baru bisa kirim, nanti yang slanjutnya menyusul. Insya Allah
A: Baik, Kang. Terima Kasih
===
A: Sejak kapan anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Tentunya sejak masuk di Al-Hikam, karena sebelum masuk ke Al-Hikam, belum
bertemu ustdz Hilmi.
A: Apa motivasi anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Tidak ada motivasi. Hanya saya menerima apa yang diajarkan guru-guru, yang
pastinya itu bermanfaat di kemudian hari yang sekarang saya belum tahu.
A: Siapa yang mendorong anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Mungkin itu sudah skenario Sang Sutradara Maha Suci, bisa dipertemukan dengan
thoriqoh ini. Jadi tidak ada yang mendorong. saya hanya mengikuti. sementara garis
tangan sudah tergambar. Jadi, belajar seperti dalam bhasa jawa " ler kadio sarah kintir
ing warih", belajar seperti mengikui aliran sungai.
A: Kapan anda berbaiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam?
B: Sejak ikut dzikir Ustadz Hilmi dan mengamalkan bersama Beliau auradh-auradh
yang Beliau baca. Bagi saya itu sudah sah dianggap sebagai jamaah Beliau.
A: Bagaimana proses pada saat anda baiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-
Hikam? Ceritakan
B: Saya rasa jawabannya ada pada pertanyaan sebelumnya. Jadi saya tidak harus
menjelaskan tentang ini. Terima kasih.
A: Wirid apa saja yang diamalkan dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: ustadz Hilmi mnjelaskan bahwa seluruh tharikat tidak meninggalkn beberapa wirid,
yaitu istighfar, sholawat, dzikir nafi isbat yaitu la ilaha illa Allah dan dzikir asma,
Allahu . Itu yangbaisa kita baca bersama dengan Beliau setelah menutup majlis ilmu

Universitas Indonesia
139

sesudah beliau buka dengan selalu membaca asma husnaya fattah ya 'alim ya khobir ya
mubin.
A: Bagaimana pengaruh keikutsertaan anda dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Saya tidak punya pengaruh apa2, hanya saja ketika ada wirid yangharus ada puasa,
yangdipimpin ustadz Hilmi, dan saat itu beliau tidak ada, maka beliau menyuruh saya
untuk memimpin dzikir dg teman2.
A: Bagaimana pandangan anda tentang Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Tarekat artinya jalan, dan pandangan saya tarekat qodiriyah miripkan salah satu jalan
untuk kita kembali " pulang,". Karena sesungguhnya manusia itu bukan penduduk bumi.
sebagaimana yang senantiasa di istiqamahkan bersama Beliau di Al-Hikam. Saya juga
tidak bisa menjelaskn kepada saudara bagaimana rasa manisnya gula kalo saudara tidak
pernah mencicipi rasa gula itu. Semoga saudara faham dengan yang saya sampaikan.
===
A: Selain mengamalkan wirid apa kegiatan lain dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah di
Pesantren Al-Hikam?
B: Yang pastinya, di Al-Hikam dengan majlis ilmu, yang diampu oleh ustadz Hilmi
dengan kitab minhaj al-abidin untuk memperbaiki diri kita, dalam menjalani hidup
untuk kembali kepada tugas utama, menjadi abd dan menjadi penyebar kasih cinta
kepada sesama dalam wujud akhlaq.
A: Apa manfaat dari mengikuti program dan kegiatan selain wirid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Tentunya banyak manfaat yangbisa di ambil, selain untuk mendorong semangat kita
untuk lebih mudawamah dalam menjaga sikap kita di dunia, agar tugas keilmuan di
kuliah diimbangi dengan kerohanian yangdi dapat dari wirid dan amalan yang ada.
A: Hambatan apa yang anda alami selama mengamalkan wirid dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Hambatan yang paling berat adalah menjaga keistiqomahan, dan istiqomah itu harus
dengan mujahadah yang tekun, itulah mengapa ada puasa, selain untuk memberikan
kebersihan, juga sebagai jalan untuk membersihan kotoran-kotoran hati sebab salah dan
khilaf yang dilakukan. Sehingga seseorang bisa menangkap pesan dari langit bukan
hanya sampai pada kata-kata, melainkan melewati kata-kata pesan itu hingga
menemukan hakikat da apa yangdikehendaki dengan pesan itu. tentunya itu tidak bisa

Universitas Indonesia
140

diraih kecuali oleh mereka yang memang bersih jiwanya. untuk itulah, adanyq amalan
dan wirid dlm sebuah tarekat.
A: Bagaimana pelaksanaan Tarekat Qadiriyah Arakiyah dan kegiatan yang masih
bersangkutan dengan Tarekat Syadziliyah di Pesantren Al-Hikam ini?
B: Setahu saya, hanya wirid dan ta'lim. Oleh karena memang di Al-Hikam ada kegiatan
kuliah jadi tidak bisa dilakukan sebagaimn padepokan khusus tarekat. Dalam arti
sederhana, ia sebagai penyempurna dari apa yang diajarkan diperkuliahan.
A: Baik. Terima kasih banyak
===
A: Apa perbedaan yang anda rasakan sebelum mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah
dan setelah mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah terhadap pengalaman spiritual anda?
B: hmm, apa yah. Saya agak sulit untuk membedakan pengaruhnya. Jadi dalam bab ini,
saya tidak bisa menceritakan banyak, yang jelas akan beda seorang yang pernah
mencercap manisnya madu dengan orang yang merasakan manisnya gula.
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah memberikan pengaruh yang baik?
B: Pasti. Setiap amalan mempengaruhi jiwa rohani pembacanya, baik dirasa sadar atau
tidak. Karena ia mengkikis noktah-noktah hitam dalam jiwa. Bila merasa tidak
merasakan perbedaan, itu karena tebalnya hijab yang melingkupi hati, jadi baru sebentar
dihilangkan. apakah seorang itu salah bila berkata ini belum dibersihkan? Karena ia
tidak sadar saking banyknya noda sehingga bila baru sedikit membersihkan, lalu merasa
putus asa dan merasa tidak ada perubahan. Semoga noda-noda hati oleh dosa dan
kekhilafan dapat diampuni oleh sebab kita membaca wirid itu, baik kita sadar atau tidak.
A: Jika iya, apa pengarug baik yang anda rasakan?
B: Tentunya, perubahan itu ada dalam ketentraman hati. Sebab, dalam jiwa manusia ada
ruang kosong yang selalu menuntut untuk diisi, dan banyak yang salah dengan apa
harus diisi. Ketahuilah ruang itu bisa tentram dengab diisi dzikir.
A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Sebagaimn manusia biasa, pernah lah meninggalkan amalan sebab kesibukan dan ada
kalanya kurang tarikan jiwa untuk mengamalkan. Doakan semoga saya bisa istiqomah
lagi.

Universitas Indonesia
141

A: Apakah anda pernah meninggalkan dengan tidak sengaja amalan Tarekat Qadiriyah
Arakiyah?
B: Pertanyaan ini sepertinya tidak harus saya jawab. Sudah terjawab di pertanyaan
sebelumnya.
A: Apakah amalan Tarekat Qadiriyah Arakiyah jika tertinggal dengan sengaja atau tidak
disengaja dapat di qadha dilain waktu?
B: Tidak ada perintah untuk men-qodho-nya. Berbeda dengan thoriqoh yangada
baiatnya secara sakral memang harus di-qhodho. Namun, saya belum pernh mendengar
ustadz Hilmi mewajibkn kepada kami bila meninggalkan harus di qhodho.
A: Apakah anda merasa tidak tenang jika anda sengaja meninggalkan amalan Tarekat
Qadiriyah Arakiyah?
B: seperti yang saya bilang tadi, ada kekosongan jiwa yang dirasa.
A: Setelah mengikuti dan mengamalkan Tarekat Qadiriyah Arakiyah, pengalaman
spiritual apa yang anda peroleh? Dalam bentuk nikmat atau cobaan?
B: Saya kadang sering tidak merasa pengalaman spirutual yang anda maksudkan, hanya
saja bisa bertemu dengan guru-guru dengan cara bukan seperti kita bertmu didunia,
artinya bertemu lewat alam lain, bisa jadi lewat mimpi. Mohon maaf bila saya
mnjawabnya singkat, hehe saya blum lihai bicara lewat tulisan.
A: Bertemu lewat secara mimpi? Bisa diceritakan?
B: Intinya, kadang bisa bertemu dengan guru lewat mimpi, misalkan, lagi malas
murojaah hafalan, ya kemudian bertemu dengan guru tahfidz dan disuruh sima'an.
A: Hmm. Seperti itu. Trus perngalaman spiritual yang berkaitan dengan perjalanan
kehidupan Anda bagaimna?
B: Yang ini saya tidak bisa menceritakan, sederhananya, belajar hidup yakin bila sadah
ada yang menanggung. Bila butuh, pasti disediakan. seperti saat saya mengerjakan
skripsi, saya tidak punya laptop, dan malu untuk meminta kepada orang tua, pasrah sja,
nanti Allah akan membantu dan saya bisa menggunakan laptop yangbaru, tidak beli,
dan tidak menyewa, hanya untuk skripsi, dan setelah skripsi selesai, dikembalikan lagi.
Artinya, beljar mengandalkan kepada Allah, nanti akan dicukupi dengan cara yang tak
terpikirkan.
A: Berarti mendapat nikmat min haitsu laa yahtasib ya?
B: Ya. Bisa dibilang seperti itu.

Universitas Indonesia
142

A: Terima kasih kang atas jawabannya.


B: Ya sama-sama.

Universitas Indonesia
143

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Nia Qalbunia


Sebagai : Kakak Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki
Usia : 42 tahun
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 1 Juni 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamualaikum Bu..perkenalkan nama saya Nur Istiqomah mahasiswi Sastra Arab


UI yangsedang meneliti Tarekat ustadz hilmi. Di samping menulis mengenai
tarekatnya, saya juga menulis biografi Ustadz Hilmi. Oleh karena itu, saya
membutuhkan informasi mengenai ustadz hilmi. saya sudah melakukan wawancara
ke Ustadz Hilmi secara langsung, tetapi dosen pembimbing saya memerintahkan
saya untuk mewawancarai keluarganya juga. Kapan ibu bersedia di wawancara?
B: Mangga, silahkan setelah teraweh jam 8.30 ya.
A: Baik, Bu.
A: Assalamualaikum ibu.
B: Iya mangga. Silahkan mba mau di mulai.
A: Berapa selisih antara usia ibu dengan Ustadz Hilmi?
B: 4 tahun, saya 1976,hilmi 1980.
A: Apa yangmembedakan Ustadz Hilmi dengan anak seumurannya waktu masih kecil
bu?
B: Hilmi orangnya pendiam. Pernah berselisih dengan saudara seusianya, di marahin
juga nggak ngebalas malah menghindar dari perselisihan supaya aman mungkin.
A: Lalu, Bagaimana kebiasaan-kebiasaan Ustadz Hilmi sewaktu kecil, Bu? Apakah
sejak kecil sudah terbiasa rajin mengaji dan beribadah? Kebiasan-kebiasaan itu
maksud saya, Apakah kebiasaan-kebiasaan Ustadz Hilmi sewaktu kecil sudah
mencerminkan bahwa beliau akan menjadi seorang yang istimewa?

Universitas Indonesia
144

B: Iya, memang beda dengan sebanyanya. Dulu di pesantren suka mengundang qori
Muammar za, yang lain kalau di tanya jawaban anak-anak. Tapi dia ingin seperti
muammar dan bisa menirukan bacaan qori nya. Dia tidak banyak permintaan di
belikan mainan atau yang lainnya. Apalagi waktu di Pesantren Cipasung. Hidupnya
mandiri mengabdi ke guru-gurunya, tidak pernah minta uang bulanan. Suka ikut
bapak ke pengajian-pengajian, suka ikut ziarah ke mana bapak pergi.
A: Lalu, menurut ibu sifat-sifat apa yang ada pada diri Ustadz Hilmi? Menurut penilaian
ibu.
B: Pendiam, penyabar, penyayang, pelindung,penyantun, dan lain-lain. Pendiam tapi
banyak ide-ide yang brilyan. Contohnya, pulang dari pesantren dia mengaktifkan
organisasi pemuda IPNU, organisasi Alumni Pesantren Al-Husaeni, pernah
memberantas narkoba, dan lain-lain. Walaupun usianya muda tapi pemikirannya
diterima oleh para tokoh
A: MasyAllah..Bagaimana memberantas narkobanya, Bu? Dimana? Peran Ustadz Hilmi
sebagai apa di dalam upaya memberantas narkoba?
B: Sebagai inisiator, pelaksana, dan pemotivasi para alumni untuk memberantas
narkoba. Selain itu, juga judi sambung ayam. Alhamdulillah berhasil dan banyak
pemuda yang ikut aktif. Bekerjasama dengan kepolisian dan aparat pemerintah
setempat. Waktu di Sudan juga begitu, hidupnya mandiri tidak tergantung sama
orang lain. Hilmi orang yang membentuk PCI NU Sudan sampai guru-gurunya juga
sayang sama Hilmi. Ada beberapa gurunya dari Sudan yang pernah ke rumah.
A: Oh begitu, Bu. Apakah ibu mengetahui jika Ustadz Hilmi telah diangkat sebagai
Khalīfah Tarekat Qadiriya Arakiyah oleh gurunya?
B: Iya, kan ada ijazahnya dan suka di amalkan ke jamaah pengajian.
A: Apakah ibu juga ikut mengamalkannya?
B: Iya, kalau di baca bersama-sama dan diberi amalannya.
A: Oh begitu. Terima kasih banyak bu, telah bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan
saya. Mungkin cukup sekian untuk wawancara kali ini.
B: Iya mangga, sama-sama. Mudah-mudahan bermanfaat.
A: Amin, Bu.

Universitas Indonesia
145

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Syahidah Nurlaila


Sebagai : Adik Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shiddiqi al-Araki.
Usia : 30 tahun
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 2 Juni 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamualaikum teteh..perkenalkan nama saya Nur Istiqomah mahasiswi Sastra


Arab UI yangsedang meneliti Tarekat Ustadz hilmi. Bagaimana sosok Ustadz Hilmi
menurut pandangan teteh?
B: Waalaikum salam. Salam kenal teh Nur..saya Syahidah. Heu..kirain wawancaranya
gak bakalan langsung kesana. Hehe Mesti panjang atuh. Tak bisa berkata-kata nih. Hihi.
Soalnya dari semenjak kecil yang teringat saya sampai sekarang A Hilmi sungguh luar
biasa baik, tak ada cela (menurut saya sendiri..bukan karena beliau saudara namun
memang kenyataannya).
A: MasyAllah..mohon maaf teh, sebelum saya tanya-tanya lebih lanjut, berapa umur
teteh? Apa aktivitas saat ini?
B: Syahidah Nurlaila, S.Pd 30th. Ibu Rumah tangga dan pengajar di Sekolah.
A: Baik teh. Berapa selisih umur teteh dengan Syekh Hilmi?
B: 8 th. A Hilmi 1980 saya 1988. A Hilmi anak ke-4 Saya ke-6.
A: Seperti yang teteh katakan, Ustadz Hilmi tidak ada cela. Lalu, apa keistimewaan
Ustadz Hilmi menurut teteh?
B: Iya itu sepengetahuan saya..Hehe. Pastinya sih ada kekurangan namanya juga
manusia ga ada yang sempurna.
Sesuai namanya, Hilmi as-Shiddiqi (Al-Hilm = Hilm, sabar, sopan, tawakal, maka
menjelma menjadi tegar, santun dan pemaaf dan shiddiq = benar, jujur). Sifat dan
sikapnya sesuai dengan namanya penuh kasih sayang bukan hanya pada saudaranya tp

Universitas Indonesia
146

juga pd oranglain. Terlebih pada orangtua. Diantara semua 6 bersaudara ini A Hilmi
yangpaling sholeh..Kakak Adiknya semua mengakui.
A: Sebagai kakak, bagaimana sikap beliau ke teteh? Apakah melindungi adek2nya?
Dengan cara apa? Dan bagiamana sikapnya ke orangtua dan saudara yang lainnya?
B: Sangat melindungi, bahkan sampai sekarangpun meski saya sdh berkeluarga a imi
lebih melindungi, sangat peduli, dg segala kebaikannya seakan2 saya tuh adalah
tanggung jawabnya (padahal sekarang sudah berumahtangga). Sering tanpa diminta
bantuan sudah membantu apalagi dimintai bantuan beliau selalu mengusahakan
yangterbaik.. sampai saat ini saya blm bisa membalasnya dan belum bisa juga
mengikuti teladannya..kepedulian yang tinggi keluarga terutama pd Ibu, adik kakanya.
sungguh Aimi adalah anugerah bagi keluarga besar kami.
Tutur kata, sikap yang lembut, seingat saya blm pernah marah ataupun ada selisih atau
pertikaian. Kalau dg anak ke-5 (pangais bungsu) itu mah dari kecil ada weee yang harus
diributkan.. he. Aimi mah senyum we..tahu-tahu kita dah adem lagi.
A: Bagaimana kebiasaan-kebiasaan Ustadz Hilmi sewaktu kecil, remaja, sampai dewasa
yang teteh ketahui? Apakah kebiasaan-kebiasaan Ustadz Hilmi sewaktu kecil sudah
mencerminkan bahwa beliau akan menjadi seorang yang istimewa?
B: Keseharian mah biasa beliau sangat rajin ibadah, rajin sekali membantu pekerjaan
rumah tangga ( kita sekeluarga diberi tugas masing-masing dalam hal pekerjaan rumah.
Keistimewaannya ya beliau selalu peka suka belas kasihan pada siapapun jika
dilingkungan sekitar. Yang saya ingat waktu saya SD A imi membentuk SAUM
(Solidaritas Al-Husaeni untuk Masyarakat). Dengan adanya SAUM, menurut saya yang
waktu itu masih kecil Alhamdulillah perkembangan Al-Husaeni santri dan masyarakat
sekitar menjadi begitu terasa sinerginya. Kepedulian Masyarakat terhadap santri
meningkat. Dulu SAUM tuh bagus banget. Coba aja tanya ke Aimi dulu visi misinya
gimana.
A: MasyaAllah..Terima kasih banyak teh atas jawabannya.

Universitas Indonesia
147

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Dr. Mirwan Akhmad Taufiq


Sebagai : Kerabat Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki di
Sudan dan Dosen Bahasa dan Sastra Arab di UIN Sunan Ampel Surabaya
Usia : 33 tahun
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 3 Juni 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamualaikum, Duktur. Perkenalkan nama saya Nur Istiqomah mahasiswi Sastra


Arab UI yangsedang meneliti Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang dibawa oleh Ustadz
Hilmi dari Sudan. Kapan anda bersedia saya wawancara?
B: Waalaikumsalam. Iya silahkan.
A: Sejak kapan anda mengenal ustadz hilmi di Sudan,?
B: Sejak tahun januari 2005 di Sudan tepatnya.
A: Berarti waktu itu Ustadz Hilmi sudah mengambil Tarekat Qadiriyah Arakiyah ya,
Duktur? Apakah bapak juga mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Maaf ada tamu, ditulis saja dulu semuanya pertanyaannya.
A: baik duktur. Bagimana sosok Syekh hilmi menurut pandangan anda dan bagaimana
sifatnya menurut penilaian anda? menurut peniliaian anda?
B: Pertemuan itu bermula oleh kawan kita yangbernama Dr. KH. Muhammad Badrus
Salam, MA, Beliau bermimpi bertemu dengan sosok syekh yang belum dikenal
olehnya, tapi beliau tau ciri ciri nya. Akhirnya, ditanyakan dan dipertemukan Syekh
Abdullah al Araki tersebut. Akhirnya, semua teman-teman sowan ke sana dan
sepertinya yang cocok dan bisa istiqamah dengan syekh ya beliau, Syekh Hilmy ash-
Shiddiqi sebab beberapa salam yang terus disampaikan kepada teman-teman selalu
kepada Syekh Hilmy Ash-Shiddiqi.

Universitas Indonesia
148

Syekh Hilmi sosok yang baik dan berjuang untuk orang lain. Hidupnya pokoknya
bermanfaat bagi yang lain. Beliau tidak mau enak sendiri, tapi ingin semuanya juga
merasakan manfaatnya. Pola pikirnya maju dengan bukti wawasannya selalu maju ke
depan dan hampir semua rintangan harus dicoba dan diselesaikan. Bukti lain, nama
beliau hampir dipastikan ada dalam daftar penggunaan buku di seluruh perpustakaan
Sudan.
A: Apakah anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Iya, saya mengikutinya dan pernah baiat. Juga dapat wiridnya. Saya juga ikut hanya
tidak bisa mengalahkan keistiqamahan Syekh Hilmy.
A: Kapan anda mengetahui bahwa Syekh Hilmi menjadi Khalīfah atau Mursyid Tarekat
Qadiriyah Arakiyah?
B: Secara pasti kapannya saya kurang tau, tapi yang paling dekat dengan syekh
Abdullah pada saat itu dan sekarang juga Syekh Hilmi. Belum ada murid-muridnya
dari Indonesia yang sedekat itu dengan Syekh Abdullah. Bisa jadi pada saat sebelum
pulang ke Indonesia yang pertama pada 2006 atau 2007an. Beliau sejak awal
memang paling istiqamah dengan Syekh Abdullah, bahkan pernah ketika isra’ dan
mi’raj beliau datang dari Indonesia langsung ke Kampung Ath-Thayyibah di
Propinsi Jazirah Madani. Padahal jarak dari ibu kota hampir 200 km. Itu tanpa
istirahat dari bandara langsung ke sana. Bisa jadi juga pada saat dipanggil Syekh
pada 2016 itu, pada peringatan isra’ mi’raj. Tapi menurut saya itu beliau sudah
punya cabang di jakarta, maka dugaan saya yang ini salah. Yang benar adalah yang
pertama saat beliau sebelum pulang pertama kali ke Indonesia.
A: Bagaimana Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Sudan, Duktur? Apakah cukup dikenal?
B: Thariqah ini sangat terkenal dan kalau Anda menanyakan di pasar saja tentang
Syekh Abdullah Ath-Thayyibah saja sudah semuanya pasti kenal Atau bilang Syekh
Abdullah Ad-Darwisy pasti kenal. Bisa naik angkot gak bayar kalau kita sebut nama
beliau. Sungguh ini benar terjadi. Kalau ditanya kamu murid Syekh Abdullah, kita
jawab iya, sudah kamu gratis gak usah bayar.
A: Tarekat Qadiriyah Arakiyah atau Tarekat Qadiriyah Arakiyah pelafalannya di Sudan,
Duktur?
B: Thariqah al-Qadiriyah al-Arakiyah. Ini juga pernah kami tanyakan, memang
Arakiyah. Kan Arab sendiri lebih ringan dengan fathah daripada kasrah.

Universitas Indonesia
149

A: Kalau tarekat di sudan itu apakah berbentuk sebuah organisasi, seperti di Indonesia,
yang memiliki badan pengurusnya?
B: Ini penjelasannya panjang. Secara struktur juga ada tapi struktur itu alami, artinya
syekh dan Khalīfah itu memang ada dan menjadi pusat kegiatan dan tarbiyah. Yang
aneh lagi, hampir semua Syekh Thariqah dan Khalīfah di Sudan itu minimal bergelar
doktor bahkan profesor. Anda bisa lihat ceramahnya Mbah Maimun di youtube
ketika berkunjung ke Sudan, yang mengatakan kekagumannya, hampir semua
Khalīfah itu akademisinya bagus.
A: Terima kasih banyak bapak, telah bersedia meluangkan waktu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya.
B: Sama-sama. Semoga Berkah.
A: Amin. Wassalamualaikum, Pak.
B: Waalaikumussalam wr.wb.

Universitas Indonesia
150

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Syekh Zulham Qudsi Farizal Alam


Sebagai : Kerabat Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi al-Araki di
Sudan dan Dosen di IAIN Kudus
Usia : 37 tahun
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 3 Juni 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamualaikum Syekh Zulham. Perkenalkan nama saya Nur Istiqomah mahasiswi


Sastra Arab UI yangsedang meneliti Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang dibawa
Ustadz Hilmi. Di samping menulis mengenai tarekatnya, saya juga menulis biografi
ustadz hilmi. Oleh karena itu, saya membutuhkan informasi mengenai Ustadz Hilmi.
Saya sudah melakukan wawancara ke Ustadz Hilmi secara langsung, tetapi dosen
pembimbing saya memerintahkan saya untuk mewawancarai teman Ustadz Hilmi
waktu di Sudan. Kapan bapak bersedia saya wawancara?
B: Walaikumsalamwarahmatullah. Iya ustadzah. Kang Kyai Hilmi sudah cerita
kemarin.
A: AfwanSyekh, saya bukan ustadzah. Bisa dimulai kapan wawancaranya, Syekh?
B: Nanti malam boleh setelah jam 21.30 WIB atau besok pagi jam 07.00 WIB.
A: Baik, Syekh. Besok pagi saja bagaimana?
B: Saya juga bukan syekh. Kiai Hilmi yang syekh. InsyaAllah besok bisa.
A: insyAllah baik, Syekh.
A: Assalamualaikum, Syekh. Apakah bisa dimulai wawancaranya?
B: Waalaikumsalam, monggo.
A: Sejak kapan anda mengenal Syekh hilmi?
B: Saya mengenal beliau sejak bulan Januari 2002 di Sudan.

Universitas Indonesia
151

A: Bagimana sosok Syekh Hilmi menurut pandangan anda dan bagaimana sifatnya
menurut penilaian anda?
B: Beliau adalah seorang yang baik, simpatik, dan memiliki solidaritas yang tinggi
terhadap teman.
A: Kalau sifatnya bagaimana menurut peniliaian anda?
B: Beliau lembut tapi keras.
A: Keras nya dalam hal apa, Syekh?
B: Dalam prinsip.
A: Kuat dalam memegang prinsip, begitu Syekh? contohnya Syekh?
B: Beliau adalah pejuang NU. Jika ada hal yang berkaitan dengan kepentingan NU,
maka akan diperjuangkan sampai titik darah penghabisan.
A: Apakah yangmenggagas PCI NU di Sudan juga beliau, Syekh?
B: Ya, beliau termasuk penggagas PCI NU di Sudan.
A: Apakah anda mengikuti Tarekat Qadiriyah Arakiyah? Kapan anda mengetahui
bahwa Syekh Hilmi menjadi Khalīfah atau mursyid Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Saya bukan pengikut Arakiyah. Saya belum pernah berjumpa dengan Syekh
Abdullah, mursyid thariqah ini. Mulai dari beliau dibaiat. Tahunnya saya tidak begitu
ingat. Tanyakan ke beliau saja
Kami sama sama berzikir dan mulazamah kepada Syekh Hashim Al-Mo'tashem yang
bertarekat Tijaniyyah. Dan beliaulah yang mengajak saja ke Syekh Hashim.
A: Walaupun bapak bukan pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah, apakah bapak tau
kalau di Sudan ada Tarekat Qadiriyah Arakiyah? Bagaimana Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di sudan pak? Apakah cukup dikenal? Tarekat Qadiriyah Arakiyah atau
Tarekat Qadiriyah Arakiyah ya pelafalannya di Sudan, Syekh?
B: Arakiyah termasuk tarekat tertua di sudan. Arakiyah
A: Oh, begitu Syekh. Kalau tarekat di sudan itu apakah berbentuk sebuah organisasi
seperti di Indonesia yang memiliki badan pengurusnya?
B: Pemerintah sudan membentuk Majlis dzikr wa dzakirin untuk mewadahi tarekat yang
ada di sudan.
A: Apakah seperti JATMAN di Indonesia, Syekh? yang terhimpun di majlis dzikr wa
dzakirin itu apakah tarekat-tarekat yang sudah diakui keabsahannya atau mu’tabarah?
atau menghimpun semua tarekat di Sudan tanpa adanya pemilahan?

Universitas Indonesia
152

B: Sedikit berbeda dengan JATMAN. Yan masuk ke daftar lembaga ini tentunya yang
mu'tabarah. Tidak semuanya terhimpun dalm lembaga ini.
A: Perbedaanya apa, Syekh? Apakah majlis itu di Sudan di bawah naungan NU?
B: Bedanya lembaga ini adalah krpanjangan tangan dari pemerintah sedangkan
JATMAN bukan. Yang benar adalah NU masuk dalam naungan lembaga ini dan
mendapatkan sertifikat dari lembaga sebagai organisasi yang resmi di Sudan.
A: Oh, begitu Syekh. Kalau di indonesia kan tarekat itu identik dengan NU. Jika di
Sudan tarekat identik dengan apa?
B: Identik dengan Sufi dan ahli sunnah wal jamaah.
A: Kalau menurut penilaian anda yangbukan pengikutnya, Tarekat Qadiriyah Arakiyah
di Sudan ini bagaiaman, Syekh?
B: Setiap tarekat bagus, termasuk juga tarekat arakiyah.
A: Jika dilihat dari luar, apakah ada keunikan dari Tarekat Qadiriyah Arakiyah ini,
Syekh?
B: Mursyidnya unik. Lebih jelasnya tanya Kiai Hilmi.
A: Baik, Syekh. Terima kasih banyak Syekh, atas jawaban-jawabannya dan telah
bersedia meluangkan waktunya untuk saya wawancara.
B: Sama sama. Semoga barokah.
A: Amin. Mohon doanya, ya Syekh.
B: Saling mendoakan.
A: Baik, Syekh.

Universitas Indonesia
153

Transkrip Wawancara

Nara sumber : Kiai Muhammad Rizqi Romdhon, M.H., M.Pd.


Sebagai : Saudara dan Kerabat Syekh Muhammad Hilmi ash-
Shiddiqi al-Araki di Sudan
Usia : 34 tahun
Lokasi Wawancara : via-WhatsApp
Tanggal/Waktu : 3 Juni 2018

A = Penulis
B = Nara sumber

A: Assalamualaikum bapak. Perkenalkan nama saya Nur Istiqomah mahasiswi Sastra


Arab UI yang sedang meneliti Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang dibawa Ustadz Hilmi
dari Sudan. Di samping menulis mengenai tarekatnya, saya juga menulis mengenai
biografi Ustadz Hilmi. Oleh karena itu, saya membutuhkan informasi mengenai Ustadz
Hilmi. saya sudah melakukan wawancara ke Ustadz Hilmi secara langsung, tetepai
dosen pembimbing saya memerintahkan saya untuk mewawancarai kerabat Ustadz
Hilmi waktu di Sudan. Kapan bapak bersedia saya wawancara?
B: Waalaikumsalam. Boleh besok minggu kebetulan libur.
A: baik, Pak.
A: Assalamualaikum bapak. Mohon maaf, kapan bapak bersedia diwawancara?
B: Boleh sekarang juga mbak.
A: Apakah benar bapak saudaranya Ustadz Hilmi? Bapak mengenal Ustadz Hilmi sejak
kapan?
B: Ya, beliau saudara dari Bani Imun di Cisaro Cipakat Singaparna Tasikmalaya. Saya
sudah kenal dengan keluarga besar hilmi sejak lama. Hilmi sendiri pernah tinggal di
asrama putra al-Jihad Pesantren Cipasung yang diasuh oleh ayah saya, H. Ubaidillah
Ruhiat. Hilmi sekolah SMU Islam Cipasung juga dulu. Tapi, kenal secara dekat sewaktu
saya kuliah ke Sudan. Saya berangkat Maret 2002, dijemput pribadi dan tinggal di
kosan Hilmi. Dulu tinggal di daerah Futiha Omdurman Sudan.

Universitas Indonesia
154

A: Sewaktu Ustadz Hilmi tinggal di Pesantren Cipasung, Apakah anda mengetahui


bagaiman kesehariannya?
B: Tidak, tapi saya tahu beliau sering sakit-sakitan waktu di pesantren. Jadi jarang
ketemu. Sayanya kurang bergaul.
A: Lalu, waktu di Sudan anda tinggal satu kos dengan Ustadz hilmi? Bagaimana
kesehariannya di dalam beribadah?
B: Beliau senang dengan pengajian thariqah. Malam kamis mengikuti pengajian
Thariqah Samaniyyah di kediaman Syekh Fatih Al-Hasanain, pahlawan perang Bosnia
Herzegovina. Hari kamis sore pengajian Thariqah Tijaniyyah di kediaman Syekh
Hasyim. Keseharian beliau sendiri sering mendawamkan wirid-wirid. Namun, saya
kurang tahu apa yang beliau baca.
Saya tinggal kos dengan Hilmi selama 1 tahun. Lalu, 4 tahun selanjutnya saya tinggal di
asrama Darussalam di International University of Africa. Namun, sering bertemu beliau
di Sekretariat Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Sudan. Beliau
juga setelah kosan nya habis, tinggal di sekretariat PCI NU.
Beliau sering mengalami pertemuan-pertemuan melalui mimpi dengan guru-guru
beliau, terutama ayah beliau. Beliau dibimbing juga oleh warga negara sudan yang
bernama Syarif Dlou. Syarif Dlou merupakan pengamal thariqah juga. Sekarang
menjadi pengajar LIPIA.
Selain pengajian dua di atas. Hilmi dan saya juga sering jaulah (jalan-jalan) ke
pengajian besar (bukan mingguan), seperti mengikuti acara maulid Nabi yang diadakan
oleh seluruh thariqah di Sudan atau ke pusat Thariqah Samaniyyah yang dipimpin oleh
Alm. Prof. Dr. Syekh Fatih Qariballah.
A: Berarti tahun pertama di kost dulu ya pak sebelum tinggal di sekretariat. Bapak
terlihat sangat mengenal Ustadz Hilmi. Menurut bapak Ustadz Hilmi itu sosok yang
seperti apa? Bagaimana pandangan bapak terhadap Ustadz Hilmi? Sifat-sifat apa yang
menonjol dari Ustadz Hilmi?
B: Sosok yang idealis, banyak merenung, senang dengan wirid-wirid, selalu bertutur
santun, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Salah satu kelebihan Hilmi waktu di
Sudan, pergaulannya sangat luas. Beliau kenal baik dengan rektor-rektor, masyayikh di
Sudan, Partai Komunis Sudan, oposisi pemerintah, bahkan sampai kenal dengan
penasehat presiden Sudan. Salah satu bukti keakrabannya dengan pembesar Sudan,

Universitas Indonesia
155

banyak Syekh dan ulama-ulama Sudan yang menganggap anak kepada beliau. Salah
satunya adalah Rektor Jamiah Alquranul Karim dan Syekh Abdullah, Syekh Tarekat
Qadiriyah Arakiyyah. Saya lupa lagi nama rektor tersebut. Enak disangoni uang terus
sama mereka-mereka. hehe
A: Hmm..berarti Ustadz Hilmi tidak membatasi pergaulannya ya?
B: Iya.
A: MasyaAllaah. Oh iya pak, mengenai nama tarekatnya. Kalo di Sudan namanya
Tarekat Qadiriyah Arakiyah atau Tarekat Qadiriyah Arakiyah?
B: Nama thariqahnya saya lupa lagi yang benar. Hehe. Tapi pertemuan dengan thariqah
tersebut sangat mistis
A: Sangat mistis bagaimana pak?
B: Ceritanya, dulu teman kami Alm. Dr. Moh. Badrussalam, MA., senior kami dari
Brebes alumni Pesantren Tambakberas Jombang bermimpi untuk menemui seorang
syekh yang bernama Abdullah. Dalam mimpi tersebut, perawakannya tinggi, memakai
baju sudan, dan rambutnya keriting lebat. sampai almarhum menggambar wajahnya di
kertas. Lalu, alm. Kiai Badrus dan Hilmi tanya kesana kemari, karena Syekh Abdullah
datang terus ke mimpi alm. Kiai Badrus. Akhirnya bersama syarif dlou, mereka
menemukan syaih tersebut, yang merupakan Syekh dari Thariqah Qadiriyah Arakiyah.
Kalau tidak salah tinggal di daerah Jazeera. Lalu, tidak lama kemudian bertiga, Syarif
Dlou, Hilmi dan Alm. Kiai Badrus sepakat untuk pergi ke tempat syekh tersebut.
Setelah perjalanan lama dengan naik bis, lalu naik angkot, dan tanya kesana kesini,
Alhamdulillah ketemu. Kemudian, mereka tinggal disana selama 3 hari kalau tidak
salah. Saya ikut pada pertemuan kedua bertiga juga, Saya, Hilmi dan Alm. Kiai Badrus.
Kesan pertama saya dengan Syekh Abdullah benar takjub dan heran. Pekerjaan beliau
seperti kiai-kiai di NU, dari ba’da Subuh sampai Isya melayani orang yang minta doa
kepada beliau. Kalau kata orang NU, kiai tersebut dinamakan kiai sembur, bacain doa
lalu disembur pakai Al-Fatihah. Rumah Syekh Abdullah jelek banget, seperti rumah
tanah pada zaman Nabi saw. Namun, wisma tamu dan masjidnya sangat mewah. Semua
tamu dan satu kampung dijamu makanan oleh beliau.
Beliau ba’da Isya sampai Subuh menutup praktek mendoakan tamu yang datang dan
sibuk berzikir. Kami tinggal di sana selama 2 hari. Pas pulang ngasih uang banyak

Universitas Indonesia
156

sekali kepada Hilmi. Malah jadi rutin ngasih uang sama Hilmi hampir tiap bulan. Maaf
saya ada perlu dulu. Nanti dilanjut lagi.
A: MasyaAllah. Lalu, tidurnya kapan ya Syekh Abdullah, Pak?
B: Entah mbak. Paman saya KH. Cecep Badruzzaman, Khalīfah Thariqah Tijaniyyah di
Biru Garut, tidurnya hanya 2 jam sehari.
A: Baik, Pak. Silahkan dilanjut dulu keperluannya.

Universitas Indonesia
157

Lampiran 2
Foto Kubbah Syekh Abdullah bin Daf’ullah Al-Araki selaku Mursyid Tarekat
Qadiriyah Arakiyah Di Sudan

Universitas Indonesia
158

Lampiran 2
Foto Syekh Abdullah bin Ahmad Rayah bin Abd Baqi selaku Mursyid Tarekat
Qadiriyah Arakiyah Saat Ini Di Sudan.

Universitas Indonesia
159

Lampiran 3
Foto Pesantren Thayibah Syekh Abdul Baqi, Jazirah, Wad Madani, Sudan.

Universitas Indonesia
160

Lampiran 4
Foto Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shiddiqi Al-Araki selaku Mursyid Tarekat
Qadiriyah Arakiyah Di Indonesia

Universitas Indonesia
161

Lampiran 5
Foto Sajadah Arakiyah
(Ijazah Kemursyidan Syekh Hilmi di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah)

Universitas Indonesia
162

Ijāzah al-Qādiriyyah bi as-Sūdān

Alḥamdulillāhi al-Malik al-‘Azīz ar-raḥīm allażī faṭaras-samāwāti wal-arḍ biqudratihi wa dabara


al-umūra fī ad-dāraini bi ḥikmatihī wa mā khalaqa al-jinna wa al-insa illā li’ibādatihī faṭ-ṭarīqu wāḍiḥun
lil-qāṣidīna wa lāyih lin-nāẓirīna walākinnallāha yahdī man yasyā’ wa yuḍillu man yasyā’ wa huwa
a’lamu bil-muhtadīn, waṣ-ṣalātu was-salāmu ’alā sayyidinā Muḥammadin wa ‘alā ālihi waṣaḥbihi
ajma’īn.
Ammā ba’du. Fayaqūlu al-‘abdu al-faqīru ilā raḥmati rabbihi al-qadīru:
Lammā ra’aitu hāża al-ibnu al-mubārak aṭ-ṭālib ar-rāgib al-fāḍil al-mutasyarri’ al-mutawarri’ :
Syaikh Muhammad Hilmi Ash-Shiddiiqi Al-Arakiy
Mustaḥiqqan wa ahlan li hāżihi an-ni’mati al’aẓīmati asy-syarīfati laqqantuhu żikra kalimati at-
tauḥīdi wa ajaztu lahu ijāzatan muṭlaqan biqirā’ati al-asmā’i wa ḥizbi as-saifi wa gaira żālik min ad-
da’wāti al-ma’ṡūrāti wa al-ażkāri al-ma’mūrāti wa ajaztu lahu bi libāsi al-khirqati wastakhlaftuhu
khalīfatan kamā ajāzanī wastakhlafnī syaikhī wa murabbī Syaikh Abu ‘Aqilah ‘an wālidihi Syaikh Ahmad
ar-Rayaḥ ‘an wālidihi Syaikh Abdul Baqi ‘an wālidihi Sayyidī Syekh Hamd an-Nil bi ijāzati min abīhi wa
syaikhihī Syaikh Ahmad ar-Rayaḥ bi ijāzati min abīhi wa syaikhihī Syaikh Muḥammad Zāhid bi ijāzati
min abīhi wa syaikhihī asy-Syahīr al-Munīr al-Ustādz al-A’ẓam Sayyidī Syaikh Yusuf Abu Syarā’ bi
ijāzati min abīhi wa syaikhihī asy-Syaikh murabbī al-‘ibād al-Ustādz asy-Syaikh Muḥammad Walad Aṭ-
ṭarbafiy shāḥibu gāra bīlihi bi ijāzati min syaikhihī al-Ustādz al-kabīr wa al-quṭb asy-Syahīr ra’īsu ad-
dāyarati Sayyidī asy-Syaikh Dafa’ullah al-Arakiy bi ijāzati min abīhi wa syaikhihī asy-Syaikh Abu Idris
bi ijāzati min akhīhi wa syaikhihī shāḥib al-madad wa sayyid al-balad Sayyidī asy-Syaikh Abdullah al-
Arakiy bi ijāzati min syaikhihī asy-Syaikh Habībullah al-‘Ajami bi ijāzati ‘an syaikhihī as-Sayyid
Tājuddin Muḥammad Buhāri bi ijāzati ‘an syaikhihī Muḥammad Dīn bi ijāzati ‘an syaikhihī wa abīhi as-
Sayyid Aḥmad Nūrullah marqadahu bi ijāzati ‘an syaikhihī as-Sayyid Akmal bi ijāzati min syaikhihī as-
Sayyid Akbar bi ijāzati ‘an syaikhihī as-Sayyid Aṣgar bi ijāzati ‘an syaikhihī as-Sayyid Jalāluddīn bi
ijāzati ‘an syaikhihī as-Sayyid Kamāluddīn ‘an as-Sayyid ‘Alāuddīn ‘an as-Sayyid Muḥammad al-
Musā’id bi ijāzati ‘an as-Sayyid Aḥmad bi ijāzati ‘an as-Sayyid Muḥammad al-Badari bi ijāzati ‘an as-
Sayyid Abdurrazāq bi ijāzati ‘an abīhi as-Sayyid Muḥyiddīn Abdul Qādir al-Jailani qadasallahu sirrahu
al-azīzu bi ijāzati ‘an syaikhihī wa Ustādzihi asy-Syaikh Abu Sa’id bin Ali al-Makhzūmi bi ijāzati ‘an asy-
Syaikh Yūsuf Aṭ-ṭarṭūsyi bi ijāzati ‘an syaikhihī ‘Ali bin Muḥammad bin Yūsuf Al-Qursyi al-Hakāri bi
ijāzati ‘an syaikhihī asy-Syaikh Abdul Wāḥid al-Yamani bi ijāzati ‘an syaikhihī asy-Syaikh ‘Abdul-‘Azīz
al-Yamani bi ijāzati ‘an syaikhihī asy-Syaikh Abu Bakar asy-Syiblī bi ijāzati ‘an syaikhihī Abu al-Qāsim
al-Junaid al-Baghdādi bi ijāzati ‘an syaikhi asy-Syaikh Sirri as-Saqati bi ijāzati ‘an syaikhihī asy-Syaikh
Ma’ruf al-Karkhi bi ijāzati ‘an syaikhihī asy-Syaikh Sulaiman bin Dāwud nasyra aṭ-ṭā’i bi ijāzati ‘an
syaikhihī as-Sayyid Ali Riḍā ‘an abīhi al-Imām Mūsa al-kādzim ‘an abīhi al-Imām Ja’far Ash- Shādiq ‘an
abīhi al-Imām Muḥammad al-Baqir ‘an abīhi al-Imām Zainal-‘ābidīn ‘an abīhi al-Imām al-Husain ‘an
abīhi Amīrul-mu’minīn Asadullah al-gālib al-Imām Ali bin Abi ṭalib karamallahu wajhahu wa huwa
majāzun min sayyidil-mursalīn wa khātamin-nabiyyīn wa rasūli rabbil-‘ālamīn Muḥammad bin Abdullah
bin Abdul Muṭallib bin Hasyim bin Abdu Manaf ṣallallahu ‘alaihi wa ‘alā ālihi wa ṣaḥbihi wa sallim
wannabiyyi ‘alaihi aṣ-ṣalātu was-salāmu. Qāla addabanī rabbī fa aḥsana ta’addabī, i’lamū ayyuhā al-
ikhwān anna al-ibna al-fāḍilu as-sādiqu al-Muwaffiqu ar-Rasyīdu Muhammad Hilmi Ash-Shiddiiqi al-
Araki fataḥallahu qalbahu min nūri al-īmān muṭlaqan qad laqantuhu kalimata at-tauḥīdi wa jamī’a al-
ad’iyyati laqananī mursyidī al-mażkūr talqīnan muṭlaqan an yulqinu wa yujīzu wa an yūṣa lahū min
waṣāya asy-Syaikh hattā yantafa’u bil-muwāżabati fī adz-dzikri jāly wa al-khafy fī ittibā’i al-haqqi fī
jamī’i aḥwālihi wa umūrihi wa ajaztu lahu an yujīzu żālika liman istaḥaqqa wa yanṣaḥu lahū mā yalīqu
bi ḥālihi ‘alā ḥasbi ṭāqatihim wa yakhdimu al-fuqarā’ wal-masākīna wal-wāridīna ‘alaihi waṣ-ṣadirīna
‘anhu bimā an’amallahu ‘alaihi musta’īnan bi quwwatillahi ta’āla wa qudratihi wa mu’taṣiman min al-
khażalāni bi’iṣmatihī mutamassikan bi ‘aunihī wa faḍlihī wa in aradta an ta’takifa fī kulli sanatin
ṡalāṡata arba’īnātin wa fī riwāyata arba’ata arba’īnātin arba’īna mūsa wa arba’īna ‘īsa wa arba’īna
Sayyidinā Muḥammadin ṣallallahu ‘alaihi wa sallama ajma’īn. Fa laka al-khiyāru maqāmul-abdāl
raīsul-gaibi Abu Al-Abbās al-Khiḍri wa ‘alaika bi tabdīli al-aḥwāl fī al-khalwati min qillati aṭ-ṭa’āma
wal-manāma wal-kalāma wa bi ṣuḥbatihi al-āṡāri an yakūnu jamī’a zamānika immā fī ṣalāti au fī tilāwati
wa immā fī aż-żikri wa immā fi irsyādi asy-syarī’ati wa aṭ-ṭarīqati wa lā yakūnu lil-bāṭilati ‘alaika sabīli
wa ‘alaika bil-i’tidāli fil-kalāmi wal-akli wan-naumi wa ṣuḥbatil-anāmi wa lā taqul wa lā taf’al illā
biniyyati wa bi rā’i haqqa wālidaihi fī ḥayātihim wa mamātihim wa ustādzihī wa aqāribihī wa jīrānihī wa
an yataḥammalu janāyahum wa yuḥsinu ilaihim fīmā ‘indahu wa lā yaṭma’u fīmā ‘indahum wa ya’la al-
himmatu yazhadu fī kulli syai’in minal-malbūs wal-maṭ’ūm wal-masyrūb ṭāliban min karamika an lā
tansānī fī mafātīḥi da’wātika wa maḥalli munājātika wa anā alzamtu da’āuka ‘alā nafsī fī auqāti al-
Universitas Indonesia
163

ijābati sā’iyan fil-istijābati wa annahu khairu mad’ū wa khairu mas’ūl wal-ḥamdu lillahi ‘ala żālika wa
ṣalla ‘alā Sayyidinā Muḥammadin wa ‘alā ālihi wa ṣaḥbihi wa sallim. Haża talqīn as-Sayyidī as-Syaikh
Abdullah al-Arakiy min syaikhihī asy-Syaikh Habībullah al-Ajami Astaghfirullah ṡalāṡan min kulli
żanbin wa atūbu ilaih, Asyhadu an Lā ilāha illallah wa anna Muḥammadan ‘abduhū wa rasūluhū wa
lā ḥaula wa lā quwwata illā billahi al-‘aliyyi al’aẓīmi Bāya’tuka fiddīni wasy-syarī’ati wal-mutābi’ati
wa ja’altu nafsī murīdan lis-sayyidi Muḥyiddīn ‘Abdul Qādir al-Jailānī qadasallāhu rūḥahu wa
nawwara ḍarīḥahu. Allāhumma Yā Muqallibal-qulūb ṡabbit qalbī ‘alā dīnika. Allahumma Yā
Muṣarrifal-qulūb iṣraf qalbī ‘alāṭā’atika. Allāhumma ikfinī bi jalālika ‘an ḥarāmika wagninī bi
faḍlika ‘an man siwāk wa ṣallallāhu ‘alā sayyidinā Muḥammadin wa ‘alāālihī wa ṣaḥbihī wa sallim
taslīman walḥamdu lillāhi rabbil’ālamīn.
Alḥamdulillāhi allażī an’ama ‘alainā bil-īmāni wal-islāmi wa hadānā li Sayyidinā Muḥammadin
ṣallallāhu ‘alaihi wa sallama wa ‘alā ālihi wa ṣaḥbihi al-barirati al-kirāmi.
Ammā ba’du. fa inna ṭarīqa wāḍiḥun liman ihtadā wa khālifu sabilu al-gawāyati war-radā fa ‘alā
al-murīdi an yattaqullāha ḥaqqa tuqātihi wa qāla ta’ālā : Yā ayyuhallażīna āmanū ittaqullāha ḥaqqa
tuqātihī wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūna. Fa in qaṣara ‘an al-gāyati fa wāsi’u wa qāla ta’ālā :
Fattaqullāha mastaṭa’tum. Wa qāla ta’ālā: Inna akramakum ‘indallāhi atqākum. Wa qāla ta’ālā : In
tattaqullāha yaj’ala lakum furqānan, ay nūran yumayyizūna bihi al-ḥaqqa wal-bāṭila wa qāla ta’ālā : Wa
iyyāya fattaqūn. Wa qāla ta’ālā wattaqullāha la’allakum tufliḥūn. Wa qāla ta’ālā: Wa man yattaqullāha
yaj’ala lahū makhrajan wa yarzuquhu min ḥaiṡu lā yaḥtasib. Fa ‘alā al-murīdi al-‘āmilu an yatalabbasa
bit-taqwā talbīsan ḥasiyyan wa ma’nawiyyan wa an yakūna khāliṣan lillāhi fī sā’iri ‘ibādātihi wa an
yatawajjaha ilallāhi ta’ālā bikulliyatihi lailan taḥṣilu lahū al-jam’iyyata ma’a rabbihi wa an yakūna
da’bahu at-tafakkuru fī makhlūqātihi ta’ālā ‘aliyyan wa suflan bi dīqi an-naẓri wa an yajtahida fī
adzkārihi wa aurādihi dāiman lailan wa nahāran wa qāla ta’ālā: Yā ayyuhallażīna āmanū użkurullāha
żikran kaṡīran. Wa qāla ta’ālā: Wa mā khalaqtu al-jinna wal-insa illā liya’budūn. Wa qāla ta’ālā:
Fażkurūnī ażkurkum. Fa kaifa lā ażkuruhu wa hāżihi mukhāṭibatun min rabbī ‘azīzi li makhlūqin żalīlin
..... fa kaifa lā yaf’alu al-‘abdu ba’da hāżihi al-mukhāṭibati al-‘aẓīmati fa hāża khasarānu ‘aẓīm fa inna
żikra mansyūru al-walāyatu. Fa ‘alā aż-żākiru awwalan ṭahārata al-akhlāqi al-ḥasiyyati min ba’da
ḥadaṡin wa khabaṡin min badanin wa ṡaubin wa makānin wa bukhūrin man lahū rā’iḥati ṭayyibatin wa
istiqbālin qiblati wa ‘adamu laḥnin fī kalimati at-tauḥīdi wa mushāḥibati syaikhihi wa mulāḥaẓatihi lahū
dā’iman bi ‘aini qalbihi wa an yaj’alahu rafīquhu fi as-sīri ilallāhi ta’ālā lianna li asy-syaikhihi fī żālika
sirri ‘aẓīmin wa imdādāti jalīlatinn wa an yakūna żikruhū lillāhi lā lahu ṭama’u fī jannatihi wa lā
khaufun min nārihi wa an yaḥdara man lāḥaẓahu li syai’in fī żikrihi bi mā khafiy ‘anhu minal-gaibi min
intiẓāri al-karāmati wal-wilāyati bal żālika min faḍlillāhi ta’ālā fa ‘alā al-‘abdi al-qiyāmu bil-asbābi wa
‘alallāhi kasyfu al-ḥijābi wa mā żālika ‘alallāhi bi ‘azīzin wa an yu’āmilu nafsahu bi qiyāmi al-laili ‘alā
żasbi ṭāqatihi wa an yakūna qiyāmuhu ṡulaṡa al-wusṭā min al-laili liannahu huwa al-afḍalu wa ats-ṡuluṡu
al-akhīru wa li wāḥidī ‘asyara rak’atan bi asy-syafi’i wal-witri au ṡalāṡata ‘asyara wa an yuṣallā qabla
aẓ-ẓuhri arba’an wa ba’dahu arba’an wa qabla al-‘aṣri arba’an wa ba’da al-maghribi sittan wa aḍ-ḍuhā
aqallahū iṡnaini wa a’lāhu ṡamāniyatun wa an yajlisa ba’da ṣalāta aṣ-ṣubhi ilā ṭulū’i asy-syamsi ilā an
tartafi’a qadra ramḥin fa tuṣallī rak’ataini wa an yulāzima aż-żikra ba’da ṣalāti al-‘aṣri ilā gurūbi asy-
syamsi illā li ḍarūrati wa an yaḥmala nafsahu aṣ-ṣabri ‘inda syadā’idi wa an yakūna kāẓiman lil-gaiẓi wa
an yatakhallaqa bil-akhlāqi al-muḥammadiyyati fī sīrihi fa ba’da al-kamāli fa yakūnu takhalluquhu
ilahiyyan wa an yakūna ilallāhi ta’ālā wa an ya’tamida ila al-qismati al-ilahiyyati wa an ya’lama kulla
miqdarin fa minallāhi ta’ālā wa an lā malja’a minallāhi illā ilaihi wa an yakūna ... rājiyan wa an yakūna
aglabu al-khaufi minallāhi ta’ālā wa an yakhliṣ minar-riyā’i was-sum’ati wal-‘ujubi wal-ḥasadi wal-
gasysyi wa an yu’āmila al-khalqi bin-naṣīḥati wa an yaḥżura minal-każbi wa syahādati az-zūri wa
mulāhaẓti al-ajnabiyyati illā li’ażri kasyahādati wa naḥwihā wa an yastagriqa jamī’a auqātihi fī
ṭā’atillāhi ta’ālā wa an yatahayya’a bi aḥwāli as-sālikīna minaz-zuhudi wal-wara’i wal-khumūli wa
kaṡurati aṣ-ṣumti ‘an mālan ya’nī wa an yuḥibba al-i’tizāl ‘an an-nās qāṭibatan illā li ḍarūratin kabai’in
wa syarā’in au syaikhin au akhi ṣālihin bi ‘ainihi ‘alā ṭā’atihī wa an yakūna ṣafūhan ‘an sayyi’āti al-
asyrāri wa an yuṣḥiba ahlal-khaīr waḥ-ṣalāḥi wa an yakūna mutawāḍi’an lillāhi ta’ālā fainna at-
tawāḍa’a ‘indallāhi ta’ālā raf’atan kamā fī al-khabari aṣ-ṣaḥīḥi wa an yagsila bāṭinihi biz-zuhudi wal-
istighfāri wa an yulāzima muzāwarati syaikhihi walau birisālati ma’a al-‘adzri wa an yuṣḥiba hadiyyata
lahū wa an yarjiḥa syaikhahu fī qalbihī wa yanūru qalbahu bi aṣ-ṣalāti ‘alā ar-rasūli ṣllallāhu ‘alaihi wa
sallama wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāhi al-‘aliyyi al’aẓīmi wa ṣallallāhu ‘alā Sayyidinā
Muḥammadin wa ‘alā ālihi wa ṣaḥbihi wa sallim.
Al-faqīru ilaihi subḥānahu wa ta’ālā . Syaikh As-Sajādah.

Al-Khalīfatu Asy-Syaikhu ‘Abdullāh Asy-Syaikhu Aḥmad Ar-Rayaḥ Asy-Syaikhu ‘Abdul-Bāqī


Universitas Indonesia
164

Ijazah Qadiriyah di Sudan

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah raja (yang menguasai) yang maha bijaksana, yang lemah lembut, yang
Maha Penyayang yang telah menciptakan langit dan bumi, mengatur segala urusan dunia dan akhirat
dengan kebijaksanaan-Nya, dan Dia tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Nya. Jalan (menuju Allah) itu adalah nyata bagi orang-orang yang menghendakinya dan tampak
bagi orang-orang yang memandangnya, tetapi Allah lah yang berkehendak memberikan hidayah kepada
siapapun dan berkehendak menyesatkan siapapun serta Dia lah yang Maha Mengetahui atas orang-orang
mendapatkan hidayah. Salawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Baginda kita Nabi
Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya. Adapun setelah hamdalah, salawat, dan salam,
izinkan hamba yang sangat mengharapkan kasih sayang Tuhannya yang Maha Berkehendak mengatakan:
'Ketika aku melihat anak laki-laki yang diberkahi, yang menuntut ilmu, yang dicintai, yang
memiliki keutamaan, (‫)المنشرع‬, dan yang wira’i
Syekh Muhammad Hilmi ash-Shiddiqi Al-Araki
yang berhak dan pantas mendapatkan nikmat yang agung, yang mulia, maka sungguh aku telah
mentalqinkan (mendikte) kepadanya zikir kalimat tauhid dan aku berikan ijazah mutlak kepadanya
dengan bacaan-bacaan asma-asma dan hizb as-Saif (nama hizb), dan doa-doa ma'tsur yang lainnya serta
zikir-zikir yang diperintahkan, serta aku ijazahkan kepadanya pakaian (al-Khirqah) dan aku angkat dia
sebagai 'khalifah' sebagaimana guruku (syeikh) dan pembimbing ruhaniku mengangatku sebagai
'khalifah' dan memberiku ijazah yakni Syekh Abu Aqilah dari ayahnya Syekh Ahmad ar-Rayah dari
ayahnya Syekh Abdul Baqi dari ayahnya Syekh Hamd an-Nil dengan ijazah dari ayah sekaligus syekhnya
Syekh Ahmad ar-Rayah dengan ijazah dari ayah sekaligus syekhnya Syekh Muhammad Zahid dengan
ijazah dari ayah sekaligus syekhnya Guru Besar yang terkenal dan memberikan cahaya Syekh Yusuf Abu
Syara’ dengan ijazah dari ayah sekaligus syekhnya Syekh Muḥammad Walad Aṭ-ṭarbafiy dengan ijazah
dari syekhnya Guru Besar yang dikenal dengan al-quṭb Syekh Dafa’ullah al-Arakiy dengan ijazah dari
ayah sekaligus syekhnya Syekh Abu Idris dengan ijazah dari saudara sekaligus syekhnya Pemimpin
negera bernama Syekh Abdullah al-Arakiy dengan ijazah dari syekhnya Syekh Habibullah al-Ajami
dengan ijazah dari syekhnya Sayid Tajuddin Muhammad Buhāri dengan ijazah dari syekhnya Muḥammad
Din dengan ijazah dari syekh sekaligus ayahnya Sayid Ahmad Nurullah dengan ijazah dari syekhnya
Sayid Akmal dengan ijazah dari syekhnya Sayid Akbar dengan ijazah dari syekhnya Sayid Ashgar
dengan ijazah dari syekhnya Sayid Jalaluddīn dengan ijazah dari syekhnya Sayid Kamaluddin dari Sayid
Alauddin dari Sayid Muhammad al-Musa’id dengan ijazah dari Sayid Ahmad dengan ijazah dari Sayid
Muhammad al-Badari dengan ijazah dari Sayid Abdurrazaq dengan ijazah dari ayahnya Sayid Muhyiddin
Abdul Qadir al-Jailani degan ijazah dari syekh sekaligus gurunya Syekh Abu Sa’id bin Ali al-Makhzumi
dengan ijazah dari Syekh Yusuf aṭ-ṭarṭūsyi dengan ijazah dari syekhnya Ali bin Muhammad bin Yusuf al-
Qursyi al-Hakāri dengan ijazah dari syekhnya Syekh Abdul Wahid al-Yamani dengan ijazah dari
syekhnya Syekh Abdul Azīz al-Yamani dengan ijazah dari syekhnya Syekh Abu Bakar asy-Syibli dengan
ijazah dari syekhnya Abu al-Qasim al-Junaid al-Baghdadi dengan ijazah dari syekhnya Syekh Sirri as-
Saqati dengan ijazah dari syekhnya Syekh Ma’ruf al-Karkhi dengan ijazah dari syekhnya Syekh Sulaiman
bin Dawud Nasyra aṭ-ṭā’i dengan ijazah dari syekhnya Sayid Ali Ridha dari ayahnya Imam Musa al-
Kadzim dari ayahnya Imam Ja’far ash-Shadiq dari ayahnya Imam Muhammad al-Baqir dari ayahnnya
Imam Zainal Abidin dari ayahnya Imam Husain dari ayahnya Amīrul-mu’minīn Asadullah al-gālib Imām
Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahu dan dialah jalur dari nabi terakhir dan rasul Tuhan semesta alam
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf salawat serta selalu tercurah
kepadanya, keluarga, serta para sahabatnya.
Rasulullah saw. bersabda, “saya dididik oleh Tuhanku dengan sebaik-baiknya didikan”.
Ketahuilah wahai saudara sekalian bahwa anak laki-laki yang berbudi luhur, pantas, jujur, dan bijaksana
ini, yaitu Muhammad Hilmi Ash-Shiddiiqi al-Araki hatinya telah dibuka oleh Allah swt. dari cahaya
iman secara mutlak. Saya telah mentalkinkan kalimat tauhid dan doa-doa sebagaimana murrsyid saya
yang telah disebutkan di atas mentalkinku secara mutlak, memberikan ijazah, mewasiatkan wasiat-wasiat
syekh kepadanya sehingga bermanfaat dengan ketekunan di dalam berzikir secara terang-terangan dan
sembunyi-sembunyi, mengikuti kebenaran di dalam segala kondisi dan urusan. Saya mengijazahkan itu
kepada yang berhak dan memberikan wasiat kepadanya sesuatu yang didapatkan denga keadaannya
sesuai kemampuan mereka dan membantu fakir miskin, orang-orang yang datang, dan orang-orang yang
meminta dengan pemberian sari Allah swt. dan memohon pertolongan dan kekuasaan dari Allah swt. Di

Universitas Indonesia
165

anjurkan beri’tikaf setiap tahun dengan 3 kali berpuasa arba’in, di dalam riwayat pertama, puasa arba’in
yang dilakukan oleh Nabi Musa as. Kedua, puasa arba’in yang dilakukan oleh Nabi Isa as. Ketiga, puasa
arba’in yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
Maka kamu memiliki pilihan maqam abdal seperti Nabi Khidhir diwajibkan bagimu mengubah
keadaan di dalam berkhalwat dengan menyedikitkan makan, tidur, dan berbicara. Jadikan seluruh
waktumu untuk beribadah, seperti salat, membaca Alquran, zikir, memberikan petunjuk syariat dan
tarekat, dan jangan pegunakan untuk menuju ke jalan kebatilan. Diwajibkan bagimu adil di dalam
berbicara, makan, tidur, jangan berbicara maupun berbuat sesuatu kecuali dengan niat dan dengan
pemikiran, berbuat baik kepada kedua orang tua di masa kehidupan maupun kematiannya, kepada ustadz,
kerabat, dan tetangga. Berbuat baiklah kepada mereka. Jangan tamak, zuhud di dalam berpakaian, makan,
dan minum, tidak boleh melupakan mursyid. Murid harus selalu mengingat mursyid di pembukaan atau di
awal doa-doanya dan di tempat munajatnya, wajib mendoakan mursyid di dalam doa-doa di waktu
mustajab. Sebab waktu mustajab adalah waktu yang tepat untuk berdoa dan meminta atau memohon
kepada Allah swt. Segala puji bagi Allah, salawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Berikt adalah talqin Syekh Abdullah al-Araki dari syekhnya yakni Syekh Habibullah al-Ajami.

Istighfar 3x, membaca syahadat yakni bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi
Muhammad saw. hamba serta utusan-Nya, tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah swt., Aku
berbaiat kepadamu di dalam agama serta syariat dan menindaklanjuti dengan menjadikan diriu
sebagai murid Sayyid Muhyiddin Abdul Qadir al-Jilani, semoga Allah swt. menyucikan ruhnya
dan menerangi kuburannya. Ya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di
atas agama-Mu. Ya Allah Yang Maha Mengarahkan hati, arahkanlah hatiku untuk taat kepada-Mu.
Ya Allah berikanlah aku kecukupan dengan rezeki yang halal sehigga aku tidak memerlukan yang
haram dan berilah aku kekayaan dengan karunia-Mu sehingga aku tidak memerlukan bantuan
orang lain selain-Mu. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepada baginda Nabi
Muhammad saw. serta keselamatan kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah
swt. Tuhan semesta alam.
Qiyāmullail (salat malam) pada pertengahan sepertiga malam, dengan alasan waktu ini adalah waktu yang
paling utama, atau pada sepertiga malam terakhir sebanyak 11 rakaat atau 13 rakaat dengan witir.
Melaksanakan salat sunah rawatib, yakni qabliyah zuhur empat rakaat dan ba’diyah empat rakaat,
qabliyah asar empat rakaat, dan ba’diyah maghrib enam rakaat.
Salat dhuha sedikitnya dua rakaat dan paling banyak delapan rakaat. Dianjurkan agar duduk setelah salat
subuh sampai matahari terbit dan meninggi. Kemudian, dilanjutkan dengan salat dua rakaat.
Membiasakan zikir sesuadah salat asar sampai matahari terbenam kecuali dalam keadaan darurat.
Bersabar ketika terasa amat berat di dalam menjalankan ibadah. Menahan amarah. Berperilaku dengan
akhlak terpuji. Bergantung pada pembagian Allah swt. agar mengetahui bahwa segala sesuatu ditentukan
dari Allah swt. Membebaskan diri dari sikap riya’, sum’ah, ujub, hasad, menipu, dan mempergauli
makhluk dengan nasehat (ad-dīn nasīhah). Takut berdusta dan berkesaksian palsu. Menghabiskan seluruh
waktunya dengan ketaatan kepada Allah swt. dan menyiapkan diri dengan ahwāl sālikīn, seperti zuhud
dan wara. Memperbanyak diam. Bertawadhu kepada Allah swt. dan memperbaiki ketaatan. Menjadi
seorang yang pemaaf terhadap orang-orang yang menjahati. Bersahabat dengan orang-orang yang baik
dan benar. Menyucikan batin dengan zuhud dan istighfar. Membiasakan diri berkomunikasi dengan syekh
walaupun melalui sms atau whatsApp, meminta agar didoakan, dan memberikan hadiah kepadanya.
Mengutamakan syekhnya di dalam hatinya setelah Allah swt. Menerangi dan menyinari hatinya dengan
salawat kepada Rasulullah saw.

Yang senantiasa membutuhkan Allah swt. Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Syekh Sajadah

Khalīfah Syekh Abdulaah bin Syekh Ahmad ar-Rayah bin Syekh Abdul Baqi.

Universitas Indonesia
166

Lampiran 6
Silsilah Arakiyah

Universitas Indonesia
167

Lampiran 7
Foto Pesantren Al-Hikam Depok

Universitas Indonesia
168

Lampiran 8
Foto Zikir bersama ikhwan Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Pesantren Al-Hikam
Depok Selama Menjalankan Puasa Arba’in.

Universitas Indonesia
169

Universitas Indonesia
170

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai