Tentang
Pengertian, Ruang lingkup dan Tujuan mempelajarinya
Disusun Oleh :
Nadharatul Marhamah 2113010005
Dosen Pengampu :
Dr. Aditiawarman, M.Ag.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya, tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan pada Nabi Muhammad SAW beserta para
pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Tugas makalah yang diberi judul “ Pengertian, ruang lingkup serta tujuan
mempelajarinya” Ini merupakan suatu karya tulis yang terbentuk dari hasil kerja penulis yang
mana tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Hukum Islam
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kesalahan
dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
penulis perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya
kepada kita semua, Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1
A. Latar belakang……………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
C. Tujuan……………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….
A. Pengertian Sejarah Pemikiran Hukum Islam……………………………………………….
B. Objek Sejarah Pemikiran Hukum Islam……………………………………………………
C. Tujuan Mempelajari Sejarah Pemikiran Hukum Islam ……………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemikiran adalah ‘proses’ atau ‘cara’ berpikir tentang hukum Islam.
Perkembangan adalah proses berpikir yang tidak dimulai dari titik 0 (nol), tetapi sudah
terdapat modal atau bahan untuk mencapai kesempurnaan.
Berpikir merupakan sunnatullah untuk menjawab permasalahan kehidupan dalam
hal ini adalah bidang hukum (Islam) dengan menggunakan akal sehat. Dalam hukum
Islam akal (al-ra’yu) merupakan sumber (alat/ metode) hukum Islam yang ketiga melalui
ijtihad, selain yang pertama dan utama adalah al-Qur’an dan yang kedua as-Sunnah.
Pengakuan al-Qur’an terhadap peranan akal pikiran dalam bidang hukum dapat
disimpulkan dari kandungan ayat 59 Surat an-Nisa’. Perintah untuk mentaati ulil – amri
dalam ayat tersebut tidak lain pengertiannya adalah menta’ati hasil ijtihad mereka yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, menggunakan akal pikiran dalam
masalah keagamaan (hukum Islam) merupakan tuntutan keagamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sejarah Pemikiran Hukum Islam?
2. Apa saja objek Sejarah Pemikiran Hukum Islam?
3. Apa Saja ruang lingkup dari Sejarah Pemikiran Hukum Islam?
4. Apa saja tujuan mempelajari Sejarah Pemikiran Hukum Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi,objek, ruang lingkup serta tujuan mempelajari Sejarah
Pemikiran Hukum Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah Pemikiran Hukum Islam
Sejarah pemikiran hukum islam disebut juga dengan Tarikh Tasyri' yang mana
tarikh tasyri' terdiri atas dua kata, yaitu tarikh dan tasyTi'. Secara bahasa, kata tarikh
artinya catatan tentang perhitungan tanggal, hari, bulan, tahun, sejarah, dan riwayat.
Lebih populer dan sederhana, kata tersebut diartikan sebagai sejarah, hikayat, dan
riwayat. Sementara itu, tasyri' berasal dari kata syariat yang secara sederhana diartikan
hukum, peraturan, dan perundang-undangan. Tasyri (legislation atau enactmemt of law)
artinya penetapan undang-undang dalam agama Islam. Tasyri' ialah menetapkan hukum,
pembentukan qanun
(undang-undang), dan peraturan. Syariat diartikan beberapa peraturan atau ketentuan
yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad untuk manusia yang mencakup
tiga bidang, yaitu :
1. keyakinan (aturan-aturan yang berkaitan dengan akidah),
2. perbuatan (ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tindakan hukum
Seseorang), dan
3. akhlak (tentang nilai baik dan buruk).
Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan tasyri' dengan pembentukan atau
penetapan perundang-undangan yang mengatur hukum perbuatan mukallat, hal-hal yang
terjadi tentang berbagai keputusan, serta peristiwa yang terjadi padanya. Jika perundang-
undangan ini sumbernya dari Allah dengan perantaraan rasul dan kitab-kitab-Nya maka
hal itu dinamakan perundang-undangan Allah (al-tasyri' al-ilahi). Sementara itu, jįika
sumbernya datang dari manusia, baik secara individual maupun kolektit dinamakan
perundang-undangan buatan manusia (al-tasyri' al-wadh'i).
Secara istilah, tarikh tasyri' memiliki banyak pengertian yang disebutkan oleh
para ahli, di antaranya Muhammad Ali Al-Sayis dalam bukunya Târikh AL-Fiqh A
Islami mendefinisikan tarikh tasyri' dengan ilmu yang membahas keadaan penetapan
hukum Islam pada masa kerasulan (Rasulullah masih hidup) dan sesudahnya dengan
periodisasi munculnya hukum serta hal-hal yang berkaitan dengannya, juga membahas
keadaan fuyaha dan mujtahid dalam merumuskan hukum-hukum tersebut. Secara
sederhana, tarikh tasyriialah scjarah penetapan hukum slam yang mengatur perbuata umat
manusia yang mukallat dari dari masa Nabi sampai dengan sekarang. Materi tasyi' adalah
Alquran, hadis, dan pendapat para fuqaha. Alquran adalah materi pokok; hadis, baik
perkataan maupun perbuatan Nabi adalah penjelas Alquran; dan pendapat fuqaha -
sekalipun disandarkan kepada keduanya- merupakan hasil pemikiran yang berbeda yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pembahasan tarikh tasyri' adakalanya didasarkan pada
periode atau masa perkembangannya dan adakalanya didasarkan pada karakter para
mujtahid.
Penggunaan kata tasyri’ berasal dari kata syariat. Kata syariat terdapat di dalam
firman berikut. Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)
dari utusan aguma itu, maka ikutilah syariut itu dan jangunlah kamu ikuti hawa nafsu
orang-orang yang tidak mengetadhui. (QS. Al-Jâtsiyah (45): 16)
Adapun secara terminologi, tasyri' ialah penetapan perundang-undangan untuk
mengetahui segala hukum yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf dan segala
problematika yang dihadapinya. Jika sumber tasyri' itu berasal dari Allah melalui
perantara Nabi dan kitab-Nya disebut al-tusyri al-ilahi. Jika sumber tasyri' itu berasal dari
ijtihad, baik individu maupun kolektif, disebut al-tasyri' al-wadh'i
Berarti dengan mempelajari tarikh tasyri’ kita akan melakukan langkah dalam
mengonstruksi pemikiran ulama klasik dan langkah-langkah ijtihadnya untuk
ditransmisikan sehingga kemaslahatan manusia senantiasa terpelihara. Dan diharapkan
dapat melahirkan sikap toleran, mewarisi pemikiran dan langkah-langkah ijtihad ualam
klasik , serta mengembangkan gagasan-gagasan mereka didunia modern
BAB III
PENUTUP